• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTER FENOTIPE TANAMAN KEDELAI HASIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KARAKTER FENOTIPE TANAMAN KEDELAI HASIL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER FENOTIPE TANAMAN KEDELAI HASIL

Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan meningkatkan keragaman genetik tanaman melalui mutasi buatan. Penyinaran dengan sinar gamma cobalt 60L adalah cara yang sering digunakan dalam kegiatan mutasi buatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis sinar gamma terhadap pertumbuhan dan produksi galur kedelai hasil mutasi buatan (M1) dan menyeleksi galur dengan kriteria produksi tinggi. Percobaan merupakan faktor tunggal yaitu dosis sinar gamma (R1=100 gray, R2= 200 gray, R3 = 300 gray, R4 = 400 gray, R5 = 500 gray, R6 = 600 gray dan R7 = 700 gray). Benih hasil mutasi (M1) ditanam di lapang dengan rancangan acak kelompok dan diulang sebanyak tujuh kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan radiasi sinar gamma Cobalt 60 tidak meningkatkan persentase daya kecambah bahkan cenderung semakin meningkatnya dosis radiasi sinar gamma Cobalt 60 yang diberikan persentase daya kecambah semakin menurun. Pemberian radiasi sinar gamma ternyata berpengaruh secara siknifikan pada semua paramater yang diamati. Secara umum semakin meningkat dosis radiasi sinar gamma yang diberikan justru menurunkan pertumbuhan dan produksi. Dosis R1 (100 gray), R2 (200 gray) dan R3 (300 gray) memberikan hasil yang lebih baik pada paramater persentase daya kecambah, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah polong per tanaman, berat biji per tanaman, berat 100 biji dan berat biji perhektar.

Kata kunci : mutasi buatan, irradiasi cobalt 60, dosis, kedelai.

PENDAHULUAN

Produksi kedelai di Indonesia masih cukup rendah dan hanya mampu memenuhi sekitar 20 – 30 % kebutuhan konsumsi masyarakat dan kekurangannya sebesar 70 -80 % dapat dipenuhi melalui impor dari luar negeri. Hal ini merupakan permasalahan sekaligus

tantangan dan peluang bagi petani kedelai di Indonesia untuk dapat meningkatkan produksi

kedelai. Rendahnya produksi kedelai di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain faktor iklim, tanah, hama dan penyakit maupun sedikitnya varietas unggul.

Berbagai cara telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kedelai di dalam

negeri antara lain intensifikasi dan ekstensifikasi. Produksi kedelai dapat ditingkatkan

melalui peningkatan produktivitas tanaman yaitu dengan perbaikan sifat dan sistem

budidaya kedelai yang intensif. Disamping itu produksi juga ditingkatkan melalui

perluasan areal penanaman kedelai misalnya dengan mengoptimalkan lahan marjinal

(2)

genetik tanaman kedelai yang tinggi sehingga mempermudah usaha seleksi untuk

mendapatkan tanaman dengan sifat yang diinginkan misalkan produksi tinggi dan

tahan terhadap cekaman kekeringan.

Upaya menemukan varietas unggul merupakan salah satu alternatif yang dapat

dilakukan. Ketersediaan sumber genetik yang mempunyai keragaman tinggi sangat

diperlukan untuk merakit varietas unggul, semakin tinggi tingkat keragaman genetik

plasma nutfah semakin tinggi pula peluang untuk memperoleh varietas unggul baru

dengan sifat yang diinginkan (Indriani et al. 2008). Usaha untuk meningkatkan

keragaman genetik dapat diperoleh melalui mutasi buatan yaitu melalui induksi

irradiasi sinar gamma. Pemuliaan mutasi berguna untuk memperbaiki karakter

tanaman jika karakter yang diinginkan tidak terdapat suatu plasma nutfah suatu

spesies tanaman (Van Hartten, 1998). Induksi tanaman dengan irradiasi sinar gamma

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan keragaman genetik. Mutasi induksi

dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap

organ reproduksi tanaman (BATAN, 2006). Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik

mutasi dengan radiasi sinar gamma adalah penentuan dosis sinar gamma yang paling

baik efeknya terhadap tanaman mutan yaitu sesuai dengan karakter yang diinginkan.

Irradiasi merupakan proses pancaran energi yang berpindah melalui

partikel-pertikel yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang cahaya. Zat

yang dapat memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif. Zat radioaktif mempunyai

atom yang tidak stabil sehingga zat tersebut mengalami transformasi spontan menjadi

zat dengan inti atom yang lebih stabil dengan mengeluarkan partikel atau sifat sinar

tertentu. Proses transformasi spontan ini disebut peluruhan, sedangkan proses

pelepasan partikel atau sinar tertentu disebut iradiasi. Iradiasi yang terjadi akibat

peluruhan inti atom dapat berupa partikel alfa, beta, dan sinar gamma (Sinaga, 2000).

Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetikyang bergerak dengan

kecepatan sangat tinggi, hampir menyamai kecepatan cahaya. Arahnya tidak

dipengaruhi medan magnet dan mempunyai daya ionisasi kecil serta daya tembus

yang tinggi. Sinar gamma mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek daripada

sinar X sehingga mempunyai energi yang lebih tinggi (Soeminto, 1985).

Pada umumnya sinar gamma yang digunakan untuk radiasi adalah hasil

peluruhan inti atom Cobalt-60. Cobalt-60 adalah sejenis metal yang mempunyai

karateristik hampir sama dengan besi/nikel (Sinaga, 2000). Menurut Soeminto (1985)

Cobalt-60 memancarkan dua sinar gamma dengan energi masing-masing sebesar

(3)

jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan. Untuk setiap jenis bahan

diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Satuan yang

digunakan saat ini adalah Gray (Gy). Satu Gray = 1 Joule/kg (Kuswantoro, 2007).

Dalam bidang pertanian sinar radioaktif ternyata mempunyai manfaat yang

cukup besar antara lain :

a. Proses Mutasi : Salah satu cara untuk mendapatkan rangkaian sifat yang baik

yaitu dengan mengubah faktor pembawa sifat (gen). Perubahan gen yang dapat

menyebabkan perubahan sifat makhluk hidup dan diwariskan disebut mutasi.

Sinar radioaktif yang biasanya digunakan untuk mutasi adalah sinar gamma yang

dipancarkan dari radioaktif Cobalt-60. Contohnya adalah padi atomita dan kedelai

muria.

b. Pengawetan makanan : Dilakukan agar bahan makanan yang disimpan tidak

mudah rusak. Pengawetan makanan secara tradisional seperti pengeringan,

pemanasan, dan pengasapan masih memiliki kekurangan karena pada jenis

makanan tertentu sifat makanan dapat berubah, ditumbuhi jamur, dan dapat

diserang serangga. Penemuan cara pengawetan dengan teknik radiasi dapat

meminimalkan kerusakan yang terjadi pada makanan.

c. Pengendalian Hama dan penyakit : Penggunaan sinar radioaktif untuk

pemberantasan hama tidak untuk mematikan hama tetapi untuk memandulkan

hama. Sejumlah serangga jantan diradiasi dengan sinar gamma dalam dosis

tertentu sehingga mengalami kemandulan (steril). Sehingga sperma yang

dihasilkan tidak dapat membuahi sel telur. Cara ini dikenal dengan istilah teknik

jantan mandul. Dengan penggunaan teknik ini, maka populasi hama akan

menurun secara lambat dan bertahap tanpa mengganggu ekosistem

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis sinar gamma cobalt 60L

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dan seleksi galur mutan kedelai (M1) hasil

radiasi cobalt 60 untuk sifat produksi tinggi.

METODE PENELITIAN

Penelitian tahap 1 ini dirancang dengan mengikuti kaidah Rancangan Acak

Kelompok Faktor Tunggal. Penelitian ini dilakukan di UPT Pengembangan Benih

Palawija Randuagung Singosari Lawang. Benih kedelai varietas Wilis di radiasi di

BATAN Jakarta sebanyak 500 benih pada masing-masing perlakuan, kemudian

ditanam sebanyak 46 tanaman satu lubang diisi dengan 2 benih sehingga tanaman

berjumlah 98 tanaman di tanam dengan jarak 40 x 20 cm2 dan dievaluasi pengaruh

(4)

daun, jumlah polong, berat biji per tanaman, berat 100 biji dan berat biji per hektar.

Perlakuan radiasi sinar gamma Cobalt 60 yang diberikan meliputi :

R1 : Galur kedelai hasil radiasi sinar gamma cobalt 60 dosis 100 Gray

R2 : Galur kedelai hasil radiasi sinar gamma cobalt 60 dosis 200 Gray

R3 : Galur kedelai hasil radiasi sinar gamma cobalt 60 dosis 300 Gray

R4 : Galur kedelai hasil radiasi sinar gamma cobalt 60 dosis 400 Gray

R5 : Galur kedelai hasil radiasi sinar gamma cobalt 60 dosis 500 Gray

R6 : Galur kedelai hasil radiasi sinar gamma cobalt 60 dosis 600 Gray

R7 : Galur kedelai hasil radiasi sinar gamma cobalt 60 dosis 700 Gray

Dari 7 macam perlakuan tersebut masing-masing satuan percobaan diulang

sebanyak 7 kali sehingga didapatkan 49 satuan percobaan. Pada generasi M1 setiap

tanaman pada masing-masing dosis perlakuan dipanen per tanaman (restricted bulk)

dan hasil seleksi pada generasi M1 nantinya akan ditanam sebagai generasi M2 pada

percobaan seri kedua (tahun ke 2).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan

irradiasi sinar gamma Cobalt 60 berpengaruh nyata mulai tanaman berumur 35 hari

setelah tanam sampai 70 hari setelah tanam. Perlakuan R1 (dosis 100 gray) secara

keseluruhan menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi jika dibandingkan dengan

perlakuan lainnya sedangkan tinggi tanaman terrendah terdapat pada perlakuan R7

(dosis 700 gray). (Tabel 1 dan Gambar 1). Hal ini menunjukkan semakin meningkat

radiasi sinar gamma Cobalt 60 akan semakin menurunkan tinggi tanaman pada

Kedelai.

(5)

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Kedelai akibat perlakuan Radiasi Sinar Gamma Cobalt 60

Perlakuan Hari Setelah Tanam

14 21 28 35 42 49 56 63 70

R1 7.57 11.57 15.57 17.57 ab 21.86 c 29.00 d 39.43 d 42.86 b 46.29 b

R2 7.68 11.68 15.25 18.82 c 20.84 bc 27.86 d 28.71 b 41.43 b 43.29 b

R3 7.58 11.58 15.01 18.44 abc 21.69 c 24.14 c 32.29 c 36.57 a 42.29 b

R4 7.33 11.33 14.97 18.61 bc 20.61 bc 20.64 b 22.46 a 34.57 a 37.71 a

R5 7.48 11.48 15.41 19.34 c 19.60 ab 20.51 ab 22.43 a 34.64 a 36.43 a

R6 6.76 10.76 14.69 17.26 a 17.97 a 18.53 ab 21.00 a 35.17 a 35.74 a

R7 6.89 10.89 14.81 17.46 ab 17.76 a 17.71 a 20.14 a 35.29 a 35.29 a

BNT 5% tn tn tn 1.18 1.93 2.59 3.16 4.33 4.10

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %

Tabel 1 tersebut diatas menunjukkan bahwa pengaruh radiasi sinar gamma

Cobalt tidak meningkatkan tinggi tanaman tetapi semakin meningkatkan pemberian

dosis radiasi yang diaplikasikan tinggi tanaman semakin menurun, hal ini diduga

energi radiasi yang diterima oleh benih generasi M1 (setelah di radiasi) berpengaruh

terhadap proses fisiologis pasca penanaman. Djajanegara (2010) menyebutkan

bahwa semakin besar dosis radiasi, semakin banyak pula energi yang diterima oleh

sel, yang menyebabkan semakin banyak radikal bebas air terbentuk akibat eksitasi

elektron-elektron air dalam sel. Kemampuan sel untuk memperbaiki

kerusakan-kerusakan tersebut semakin rendah karena sel menerima dosis yang besar dalam

waktu yang singkat (detik, menit, atau jam) atau dosis akut.

(6)

Cobalt 300 gray, R4 = Radiasi sinar gamma Cobalt 400 gray R5 = Radiasi sinar gamma Cobalt 500 gray, R6 = Radiasi sinar gamma Cobalt 600 gray, R7 = Radiasi sinar gamma Cobalt 700 gray

Perlakuan radiasi sinar gamma Cobalt 60 ternyata juga berpengaruh terhadap

karakter jumlah daun yang diamati. Pola pengaruh radiasi sinar gamma terhadap

jumlah daun hampir sama dengan pengaruhnya pada tinggi tanaman dimana dosis

radiasi R1 (100 gray), R2 (200 gray) dan R3 (300 gray) menghasilkan jumlah daun

lebih banyak jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tabel 2 berikut dibawah ini

menunjukkan bahwa semakin meningkat dosis radiasi sinar gamma yang diberikan

jumlah daunnya semakin menurun. Hartati (2000) mengemukakan bahwa semakin

tinggi dosis radiasi sinar gamma mempengaruhi proses fisiologis tanaman yang

berkibat terganggunya proses fotosintesis sehingga unsur-unsur yang diperlukan

tanaman terhambat. Bila fotosintesis terganggu dan unsur-unsur yang diperlukan

terhambat maka pembentukan organ vegetatif dan generatif tanaman akan

terhambat pula dan umur panen menjadi lama.

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Kedelai akibat perlakuan Irradiasi Sinar Gamma Cobalt 60

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %

Perlakuan radiasi sinar gamma Cobalt 60 terhadap rata-rata jumlah polong per

tanaman ternyata memberikan pengaruh yang siknifikan pada setiap dosis radiasi

yang diberikan. Perlakuan radiasi R2 (200 Gray) dan R3 (300 Gray) menghasilkan

jumlah polong per tanaman yang tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan dosis

radiasi lainnya meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan R4 (400 gray) (Tabel

3 dan Gambar 1). Jumlah polong tiap tanaman dan ukuran biji ditentukan secara

genetik, namun jumlah nyata polong dan ukuran nyata biji yang terbentuk dipengaruhi

oleh lingkungan semasa proses pengisian biji (Somaatmadja, dkk, 1985). Di dalam

(7)

bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-1g/100 biji), dan besar

(> 13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu

bulat, agak gepeng, dan bulat telur (Irwan, 2006). Upaya untuk meningkatkan

kemampuan tanaman dalam pembentukan polong dapat dilakukan melalui pemuliaan

tanaman dengan mutasi untuk mendapatkan varietas unggul.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Polong per Tanaman pada Perlakuan Radiasi Sinar Gamma Cobalt 60

Perlakuan Jumlah polong

R1 44.07 cd

R2 54.62 e

R3 54.34 e

R4 49.09 de

R5 41.85 c

R6 28.46 b

R7 21.40 a

BNT 5 % 6.28

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %

Gambar 2. Histogram Jumlah Polong per Tanaman Kedelai pada Perlakuan Radiasi Sinar Gamma Cobalt 60. R1 = Radiasi sinar gamma Cobalt 60. Dosis 100 gray, R2 = Radiasi sinar gamma Cobalt 200 gray, R3 = Radiasi sinar gamma Cobalt 60. 300 gray, R4 = Radiasi sinar gamma Cobalt 400 gray R5 = Radiasi sinar gamma Cobalt 500 gray, R6 = Radiasi sinar gamma Cobalt 600 gray, R7 = Radiasi sinar gamma Cobalt 700 gray

Hasil analisis statistika pengaruh perlakuan radiasi sinar gamma Cobalt 60

terhadap berat biji per tanaman, berat 100 biji dan berat biji per hektar menunjukkan

pengaruh yang nyata pada ketiga parameter yang diamati tersebut. Secara umum dari

(8)

menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding dengan perlakuan dosis lainnya tetapi

tidak berbeda nyata dengan perlakuan R1 (100 gray). Berat biji per tanaman, berat

100 biji dan berat biji per hektar terrendah dicapai pada perlakuan R7 (700 gray)

(Tabel 4 dan Gambar 2).

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Biji per Tanaman, Berat 100 biji dan Berat Biji per hektar pada Perlakuan Radiasi Sinar Gamma Cobalt 60

Perlakuan Berat biji per tanaman (gram)

Berat 100 biji (gram)

Berat biji per hektar (ton)

R1 19.29 bc 14.61 ab 2.41 bc

R2 21.03 c 14.26 ab 2.63 c

R3 20.97 c 15.98 b 2.62 c

R4 15.83 ab 13.93 ab 1.98 ab

R5 14.22 a 13.76 ab 1.78 a

R6 13.48 a 13.17 a 1.69 a

R7 11.89 a 13.70 ab 1.49 a

BNT 5 % 5,00 2,49 0,63

Keterangan : Angka yang didampingi huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %

Gambar 3. Histogram berat biji per tanaman, berat 100 biji dan berat biji per hektar kedelai pada perlakuan radiasi sinar gamma Co 60

Tabel 4 tersebut diatas menjelaskan bahwa secara umum dengan semakin tinggi

dosis radiasi sinar gamma Cobalt 60 yang diberikan pada tanaman kedelai akan

(9)

hektar. Hal ini diduga disebabkan pengaruh sinar gamma dalam proses fisiologis

tanaman.

Sinar gama (seringkali dinotasikan dengan huruf Yunani gama, γ) adalah

sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh

radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya seperti penghancuran

elektron-positron. Sinar gama adalah istilah untuk radiasi elektromagnetik energi-

tinggi yang diproduksi oleh transisi energi karena percepatan elektron.

(Mugiono, 2001).

Iradiasi adalah suatu pancaran energi yang berpindah melalui partikel-partikel

yang bergerak dalam ruang atau melalui gerak gelombang cahaya. Zat yang dapat

memancarkan iradiasi disebut zat radioaktif. Zat radioaktif adalah zat yang

mempunyai inti atom tidak stabil, sehingga zat tersebut mengalami transformasi

spontan menjadi zat dengan inti atom yang lebih stabil dengan mengeluarkan partikel

atau sifat sinar tertentu. Proses tranformasi spontan ini disebut peluruhan, sedangkan

proses pelepasan partikel atau sinar tertentu disebut iradiasi. Iradiasi yang terjadi

akibat peluruhan inti atom dapat berupa partikel alfa, beta, dan sinar gamma. Pada

umumnya sinar gamma yang digunakan untuk radiasi adalah hasil peluruhan inti atom

Cobalt-60. Cobalt-60 adalah sejenis metal yang mempunyai karateristik hampir sama

dengan besi/nikel (Sinaga, 2000).

Heritabilitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan dalam suatu seleksi,

yaitu untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada

keturunannya. Menurut Warwick, dkk (1983) heritabilitas adalah istilah yang digunakan

untuk menunjukan bagian dari keragaman otal (yang diukur dengan raga) dari suatu

sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara statisitik merupakan reaksi

observed fenotific variance, yang disebabkan perbedaan diantara gen dan kombinasi

gen genotype individu-individu sebagai suatu unit. Heritabilitas juga merupakan

parameter genetik yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotipe pada

populasi tanaman dalam mewariskan karakter yang dimilikinya atau merupakan suatu

pendugaan yang mengukur sejauh mana keragaman penampilan suatu genotipe

dalam populasi terutama yang disebabkan oleh peranan faktor genetik.

Hasil analisis statistika terhadap heritabilitas tanaman kedelai hasil irradiasi sinar

gamma cobalt 60 (Tabel 5 dan Gambar 4) menunjukkan nilai yang bervariasi dari

(10)

Tabel 5. Heritabilitas Variabel Produksi Tanaman Kedelai Hasil Radiasi Sinar Gamma Cobalt 60

Variabel Perlakuan Radiasi

R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7

Berat Biji per Tanaman 0.59 0.80 0.66 0.77 0.54 0.59 0.54

Berat 100 biji 0.62 0.76 0.77 0.49 0.52 0.42 0.52

Jml Polong per Tanaman 0.57 0.49 0.62 0.63 0.54 0.61 0.74

Berdasarkan tabel 7 tersebut diatas menunjukkan bahwa nilai heritabilitas

tanaman kedelai pada tiga sifat variabel produksi termasuk dalam katagori sedang

sampai tinggi, variabel berat biji per polong perlakuan radiasi 200 gray menunjukkan

nilai heritabilitas tertinggi yaitu 80 % untuk berat biji 76 % sedang untuk jumlah polong

, 69%. Dari situ terlihat bahwa penampilan (fenotip) ketiga sifat tersebut lebih dominan

pengaruhnya oleh faktor genetik dari pada faktor lingkungannya. Jika dilakukan

seleksi, maka sifat baik fenotip yang nampak saat seleksi bisa digunakan untuk

menduga sifat baik genotipnya. Sehingga kemajuan seleksinya akan tinggi (signifikan).

(11)

KESIMPULAN

1. Pemberian radiasi sinar gamma Cobalt 60 tidak meningkatkan persentase daya

kecambah bahkan cenderung semakin meningkatnya dosis radiasi sinar gamma

Cobalt 60 yang diberikan persentase daya kecambah semakin menurun.

2. Pengaruh radiasi sinar gamma Cobalt 60 pada parameter vegetatif yang diamati

(tinggi tanaman dan jumlah daun) menunjukkan bahwa pemberian radiasi dosis

R1 (100 gray), R2 (200 gray) dan R3 (300 gray) menghasilkan tinggi tanaman dan

jumlah daun yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

3. Perlakuan radiasi sinar gamma Cobalt 60 pada dosis R2 (200 gray) dan R3 (300

gray) menghasilkan jumlah polong, berat biji per tanaman, berat 100 biji dan berat

biji per hektar yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

4. Perlakuan R2 (200 gray) mempunyai nilai heritabilitas tertinggi dengan tingkat

keragaman genotipe yang menunjukkan penampilan fenotipenya pada beberapa

variabel produksi dipengaruhi oleh faktor genotipe lebih dominan dari pada faktor

lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

BATAN, 2006. Badan Tenaga Atom Nasional [BATAN]. 2006. Mutasi dalam pemuliaan tanaman.

http://www.batan.go.id/patir/pert/pemuliaan/pemuliaan.html [15 Juli 2007].

Djajanegara, I. 2010. Penelitian Pendahuluan Mutasi dengan Sinar Gamma (CO 60) untuk Meningkatkan Kandungan Metabolit Sekunder dan Analisis Isozyme pada 3 Varietas Jamur Tiram ( Pleurotus ostreatus). BATAN. Jakarta.

Indriani, F. C., Sudjindro, Arifin, N. S., dan Lita S., 2008. Keragaman genetik plasma nutfah kenaf (Hibisus cannabinus L.) dan beberapa species yang sekerabat berdasarkan analisis isozim. Dikutip dari : http://images.soemarno.multiply.com/attachment/0/Rfux4goKCpkAABt7Lqs1/ra mi4.doc?nm id=22332374. [4 Februari 2012

lrwan, 2006. Budidaya Tanaman Kedelai, Jatinangor: Universitas Padjadjaran

Kuswantoro A. 2007. Perakitan varietas unggul kedelai spesifik agroekologi. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H (eds). Kedelai: Teknik produksi dan pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Mugiono, 2001. Pemuliaan tanaman dengan teknik mutasi. Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta.

(12)

Soeminto B, 1985. Manfaat Tenaga Atom untuk Kesejahteraan Manusia. CV Karya Indah, Jakarta, 23-41; 125–130.

Gambar

Tabel 1.   Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Kedelai akibat perlakuan Radiasi
Tabel 2.  Rata-rata Jumlah Daun  Kedelai akibat perlakuan Irradiasi Sinar
Tabel 3.   Rata-rata Jumlah Polong per Tanaman pada Perlakuan Radiasi                    Sinar Gamma Cobalt 60
Tabel 4.   Rata-rata Jumlah Biji per Tanaman, Berat 100 biji dan Berat Biji per                  hektar pada Perlakuan Radiasi   Sinar Gamma Cobalt 60
+2

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 18. Grafik Regresi Logarithmic variasi 6.. Jom FTEKNIK Volume 2 No. Berdasarkan data pengukuran di laboratorium maka kita dapat melihat gambaran profil muka air aliran

Dari hasil pemeriksaan intra oral diketahui semua lesi yang terdapat pada mukosa labial dan lateral lidah telah mengalami penyembuhan (Gambar 7, 8, 9)..

Fenomena di atas, merujuk pada konsep peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan menginovasi kurikulum yang tercantum dalam Kepmendiknas No.232/U/2000 dan

Kegiatan : 2.16.02.2.01 Pengelolaan Informasi dan Komunikasi Publik Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Organisasi : 2.16.2.20.2.21.01.00 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Unit

Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid

1) Memberikan layanan sesuai janji 12) Karyawan yang sangat santun 2) Ketergantungan dalam menangani masalah 13) Karyawan yang memiliki pengetahuan layanan pelanggan

Dari hasil deteksi tepi dapat diketahui 4 titik acuan pada objek kaki, yang menjadi dasar untuk proses deteksi marker dan menghitung jarak antar marker sehingga panjang dan

Lead ore yang dihaluskan Peralatan utama Reverbatory furnace Rotary kiln/rotary furnace Cupelling furnace Furnace yang dilengkapi atomizer Proses Leburan lead