• Tidak ada hasil yang ditemukan

KTI ANALISIS YURIDIS TEORITIS NORMATIF D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KTI ANALISIS YURIDIS TEORITIS NORMATIF D"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

KARANGAN TULIS ILMIAH PANCASILA

“ANALISIS YURIDIS TEORITIS NORMATIF DALAM

PERSPEKTIF PANCASILA TERHADAP KETIMPANGAN

HUKUM DALAM KASUS HUMAN TRAFFICKING DI

INDONESIA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 (TIGA)

• Annisa Dwi Ramadhania N. (B011171358)

• Agustinus Sumbung Tandi (B011171351)

• Aprilya Zachra A. (B011171384)

• Gema Maulidiah (B011171346)

• Mabrur Syamhur (B011171365)

• Nur Efendi Darming (B011171362)

• Veronika Winda Inriani (B011171400)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa, karena atas limpahan rezeki dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan salah satu tugas yang telah diberikan oleh dosen kami tercinta.

Karangan Tulis Ilmiah ini berisi tentang perspektif pancasila terhadap ketimpangan hukum dalam kasus human trafficking yang ada di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, bahwa keadilan ialah hak segala bangsa dan semua orang sama dimata hukum.

Maka dengan disusunnya karangan tulis ilmiah ini, bukan hanya sekedar untuk memenuhi tugas yang telah diberikan. Namun juga untuk menambah pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.

Selain itu kami juga menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar kelak kami dapat membuat makalah yang lebih baik dari ini. Atas segala kekurangan kami memohon maaf karena sesungguhnya kami masih dalam proses belajar. Terimakasih.

Makassar, 11 Mei 2018

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Abstrac ... iv

BAB I

PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Rumusan Masalah ... 4

1.3

Tujuan Penelitian ... 4

1.4

Manfaat Penlitian ... 4

BAB II

PEMBAHASAN ... 5

2.1Definisi Human Trafficking ... 5

2.2Perspektif Pancasila Terhadap Kasus Human Trafficking... 8

BAB III

METODE PENELTIAN ... 15

3.1Lokasi Penelitian ... 15

3.2Jenis dan Sumber Data ... 15

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 15

3.4Analisis Data ... 15

(4)

BAB V

PENUTUP ... 17

5.1Kesimpulan ... 17 5.2Saran ... 18

Lampiran :

STUDI KASUS POSISI PENELITIAN ... 19

(5)

ABSTRAC

1. Faktor utama penyebab terjadinya tindak kriminal perdagangan manusia di Indonesia adalah kemiskinan, daya tarik standar hidup di tempat lain yang dirasakan lebih tinggi, lemahnya strukur sosial dan ekonomi, kurangnya kesempatan bekerja, kejahatan yang terorganisir, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, diskriminasi terhadapt wanita, korupsi pemerintah, ketidakstabilan politik, konflit bersenjata, dan tradisi-tradisi budaya seperti perbudakan tradisional

2. Tindakan pemerintah untuk memberantas tindak kriminal perdagangan manusia di Indonesia antara lain membentuk mekanisme hukum yang akan memberatkan para pelaku, baik di tingkat regional maupun nasional. DPR-RI juga memprioritaskan ratifikasi dan memperkuat UU yang ada untuk pencegahan dan hukuman untuk mendukung dan melindungi korban dan saksi. DPR-RI juga membentuk Komisi yang berkaitan dengan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sebagai rekan kerja pemerintah untuk membahas permasalahan yang terkait dengan perdagangan manusia khususnya wanita dan anak-anak.

3. Nilai sila ke-2 dan ke-5 untuk menanamkan kesadaran kita tentang berharganya kehudupan suatu individu demi mengurangi kriminal perdagangan manusia di Indonesia.

a. Sila ke-2 memiliki nilai adil mengandung makna bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-wenang.

b. Sila ke-5 memiliki nilai keadilan-sosial (keadilan-socius) atau pemerataan-bersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan distributif),

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, semuanya telah berubah, zaman telah berkembang dan salah satu faktor utamanya ialah karena globalisasi. Globalisasi itu sendiri sudah sangat familiar bahkan bisa dikatakan sudah kita pahami hampir secara keseluruhan. Ada banyak perubahan yang dibawa oleh globalisasi, ke arah positif, tak luput pula ke arah negatif, tergantung dari pribadi masing-masing orang yang menerapkannya ke arah mana. Salah satu perubahan yang cukup siginifikan oleh adanya globalisasi ini ialah, perkembangan teknologi yang sudah semakin maju. Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan oleh kemajuan teknologi ini, namun berbanding sama dengan manfaatnya, ada juga dampak negatif yang bahkan lebih banyak jika teknologi ini tidak di gunakan dengan bijaksana. Dampak negatif ini dapat berupa berbagai macam masalah kejahatan-kejahatan, mulai dari kejahatan ringan hingga kejahatan luar biasa.

Salah satu kejahatan luar biasa yang menjadi perhatian luas di Asia bahkan seluruh dunia khususnya di Indonesia adalah perdagangan orang atau dikenal dengan istilah human trafficking. Sebenarnya, perdagangan manusia bukanlah hal yang baru, namun beberapa tahun belakangan ini, masalah ini kembali muncul ke permukaan dan menjadi perhatian. Jika berbicara tentang trafficking, maka korban yang paling rentan adalah perempuan dan anak, terutama dari keluarga miskin, perempuan dari pedesaan, dan anak-anak yang putus sekolah. Terdapat berbagai latar belakang yang bisa dikaitkan dengan meningkatnya masalah perdagangan manusia, seperti : lemahnya penegakkan hukum, peran pemerintah dalam penanganan, maupun minimnya informasi mengenai trafficking.

(7)

untuk dibayar dengan upah yang rendah, serta tidak memerlukan kontrak perjanjian kerja yang rumit. Dari segi ekonomi, kegiatan tersebut menjadi bisnis global yang memberikan keuntungan besar terhadap pelaku. Seiring berjalannya waktu, praktik perdagangan orang ini makin menonjolkan eksistensinya, dengan semakin meningkatnnya kualitas dan kuantitasnya. Setiap tahun diperkirakan 2 (dua) juta manusia diperdagangkan dan sebagian besarnya adalah perempuan dan anak.1

Para pelaku perdagangan orang ini bekerja dengan sangat rapi dan terorganisir. Umumnya mereka mulai menjaring korban dengan berbagai pendekatan, dalam hal ini seperti mengiming-imingi calon korban dengan berbagai upaya. Pada umumnya, penipuan ini bermula dari lowongan pekerjaan dengan gaji yang spesifik, yang kemudian dilanjutkan oleh pembayaran biaya ‘administrasi’ dengan nominal yang telah ditentukan, dan biasanya berakhir pada sebuah perusahaan yang fiktif belaka. Selain daripada itu, penjaringan korban juga malah dilakukan oleh orang-orang di sekitar tanpa kita sadari. Penampungan yang dilakukan pun sangat rapi, dan tidak terdeteksi oleh sistem hukum yang berlaku, bahkan ada di antaranya yang dilindungi oleh aparat (pemerintah dan penegak hukum).

Perbudakan modern merupakan ancaman multidimensi bagi semua bangsa. Selain penderitaan individu akibat pelanggaran HAM, keterkaitan antara perdagangan manusia dengan kejahatan terorganisir serta ancaman-ancaman keamanan yang sangat serius, seperti perdagangan obat-obatan terlarang, begitupun kaitannya dengan keprihatinan akan kesehatan masyarakat yang serius, dikarenakan oleh banyak yang mengidap penyakit akibat kondisi hidup yang tidak memadai, di tambah lagi oleh tuntutan untuk melakukan hubungan seks dengan paksa (diperdagangkan).

Sikap penegak hukum yang peka gender tidak lagi dapat di tawar-tawar. Indonesia harus segera menunjukkan komitmennya terhadap Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita yang

(8)

telah di sahkan dengan Undang-Undang nomor 7 Tahun 1984 dalam upaya memerangi perdagangan perempuan.2

Perdagangan manusia yang menonjol terjadi khususnya yang dikaitkan dengan perempuan dan kegiatan industri seksual, sudah mulai menjadi perhatian masyarakat melalui media massa pada beberapa tahun terakhir ini. Tentu saja sama sekali hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa sebelumnya fenomena ini tidak terjadi. Kemungkinan terjadi dalam skala yang kecil, atau dalam suatu kegiatan yang terorganisasi dengan sangat rapih, merupakan sebagian dari alasan yang membuat berita-berita perdagangan manusia ini belum menarik media massa pada masa lalu.

Perdagangan manusia memang bukanlah suatu hal yang baru di muka bumi ini, bahkan negara-negara yang kini dianggap sebagai negara besar pada awalnya banyak berhutang pada penduduk ‘negara miskin dan lemah’ yang dibawa secara paksa untuk bekerja di perkebunan ataupun pabrik. Masalah perbudakan merupakan sejarah hitam umat manusia, yang bahkan juga telah direkam dalam kitab-kita suci. Sejarah juga telah mencatat berbagai peperangan yang disebabkan karena isu perbudakan, misalnya yang terjadi antara Amerika Utara dan Selatan pada abad-abad lalu.

Yang kemudian menjadi masalah adalah Apakah dengan masyarakat dunia khususnya Indonesia yang dikatakan makin “beradab” ini maka perbudakan menghilang? Secara yuridis formal memang demikian, karena tidak satupun negara lagi yang mengakui dan mentolerir perbudakan. Akan tetapi tidak berarti bahwa fenomena ini sudah menghilang seluruhnya dari muka bumi. Bagaimanakah tindakan human trafficking ini jika dihadapkan pada Pancasila yang seharusnya kita sebagai umat manusia menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia lainnya? Perlukah adanya reformasi untuk mengembalikan nilai-nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia?

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Penulis tertarik untuk membahas masalah ini lebih konkrit dengan menuangkannya dalam

2 Andi Atika, 2015, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang di Kota

(9)

laporan penulisan yang berjudul “Analisis Yuridis Teoritis dalam

Perspektif Pancasila terhadap ketimpangan hukum dalam kasus

human Trafficking di Indonesia.”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan dua pokok permasalahan, yaitu :

1) Bagaimana penyebab terjadinya ketimpangan hukum dalam kasus

huma trafficking ?

2) Bagaimana perspektif serta peran pancasila dalam mengatasi kasus

human trafficking ?.

1.3Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui penyebab terjadinya ketimpangan hukum dalam kasus human trafficking.

2) Untuk mengetahui peranan pancasila dalam mengatasi kasus

human trafficking, serta sila yang berkekuatan penuh dalam mengatasi permasalahan human trafficking.

1.4Manfaat Penelitian

1) Dapat membantu menanggulangi kasus ketimpangan hukum

human trafficking dalam masyarakat.

(10)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Definisi Human Trafficking

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UNDOC, mendefinisikan human trafficking : “Human Trafficking is a crime against

humanity. It involves an act of recruiting, transporting, transfering,

harbouring or receiving a person through a use of force, coercion or other means, for the purpose of exploiting them.’’ (UNDOC, 2012).

“Perdagangan manusia adalah tindakan kriminal terhadap kemanusiaan. Kegiatannya meliputi tindakan perekrutan, pengangkutan, mentransfer, menyimpan atau menerima seorang manusia menggunakan kekerasan, pemaksaan atau lainnya untuk keperluan mengeksploitasi mereka.”

Definisi tersebut dipublikasikan sebagai ketentuan umum dari

protocol to prevent, suppress and punish trafficking in persons (protokol untuk mencegah, menekan dan menghukum perdagangan manusia). Dan menjadi dasar bagi setiap negara di dunia untuk memerangi kasus perdagangan manusia.

Sedangkan GAATW (Global Alliance Against Traffic in Woman) mendefinisikan trafficking sebagai :

Semua usaha atau tindakan yang berkaitan dengan perekrutan, pembelian, penjualan, transfer, pengiriman, atau penerimaan seseorang

dengan menggunakan penipuan atau tekanan, termasuk penggunaan

ancaman kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan hutang

dengan tujuan untuk menempatkan atau menahan orang tersebut, baik

dibayar atau tidak, untuk kerja yang tidak diinginkan (domestik seksual

atau reproduktif) dalam kerja paksa atau dalam kondisi perbudakan,

dalam satu lingkungan lain dari tempat dimana orang itu tinggal pada waktu penipuan, tekanan, atau lilitan hutang pertama kali.” (Husni. 2012)

.

(11)

1. Tindakan yang berupa perekrutan, penampungan, pengangkutan, pengiriman, pemindahan serta penerimaan seseorang manusia.

2. Menggunakan cara pemaksaan, ancaman, penculikan, penyekapan, penipuan, pemalsuan, penyalahgunaan posisi dan wewenang dan memberi bayaran sehingga mendapatkan persetujuan dari pihak yang berwenang.

3. Bertujuan untuk mengeksploitasi seseorang, atau menyebabkan seseorang tereksploitasi.

Kebanyakan kasus perdagangan manusia di Indonesia yang telah diketahui dan diselesaikan perkaranya berawal dari keinginan korban untuk bekerja. Karena dorongan hutang dan tuntutan keluarga, korban biasanya cenderung berpikir pendek dan terbuai akan iming-iming gaji besar. Namun pada akhirnya korban baru menyadari bahwa dirinya ditipu oleh agen setelah korban sudah perada di tangan penadah. Latar belakang seperti ini biasanya terjadi pada perdagangan perempuan untuk tujuan-tujuan eksploitasi seksual. Kasus yang sisanya merupakan tindakan pemaksaan, pemerasan serta penculikan. Kebanyakan korban perdagangan manusia yang melalui cara ini adalah anak-anak. Lemahnya pengawasan perlindungan terhadap anak menyebabkan perdagangan anak dapat dengan mudah terjadi. Anak-anak yang dijual tersebut biasanya dijadikan buruh kasar, budak, dan pekerja seks komersial.

Sebelum membahas pertanyaan diatas, maka akan terlebih dahulu dikemukakan beberapa pengertian yang terkait erat dengan pembahasan makalah ini, antara lain :

2.1.1 Perdagangan Orang / Human Trafficking

(12)

memasukkan jenis kejahatan ini ke dalam perundang-undangan di Indonesia adalah langkah yang positif. Penulis berpendapat bahwa tindak pidana perdagangan orang ini, masuk dalam kelompok tindak pidana yang transnasional, sama seperti tindak pidana korupsi dan penyalahgunaan narkoba dan teroris, yang harus mendapat perlakuan yang luar biasa, dan mendapatkan hukuman yang berat (extra-ordinarycrime).

Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, rumusan tentang perdagangan orang / human trafficking yang terdapat dalam UU ini menjadi rujukan utama. Pasal 1 angka 1 menyebutkan :

“Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman pemindahan, atau

penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,

penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,

penipuan, penyalah gunaan kekuasaan atau posisi rentan,

penjeratan utang, atau memberi bayaran atau manfaat,

sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang

kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam

negara maupun antar negara, untuk menjadi eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi”.

Sebelum lahirnya Undang-Undang ini pengertian

(13)

memberi/menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan sehingga mendapatkan persetujuan dari seseorang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, untuk tujuan eksploitasi.”

Eksploitasi dapat meliputi paling tidak adalah :

1. Eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk- bentuk lain dari eksploitasi seksual.

2. Kerja atau pelayanan paksa

3. Perbudakan atau praktek-praktek yang serupa dengan perbudakan 4. Penghambaan

5. Pengambilan organ-organ tubuh

PBB dalam sidang umumnya tahun 1994 menyatakan

trafficking sebagai pemindahan orang melewati batas teritorial, nasional dan internasiona secara gelap dan melanggar hukum, terutama dari negara berkembang dan dari negara dalam transisi ekonomi dengan tujuan memaksa perempuan dan anak perempuan masuk dalam situasi penindasan dan eksploitasi secara seksual dan ekonomi, sebagaimana juga tindakan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan perempuan seperti pekerja paksa domestik, kawin palsu, pekerja gelap, dan adopsi palsu demi kepentingan perekrut, pedagang dan sindikasi kejahatan.

2.2Perspektif Pancasila terhadap kasus human trafficking.

(14)

Tanpa adanya pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dan exploitasi serta perdagangan manusia di indonesia.

Dalam perspektif sila kedua Pancasila, tentu human trafficking ini sangat bertentangan dengan konsekuensi nilai yang terkandung dalam sila tersebut yaitu menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta tidak semena-mena terhadap sesama manusia. Pancasila pada hakikatnya nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila yang digali dari bangsa Indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religious yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Jadi dalam pelaksanaannya pun kita seharusnya dapat mengindahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu dalam kehidupan kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan negara harus mewujudkan tercapainya tujuan tertinggi harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrat manusia sebagai dasar (hak azasi) harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan negara.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia, maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah perwujudan nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang berbudaya, bermoral dan beragama.

(15)

kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam kehidupan bersama.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia harus adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku,ras, keturunan, status sosial, maupun agama. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap sesama manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian. (Kaelan, 2010: 81)

Perdagangan manusia ini tentu sudah sangat bertentangan dengan sila ke-2 Pancasila dan melanggar hak azasi manusia. Dimana dalam hal ini tidak diakuinya martabat kemanusiaan dan kemerdekaan dari setiap individu. Hak azasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia, perempuan dan laki-laki, sebagai makhluk bermartabat, yang telah dimiliki sejak lahir hingga akhir hayat.

Mengenai tindakan human trafficking dalam perspektif sila ke-2 Pancasila akan dijabarkan sebagai berikut.

Dalam butir-butir sila Kemanusiaan yang adil dan beradab :

• Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.

(16)

Negarapun dalam hal ini sudah sewajarnya menjamin dan melindungi hak-hak anak, baik sipil, sosial, politik, budaya dan ekonomi.

Salah satu permasalahan yang masih terjadi adalah keberadaan pekerja anak. Tidak hanya melanggar hak-hak anak, dengan bekerja juga membawa dampak buruk bagi anak-anak baik secara fisik maupun psikis. Bahkan dampak yang lebih jauh lagi, dengan bekerja dikhawatirkan akan mengganggu masa depan anak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, terlebih anak merupakan generasi penerus bangsa. Mereka yang dari keluarga miskin biasanya diperjualbelikan dan bekerja disuatu tempat dengan upah sangat buruk. Dalam hal ini anak merupakan aset penting bagi pihak-pihak tertentu.

Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kasus eksploitasi terhadap anak, baik oleh orang tua maupun oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, dalam hal ini adalah pemilik usaha. Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak. Memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial maupun politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik, psikis & status sosialnya. Semua orang mempunyai hak untuk hidup dan diperlakukan dengan baik, begitu pun para korban human trafficking. • Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban azasi setiap

manusia tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit, dan sebagainya.

(17)

Dalam tatanan yang lebih luas, berbagai peristiwa yang terjadi dewasa ini telah cukup kiranya untuk menunjukkan bahwasanya diskriminasi terhadap perempuan bukan hanya dijumpai dalam novel dan di negara-seberang atau antah berantah, tapi juga terjadi di Indonesia. Telah diketahui bersama bahwa Indonesia adalah suatu masyarakat yang patriarkhal, sebagaimana juga di negara-negara lain di dunia. Patriarkhal sebagai suatu struktur komunitas di mana kaum lelaki yang memegang kekuasaan, dipersepsi sebagai struktur yang menderogasi perempuan, yang nyata baik dalam kebijakan pemerintah maupun dalam perilaku masyarakat. Sebagai contoh sederhana saja, perumusan tentang kedudukan istri dalam hukum perkawinan, kecenderungan untuk membayar upah buruh wanita di bawah upah buruh pria, merupakan salah satu refleksi keberadaan perempuan dalam posisi subordinat dibandingkan dengan laki-laki.

Dalam berbagai masyarakat di dunia, termasuk pula di Indonesia, keberadaan perempuan yang selalu subordinatif dibanding kaum pria ini membawa sejumlah konsekuensi yang merendahkan peran mereka dalam masyarakat. Kecenderungan untuk mengekploitasinya pun semakin besar. Semua orang ingin disamakan derajatnya tanpa ada perbedaan yang menjadi batasan dan itu terkandung dalam sila ke-2 Pancasila.

• Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepa-selira.

Tindakan human Trafficking tidak mencerminkan sikap saling mencintai sesama manusia. Pada kenyataannya banyak sekali masyarakat yang mulai tidak mencintai dirinya sendiri apalagi jika ia dihadapkan oleh lembar-lembar kertas bermata uang yang hanya membuatnya terlena dalam sekejap. Tidak lagi mengindahkan hak-hak yang seharusnya didapatkan setiap manusia ketika dia dihadapkan menjadi seorang individu yang utuh.

(18)

sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajiban azasinya. (Kansil, 1996: 28)

• Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Saling hormat-menghormati sesama manusia sangat dijunjung tinggi dalam sila ke-2 Pancasila. Apa yang diketahui mengenai tindakan human trafficking tidak mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke -2. Tindakan semena-mena, ekploitasi manusia, perbudakan, prostitusi paksa dan kerja paksa, semua hal tersebut tidak dilakukan atas kesadaran sikap yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya yang terkandung dalam Pancasila.

Tindakan human trafficking bukan lagi tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan tetapi sudah melupakan Pancasila sebagai pedoman dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.

Penataan ulang kembali atas apa yang telah menyimpang dari Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara merupakan sesuatu hal yang sangat perlu dilakukan. Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti bahwa reformasi harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai-nilai martabat manusia yang beradab. Oleh karena itu harus dilandasi oleh moral kemanusiaan yang luhur yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan bahkan reformasi diarahkan untuk penatan kembali suatu kehidupan negara yang menghargai harkat dan martabat manusia.

(19)

lainnya yang mengarah pada tindakan eksploitasi manusia secara besar-besaran.

Mengenai tindakan human trafficking dalam perspektif sila ke-2 Pancasila akan dijabarkan sebagai berikut.

• Sila ke-5 pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Yang memiliki nilai penting, bahwa manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan soial dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain. Di dalamnya terkandung makna keadilan-sosial (keadilansocius) atau pemerataan-bersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan distributif).

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Provinsi Sulawesi Selatan, yang tepatnya berada di kota Makassar. Agar penelitian ini dapat sesuai dengan apa yang kami harapkan maka kami memilih tempat yang dimana terdapat beberapa contoh-contoh dokumen yang membahas mengenai materi kami.

3.2Jenis dan Sumber Data

Jenis data yaitu kualitatif, yang dimana pengambilan data diambil dari bentuk deskripsi berupa kata-kata dan bahasa yang tertera dalam skripsi.

Data Sekunder, data yang diperoleh dari pihak yang tidak berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti ini adalah dokumen-dokumen yang terkait dengan masalah perdagangan manusia atau human trafficking.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian perpustakaan (library research). Mengumpulkan data dengan mempelajari skripsi-skripsi yang berkaitan dengan judul dan pembahasan kami. Selain penelitian perpustakaan, kami juga mengambil data dari Directory Putusan MA dengan mengambil Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung dalam hal ini kasus perdagangan orang.

3.4Analisis Data

(21)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tindakan human trafficking sudah sangat menyimpang dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila khusunya sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tindakan human trafficking tidak mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, tidak mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban azasi setiap manusia, tidak memperlakukan manusia dengan sebagaimana mestinya, dan merampas hak-hak manusia untuk berkarya. Tindakan ini juga tidak bersikap adil terhadap sesama manusia, tidak memberikan sesuatu yang telah menjadi hak manusia lainnya.

Perlu adanya suatu gerakan reformasi yang pada prinsipnya adalah untuk mengembalikan kepada dasar nilai-nilai sebagaimana yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Hal ini untuk mencegah melebarnya atau meluasnya kasus human trafficking ataupun segala macam bentuk ekploitasi terhadap manusia dan tindak mengindahkan atau menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai mahluk individu.

(22)

BAB V

PENUTUP

5.1Kesimpulan

Perdagangan manusia adalah tindakan kriminal terhadap kemanusiaan. Kegiatannya meliputi tindakan perekrutan, pengangkutan, mentransfer, menyimpan atau menerima seorang manusia menggunakan kekerasan, pemaksaan atau lainnya untuk keperluan mengeksploitasi mereka. Latar belakang seperti ini biasanya terjadi pada perdagangan perempuan untuk tujuan-tujuan eksploitasi seksual. Kasus yang sisanya merupakan tindakan pemaksaan, pemerasan serta penculikan. Kebanyakan korban perdagangan manusia yang melalui cara ini adalah anak-anak.

Perdagangan manusia di Indonesia harus lah menjadi perhatian serius pemerintah demi mengurangi dan memberantasnya. Dengan memperdalam ilmu pengetahuan kita tentang makna dari sila 2 dan ke-5 pancasila agar tertanam di dalam diri kita betapa berharganya suatu kehidupan dan untuk terciptanya kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(23)

5.2Saran

Tentunya dengan memberikan fasilitas yang cukup untuk rakyat, dan menciptakan lapangan-lapangan pekerjaan untuk rakyat-rakyat miskin agar penghasilan mereka dari segi ekonomi bertambah. Dan memberikan peraturan dan hukum yang tegas bagi oknum-oknum perdagangan manusia di Indonesia.

(24)

LAMPIRAN

STUDI KASUS POSISI PENELITIAN

1. Pertimbangan Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Perdagangan

Orang dalam Putusan No. 1892 K/PID.SUS/2012/PN.BB

Pada sub bab ini penulis akan memaparkan dan menganalisis hukum pidana materiil dalam penanganan tindak pidana perdagangan orang. Untuk memahami penerapan hukum terhadap hal tersebut, maka penulis dalam hal ini bersandar pada putusan No. 1892 K/PID.SUS/2012/PN.BB.

Posisi Kasus

Hj. Maemunah Saleh Binti Saleh bersama-sama dengan Agustinus Hari Dwi Iswanto Bin Budi Waluyo (dilakukan penuntutan secara terpisah) dan Sdr. Jaya (belum tertangkap/DPO) pada hari senin tanggal 15 Agustus 2011 sekitar Jam.13.00 WIB, atau pada suatu waktu dalam bulan Agustus 2011, bertempat di Jalan Raya Bandung-Garut Kampung Tarikolot Desa Nanjung Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, setidak-setidaknya di suatu tempat dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bale Bandung, telah melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,

pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman

kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,

pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekerasan atau posisi

rentan penyeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat

walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang

kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang

tersebut di Wilayah Negara Republik Indonesia, telah membantu

atau melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana

perdagangan orang, telah melakukan, menyuruh melakukan atau

turut serta melakukan, yang dilakukan dengan cara :

(25)

orang untuk dijadikan tenaga kerja di Malaysia, setelah mendengar permintaan Terdakwa tersebut, selanjutnya saksi Agustinus datang menemui Sdr. Jaya lalu kepada Sdr Jaya saksi Agustinus menyuruh untuk mencarikan orang yang akan dijadikan tenaga kerja di Malaysia, atas permintaan saksi Agustinus tersebut Sdr. Jaya menyetujuinya yang kemudian Sdr. Jaya berusaha untuk mencari orang yang akan dijadikan tenaga kerja di Malaysia tersebut, yaitu diantaranya :

• Pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 Sdr. Jaya datang menemui saksi Yani Mulyani yang kemudian Sdr. Jaya kepada saksi Yani Mulyani menawarkan untuk bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai pembantu rumah tangga dengan pemberangkatan melalui PJ TKI dengan gaji kata Sdr. Jaya sebesar Rp. 1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah)/bulan dan kata Sdr. Jaya ongkos dijamin oleh perusahaan PJ TKI ( Hj.Maemunah) dan keluarga yang ditinggal akan diberi bekal sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), selanjutnya setelah mendengar perkataan Sdr. Jaya tersebut saksi Yani merasa percaya dan tertarik dan kemudian saksi Yani menyanggupi/bersedia untuk bekerja di Malaysia tersebut.

• Pada hari Rabu tanggal 10 Agustus 2011 Sdr. Jaya datang menemui saksi Ani Suryani yang kemudian Sdr. Jaya kepada saksi Ani Suryani menawarkan untuk bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai pembantu rumah tangga dengan pemberangkatan melalui PJ TKI dengan gaji kata Sdr. Jaya sebesar Rp. 1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah)/bulan dan kata Sdr Jaya ongkos dijamin oleh perusahaan PJ TKI (Hj. Maemunah) dan keluarga yang ditinggal akan diberi bekal sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), selanjutnya setelah mendengar perkataan Sdr. Jaya tersebut saksi Ani Suryani merasa percaya dan tertarik dan kemudian saksi Ani Suryani menyanggupi/bersedia untuk bekerja di Malaysia tersebut.

(26)

menawarkan untuk bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai embantu rumah tangga dengan pemberangkatan melalui PJ TKI dengan gaji kata Sdr. Jaya sebesar Rp. 1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah)/bulan dan kata Sdr. Jaya ongkos dijamin oleh perusahaan PJ TKI (Hj. Maemunah) dan keluarga yang ditinggal akan diberi beka; sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah), selanjutnya setelah mendengar perkataan Sdr. Jaya tersebut saksi Sri Mulyati merasa percaya dan tertarik dan kemudian saksi Sri Mulyati menyanggupi/bersedia untuk bekerja di Malaysia tersebut.

• Pada hari Minggu tanggal 14 Agustus 2011 Sdr. Jaya datang menemui saksi Lilis yang kemudian Sdr. Jaya kepada saksi Lilis menawarkan untuk bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai pembantu rumah tangga dengan pemberangkatan melalui PJ TKI dengan gaji kata Sdr. Jaya sebesar Rp. 1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah)/bulan dan kata Sdr. Jaya ongkos dijamin oleh perusahaan PJ TKI (Hj. Maemunah) dan keluarga yang ditinggal akan diberi bekal sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) selanjutnya setelah mendengan perkataan Sdr. Jaya tersebut saksi Lilis merasa percaya dan tertarik dan kemudian saksi Lilis menyanggupi/bersedia untuk bekerja di Malaysia tersebut.

(27)
(28)

Perbuatan Terdakwa sebagaiman diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 Jo Pasal 10 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo Pasal 55 Ayat (1) KUHP .

Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bale Bandung tanggal 8 Maret 2012 sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa HJ MAEMUNAH SALEH Binti SALEH

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ‘telah

melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,

pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan

ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,

penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekerasan

atau posisi rentan, penyeratan utang atau memberi bayaran atau

manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang

memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi

orang tersebut di Wilayah Negara Negara Republik Indonesia,

telah membantu atau melakukan percobaan untuk melakukan

tindak pidana perdagangan orang” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 Jo Pasal 10 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo. Pasal 55 Ayat (1) KUHP.

2. Menjatuhkan Pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama: 6 (enam) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara, dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan membayar denda sebesar Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) Subsidiair 3 (tiga) bulan kurungan.

3. Menetapkan barang bukti berupa :

Paspor An MINUMAH SALEH Nomor paspor A0619131

terlampir dalam berkas perkara

1 (satu) unit R4 Merk Toyota Avanza NoPol : A-1269-FA berikut STNK dan kunci kontak.

(29)

Masing masing dirampas untuk dimusnahkan

Uang sebesar Rp. 650.000,-

Dirampas untuk negara.

4. Menetapkan agar para terpidana dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah).

Membaca putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung No. 1452/Pid.Sus/ 2011/ PN.BB tanggal 10 April 2012 yang amat lengkapnya sebagai berikut :

- Menyatakan terdakwa HJ. MAEMUNAH SALEH Binti SALEH, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

"TURUT SERTA MEMBANTU TINDAK PIDANA

PERDAGANGAN ORANG";

- Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 3 (tiga) Tahun dan Denda sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) apabila denda tidak bayar diganti dengan kurungan selama 1 (satu) bulan;

- Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sementara dikurangkan segenapnya dari pidana yang dijatuhkan tersebut;

- Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan ;

- Memerintahkan menyerahkan barang bukti berupa :

- Paspor atas nama MAEMUNAH SALEH binti SALEH No. Paspor. A 0619131 dikembalikan kepada Terdakwa;

- 3 (tiga) unit handphone merk Nokia Type 7230, Type 1280 dan handphone warna hitam serta uang sebesar Rp. 650.000,- (enam ratus lima puluh ribu rupiah) dirampas untuk Negara;

- Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah);

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Bandung No. 248/PID/SUS/2012/ PT. Bdg tanggal 26 Juni 2012 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

(30)

- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung tanggal 10 April 2012 nomor : 1452/Pid.Sus/2011/PN.BB. yang dimintakan banding tersebut;

- Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

- Membebankan biaya perkara dalam dua tingkat peradilan kepada Terdakwa yang pada tingkat banding sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) ;

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No. 25/Akta.Pid/2012/PN.BB yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Bale Bandung yang menerangkan, bahwa pada tanggal 06 Agustus 2012 Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bale Bandung mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut ;

Memperhatikan memori kasasi tanggal 16 Agustus 2012 dari Jaksa Penuntut Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale Bandung pada tanggal 16 Agustus 2012 ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah diberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 25 Juli 2012 dan Jaksa Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 06 Agustus 2012 serta memori kasasinya telah diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale Bandung pada tanggal 16 Agustus 2012 dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi pada pokoknya sebagai berikut :

(31)

tidak akan menjadi cermin atau contoh kepada masyarakat agar tidak mencontoh/tidak mengikuti perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa, serta mengingat tindak pidana trafficking belakangan ini menjadi sorotan publik mengingat banyaknnya Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri yang menjadi korban kekerasan di luar negeri baik itu kekerasan seksual maupun kekerasan fisik yang tentunya atas fakta tersebut perlu adanya penerapan hukum dan penerapan pidana yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana trafficking tersebut yang memungkinkan membuat jera bagi para pelaku, sehingga diharapkan dengan dijatuhkannya hukuman yang memenuhi rasa keadilan masyarakat tersebut diharapkan dapat mengurangi volume terjadinya tindak pidana trafficking.

Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat :

Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena Judex Facti tidak salah menerapkan hukum karena telah mempertimbangkan pasal aturan hukum yang menjadi dasar pemidanaan dan dasar hukum dari putusan serta pertimbangan keadaankeadaan yang memberatkan dan keadaan-keadaan yang meringankan sesuai Pasal 197 ayat (1) f KUHAP.

Perbuatan Terdakwa melakukan perekrutan calon tenaga kerja yang akan dipekerjakan di Negara lain tanpa izin atau melakukan secara ilegal memenuhi unsurunsur Pasal 270, Pasal 10 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007.

(32)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UndangUndang No. 8 Tahun 1981).

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi pula ternyata, putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus ditolak ;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi/Terdakwa dipidana, maka harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;

Memperhatikan Undang No. 48 Tahun 2009, Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 dan Undang-Undang-Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

M E N G A D I L I :

Menolak Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi : Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bale Bandung tersebut ;

Membebankan Termohon Kasasi/Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah) ;

(33)

Analisis Penulis

Berdasarkan uraian dan penjelasan yang terdapat dalam putusan, maka penulis dapat menarik kesimpulan :

(34)

saja mengulangi perbuatannya karena merasa putusan tersebut ringan saja dan bertolak belakang dengan tujuan pemidanaan yaitu disamping memberi efek jera kepada pelaku tindak pidana tetapi juga memberi edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan tindak pidana.

2. Penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak pidana turut serta dalam tindak pidana perdagangan orang Nomor 1892 K/PID.SUS/2012/PN.BB. Belum memenuhi keadilan mengingat bahwa dilakukannya penuntutan secara terpisah atau lebih dikenal dengan istilah splitsing. Jika mengacu pada ketentuan Pasal 142 KUHAP, pemisahan perkara itu harus terdiri dari beberapa tindak pidana yang berbeda namun dilakukan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama. Di satu sisi splitsing perkara memang dibenarkan oleh Undang-Undang. Namun, disisi lain pemisahan itu kerap menimbulkan masalah. Dimana para ahli hukum mengatakan ada tiga problem yang mencuat dalam pemisahan perkara. Pertama perbedaan penerapan hukum, pelanggaran azas non self incrimination dan praduga tak bersalah dan kaburnya unsur

deelneming. Putusan perkara yang terpisah ini dapat mengakibatkan penyalahgunaan asas, alasan teknis, dan lain sebagainya. Putusan tersebut belum memenuhi rasa keadilan di masyarakat karena belum diketahuinya sanksi yang diberikan untuk orang yang turut serta (medepleger) dalam tindak pidana perdagangan orang ini sehingga masih menimbulkan tanda tanya. Sanksi pidana seharusnya sesuai dengan berat dan ringannya kesalahan yang dilakukan, karena jika terdakwa hanya diputus oleh hakim dengan putusan ringan, terdakwa bisa saja mengulangi perbuatannya karena merasa putusan tersebut ringan saja.

Bahwa berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

(35)

diajukan selama persidangan karena dalam menjatuhkan sanksi pidana kepada terdakwa dibutuhkan pertimbangan dan keyakinan Majelis Hakim.

2. Segala kejadian yang berupa fakta dalam persidangan menjadi dasar yang sangat penting untuk dijadikan pertimbangan dalam membahas unsur yang terdapat pada Pasal yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa.

3. Selain pertimbangan yuridis berupa dakwaan penuntut umum, keterangan saksi, barang bukti, dan Pasal-Pasal yang dilanggar, Majelis Hakim juga harus memiliki pertimbangan non yuridis yang berupa latar belakang terdakwa, aspek yang menyebabkan terjadinya tindak pidana, kepentingan masyarakat terhadap pemberantasan tindak pidana terhadap orang yang turut serta dalam tindak pidana perdagangan orang. Hal ini penting dilaksanakan agar pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa benar-benar adil. 4. Majelis Hakim yang menangani tindak pidana terhadap orang yang

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Tita Syamsuddin, HS. 2014. Tinjauan Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Dalam Pembantuan Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Makassar: Skripsi.

Atika, Andi. 2015. Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang di Kota Makassar. Makassar: Skripsi.

Syafaat, Rachmad. 2003, Dagang Manusia. Jakarta: Lappera Pusaka Utama. ILO. 2004. Dimensi Ketenagakerjaan dalam Kebijakan Makro dan Sektoral,

Seri Rekomendasi Kebijakan, Kerja Layak dan Penanggulangan

Kemiskinan di Indonesia. Jakarta.

Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Serta Komentar-Komentarnya lengkap Pasal Demi pasal. Bogor: Politea. 1991.

Directory Putusan Mahkamah Agung :https://putusan.mahkamahagung.go.id/

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila, cetakan kedua, edisi reformasi. Yogyakarta: Paradigma.

Kansil,C.S.T. 1996. Pancasila. Jakarta: Sinar Grafika.

Notonagaro. 1983. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: P.T. Bina Akasara Website :

Google.co.id

http://www.beritaindonesia.co.id/humaniora/

Peraturan Perundang-undangan

Referensi

Dokumen terkait

Rasulullah tak hanya dengan lisan, namun juga dengan komunikasi amal perbuatan dengan memberikan teladan yang baik. Beliau juga selalu berpenampilan baik dan

Sehingga perlunya suatu bentuk kegiatan pendampingan masyarakat untuk lebih memasyarakatkan tanaman obat keluraga (TOGA) ini sebagai suatu bentuk kemandirian

Data dari pihak Polsek Medan Kota, dalam tiga tahun terakhir terdapat 91 kasus pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan. Kepolisian memerlukan masyarakat agar mempunyai

Arminius dengan jelas menekankan bahwa mustahil bagi Calvinisme untuk menyela- matkan diri dari konsep kedaulatan Allah yang deterministik yang menjadikan Allah sebagai

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penulisan hukum ini dengan judul

belum memadai seperti kerusakan pada komputer yang bisa menghambat proses penerbitan surat persetujuan berlayar, kerusakan dan kurangnya fasilitas yang memadai di

Dwi Nurhayati A Fajar Luqman Laili Devi Agustin Dewi Mayangsari Dwi Nurhayati A Titin Faridatun Nisa Veri Hardinansyah D Siti F.F Dwi Nurhayati A Yulias Wulani F

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan: (1) untuk siswa supaya lebih tidak banyak bercanda dengan pengajar, (2) untuk pengajar memperbaiki cara