• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengukuran Kedalaman laut Kedalaman laut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknik Pengukuran Kedalaman laut Kedalaman laut"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENGUKURAN KEDALAMAN (LAUT ATAU

DANAU)

Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut atau danau/waduk yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah hitam (dradloading) dan teknik Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading.

a.

Teknik Bandul Timah Hitam (dradloading)

Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang

ujungnya diikat dengan bandul timah sebagai pemberat. Dari

sebuah kapal tali diturunkan hingga bandul menyentuh dasar

laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan itulah kedalaman laut.

Cara ini sebenarnya tidak begitu tepat karena tali tidak bisa

tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu

kadang-kadang bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut

karang. Cara ini juga memerlukan waktu lama. Namun demikian

cara ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengetahui jenis batuan

di dasar laut, suhu dan juga mengetahui apakah di dasar laut

masih terdapat organisme yang bisa hidup.

b.

Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading

(2)

Gambar Bandul Timah untuk Mengukur

Kedalaman Laut. (Tim Geografi, Yudistiro,

(3)

Rumus untuk mencari kedalaman laut melalui teknik gema duga

adalah sebagai berikut:

di mana d = kedalaman laut, V = kecepatan suara dalam laut

dan t = waktu

Jadi misalnya diketahui waktu yang diperlukan untuk

perambatan bolak-balik (t) ada 4 detik dan kecepatan suara

dalam laut (V) = 1600 m/detik, maka kedalaman laut dapat

dihitung sebagai berikut:

Jadi kedalaman laut adalah 3200 m.

Gambar Pengukuran kedalaman

laut dengan Teknik Gema Duga

(Tim Geografi, Yudistiro, P. 98)

(4)
(5)

Side Scan Sonar

Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut.

Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat dikelompokkan menjadi lima yakni untuk survey,

budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan ikan dan lain-lain. Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan, menduga ukuran individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton dan ikan). Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam

penentuan/pendugaan jumlah biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan pembesaran (penned fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam jaring/kurungan dan untuk memantau tingkah laku ikan (dengan telemetering tags), khususnya aktifitas makan (feeding activity). Sedangkan dalam penelitian tingkah laku ikan dapat digunakan untuk pergerakan/migrasi ikan (vertical dan horizontal) dan orientasi ikan (tilt angel), reaksi menghindar (avoidance) tewrhadap gerak kapal dan alat penangkapan ikan, respon terhadap rangsangan (stimuli) cahaya, suara, listrik, hydrodinamika, kimia, mekanik dan sebagainya.

Untuk kegiatan aplikasi studi penampilan dan selektifitas alat penangkapan ikan terutama dalam studi pembukaan mulut trawl, kedalam, posisi dan sebagainya. Dalam selektifitas penangkapan (persentase ikan yang tertangkap terhadap yang terdeteksi didepan mulut trawl atau didalam lingkaran purse seine).

Kegiatan lain yang dapat dikaji dengan teknologi akustik bawah air adalah sifat sifat-sifat akustik dari air laut dan obyek bawah air, pendeteksian kapal selam dan obyek-obyek lainya.

(6)

dasar laut (lumpur, pasir, kerikil, karang dan sebagainya), untuk penentuan contour dasar laut, lokasi kapal berlabuh atau pemasangan bangunan laut, untuk eksplorasi minyak dan mineral didasar laut, mempelajari proses sedimentasi dan untuk pertahanan keamanan (pendeteksian kapal-kapal selam dengan pemasangan buoy-system) Berikut adalah penerapan teknologi akustik bawah air untuk eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya non-hayati laut

c.

Pengukuran Kedalaman Dasar Laut (Bathymetry)

Pengukuran kedalaman dasar laut dapat dilakukan dengan Conventional Depth Echo Sounder dimana kedalaman dasar laut dapat dihitung dari perbedaan waktu antara pengiriman dan penerimaan pulsa suara. Dengan pertimbangan sistim Side-Scan Sonar pada saat ini, pengukuran kedalaman dasar laut (bathymetry) dapat dilaksanakan bersama-sama dengan pemetaan dasar laut (Sea Bed Mapping) dan pengidentifikasian jenis-jenis lapisan sedimen dibawah dasar laut (subbottom profilers).

d.

Pengidentifikasian Jenis-jenis Lapisan Sedimen Dasar Laut (Subbottom Profilers)

Seperti telah disebutkan diatas bahwa dengan teknologi akustik bawah air, peralatan side-scan sonar yang mutahir dilengkapi dengan subbottom profilers dengan menggunakan prekuensi yang lebih rendah dan sinyal impulsif yang bertenaga tinggi yang digunakan untuk penetrasi kedalam lapisan-lapisan sedimen dibawah dasar laut. Dengan adanya klasifikasi lapisan sedimen dasar laut dapat menunjang dalam menentukkan kandungan mineral dasar laut dalam. Dengan demikian teknologi akustik bawah air dapat menunjang esplorasi sumberdaya non hayati laut.

e.

Pemetaan Dasar Laut (Sea bed Mapping)

Dengan teknologi side-scan sonar dalam pemetaan dasar laut, dapat menghasilkan tampilan peta dasar laut dalam tiga dimensi. Dengan teknologi akustik bawah air yang canggih ini dan dikombinasikan dengan data dari subbottom profilers, akan diperoleh peta dasar laut yang lengkap dan rinci. Peta dasar laut yang lengkap dan rinci ini dapat digunakan untuk menunjang penginterpretasian struktur geologi bawah dasar laut dan kemudian dapat digunakan untuk mencari mineral bawah dasar laut.

f.

Pencarian kapal-kapal karam didasar laut

(7)

ataupun untuk kapal yang keseluruhannya terbenam dibawah dasar laut. Dengan teknologi ini, lokasi kapal karam dapat ditentukan dengan tepat. Teknologi akustik bawah air ini dapat menunjang eksplorasi dan eksploitasi dalam bidang Arkeologi bawah air (Underwater archeology) dengan tujuan untuk mengangkat dan mengidentifikasikan kepermukaan laut benda-benda yang dianggap bersejarah.

g.

Penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut.

Dengan diperolehnya peta dasar laut secara tiga dimensi dan ditunjang dengan data subbottom profiler, jalur pipa dan kabel sebagai sarana utama atau penunjang dapat ditentrukan dengan optimal dengan mengacu kepada peta geologi dasar laut. Jalur pipa dan kabel tersebut harus melalui jalur yang secara geologi stabil, karena sarana-sarana tersebut sebagai penunjang dalam eksplorasi dan eksploitasi di Laut.

h.

Analisa Dampak Lingkungan di Dasar Laut

Teknologi akustik bawah air Side-Scan Sonar ini dapat juga menunjang analisa dampak lingkungan di dasar laut. Sebagai contoh adalah setelah eksplorasi dan ekploitasi sumber daya hayati di dasar laut dapat dilakukan, Side-Scan Sonar dapat digunakan untuk memonitor perubahan-perubahan yang terjadi disekitar daerah eksplorasi tersebut. Pemetaan dasar laut yang dilakukan setelah eksplorasi sumber daya non-hayati tersebut, dapat menunjang analisa dampak lingkungan yang telah terjadi yang akan terjadi.

KALIBRASI BAR CHECK

Bar check adalah alat yag digunagkan untuk melakukan kalibrasi alat perum gema.cara kalibrasi ini sangat membantu untuk mendapatkan ukuran kedalaman yg benar dri akibat beberapa sumber kesalahan skaligus,utamanya akibat tdak ketidakhomogenan medium rambat yg mengakibatkan tidak konstannya kecepatan gelombang suara.

*bar check harus dilakukan setiap hari pada saat sebelum dan sesudah kegiatan pemeruman.

*koreksi bar check (Kbc) diperoleh dri selisih antara fix depth(Dfx)dngan bacaan kedalaman echosounder yang sudah terkoreksi draft tranduser formulasinya sbagai brikut:

Kbs=Dfx-(d+t)

(8)

*koreksi bar check sbelum pemeruman di beri notasi Kbc1 n koreksi bar check sesudah pemeruman diberi notasi Kbc2,maka koreksi bar check diperoleh dri nilai reratanya yaitu: Kbc=Kbc1+Kbc2/2

*pengukuran fix depth dan pengukuran echosounder untk koreksi bar chech harus dilakukan pda lokasi titik yg sama,biasanya dilakukan pada daerah dekat pantai

*kedalaman sesaat(ds)d suatu titik di rumuskan sebagai berikut ds=d'+t+Kbc

The SV Bar Check adalah biaya-rendah,akurasi tinggi tangan memegang paket yang dirancang untuk memungkinkan pemeriksaan yang cepat dari kecepatan suara di air dangkal.Sistem ini meliputi sensor kecepatan suara, 20 m data / kabel listrik, dan Smart layar Lihat dan data logger.Hal ini dapat mengukur kecepatan suara pada akurasi ± 0,05 m/s. The Bar Check SV Sistem sangat ideal untuk melakukan pemeriksaan bar dan survei pelabuhan dari perahu kecil. Sistem menampilkan kecepatan suara secara real-time, bisa menghitung kecepatan rata-rata suara secara real-time dan dapat menyimpan beberapa profil dalam memori. Seluruh sistem disampaikan dalam kasus ukuran kotak peralatan. Smart Lihat Data Logger dikemas dalam kandangNEMA 4X. Pilihan termasuk sensor tekanan, berbagai panjang kabel, dan antarmuka serial untuk men-download profil ke komputer.

Beberapa kesalahan alat dapat terjadi sendiri-sendiri maupun bersamaan. Untuk mengetahui pengaruh setiap kesalahan alat terhadap hasil pengukuran kedalaman adalah sulit sekali. Pengaruh kombinasi dari beberapa kesalahan alat tersebut dapat ditentukan besarnya melalui salah satu metode kalibrasi,yaitu metode “bar check”. Walaupun demikian hanya kombinasi dari beberapa alat saja yg dapat ditentukan pengaruhnya, yaitu kombinasi antara ketidaktepatan pengesetan pulsa awal, dan kesalahan pada fase pengukuran. Selebihnya harus dilakukan dengan pengaturan dan perbaikan alat kembali.

Prinsip metode bar check adalah membandingkan kedalaman satu titik yg telah ditentukan dan diketahui kedalamannya dibawah permukaan laut dengan kedalam titik tersebut dari hasil pengukuran dengan alat perum gaya yg bersangkutan. Selisih nilai kedalaman hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya tersebut adalah besarnya kesalahan alat yg merupakan kombinasi dari dua kesalahan alat.

(9)

PENGUKURAN KEDALAMAN TERKOREKSI

Teknik echo sounder yang dipakai untuk mengukur kedalaman laut, bisa dibuat alat pengukur jarak dengan ultra sonic. Pengukur jarak ini memakai rangkaian yang samadengan Jam Digital dalam artikel yang lalu, ditambah dengan rangkaian pemancar dan penerima Ultra Sonic.

Prinsip kerja echo sounder untuk pengukuran jarak digambarkan dalam Gambar dibawah. Pulsa Ultrasonic, yang merupakan sinyal

ultrasonic dengan frekwensi lebih kurang 41 KHz sebanyak 12 periode, dikirimkan dari pemancar Ultrasonic. Ketika pulsa mengenai benda penghalang, pulsa ini dipantulkan, dan diterima kembali oleh penerima Ultrasonic.

Dengan mengukur selang waktu antara saat pulsa dikirim dan pulsa pantul diterima, jarak antara alat pengukur dan benda penghalang bisa dihitung.

Gambar Prinsip Echo Sounder

Gambar dibawah merupakan Rangkaian Jam Digital dalam artikel lalu yang direvisi untuk keperluan ini. Titik desimal pada tampilan satuan dinyalakan dengan tahanan R8. Setiap kali tombol Start

ditekan, AT89C2051 membangkitkan pulsa ultrasonic pada Pin P3.4 yang dipancarkan dengan rangkaian, selanjutnya lewat pin P3.5 yang

(10)

angka dibelakang titik desimal.

Gambar Rangkaian Kontrol & Tampilan

Processor memerlukan waktu untuk melaksanakan instruksi.

Bagi AT89C2051 yang bekerja pada frekuensi 12 MHz, instruksi NOP (baris 4 sampai 12); instruksi CPL (baris13) dilaksanakan dalam waktu 1 mikro detik, dan 2 mikro detik untuk melaksanakan instruksi DJNZ (baris 14). Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk melaksanakan

instruksi-instruksi di baris 3 sampai 13 adalah 12 mikro detik.

Di baris 12, nilai Ultra_Out (= pin P3.4) dibalik, kalau semula Ultra_Out bernilai 0 setelah instruksi ini dijalankan Utltra_Out akan bernilai 1, dan sebaliknya kalau semula 1 dan berbalik menjadi 0. Di baris 13 nilai R7 dikurangi 1, selama R7 belum mencapai 0 AT89C2051 akan mengulang lagi baris 2 dan seterusnya. Di baris 1 R7 diberi nilai 24, dengan demikian baris 2 sampai 13 akan diulang sebanyak 24 kali, dan selama itu pin 3.4 akan berbalik dari 0 ke 1 dan 0 kembali sebanyak 12 kali. Dengan demikian, hasil kerja Potongan Program 1 adalah pulsa ultrasonic12 gelombang dengan frekuensi 1/24 mikrodetik =41666 Hz. SINGLE-BEAM ECHOSOUNDER

Single-beam echo sounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara. Sistem batimetri dengan menggunakan single beam secara umum mempunyai susunan :

- Transciever (tranducer/reciever) yang terpasang pada lambung kapal atau sisi bantalan pada kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan.

- Transciever yang terpasang pada lambung kapal mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam beam

(11)

mempunyai fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan.

- Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dlam kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon. Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah kapal menghasilkan ukuran

kedalamn beresolusi tinggi sepanjang lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik-turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch (gerakan kapal ke arah depan

(mengangguk) berpusat di titik tengah kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal) atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh sebuah alat dengan

nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selam proses berlangsung.

Range frekuensi yang dipakai pada sistem ini menurut WHSC Sea-floor Mapping Group mengoperasikan range frekuensi dari 3.5 kHz sampai 200 kHz. Single-beam echosounders relatif mudah untuk digunakan, tetapi alat ini hanya menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal. Jadi, ada feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh sistem ini.

MULTI-BEAM ECHOSOUNDER

Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setalah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bed), bebrapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Dua arah waktu penjalaran antara pengiriman dan penerimaan dihitung dengan algoritma pendeteksian terhadap dasar laut tersebut. Dengan mengaplikasikan penjejakan sinar, sistem ini dapat menentukan kedalaman dan jarak transveral terhadap pusat area liputan.

Gambar

Gambar Pengukuran kedalaman laut dengan Teknik Gema Duga (Tim Geografi, Yudistiro, P. 98)
Gambar  Prinsip Echo Sounder
Gambar Rangkaian Kontrol & Tampilan

Referensi

Dokumen terkait

Data – data yang telah diperoleh kemudian akan di analisa dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif guna menemukan prosentase penggunaan peralatan praktik atau

Larangan terkait penggunaan Bitcoin telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang salah satunya berupa sebuah pernyataan demi menjamin kepastian hukum dari penggunaan

Selain itu artikel ini juga memaparkan perkembangan teknik pengumpulan dan analisis data konflik lalu lintas, dari observasi secara manual, penggunaan kamera video, automated

Sebuah peralatan yang dinamakan Teknik Putaran Miring keramik Pegerjurang Bayat inilah yang pada akhirnya dikaji, dibahas, dianalisis, dan dipaparkan dalam bentuk Skripsi

Firda Herlina, ST.,M.Eng Saifulah Arief, ST.,MT Rendi, ST.,MT 11.00 - 12.30 Bahasa Inggris I K3 & Hukum Ketenagakerjaan Fisika Teknik & Praktikum Fisika Mekanika Fluida

Peralatan utama rancangan peragaan kegiatan penyuluhan abdimas kepada siswa SMK bidang teknik adalah, sbb.: 1 Panel rancangan peralatan penyuluhan 2 Sel surya tipe 3 W watt 3 Lampu

Akibat Hukum Terkait Penggunaan Bitcoin Sebagai Alat Pembayaran Di Indonesia Larangan terkait penggunaan Bitcoin telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang salah satunya berupa sebuah

Kesimpulan Adapun kesimpulan yang bisa diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa teknik sipil kurang memahami penggunaan konsep matematika dalam menyelesaikan soal fisika materi