• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hijauan Makanan Ternak Nabati Bahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hijauan Makanan Ternak Nabati Bahan "

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Perkembangan peternakan di Indonesia saat ini dituntut suatu keseimbangan antara ketersediaan pakan yang berkelanjutan dalam kuantitas dan kualitas pakan yang mampu mencukupi kebutuhan nutrien ternak. Hasil yang diperoleh di daerah tropis rendah, antara lain disebabkan pakan yang kurang memenuhi persyaratan baik kualitas maupun kuantitas. Masalah kualitas dan kuantitas hijauan pakan ternak sampai saat ini masih merupakan masalah utama karena persediaannya sangat tergantung pada musim.

Pakan merupakan salah satu faktor yang penting untuk menunjang berhasilnya suatu usaha peternakan, karena tanpa memperhatikan faktor ini perkembangan peternakan tidak dapat memuaskan. Salah satu faktor penghambat perkembangan peternakan Indonesia adalah kurangnya penyediaan bibit unggul hijuan pakan.

Secara konvensional, perbanyakan tanaman dilakukan melalui biji dan pemisahan anak. Namun teknik ini tidak dapat diharapkan untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan dalam skala yang besar. Diperlukan waktu yang lama untuk mendapatkan biji atau memisahkan anakan.

(2)

BAB II

IDENTIFIKASI RUMPUT DAN LEGUM

Tinjauan Pustaka

Produksi Hijauan Makanan Ternak

Berbeda dengan istilah produksi pada tanaman pertanian, misalnya padi, jagung, kedelai, kentang dan lain-lain. Maka istilah produksi pada tanaman-tanaman pertanian tersebut ialah hasil dari satu kali panen pada suatu luasan tanah tertentu, sedangkan produksi dari tanaman makanan ternak merupakan produksi gabungan dari lebih satu kali panen, yaitu di dalam satu tahun dari satu luasan tanah tertentu. Faktor luar, misalnya pengaruh perbedaan musim, frekuensi ulangan defoliasi, kesuburan tanah dan lain-lain sangat mempengaruhi angka produksi gabungan tersebut. Secara agronomis memang lebih mudah menghitung jumlah bobot tiap kali panen, tetapi sebetulnya belum semuanya jumlah produksi tersebut berguna untuk ternak karena kurang disukai oleh ternak tersebut, tersisa tidak dimakan dan faktor-faktor lain (Soetrisno et al., 2008).

Besar atau kecilnya konsumsi hijauan makanan ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya disukai atau tidaknya oleh ternak (palatability), jumlah hijauan yang tersedia, gerak lajunya sebagai makanan (passage) dan pengaruh langsung lingkungan. Di lain pihak besar atau kecilnya konsumsi dapat mempengaruhi naik atau turunnya produksi ternak. Hal ini tergantung pula pada nilai gizi hijauan makanan ternak tersebut, yaitu yang mengenai susunan kimianya yang mencerminkan kandungan zat-zat gizinya dan seberapa besar daya cerna masing-masing zat tersebut (Soetrisno et al., 2008).

Tanaman rumput

(3)

khususnya rumput dapat dilakukan berdasarkan tanda-tanda atau karakteristik vegetatif. Hijauan pakan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni jenis rumput-rumputan dan jenis daun-daunan. Hijauan pakan rumput-rumputan dapat berupa rumput lapangan atau rumput unggul. Hijauan pakan daun-daunan yang gizinya paling baik adalah daun leguminosa. Jenis leguminosa umumnya memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput-rumputan (Sukamto, 2006).

(4)

Daun rumput yang berkembang sempurna terdiri atas bagian bawah yang disebut selubung daun dan bagian atas yang disebut helaian daun. Pada permukaan dalam (atas) daun, antara selubung dan helaian, hampir selalu terdapat struktur pertumbuhan keluar yang disebut ligula. Spesies-spesies sering dibedakan melalui ukuran dan bentuk ligula serta aurikula. Aurikula merupakan struktur yang menghubungkan helaian dan selubung (Soetrisno et al., 2008).

Rangkaian bunga merupakan bagian utama tanaman yang mengandung bunga dan kemudian “biji”. Pada rumput disebut dengan infloresensia. Infloresensia tersusun atas unit-unit kecil yang disebut spikelet. Spikelet bervariasi struktur, ukuran, dan bentuknya. Bila spikelet terdapat pada bagian sumbu yang bercabang, infloresensia disebut panikula. Bila terdapat secara langsung pada sumbu yang tidak bercabang, disebut bulir. Disebut tandan atau racemus bila semua atau beberapa bertangkai dan berpediselus. Sumbu yang tidak bercabang disebut rachis. Pada sebagian besar rumput, bunga terdiri atas lodikula, stamen, dan pilistum (Soetrisno et al., 2008).

Tanaman Legum

Sistematika tanaman legum menurut Soetrisno et al., (2008) adalah sebagai berikut :

(5)

Caesalpiniaceae yang dibudidayakan sebagai tanaman pakan. Sebaliknya, spesies Papilonaceae sangat banyak ditanam sebagai tanaman pakan dan pastura (Soetrisno et al., 2008).

Sistem akar sebagian besar terdiri atas akar tunggang yang bercabang. Banyak terdapat benjolan-benjolan kecil atau nodul yang bentuk dan ukurannya sangat bervariasi antar spesies. Nodul terbentuk sebagai akibat asosiasi simbiotik antara tanaman legum dengan bakteri Rhizobium sp (Soetrisno et al., 2008). Batang umumnya tegak dan bercabang tapi kadang semi-tegak atau prostrate. Banyak spesies yang memanjat dan berpilin, dan pada beberapa spesies memiliki stolon dan rhizoma (Soetrisno et al., 2008).

Daun biasanya majemuk dan tersusun berurutan. Tiap daun terdiri atas tangkai (petiolus), yang atasnya terdapat satu atu lebih anakan daun (leaflet). Pada dasar tangaki daun terdapat sepasang struktur seperti daun yang disebut stipula (Soetrisno et al., 2008). Bunga umumya tersusun dalam rangkaian tandan (racemes). Rangkaian bunga yang lain meliputi bongkol, tandan seperti bulir, dan bulir. Bunga tersususn di sumbu sentral, masing-masing pada pedilus atau tangkai pendek (Soetrisno et al., 2008).

Materi dan Metode

Materi

Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi tanaman adalah papan nama tanaman, kamer, dan kertas kerja.

Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi tanaman adalah bermacam-macam tanaman rumput dan legum di Lahan Tanaman Pakan Laboratorium Hijauan Makanan Ternak.

Metode

(6)
(7)

Hasil Dan Pembahasan

Tanaman rumput

Hasil yang diperoleh pada identifikasi tanaman rumput adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Identifikasi rumput

No (nama spesies)Nama latin Nama Umum Tipe

Tumbuh Daun Bunga

3 Vetivera zizanoides Akar wangi Erect Sejajar Racem e

purphoides Rumput raja Erect Sejajar Panicle 6 Euchlaena Mexicana Rumput

8 Digitaria decumbens Pangola Erect Sejajar Racem e

9 Panicum maximum Benggala Erect Sejajar Open

panicle

hamil Rumput benggala Erect Sejajar Panicle

15 Imperata cilindrica Alang-alang Erect Sejajar spike 16 Brachiaria ruziensis Rumput ruji Erect Sejajar Spike 17 Androgopan gayanus Rumpat

gamba

Erect Sejajar

(8)

lapungensis

(9)

Gambar 1. Brachiaria brizantha

Panicum maximum. Mempunyai nama umum rumput benggala. Tipe tumbuhnya adalah semi erect dan tipe bunga adalah panicle. Tipe daun rumput benggala adalah sejajar dan terdapat legule/bulu pada permukaan daun. Selain itu juga terdapat colar dan auricle yang melingkari batang. Panicum maximum termasuk tanaman rumput berumur panjang (tahunan). Tanaman tersebut tumbuh tegak, kuat, batang seperti padi, warna daunnya hijau tua, bentuknya ramping, bagian tepi kasar tapi lunak, dan lidah daun kuat (Skerman dan Riveros, 1990). Menurut Blegur (2005), Panicum maximum termasuk tanaman rumput berumur panjang, tumbuh tegak, kuat, batang seperti padi, mencapai tinggi 2 m sampai 2,5 m. Warna daun hijau tua, berdaun lebar, bentuk ramping, bagian tepi kasar tetapi lunak dengan lidah daun yang kuat,dan memiliki akar yang dalam. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur

(10)

Gambar 2. Panicum maximum

Vetiveira zizanoides. Sering disebut akar wangi. Tipe tumbuhnya erect, dengan tipe bunga receme. Daunnya kecil, kaku, tidak berbatang, dan tulang daunnya berwarna putih. Vetiveria zizanoides adalah rumput menahun yang membentuk rumpun yang besar, padat dengan arah tumbuh tegak lurus, kompak, beraroma, bercabang-cabang, memiliki rimpang dan sistem akar serabut yang dalam. Rumpun tumbuh hingga mencapai tinggi 1 sampai 1.5 (-3) m, berdiameter 2 sampai 8 mm. Daun berbentuk daun berupa bangun garis, pipih, kaku, panjang 30 sampai 75 (-90) cm dan lebar 4 sampai 10 (-15) mm, permukaan bawah daun licin. Perbungaan malai (tandan majemuk) terminal, panjang nya mencapai 15 sampai 40 cm, tersusun atas 6 sampai 10 lingkaran hingga 20 lingkaran yang lebih ramping, tiap tandan memiliki panjang mencapai 10 cm, ruas yang terbentuk antara tandan dengan tangkai bunga berbentuk benang, namun di bagian apeksnya tampak menebal (Prohati, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 3. Vetiveria zizanoides

(11)

Rumput ini sangat potensial ditanam di Indonesia (Agus, 2008). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 4. Pennisetum purpureum

(12)

Gambar 5. Pennisetum purpureum dwarf

Euchlaena mexicana. Memiliki nama lain rumput Meksiko, karena daerah asalnya adalah Mexico (Amerika Tengah). Tipe tumbuhnya adalah ertect atau tegak. Tipe daunnya sejajar dengan tulang daun berwarna putih, memiliki colat, berbulu halus, dan tekstur bagian atasnya kasar, sedangkan bagian bawahnya halus. Menurut Parakkasi (1995), Euchlaena mexicana termasuk tanaman berumur pendek (annual), tumbuh tegak dengan daun lebar, mirip tanaman jagung. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 6. Euchlaena mexicana

(13)

menggunakan biji atau pols, dan bisa dipanen pada umur 3 sampai 5 bulan setelah biji disebar. Brachiaria mengandung nilai nutrisi yang baik, dicirikan dengan nilai palatabilitas dan protein yang tinggi. Selain sebagai pakan ternak, rumput ini juga bias dimanfaatkan sebagai tanaman penutup di perkebunan atau untuk reklamasi dan konservasi pada lahan marjinal.Rumput Brachiaria adalah salah satu rumput gembala yang memiliki produksi lebih baik jika banding campuran dengan leguminosa (Wada, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 7. Brachiaria decumben

Digitaria decumbens. Memiliki nama lain rumput pangola. Tipe tumbuhnya adalah tegak atau erect dengan bunga raceme. Daunnya kecil dan tidak berbulu. Menurut Steel dan Torie (1993), rumput ini berasal dari Afrika Selatan. Rumput ini tumbuh merayap rendah dan membentuk hamparan yang mencapai tinggi 60 sampai 120 cm. Rumput ini berdaun lebat dan halus, pada setiap buku stolonnya bisa tumbuh akar dan tangkai. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

(14)

Hyparrhenia rufa. Nama lain rumput ini adalah rumput jaragua. Tumbuh dengan tipe erect dengan bunga bertipe spike. Pada bagian belakang daun terdapat bulu. Pada bagian batang terdapat colar dan legul. Tanaman ini juga disebut rumput jaragua. Rumput jaragua ini digunakan sebagai rumput padangan tropik Amerika selatan dan tengah. Rumput ini membentuk rumpun yang lebat, parennial dengan daun-daun yang basah yang apabila disenggut ternak atau dipotong akan menghasilkan rumpun yang lebat (Reksohadiprodjo, 1994). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 9. Hyparrhenia rufa

(15)

Gambar 10. Paspalum plicatum

Setaria lampungensis. Nama lain rumput ini adalah rumput setaria. Tipe tumbuhnya adalah semi erect. Daunnya berwarna ungu, memiliki colar, dan tidak berbulu. Menurut Blegur (2009), Setaria lampungensis sering juga disebut sebagai rumput setaria lampung. Rumput setaria bersifat perennial, tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, bunga tersusuri dalam tandan coklat keemasan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas. Rumput ini merupakan rumput potong atau gembala di daerah dataran tinggi, termasuk tanaman yang tahan kering dan teduh, berdaun lunak dan disukai ternak. Rumput setaria sangat cocok di tanam di tanah yang mempunyai ketinggian 1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air,dan responsif terhadap pemupukan. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

(16)

Pennisetum purpureum cv. Mott. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv.Mott) merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi bagi ternak ruminansia. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006). Rumput ini secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang dapat mencapai 2 sampai 3 m, dengan diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas atau buku. Tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Pelepah daun gundul hingga berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar yang lebar, dan ujungnya runcing (Sukiman, 2005). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 12. Pennisetum purpureum cv mott

(17)

Gambar 13. Paspalum atractum

Setaria splendida. Rumput setaria berasal dari kawasan Afrika tropis kemudian berkembang di Kenya dan Senegal. Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 meter, berdaun halus dan berwarna hijau gelap, berbatang merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pangkal daun pada pelepah batang tersusun seperti kipas. Rumput setaria cocok ditanam pada ketinggian 1200 mdpl dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan dapat tumbuh pada genangan air (Rukmana, 2005). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 14. Setaria splendida Tanaman legum

Berdasarkan pengamatan di Kebun Koleksi Hijauan Makanan Ternak dan Pastura dapat diketahui beberapa macam tipe daun, tipe bunga dan tipe tumbuh dari tanaman legum. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Identifikasi legum

(18)

(nama spesies) Nama umum

Tumbuh Daun Bunga

1 Gmelina arburea Jati Erect Simple Trompet

2 Bauhania purpurea Waru Erect Simple Kupu-kupu 3 Stylosanthes

6 Caliandra calotyrsus kaliandra Erect Simple Kupu-kupu 7 Cordaliocalyx 15 Sesbania glandifora Turi Erect Paripinate Kupu-kupu 16 Sesbania sesban jayanti Erect Paripinate papilionac

eae 17 Flemingia

macrophyla

Opo-opo Erect Trifoloaite Trompet

(19)

seperti sutra, daun-daun penumpu berbentuk bulat telur dan panjang 3 sampai 6 mm, daun mahkota hijau dan panjang 6 sampai 13 mm dengan 5 lobus berbentuk lanset, daun mahkota kehijauan, umumnya berbentuk jorong dan memiliki urat paralel merah yang jelas. Buah polong kering pecah memanjang, panjang 8 sampai 15 mm dan lebar 5 mm, mengandung dua biji. Biji berbentuk bundar, dengan diameter biji 2 sampai 3 mm, berwarna hitam mengkilap. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 15. Flemingia macrophylla

(20)

setahun sekali antara bulan April sampai Juli (Bamualim dan Wirdahayati, 2002). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 16. Gmelina

Sesbania glandiflora. Tanaman ini lebih banyak dikenal dengan nama turi. Tumbuh secara tegak dengan daun bertipe paripinate dan bunganya berbentuk terompet. Menurut King (2009), tanaman ini bunganya besar berwarna putih, tapi ada juga yang merah atau ungu. Buahnya berbentuk polong yang panjang. Daunnya majemuk, kecil, dan bulat. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 17. Sesbania grandiflora (turi)

(21)

Gambar 18. Sesbania sesban (jayanti)

Bauhinia purpurea. Menurut Purbajanti (2013), tanaman ini sering disebut sebagai tayuman. Tayuman merupakan salah satu pohon legum tahunan yang memiliki daun yang simple dan apabila tumbuh tingginya dapat mencapai 17 kaki, dengan tipe tumbuh erect atau tegak. Bentuk bunga tayuman adalah papilionaceae. Tayuman berasal dari Asia Selatan. Manfaat tayuman dapat dijadikan sebagai obat antibakteri dan antidiare. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 19. Bauhinia purpurea

(22)

daun tiga; panjang tangkai daun 1 sampai 12 mm, jarak antar daun 0,5 sampai 1,5 mm, panjang stipula 2 sampai 15 mm, stipula bersatu dengan tangkai daun (adnate to the petiole), anak daun berbentuk jorong sampai lanset, panjang 5 sampai 45 mm dan lebar 2 sampai 20 mm. Perbungaan berbentuk bulir (a loosely capitate spike), muncul di bagian ujung atau aksiler batang, terdiri atas 4 atau lebih bunga. Bunga didukung oleh daun-daun tangkai luar (outer bract) berukuran 3 sampai 7 mm, anak daun-daun-daun-daun pelindung bagian luar berukuran panjang 2,5 sampai 5,5 mm dan bagian dalam berukuran panjang 2 sampai 4,5, panjang daun-daun kelopak 4 sampai 8 mm, panjang tiap lobus daun kelopak 3 sampai 5 mm. Buah berupa buah kering polong. Biji berwarna coklat atau ungu pucat. Stylo tumbuh dan beradaptasi pada lokasi-lokasi yang panas namun beriklim lembap, dan tidak toleran terhadap kekeringan dan suhu dingin. Tumbuhan ini tumbuh pada berbagai tipe tanah, tapi umumnya dapat beradaptasi dengan baik pada tanah-tanah asam dan miskin hara yang mengandung kadar Al dan Mn tinggi. Perbanyakan Stylo dapat dilakukan dengan mengecambahkan biji. Namun perlakuan dengan perendaman air panas bersuhu 80°C selama 10 menit untuk memecah lapisan keras biji, berfungsi meningkatkan laju perkecambahannya (Prohati, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 20. Stylosanthes guianensis (kacang stylo)

(23)

ujungnya, serta lebat. Daun-daun yang masih muda tertutup bulu berwarna coklat, sedangkan bunganya berwarna ungu kebiruan. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 21. Pueraria triloba

Leucaena leucocephala. Tanaman ini umum disebut dengan lamtoro. Tipe tumbuhnya adalah erect. Daunya bertipe paripinate, sedangkan bunganya berbentuk bola. Menurut Piggin (2003), daun tanaman ini kecil-kecil, bentuknya lonjong, serta bunganya bertangkai, berkepala berbentuk bulat bola yang warnanya putih kekuning-kuningan. Menurut Blegur (2009), tanaman ini berbentuk pohon yang bisa mencapai ketinggian 10 m dan memiliki akar yang cukup dalam. Daunnya kecil-kecil,bentuknya lonjong,bunganya bertangkai.Tanaman ini toleran terhadap hujan, angin, kekeringan, serta tanah-tanah yang kurang subur. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

(24)

Cordaliocalyx murbangensis. Tanaman ini tumbuh tegak dan memiliki daun bertipe trifoliate Tanaman ini sering disebut sebagai sanagori. Menurut Soedomo (1992), pohon sanagori tumbuh tegak dengan tinggi 1 sampai 3 m. Pucuk batang dan bunga biasanya ditutupi oleh rambut panjang. Daun berbentuk oval dengan panjang 8 cm dan lebar 5 cm. Bunga biasanya bercabang tiga, atau sering disebut trifoliate. Warna bunga merah muda dan apabila sudah tua menjadi merah lebih gelap. Hasil praktikum jika dibandingkan dengan literatur maka dapat dinyatakan bahwa tanaman yang digunakan saat praktikum adalah Codariocalyx murbangensis.

Gambar 23. Codariocalix murbangensis

(25)

besar (diatas 4 cm) dengan panjang setek bervariasi mulai dari 40 cm sampai 1,5 m. Jarak tanam juga bervariasi, antara 40 sampai 50cm sampai dengan 1,5 sampai 5 m tergantung kebutuhan. Gamal mengandung nilai gizi yang tinggi. Protein kasar berada diantara 18 sampai 30% dan nilai ketercernaan 50 sampai 65% (Blegur, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 24. Gliricidia maculata (Gamal)

Desmodium ransonii. Legum ini tumbuh dengan tipe procumbent. Daunnya bertipe trifoliate, dan bunganya berbentuk kupu-kupu. Bunganya berwarna lila sampai jingga. Batangnya berbentuk silindris. Tergolong legum berumur panajang, tumbuh melilit atau memanjat. Setiap tangkai berdaun tiga helai (Bamualim dan Wirdahayati, 2002). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

(26)

Curelium eucaliphus. Tanaman ini tumbuh menjalar, dengan daun bertipe trifoliate. Menurut Prohati (2009), tanaman ini merupakan pohon besar hingga 50 m tingginya, diameter dapat mencapai 2 m. Pepagan memeripih atau pecah-pecah seluruh batangnya yang mudah gugur menjadi licin atau berbecak-becak, warna pepagan abu-abu. Daun berseling, tebal, helaian daun melanset sempit hingga melanset, warna hijau mengkilat, daun muda berhadapan kemudian menjadi berseling, membulat telur dan berwarna hijau hingga hijau kebiruan. Perbungaan diketiak daun, padat, bentuk memayung, bunga tunggal, 7 sampai 11 bunga, warna putih. Buahnya buah kapsul, agak membulat hingga membulat telur. Biji kasar, coklat hingga hitam. Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 26. Curelium eucaliphus

(27)

terdiri dari sedikit atau banyak kepala bunga, bunga berkelompok di bagian ujung (terminal) membentuk rasemosa berukuran 10 sampai 30 cm. Tiap bunga menarik berwarna merah keunguan berukuran 4 sampai 6 cm, daun kelopak berukuran 2 mm, kelopak mahkota 5 sampai 6 mm, benang sari banyak. Buah kering, panjang 8 sampai 11 cm dan lebar 1 cm. Biji berjumlah 3 sampai 15, berbentuk elips dan pipih, berukuran 5 sampai 7 mm, berwarna coklat kelam (Prohati, 2009). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 27. Calliandra callothyrsus

(28)

Gambar 28. Pueraria phaseoloides

Arachis pintoii. Nama lain legum ini adalah kacang hias. Tumbuh dengan tipe procumben. Daunnya bertipe paripnate. Bunganya berbentuk kupu-kupu. . Pembungaan sangat tergantung dari ketersediaan air dalam tanah, dan suhu. Merupakan salah satu legum tropis yang lebih tahan terhadap naungan dan menghasilkan biomass yang tinggi pada kondisi naungan berat (Subandi, 1999). Berdasarkan hasil pengamatan data sudah sesuai dengan literatur.

Gambar 29. Arachis pintoii Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa praktikum identifikasi rumput dan legum bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara tanaman rumput dan tanaman legum. Perbedaan keduanya secara visual dapat dilihat dari tipe tumbuh, tipe daun dan tipe bunga. Tipe daun legum lebih bervariasi dibandingkan dengan tipe daun rumput. Tipe daun legum lebih banyak dibandingkan tipe daun rumput.

(29)

Agus, Ali. 2008. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Adrana Media dan Rumah Produksi Informatika. Yogyakarta.

Bamualim, A. dan Wirdahayati, R.B . 2002. Peternakan di Lahan Kering Nusa Tenggara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa Tenggara Timur. 95 hlm.

Haba, Jellian Radja. 2009. Tugas MK tatalaksana padang penggembalaan tropika. Blog Akademik: Michael Riwu Kaho, Undana, Kupang. Hosang, E.Y. 2004. Pola Pertanaman Ladang Rendah Risiko dan

Pengaruhnya Terhadap Komponen Geofisik dan Sosial Ekonomi di Daerah Tangkapan Air Bendungan Tilong. Thesis Master. Program Pascasarjana. Universitas Nusa Cendana, Kupang. 177 hlm.

Kalmbacher R. S., Martin F. G. and Kretschmer A. E., Jr. (1997) Performance of cattle grazing pastures based on Paspalum atratum cv. Suerte. Tropical Grasslands. No 31: page 58-66.

King, A. 2009. Edible flowers. Subtropical Gardening and Landscaping in Warm Climate. Available at www.stgmagazine. com.au, STG – Issue Eleven. http://www. stgmagazine.com.au/pdf/sp_edible_ flowers.pdf. (21 Februari 2009).

Nulik, J. dan D. Kana Hau. 2007. Tanaman gamal (Gliricidia sepium) dan potensi pemanfaatannya sebagai pakan ternak dan fungsi lainnya dalam sistem usahatani di Nusa Tenggara Timur. Pros. Seminar Hasil-Hasil Pengkajian. Kupang, 7 – 8 Desember 2007. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. hlm. 533 – 539.

Piggin, C. 2003. The role of Leucaena in swidden cropping and livestock production in Nusa Tenggara Timur Province, Indonesia. Proc. of a Workshop Agriculture: New Directions for a New Nation East Timor (Timor- Leste). Dili, 1 – 3 October 2002. pp. 115 – 129.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Ruminansia. Indonesia. University Press. Jakarta.

Prohati. 2009. Keanekaragaman Tumbuhan Hayati Indonesia. Available at http://www.proseanet.org/prohati2/browser.php?docsid=387.

Accession date 09 April 2013. 20.00.

(30)

Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi Revisi Cetakan ke 1. BPFE. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijau Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta

Skerman, P.J, & F. Riveros. 1990. Tropical Grases. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

Soedomo, R. 1992. Codariocalyx gyroides (Roxb. ex Link) Hassk. In: 't Mannetje, L. and Jones, R.M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages. pp. 97–98. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).

Soetrisno, Djoko. Bambang Suhartanto, Nafiatul Umami, dan Nilo Suseno. 2008. Bahan Ajar Ilmu Hijauan Makanan Ternak. Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjha Mada. Yogyakarta.

Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan: B. Sumantri. Edisi ke-2. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Subandi. 1999. Teknologi budidaya untuk mendukung peningkatan produksi jagung di Nusa Tenggara. Pros. Lokakarya Regional: Penerapan Teknologi Indigenous dan Teknologi Maju Menunjang Pembangunan Pertanian di Nusa Tenggara. Kupang, 1 – 2 Maret 1999. Kerjasama Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi NT dan BPTP Naibonat dengan Department of Primary Industry and Fisheries, Darwin NT, Australia. hlm. 230 – 242.

Sukiman, S. T. 2005. Rumput Gajah Tropis. Kanisius. Yogyakarta.

Surono, M.S., & S.P.S Budhi. 2006. Kehilangan bahan kering dan bahan organik silase rumput gajah pada umur potong dan level aditif yang berbeda. J. Indon. Trop Anim Agric. 3:62-68.

Syarifuddin, NA. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Enzilase Pada Berbagai Umur Pemotongan. Produksi Ternak. Fakultas Pertanian UNLAM. Lampung.

Utami, P. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Cetakan ke-1. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan.

Wada, Ferdiyup Syarif. 2009. Jenis Rumput-rumputan. Available at www.ferdiyupwada.blogspot.com. Accession date 09 April 2013. 13:04.

(31)
(32)

Tinjauan Pustaka menjadi dua macam, yaitu tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil (monocotyledonae) dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan dikotil (dicotyledonae). Ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil hanya dapat ditemukan pada tumbuhan subdivisi angiospermae karena memiliki bunga yang sesungguhnya (Anonim, 2009). Tanaman legumeinosae bijinya tidak mengandung endosperm dan teretutup oleh testa (selubung biji) yang tebal dengan hilium yang mencolok. Spesies legume akan menghasilkan biji yang keras yang akan melunak secara gradual seiring waktu. Biji legume tidak mempunyai endosperm namun cadangan makanannya terdapat pada kotiledon (Anonim, 2009).

Kelebatan tanaman, jumlah biji tiap bunga dan persentase biji yang terpanen merupakan tiga faktor utama dalam produksi biji tanaman makanan ternak tropik yang paling dipengaruhi cuaca dan praktek bercocok tanam (Anonim, 2009)

(33)
(34)

Materi dan Metode Materi

Alat. Alat-alat yang digunakan dalam acara praktikum identifikasi biji antara lain kertas kerja, alat tulis, serta kamera.

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam acara praktikum identifikasi biji antara lain berbagai macam biji koleksi laboratorium Hijauan Makanan Ternak Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Metode

(35)

Hasil dan Pembahasan

Tumbuhan kelas (tingkat) tinggi dapat dibedakan atau dibagi menjadi dua macam, yaitu tumbuhan berbiji keping satu atau yang disebut dengan monokotil (monocotyledonae) dan tumbuhan berbiji keping dua atau yang disebut juga dengan dikotil (dicotyledonae). Ciri-ciri tumbuhan monokotil dan dikotil hanya dapat ditemukan pada tumbuhan subdivisi angiospermae karena memiliki bunga yang sesungguhnya (Anonim, 2009). Berdasarkan hasil praktikum maka diperoleh data-data sebagai

(Indigo) Hitam Bulat agakpipih Sangatkecil Kulit 3. Jatropha curcas

(Akasia) Coklat tua Bulat Kecil Tebal

6 Macroptilium

(Kacang panjang) Ungu Lonjong Sedang Tebal 9 Medicago

(36)

(Sorghum putih)

16 Oryza sativa (padi) Kuning Lonjong Kecil Tipis 17 Desmanthus virgatus

leucocephala Coklat Pipih Sedang Tebal 20 Sentrosema

pubescens

Hitam Bulat Kecil Tebal

21 Bauhinia blakeana Coklat Pipih Besar Tebal 22 Gmelina arbuera Coklat Bulat Besar Tebal 23 Flemingia

(Kacang ragi) Hitam Bulat Kecil Tipis

31 Sesbania grandiflora

33 Albizia alcatara Coklat Lonjong Sedang Tipis 34 Pueraria javanica

(Kacang kudzu) Hitam Bulat Kecil Tipis

(37)

tanaman kedelai di pulau Jawa yang paling baik adalah pada ketinggian tanah kurang dari 500 m di atas permukaan laut.

Gambar 30. Glycine max

Indigovera arrecta (indigo). Berdasarkan pengamatan diketahui ciri – ciri spesifiknya yaitu berwarna hitam, bentuk bulat pipih, ukuran kecil, dan kulit tebal. Menurut Orwa et al. (2009) indigo mempunyai tipe tumbuh erect, woody, dan semak besar hingga tingginya mencapai 3 m. Daun berbentuk spiral imparipinate, tangkai daun panjangnya 1.5 cm. Biasanya berbulu pada bagian atas dan bawah strigulose. Buah tumbuhan ini mempunyai panjang 12 sampai 25 mm, lebar 2mm, lurus, sedikit tetragonal, coklat saat matang, 4 sampai 8 biji.

Gambar 31. Indigovera arrecta

(38)

permukaan bagian atas), panjang tangkai daun antara 4-15 cm (Brands, 2007). Menurut praktikum yang telah di lakukan biji berwarna hitam, berbentuk lonjong, ukuran besar dan kulit tebal. Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 32. Jatropha curcas

Gliricidia maculate (Gamal). Gliricidia maculata memiliki ciri-ciri biji berwarna coklat kehitaman,berbentuk oval pipih, ukuran sedang, dan kulit yang agak tebal. Menurut Anonim (2009), biji Gliricidia maculata berbentuk jorong dengan panjang sekitar 10 mm, mengkilap, dan berwarna merah kecoklatan. Gliricidia maculata dapat tumbuh di daerah yang beriklim panas dan lembab, mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap berbagai keadaan tanah kecuali terhadap tanah yang tergenang air (Susetyo, 1989).

Gambar 33. Gliricidia maculata

(39)

keras dengan sel berbentuk jam pasir, dan kadang-kadang berbentuk garis u disebut pleurogram.

Gambar 34. Acacia fillosa

Macroptilium lathyroides (Kacang batang). Macrophilium lathyroides memiliki biji yang berwarna coklat kemerahan, berbentuk oval, ukuran yang kecil, dan kulit yang tipis. Menurut Wardiyono (2011), Macrophilium lathyroides memiliki polong yang agak silindris berukuran 5 sampai 10 cm x 3 mm, berisi 18 sampai 30 biji. Polong dapat merekah dengan tiba-tiba. Biji berbentuk melonjong hingga berbentuk ketupat dengan panjang 3 mm, berburik coklat abu, gelap, dan terang

Gambar 35. Macroptilium lathyroides

(40)

Gambar 36. Stylosanthes

Vigna sinensis. Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu (Henny, R, et al, 2009). Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 37. Vigna sinensis

(41)

akar alfalfa dapat mencapai 2-4 meter. Saat memulai perkembangan batang, tunas aksiler di bagian bawah ketiak daun akan membentuk batang sehingga mahkota pada bagian dasar menjadi pangkal dan tunas aksiler di atas tanah membentuk percabangan. Perbungaan tersusun pada tandan yang padat dengan bunga kecil berwarna kuning. Tumbuhan ini mampu hidup hingga 30 tahun, bergantung dari keadaan lingkungan. Alfalfa juga memiliki bintil (nodul) akar yang mengandung bakteri Rhizobium meliloti sehingga dapat menambat atau mengikat nitrogen dari atmosfer untuk keperluan tumbuhan.(Henny, R, et al ,2009). Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 38. Medicago sativa

Teramus labialis. Teramus labialis adalah tanaman yang memiliki ciri-ciri biji yang berwarna hitam, berbentuk agak bulat dan kecil. Tanaman ini biasa digunakan untuk pakan ternak ruminansia (Reksohadiprodjo, 1994). Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 39. Teramus labialis

(42)

kulit yang lunak. Menurut Anonim (2011), Swietenia mahagoni dapat mencapai tinggi 5 sampai 25 meter dan mempunyai akar tunggang, berbatang bulat, banyak cabang dan kayunya bergetah. Daunnya majemuk menyirip genap. Helaiannya berbentuk bulat telur. Ujung dan pangkal runcing. Tepi rata, tulang menyirip, dan panjangnya 3 sampai 15 cm. Daun muda berwarna merah dan setelah tua warnanya hijau. Bunganya majemuk tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindris dan warnanya coklat muda.

Kelopak bunga pohon ini lepas satu sama lain, bentuknya seperti sendok, dan warnanya hijau. Mahkota silindris, kuning kecoklatan. Benang sari melekat pada mahkota. Kepala sari putih atau kuning kecoklatan. Bentuk buahnya bulat telur, berlekuk lima, warnanya coklat. Biji pipih, warnanya coklat atau hitam. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun (Anonim, 2011).

Gambar 40. Swietania mahogani

(43)

keputih-putihan, mahkota bunga berbentuk kupu-kupu (Reksohadiprodjo, 1994). Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 41. Vigna unguicullata

Zea mays (Jagung). Zea mays memiliki ciri-ciri antara lain biji berwarna kuning, berbentuk bulat mengerucut, ukuran sedang, dan kulit yang tebal dan keras. Menurut Wardiyono (2009), biji jagung biasa digunakan untuk tiga tujuan utama yakni sebagai bahan makanan pokok terutama di daerah tropis, makanan untuk ternak hewan dan unggas (terutama di negara-negara industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak), dan sebagai bahan baku untuk kegiatan industri.

Gambar 42. Zea mays

(44)

shorgum tidak kalah dengan beras. Bahkan shorgum mengandung protein 8 sampai 20% setara dengan kandungan zat gizi terigu atau lebih tinggi dibandingkan dengan beras (6 sampai 10%), dan kandungan lemaknya lebih tinggi dibandingkan dengan beras (0,5 sampai 5%) (Reksohadiprodjo, 1994).

Tanaman shorgum merupakan tanaman semusim (parineal). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 sampai 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generativ. Biji shorgum kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 83% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Seluruh pati dalam merupakan amilopektin (Reksohadiprodjo, 1994). Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 43. Shorgum bicolor

(45)

lonjong,ukuran 3mm hingga 15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis enduspermium (Henny et al, 2009). Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 44. Oryza sativa

Desmanthus virgatus (lamtoro mini). Berdasarkan pengamatan diketahui ciri – ciri spesifiknya yaitu berwarna coklat, bentuk lonjong bulat, ukuran kecil, dan kulit tebal. Menurut Wagner et al., (1999), tanaman ini memiliki biji 9 sampai 27 per polong, panjang 2,1sampai 2,9 mm, lebar 1,4 sampai 2,7 mm, warna merah atau cokelat keemasan, dan pleurogram lebar 0,6-1,1 mm, 0,3-1,0 mm. Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 45. Desmanthus virgatus

(46)

3,5 sampai 5 cm, lurus atau melengkung. Bijinya 3 sampai 8 per buah polong, berwarna kekuningan atau coklat kemerahan. Berat biji adalah sekitar 65.000-70.000 biji/kg.

Gambar 46. Calopogonium muconoides

Leucaena leucocephala. Leucaena leucocephala ini memiliki ciri-ciri biji berwarna coklat kemerahan, berbentuk pipih, ukuran sedang, dan kulit yang agak tebal. Menurut Anonim (2005), petai cina (Leucaena leucocephala) adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-bibji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya.

Gambar 47. Leucaena leucocephala

(47)

merambat dan memanjat. Batang agak berbulu dan panjang dapat mencapai 5 m. berdaun tiga pada tangkainya daun berbentuk elips agak kasar dan berbulu lembut pada kedua permukaanya, bunga berbentuk kupu-kupu berwarna violet keputihputihan, buah polong panjang mencapai 9 sampai 17 cm berwarna hijau pada waktu muda setelah tua berubah warna menjadi kecoklat-coklatan tiap buah berisi 12 sampai 20 biji yang berwarna coklat. Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 48. Centrosema pubescens

Bauhinia blakeana (tayuman). Berdasarkan pengamatan diketahui ciri – ciri spesifiknya yaitu berwarna coklat tua, bentuk bulat pipih, ukuran besar, dan kulit agak tipis. Menurut Lucie (1994) getah daun ini, adalah salah satu tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati batuk dan batuk rejan. Dari hasil penelitian pendahuluan tanaman ini mengandung senyawa golongan flavonoid. Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

(48)

Gmelina. Gmelina memiliki biji yang berwarna coklat muda, berbentuk bulat lonjong, ukuran yang besar, dan kulit yang tebal. Menurut Henny, R, et al (2009), Gmelina memiliki buah yang berdaging, panjang 20 sampai 35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, dan agak manis. Biji keras seperti batu dengan panjang 16 sampai 25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat dan ujung lain runcing. Biji terdiri dari 4 ruang dan jarang dijumpai 5 ruang, serta sedikitnya terdapat satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran benih meningkat menurut ukuran biji, yakni dengan panjang 6 sampai 9 mm. Berat 1.000 butir biji adalah sekitar 400 gr.

Gambar 50. Gmelina

Flemingea marcophila. Flemingea marcophila memiliki ciri-ciri memiliki biji berwarna hitam, berbentuk bulat, ukuran sedang, dan kulit yang tebal. Flemingea marcophila merupakan tanaman legumeinosa dengan tipe daun trifoliate (Anonim, 2000).

Gambar 51. Flemingea macrophila

(49)

Mucuna pruriens yang dikenal dengan koro benguk. mempunyai kandungan hydrogen cyanide (HCN) yang tinggi apabila dibandingkan dengan jenis koro yang lain. Beberapa penelitian terdahulu, dengan penanganan dan pengolahan yang tepat (menghilangkan bahan toksik) tanaman ini mempunyai potensi yang sangat tinggi. Di India (terutama) banyak memanfaatkan kadar mikroelemen dan makroelemen ekstrak biji M. pruriens. Pada hewan coba terbukti meningkatkan aktifitas seksual hewan coba tikus putih jantan yang normal.1 M. pniriens dapat dimanfaatkan juga sebagai obat herbal mengurangi stres dan meningkatkan kualitas sperma, dan memperbaiki profil semen dan parameter biok. Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 52. Mucuna pruriens

Camellia sinensis (Teh). Ciri spesifik yang ditunjukkan biji antara lain berwarna abu-abu, bentuk bji bulat, berukuran besar, dan mempunyai ketebalan kulit tebal. Menurut (Anonim,2011), Camellia sinensis adalah tanaman teh, spesies tanaman yang daun dan pucuknya daunnya digunakan untuk membuat teh. Tumbuhan ini termasuk genus Camellia. Daunnya memiliki panjang 4 sampai 15 cm dan lebar 2 sampai 5 cm. Daun segar mengandung kafein sekitar 4% .

(50)

mempunyai nilai nutrisi lebih baik dibandingkan dengan bahan makanan asalnya. Hal ini disebabkan mikrobia bersifat memecah komponen komplek menjadi zat- zat yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna (Soedjiwo, 1993).

Gambar 53. Camellia sinensis

Phalaris canariensis (kenari). Berdasarkan pengamatan diketahui ciri ciri spesifiknya yaitu berwarna kuning, bentuk pipih lonjong, ukuran kecil, dan kulit tipis. Menurut Adam (1999) kenari merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah meditera, dapat tumbuh sangat lebat jika pada kondisi lembab. Pisau daun meruncing secara bertahap yang panjangnya 8.9 sampai 25.4 cm, lebar 0.6 sampai 1.9 cm, datar, dan keras pada kedua permukaan. Bijinya berwarna kuning cerah, tipe tumbuhnya erect bisa mencapi tinggi 0.6 sampai 1.8 meter.

Gambar 54. Phalaris canariensis

(51)

batang tegak (erect) dan agak merunduk (prostrate). Bunga dari Cenchrus ciliaris berwarna kecoklatan seperti ekor rubah.

Gambar 55. Cenchrus ciliaris

Desmodium rensonii (Desmodium). Desmodium rensonii memiliki ciri-ciri antara lain biji berwarna coklat muda berbentuk bulat, ukuran kecil, dan kulit yang tipis. Menurut Anonim (2011), Desmodium rensonii merupakan tanaman semak tegak berumur pendek tinggi 1-3 m. Daun berhelai tiga (trifoliate) bundar atau bulat telur dengan ujung helai daun sedikit tajam. Helai daun biasanya agak tebal, panjang 5-7 cm, ditutupi oleh bulu yang halus. Bunga berwarna ungu berada pada banyak panikel terbuka. Buah polong dengan 6-8 biji. Biji kecil dan keras, berwarna hijau yang berubah coklat kekuningan sampai coklat seiring kemasakan. Sekitar 500.000 biji/kg.

Gambar 56. Desmodium rensonii

(52)

Gambar 57. Arachis hipogea

Pueraria phaseoloides (Kacang ragi). Pueraria phaseoloides memiliki biji yang berwarna coklat kemerahan, berbentuk oval, ukuran kecil, dan kulit yang tebal. Menurut Anonim (2011), Buah Pueraria phaseoloides berbentuk polong lurus, atau sedikit melengkung, linear, berukuran 4 sampai 11 cm x 3 sampai 5 mm, ditutupi dengan bulu tipis yang kaku dan berdekatan. Biji berukuran 3 mm x 2 mm, bulat dengan sudut bulat, berwarna coklat sampai coklat kehitaman yakni 10 sampai 20 biji/buah polong. Berat biji antara 80.000 sampai 88.000 biji/kg.

Gambar 58. Pueraria phaseoloides

(53)

Gambar 59. Sesbania grandiflora

Theprosia vogeli (kembang kupu). Berdasarkan pengamatan diketahui ciri – ciri spesifiknya yaitu berwarna coklat tua, bentuk lonjong bulat, ukuran kecil, dan kulit tebal. Menurut Gradzirayi (2009), theprosia adalah tanaman legume dan juga sebagai tanaman herbal, banyak ditemukan di daerah tropis. Tanaman ini dapat tumbuh dengan mudah dari benihnya.

Gambar 60. Theprosia vogeli

(54)

Gambar 61. Albazia falcata

Peuraria javanica (kacang kudzu). Berdasarkan pengamatan diketahui ciri – ciri spesifiknya yaitu berwarna coklat tua, bentuk lonjong bulat, ukuran kecil, dan kulit tebal. Buah Pueraria javanica berbentuk lonjong lurus atau sedikit melengkung, linear, berukuran 4 sampai 11 cm x 3 sampai 5 mm, ditutupi dengan bulu tipis yang kaku dan berdekatan. Biji berukuran 3 mm x 2 mm, bulat dengan sudut bulat, berwarna coklat kehitaman yakni 10 sampai 20 biji/buah polong. Berat biji antara 80.000 sampai 88.000 biji/kg Adam (1999)

Gambar 62. Peuraria javanica

(55)

Gambar 63. Sesbania grandiflora

Calopogonium mucunoides. Memiliki ciri-ciri biji berkotil dua (dikotiledon), buah bertipe buah polong, pada umumnya berdaun majemuk berpasangan, perbungaan tunggal pada subsuku Faboideae serta majemuk pada Caesalpinioideae dan Mimosoideae (Henny et al, 2009). Hasil pengamatan sudah sesuai jika di bandingkan dengan literatur.

Gambar 64. Calopogonium mucunoides

Macroptilum lahtyroides (kacang batang). Berdasarkan pengamatan diketahui ciri – ciri spesifiknya yaitu berwarna hitam, bentuk persegi panjang, ukuran kecil, dan kulit tebal. Menurut Idris el al. (2003) kacang batang merupakan tumbuhan perennial yang termasuk dalam family fabaceae, asli dari kawasan karibia dan amerika tengah. Daun Macroptilium lathyroides sering menunjukkan pola mozaik kuning seperti terkena penyakit yang disebabkan oleh whitefly.

(56)

Kesimpulan

(57)

Daftar Pustaka

Adam G. and H.J Duncan. 1999. Effect of diesel fuel on growth of elected plant spesies. Env. Geochemistry and Health 21:353-357.

Anonim. 2005. Tanaman Obat Available at Indonesia. http: www.iptek.net.id. Acession date tanggal 20 Maret 2013.

Anonim. 2009. Tumbuhan Monokotil dan Dikotil. Available at http: www.adipedia.com. Acession date tanggal 20 Maret 2013.

Anonim. 2009. King Grass. Lembar Informasi pertanian, Edisi Juni. BIP Lembang. Bandung.

Anonim. 2011. Hijauan Tropis. Available at http:/Indonesia.tropicalforages. info. Accession date tanggal 20 Maret 2013.

Brands, SJ (bdk.). 2007. Systema Naturae. Universal Taxonomic Services, Amsterdam, The Netherlands.

Gadzirayi , Christopher T. Edward Mutandwa. Marizvikuru Mwale and Tembinkosi Chindundu. 2009. Utilization of Tephrosia vogelii in controlling ticks in dairy cows by small-scale commercial farmers in Zimbabwe. Bindura University of Science Education. Zimbabwe. Henny Rachmawati, Djoko Iriantono dan Christian P. Hansen, IFSP. 2009.

Informasi singkat benih. http: bpthbalinusra.net. Diakses tanggal 25 Maret 2013.

Idris, A.M, E, Hiebert, J.Bird and J.K Brown. 2003. Two Newly Described Begomoviruses of Macroptilium lathyroides and Common Bean. University of Arizona.

Lucie. B. Dzulkarnain. B. Wahjoedi. Nurendah P. Subanu. Dea. I. Paramita. Dian Sundari. 1994. Penelitian beberapa tanaman obat dibeberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Orwa et al. 2009. Indigofera arrecta. Agroindustry Database

Sutedi E., Sajimin Dan B.R. Prawiradiputra. 1998. Agronomi dan Pemanfaatannya. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Wagner, Warren L. / Herbst, Derral R. / Sohmer, SH 1999. Manual dari

(58)

Bishop Museum special publication. Bernice P. Bishop Museum publikasi khusus. University of Hawai'i Press/Bishop Museum Press, Honolulu. University of Hawaii Press / Bishop Museum Press, Honolulu. 1919 pp. 1919 hal. (two volumes). (dua jilid)

(59)

BAB IV GERMINASI

Tinjauan Pustaka Germinasi

Germinasi yaitu suatu cara untuk mengetahui persentase daya kecambah suatu benih sehingga diketahui kualitas benih. Daya kecambah adalah kemampuan benih untuk tumbuh menghasilkan tanaman normal dalam kondisi lingkungan yang optimum. Faktor yang mempengaruhi suatu germinasi adalah media perkecambahan (substrat) dimana media tidak menyebabkan keracunan pada benih, bebas fungi (jamur), bebas nematode dan organisme lain. Temperatur yang memberi persentase perkecambahan paling besar dalam periode waktu paling singkat, misalnya ialah suhu harus konstan. Lama pengujian yaitu waktu yang dibutuhkan suatu benih untuk berkecambah. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Dormansi yaitu fase istirahat benih, misalnya ialah benih sengon harus dipatahkan bijinya dan disiram oleh air panas terlebih dahulu sebelum direndam dengan air dingin sebelum dilakukan penyemaian) (Sudjadi dan Laila, 2007).

(60)

proses penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh. Proses perkecambahan benih meliputi lima tahapan. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua yaitu kegiatan sel-sel dan naiknya tingkat respirasi benih.Tahap ketiga adalah penguraian bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi bentuk-bentuk yang larut dan ditranslokasikan ketitik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan didaerah meristematik yang menghasilkan energy untuk kegiatan pembentukkan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Harjadi, 2002).

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya (Sadjad, 1994).

Metode germinasi

(61)

perbedaan konsentrasi) dari kadar air tinggi ke rendah/konsentrasi larutan rendah ke tinggi. Suhu air yaitu jika suhu air tinggi energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi. Tekanan hidrostatik yaitu ketika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong keluar biji sehingga kecepatan penyerapan air menurun. Luas permukaan biji yang kontak dengan air berhubungan dengan kedalaman penanaman biji dan berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air. Daya intermolekuler merupakan tenaga listrik pada molekul-molekul tanah atau media tumbuh. Makin rapat molekulnya, makin sulit air diserap oleh biji.Berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Spesies dan Varietas berhubungan dengan faktor genetic yang menentukan susunan kulit biji. Tingkat kemasakan berhubungan dengan kandungan air dalam biji, biji makin masak, kandungan air berkurang, kecepatan penyerapan air meningkat. Komposisi kimia yaitu biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak. Kecepatan penyerapan air: protein>karbohidrat>lemak. Umur berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap air. Suhu yaitu suhu minimum adalah batas suhu terendah dimana tidak dapat terjadi lagi perkecambahan biji (Kuswanto, 1997).

(62)

hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, dan kecambah tidak membentuk klorofil (Salomao, 2002).

Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al, 1999). Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza.

Materi Dan Metode

Materi

Alat. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum germinasi adalah petri dish, pisau, kapas, pemanas (oven), kertas pasir dan tali rafia.

Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum germinasi adalah biji jagung, biji kenari, biji padi, biji sorghum, biji kacang tunggak, biji gamal, air hangat dan H2SO4.

Metode

Biji jagung (Zea mays) dan biji kenari (Phallaris canariensis) diskarifikasi dengan lima macam perlakuan yaitu dilukai, diamplas, direndam H2SO4, direndam air hangat, dan dioven dengan suhu 550C. Biji tersebut kemudian ditumbuhkan dalam petri dish , disiram setiap hari pada pukul 09.00 WIB, kemudian diamati pertumbuhan setiap hari selama 2 minggu. Hal-hal yang diamati meliputi hari berkecambah, keluarnya daun, tinggi tanaman dan jumlah daun.

(63)

Praktikum germinasi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas biji, menyiapkan biji menjadi benih, dan mengetahui faktor yang mempengaruhi biji untuk berkecambah. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Hari berkecambah dan keluarnya daun

Hasil pengamatan hari berkecambah dan keluarnya daun pertama pada biji tanaman sebagai berikut:

Tabel 4. Hari berkecambah dan keluarnya daun

No Biji Hari berkecambah pada hari ketiga dan memiliki daun pada hari kedelapan, sedangkan biji kenari (Phallaris canariensis) mulai berkecambah pada hari kelima dan memiliki daun pada hari kedelapan. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, jenis benih, ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan, sedangkan faktor dari luar adalah air, temperatur, oksigen, cahaya dan media yang digunakan. Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan disebut vigor benih. Kenormalan benih ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh pada kotiledon atau koleoptil dan daun pertama yang tumbuh didalamnya (Sadjad, 1994).

(64)

hipokotil banyak yang rusak sehingga mengganggu pertumbuhan, tidak mempunyai kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok (Sutopo, 1993).

Setiap biji memiliki struktur yang berbeda-beda, khususnya mengenai kulit biji. Kulit biji merupakan struktur biji yang berkembang dari jaringan Petabolism yang semula melindungi bakal biji. Semakin masak, semakin tipis kulit biji, maka tingkat kedewasaan dari biji mempengaruhi perkecambahan dan siap untuk dijadikan benih. Biji yang dewasa memiliki tingkat perkecambahan dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan biji yang masih muda. Secara fisiologi, proses perkecambhan berlangsung dalam beberapa tahapan penting yaitu Petabol air, Petabolism pemecahan materi cadangan makanan, transport materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif bertumbuh, proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru, respirasi, dan pertumbuhan (Wahyu , 1991).

Tinggi tanaman

Biji jagung (Zea mays). Hasil pengukuran tinggi tanaman pada biji jagung adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Tinggi biji jagung pada berbagai perlakuan

(65)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

dilukai diamplas

direndam air hangat direndam H2SO4 dioven 55°C

(66)

proses perkecambahan pun akan terjadi. Perendaman dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses masuknya air ke dalam benih. Perendaman untuk mengetahui laju imbibisi dari benih (Harjadi, 2002).

Tujuan dari pengamplasan biji jagung adalah untuk mempertipis kulit biji agar air dan oksigen bisa masuk ke dalamnya. Hal ini terbukti bahwa pada biji jagung yang diamplas menunjukkan adanya proses perkecambahan yang baik. Hal ini juga membuktikan bahwa proses perkecambahan pada biji kulit tebal seperti biji jagung lebih lambat jika dibandingkan dengan biji berkulit tipis seperti kacang hijau sehingga diperlukan pengamplasan untuk mempercepat pematahan masa dormansi biji agar bisa berkecambah. Faktor genetik biji juga sangat berperan dalam proses perkecambahan biji yang menentukan cepat lambatnya proses perkecambahan biji maupun mampu tidaknya biji berkecambah (daya viabilitas biji) (Sutopo, 1993).

Biji Kenari (Phallaris canariensis). Hasil pengukuran tinggi tanaman pada biji kenari adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Tinggi biji kenari pada berbagai perlakuan

(67)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0

1 2 3 4 5 6 7 8

diamplas

direndam H2SO4 dioven 55°C

(68)

kedalam biji yang juga berakibat oksigen terlarut ikut terbawa air dan oksigen menyebabkan proses respirasi berlangsung, energi hasil respirasi akan mengaktivasi pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah dan pada akhirnya akan mengakhiri dormansi (Dwidjoseputro, 1994).

Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh, tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan benih yang mengandung kulit biji yang tidak permeabel dapat dirangsang dengan skarifikasi, yaitu pengubahan kulit biji untuk membuatnya menjadi permeabel terhadap gas-gas dan air. Cara mekanik seperti pengamplasan merupakan cara yang paling umum yang biasa dilakukan (Harjadi, 2002).

(69)

aktivitas enzim berkurang sehingga amilum lebih aktif sebagai medium tempat tumbuh jamur didukung oleh lingkungan yang lembab, dengan tumbuhnya jamur maka masa dormansi sudah selesai akan mulai masa perkecambahan, tetapi pada biji jagung akibat adanya suhu kejutan tersebut terjadi perubahan pada struktur membran biji, sehingga embrio menjadi rusak dan biji mengalami pembusukan (Dwidjoseputro, 1994). Jumlah daun

Biji jagung (Zea mays). Hasil pengukuran jumlah daun pada biji jagung adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah daun biji jagung pada berbagai perlakuan

Hari ke

Jumlah daun (helai)

Dilukai Diamplas air hangatDirendam DirendamH2SO4 Dioven55°C

2 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0

8 1 1 0 1 0

10 1 1 0 1 0

12 2 1 0 1 0

14 2 1 0 1 0

(70)

0 2 3 4 6 8 10 12 14

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah daun paling banyak pada perlakuan dilukai dan pada perlakuan yang direndam dan dioven tidak menghasilkan daun. Hal yang menyebabkan daun tidak ada pada perlakuan direndam air hangat dan dioven 55°C karena pertumbuhan biji yng kurang sempurna. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi air tanah, suhu, intensitas cahaya, foto periode, indeks area daun dan kompetisi tanaman Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah keluarnya bunga betina (silking) sampai masak fisiologis (Campbell et al., 2003).

(71)

sedikit, sedangkan jagung yang berumur panjang berdaun lebih banyak. Panjang daun jagung antara 30 sampai 150 cm dengan lebar dapat mencapai 15 cm. Pertumbuhan daun jagung tercepat adalah pada saat daun masih menggulung. Luas permukaan daun jagung tidak banyak berbeda antara daun yang masih menggulung dan yang sudah mencapai pertumbuhan maksimum. Daun terdapat pada buku-buku batang tanaman jagung. Bagian-bagian daun jagung terdiri atas tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun (ligula) dan helaian daun. Duduk daun berselang-seling dalam dua barisan batang. Kedudukan daun tersebut sering tidak tampak, karena kadang-kadang kelopak daun merubah letak helaian daun terhadap batangnya (Abidin, 1991).

Kelopak daun pada umumnya membungkus batang tanaman jagung secara keseluruhan atau sebagian, sehingga buku-bukunya tidak tampak. Kelopak daun jagung pada umumnya saling menutupi. Lima sampai tujuh daun pertama biasanya tidak besar dan sering sudah rusak sehingga ketika tanaman berbunga tidak terhitung lagi sebagai daun. Daun yang mempunyai permukaan terluas adalah daun yang terletak pada di pertengahan tinggi batang atau dekat terbentuknya tongkol atau bunga betina (Pratiwi, 2007).

Biji Kenari (Phallaris canariensis). Hasil pengukuran jumlah daun biji kenari adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Jumlah daun biji kenari pada berbagai perlakuan

(72)

Grafik 4. Jumlah daun biji kenari banyak ialah pada perlakuan direndam H2SO4 dan pada perlakuan dilukai, direndam air hangat dan dioven tidak menunjukkan adanya daun. Pemberian H2SO4 dalam waktu tepat akan mendegradasi kulit biji, sehingga meningkatkan permeabilitas dan mempercepat perkecambahan biji, sehingga pertumbuhan daun lebih cepat. Faktor yang menyebabkan biji tidak tumbuh pada direndam air hangat yaitu perendaman yang telalu lama, kualitas biji, sirkulasi udara, dan suhu. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji kenari adalah air yang berfungsi untuk melunakan kulit biji, melarutkan cadangan makanan, sarana transportasi makanan terlarut, dan hormon ke daerah meristematik (titik tumbuh) serta bersama dengan hormon membangun pemanjangan dan pengembangan sel. Cahaya merupakan faktor pengendali pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terutama berperan dalam proses berlangsungnya fotosintesis. Suhu berperan dalam mengontrol perkecambahan dan pertumbnuhan vegetatif. Sehubungan dengan perkecambahan proses imbibisi berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi (Sudjadi dan Laila, 2007).

(73)

yang mencukupi dan kemungkinan juga karena air yang diberikan terlalu banyak atau terlau sedikit juga. Biji memiliki kandungan air yang sangat sedikit, sehingga pada saat biji terbentuk, air di dalamnya dikeluarkan sehingga biji mengalami dehidrasi. Akibat ketiadaan air, biji tidak dapat melangsungkan proses metabolisme sehingga menjadi tidak aktif (dorman). Dormansi biji sangat bermanfaat pada kondisi tidak nyaman (suasana ekstrem, sangat dingin atau kering) karena struktur biji yang kuat akan melindungi embrio agar tetap bertahan hidup (Kuswanto, 1997).

Kesimpulan

Berdasarkan data praktikum yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kualitas biji jagung dan kenari yang uji pada berbagai perlakuan ialah kurang baik jika dijadikan bibit karena pertumbuhan bijinya kurang sempurna. Perlakuan yang menunjukkan hasil paling baik pada biji jagung ialah pada dilukai, sedangkan pada biji kenari ialah pada diamplas dan direndam H2SO4. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan biji jagung lebih cepat dibanding dengan biji kenari. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan biji ialah faktor eksternal/lingkungan meliputi air dan mineral, kelembaban, suhu dan cahaya, faktor internal yaitu jenis biji, hormon dan gen yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Daftar Pustaka

Abidin, Zaenal. 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. PT. Angkasa. Bandung.

Anonimous. 2004. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat. Deptan.

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Jilid ke 2 Jakarta. Penerbit Erlangga. Jakarta.

(74)

Harjadi, Sri Harjadi, Sri Setyati. 2002 . 2002 .Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta.

Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Andi. Yogyakarta.

McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn growth and management quick guide.www.ag.ndsu.edu.

Pratiwi, D.A. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XII. Erlangga. Jakarta. Sadjad. 1994. Dari Benih kepada Benih. PT Gramedia. Jakarta.

Salomao. 2002. Teknologi Benih: Pengolahan Benih Dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjadi, dan Laila, S. 2007. BIOLOGI 3A. Sains dalam kehidupan. Yudhistira. Surabaya.

Sutopo, Lita. 1993. Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta.

Wahyu.1991. Pengantar Ilmu Makanan Ternak. Angkasa. Bandung.

(75)

BAB V

PERTUMBUHAN TANAMAN

Tinjauan Pustaka Petumbuhan tanaman

Gambar

Gambar 3. Vetiveria zizanoides
Gambar 4. Pennisetum purpureum
Gambar 6. Euchlaena mexicana
Gambar 7. Brachiaria decumben
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Peningkatkan Prestasi Belajar Kimia Tentang Sifat larutan

Dalam adat rimba, yang membedakan antara rumah yang masih ada aturan dan tidak ada aturan (tidak dihuni) adalah atapnya. Bila rumah godong tersebut masih ada atapnya, maka

Gedung hotel konstruksi beton bertulang ini direncanakan 5 lantai dan rooftop dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) di wilayah Surakarta. Dalam

Pembentukan pesan agar menjadi perhatian khalayak merupakan salah satu strategi efektif dalam komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, karena itu melalui

Elemen CMA memudahkan pengguna dalam mempelajari pengetahuan mengenai HTML (HyperText Markup Language), untuk mengatur pembuatan, modifikasi, dan penghapusan isi

Seseorang yang memiliki izin untuk membeli dan menjual sekuritas dari pelanggan dalam pasar sekunder.

Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan atau menjelaskan estetika yang terkandung dalam teks nyanyian anak-anak di Pulau Kundur Kabupaten Karimun yang

Mikroorganisme berperan dalam perombakan bahan organik di dalam tanah, sehingga struktur tanah menjadi lebih baik, unsur hara tersedia bagi tanaman dan dapat diserap tanaman