• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Retribusi Dalam Anggaran Pendapata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Retribusi Dalam Anggaran Pendapata"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

Peran Retribusi Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

(APBD)

Studi Kasus Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)

Kota Batam

oleh

Imas Qurhothul Ainiyah 1306383155 Kelas Negara A

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... 1

Daftar Isi ... 2

Abstrak ... 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 4

1.2 Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan Penulisan ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 7

BAB 2 KERANGKA TEORI 2.1 Retribusi Daerah ... 8

2.2 Retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) ... 9

BAB 3 METODE KAJIAN 3.1 Metode Penulisan ... 11

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 11

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Profil Kota Batam ... 12

4.2 Retribusi IMTA di Kota Batam ... 12

4.3 Permasalahan Retribusi IMTA di Kota Batam ... 14

4.4 Pengawasan Pemungutan Retribusi IMTA di Kota Batam ... 15

4.5 Peran Retribusi IMTA terhadap APBD Kota Batam ... 16

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 18

5.2 Rekomendasi ... 18

(3)

ABSTRAK

Retribusi Perpanjangan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) adalah pungutan atas pembuatan atau pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga kerja asing. Namun dalam proses pemungutan retribusi IMTA, ditemui beberapa permasalahan antara lain pemerintah tidak mampu memungut dana retribusi sesuai target yang telah ditetapkan, tidak adanya mekanisme pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing, penerapan kebijakan Visa on Arrival (VoA) yang sering dimanfaatkan oleh para tenaga kerja asing untuk menyamar sebagai wisatawan, dan penggunaan tenaga kerja asing tanpa melalui izin resmi. Terkait dengan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Peran Retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam”. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam. Metode penulisan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini adalah studi dokumen. Hasil dari kajian ini adalah bahwa Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) memiliki peranan yang signifikan bagi daerah Kota Batam, antara lain sebagai pemasukan kas daerah, sebagai batasan ruang gerak bagi Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di Kota Batam serta sebagai salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah daerah dalam rangka alih teknologi melalui kerjasama antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing. Selain itu, dana retribusi juga digunakan untuk membiayai pelatihan yang diperuntukkan bagi tenaga kerja yang meliputi pelatihan desain grafis, autocade, jahit, dan welder serta digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk mengurus perizinan tenaga kerja asing itu sendiri.

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab pendahuluan berisi penjelasan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan dari penulisan makalah serta sistematika penulisan makalah.

1.1 Latar Belakang

Pergerakan arus globalisasi di dunia merupakan akibat yang ditimbulkan dari proses alih teknologi modern khususnya teknologi informasi dan telekomunikasi (IT). Perkembangan globalisasi tersebut mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia serta terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antar Negara (Syahmardan, 2011). Pergerakan aliran modal dan tenaga kerja antar Negara disebabkan karena investor asing pada umumnya berupaya untuk melakukan pengawasan secara langsung terhadap investasi yang dilakukannya di negara lain. Pengawasan langsung yang dilakukan oleh para investor ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan usaha dan investasi yang dilakukannya di Negara lain.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang menjadi target investasi para investor asing. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai sumber daya yang dimiliki Indonesia akibat tata letak geografis Indonesia yaitu terletak diantara benua Asia dan Australia, terletak diantara Samudera Hindia dan Samudra Pasifik serta terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang di lalui garis khatulistiwa. Posisi strategis ini menjadi asset bangsa, dimana sebagian besar wilayah di Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang menarik iklim investasi dari para investor asing. Pada era globalisasi yang juga terjadi di Indonesia ini, tidak dapat dihindari penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA). Pada prinsipnya penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) di Indonesia (Syahmardan, 2011) adalah mereka yang dibutuhakn dalam dua hal, yakni tenaga kerja asing yang membawa modal (investor) dan atau membawa skill dalam rangka transfer of knowledge (ilmu pengetahuan) dan transfer of technology (alih teknologi). Selain karena dua alas an tersebut, di Indonesia tidak diperkenankan menggunakan tenaga kerja asing dan harus mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal.

(5)

tenaga kerja asing per Oktober 2014 mencapai 64.604 orang dan pada tahun 2015 ini terdapat 70.000 orang tenaga kerja asing di Indonesia (Pudjiastuti, 2015).

Peluang bertambahnya tenaga kerja asing pun perlu diperhatikan mengingat sebentar lagi Indonesia akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menurut Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri (2015), masuknya tenaga kerja asing memang diperlukan khususnya untuk pekerjaan dengan spesifikasi keahlian tertentu seperti kontruksi, after sales service, dan berbagai pekerjaan dalam bidang pertambangan. Terkait masuknya tenaga kerja asing, Hanif lebih melihat sebagai skema percepatan alih teknologi ke Indonesia dan dapat merupakan perluasan kesempatan kerja yaitu dimana setiap ada 1 TKA harus ada 10 tenaga kerja dalam negeri (Pudjiastuti, 2015).

Kehadiran tenaga kerja asing dapat dikatakan sebagai salah satu pembawa devisa bagi negara dimana adanya pembayaran kompensasi atau yang biasa disebut Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakan (Syahmardan, 2011). Besarnya dana kompensasi untuk tenaga kerja asing di Indonesia adalah sebesar US$100 atau setara Rp1.350.000,- per orang setiap bulan. Namun pada implementasinya, belum semua dana kompensasi dari penggunaan tenaga kerja asing dapat dipungut oleh pemerintah, seperti yang terdapat di Kota Batam dimana dana kompensasi atas penggunaan tenaga kerja asing hanya dapat dipungut sebesar 50% dari target yang telah ditetapkan yaitu senilai Rp 45 miliar (batampos.co.id, 2015). Penyebabnya adalah pemerintah belum serius dalam melakukan pengawasan terhadap proses pemungutan dana retribusi atas penggunaan tenaga kerja asing. Masalah lain juga timbul karena tidak adanya mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing sehingga para tenaga kerja asing menjadi terbebas dari kewajibannya dalam membayar kompensasi kepada pemerintah. Padahal, apabila dikelola secara benar dana retribusi IMTA dapat dijadikan sebagai sumber penerimaan bagi daerah dalam rang proses penyelenggaraan pemerintahannya. Selain itu, penerapan kebijakan Visa on Arrival (VoA) mengancam pendapatan Kota Batam dari retribusi tenaga kerja asing (TKA). Pasalnya, banyak di antara TKA yang memanfaatkan kebijakan VoA untuk bekerja di Batam dengan menyamar sebagai wisatawan.

(6)

kerja asing dan pengamanan penggunaan tenaga kerja asing. Peraturan tersebut harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat Menteri, akan tetapi secara selektif dalam memilih tenaga kerja asing yang akan dipekerjakan serta tetap memprioritaskan pengerahan tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, dalam mempekerjakan tenaga kerja asing, perlu dilakukan melalui mekanisme dan prosedur yang sangat ketat, terutama dengan cara mewajibkan bagi perusaahan atau korporasi yang mempergunakan tenaga kerja asing bekerja di Indonesia dengan membuat rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

1.2 Permasalahan

Permasalahan terkait pemungutan Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) seperti pemerintah tidak mampu memungut dana retribusi atas perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) sesuai target yang telah ditetapkan, tidak adanya mekanisme pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing serta penerapan kebijakan Visa on Arrival (VoA) yang sering dimanfaatkan oleh para tenaga kerja asing untuk menyamar sebagai wisatawan sehingga tidak perlu membayar dana retribusi kerja perlu mendapatkan perhatian yang serius (batampos.co.id, 2015). Pasalnya, dana retribusi merupakan sumber bagi penerimaan daerah yang potensial dan dapat dimanfaatkan sebagai dana penyelenggaraan daerah untuk mengembangkan potensinya. Di samping itu, adanya penggunaan tenaga kerja tanpa melalui izin resmi memperlihatkan bahwa implementasi peraturan daerah terkait penggunaan tenaga kerja asing tidak dilaksanakan sesuai peraturan yang ada. Kemungkinan lain dari adanya permasalahan IMTA adalah adanya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu agar memperoleh keuntungan pribadi dengan cara memberikan keleluasaan bagi perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing sehingga perusahaan tersebut tidak perlu membuat izin resmi ketika menggunakan tenaga kerja asing.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mendeskripsikan peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam. Pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini

adalah “Bagaimana peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam?”.

(7)

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam.

1.4 Sistematika Penulisan

Agar dalam penulisan penelitian ini dapat lebih mudah dipahami, maka sistematika penulisan disajikan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai urgensi dari penulisan makalah ini. Bab ini terbagi ke dalam sub-bab latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan makalah, dan sistematika penulisan.

BAB 2 KERANGKA TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar teoritis yang digunakan dalam penulisan makalah ini. Kerangka teori dalam penulisan ini yaitu retribusi daerah dan retribusi izin mempekerjakan tenaga Kerja Asing (IMTA).

BAB 3 METODE KAJIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah ini.

BAB 4 PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian tentang profil Kota Batam, retribusi IMTA di Kota Batam, permasalahan dalam pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam, pengawasan pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam dan peran retribusi IMTA terhadap APBD Kota Batam.

BAB 5 PENUTUP

(8)

BAB 2 KERANGKA TEORI

Pelaksanaan desentralisasi (otonomi daerah) di Indonesia ditandai dengan adanya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (Elmi, 2002). Daerah desentralisasi atau yang disebut daerah otonom berwenang mengurus kepentingan masyarakat di daerahnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan NKRI. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah adalah penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada daerah untuk mengelola potensi yang ada di daerah, yang diikuti dengan penyerahan personil, prasarana, pembiayaan, dan dokumen termasuk mengelola keuangan daerahnya sendiri (Kurniawan, 2007). Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk membuat anggaran penerimaan dan belanja daerah (APBD) dan mengurus keuangan daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD mencakup semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Fungsi dari cacatan APBD yaitu digunakan sebagai dasar dalam mengelola keuangan daerah untuk jangka waktu satu tahun anggaran. Salah satu sumber penerimaan asli daerah adalah retribusi daerah. Penjelasan mengenai retribusi daerah adalah sebagai berikut.

3.1 Retribusi Daerah

Retribusi adalah pungutan yang dikenakan kepada pemakai jasa tertentu yang disediakan oleh Pemerintah daerah. Penerimaan daerah dari retribusi menempati urutan kedua terbesar setelah pajak daerah. Oleh karena itu, retribusi memiliki peran yang penting bagi pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan rutinnya. Retribusi daerah terdiri atas tiga golongan (djpk.kemenkeu.go.id), yaitu:

(9)

pemeriksaan alat pemadam kebakaran, retribusi penggantian, biaya cetak peta, dan retribusi pengujian kapal perikanan.

3.1.2 Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis retribusi jasa usaha antara lain retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan, retribusi terminal, retribusi tempat khusus parkir, retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa, retribusi penyedotan kakus, retribusi rumah potong hewan, retribusi pelayanan, pelabuhan kapal, retribusi tempat, rekreasi dan olah raga, retribusi penyeberangan di atas air, retribusi pengolahan limbah cair, dan retribusi penjualan produksi usaha daerah.

3.1.3 Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis dari retribusi ini yaitu retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, retribusi izin gangguan dan retribusi izin trayek serta retribusi izin menggunakan tenaga kerja asing.

Retribusi memiliki 2 fungsi utama (Putra, 2014), yaitu fungsi penerimaan (budgetair) atau fubgsi pengeluaran (regulered). Fungsi penerimaan yaitu sebagi instrument untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk berbagai kepentingan pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sedangkan fungsi pengeluaran yaitu sebagai instrument untuk mencapai tujuan tertentu, antara lain dengan mempengaruhi tingkat konsumsi barang dan jasa tertentu.

Selanjutnya, pada penyusunan makalah ini penulis berfokus pada pembahasan mengenai retribusi izin menggunakan tenaga kerja asing (IMTA). Pembahasan mengenai retribusi izin menggunakan tenaga kerja asing (IMTA) adalah sebagai berikut.

3.2 Retribusi Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing 3.2.1 Tenaga Kerja Asing

(10)

orang bukan warga negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, juga disebutkan bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja asing adalah warga Negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Jadi, yang dimaksud dengan tenaga kerja asing yakni warga Negara asing yang memiliki visa untuk tinggal dan menetap di Indonesia dalam jangka waktu tertentu dengan maksud untuk bekerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

3.2.2 Peraturan Tentang Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing

Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja asing diatur dalam Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUK). Dalam UUK, pengaturan penggunaan tenaga kerja asing dimuat pada Bab VIII, Pasal 42 sampai dengan Pasal 49. Pengaturan tersebut dimulai dari kewajiban pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing untuk memperoleh izin tertulis, memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing yang memuat alasan, jenis jabatan dan jangka waktu penggunaan tenaga kerja asing, kewajiban penunjukan tenaga kerja Warga Negara Indonesia sebagai pendamping tenaga kerja asing, hingga kewajiban memulangkan tenaga kerja asing ke negara asal setelah berakhirnya hubungan kerja.

Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja asing dilengkapi dengan sejumlah perangkat hukum lain yang memuat tentang perizinan, jaminan perlindungan kesehatan sampai pada pengawasan. Perangkat hukum tersebut antara lain:

a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 223/MEN/2003 Tentang Jabatan-jabatan di Lembaga Pendidikan yang Dikecualikan dari Kewajiban Membayar Kompensasi.

b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 67/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Program JAMSOSTEK bagi Tenaga Kerja Asing.

c. Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

(11)

BAB 3

METODE KAJIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai metode kajian yang terdiri dari sub bab metode penulisan dan teknik pengumpulan data.

3.1 Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif menurut Payne dan Payne (2004) adalah teknik-teknik yang digunakan untuk mengkategorisasi, menginterpretasi, menyelidiki, menafsirkan dan mengidentifikasi keterbatasan fisik sumber dokumen yang umumnya dokumen tertulis baik dalam domain publik ataupun swasta (Mogalakwe, 2006). Selanjutnya, Neuman (2007: 16) menyatakan bahwa metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan detail spesifik mengenai situasi, pengaturan sosial, atau sebuah hubungan. Penggunaan metode kualitatif deskriptif dalam penulisan makalah ini berfungsi untuk menggambarkan peran retribusi Izin Mempekerjakan Tenaga Keja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

(12)

BAB 4 PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan akan diuraikan mengenai profil Kota Batam, retribusi IMTA di Kota Batam, permasalahan dalam pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam, pengawasan pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam dan peran retribusi IMTA terhadap APBD Kota Batam.

4.1 Profil Kota Batam

Kota Batam merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Berdasarkan jumlah penduduknya, Kota Batam merupakan kota terbesar di Kepulauan Riau dan kota terbesar ketiga di wilayah Sumatera setelah Medan dan Palembang. Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam per April 2012, jumlah penduduk Batam mencapai 1.153.860 jiwa (humasbatam.com).

Wilayah kota Batam terletak di Pulau Batam dan seluruh wilayahnya dikelilingi Selat Singapura dan Selat Malaka(humasbatam.com). Wilayah metropolitan Batam terdiri dari tiga pulau, yaitu Batam, Rempang dan Galang yang dihubungkan oleh sebuah jembatan, yakni Jembatan Barelang. Kota Batam terdiri dari dua belas kecamatan, yaitu Kecamatan Batam Kota, Kecamatan Nongsa, Kecamatan Bengkong, Kecamatan Batu Ampar, Kecamatan Sekupang, Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Bulang, Kecamatan Sagulung, Kecamatan Galang, Kecamatan Lubuk Baja, Kecamatan Sungai Beduk dan Kecamatan Batuaji.

Kota Batam terletak di jalur pelayaran internasional dan memiliki jarak yang sangat dekat dan berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia. Hal ini mengakibatkan letak Kota Batam menjadi sangat strategis dan merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Kondisi tersebut dapat terlihat pada sejarah Kota Batam yaitu ketika dibangun pada tahun 1970-an oleh Otorita Batam (saat ini bernama BP Batam), kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 158 kali lipat. Pertumbuhan penduduk di Kota Batam tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk secara alimiah atau keliharan, namun juga karena masuknya warga Negara asing ke wilayah Kota Batam (humasbatam.com).

4.2 Retribusi IMTA di Kota Batam

(13)

Batam Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (skpd.batamkota.go.id). Retribusi Perpanjangan IMTA adalah pungutan atas pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja tenaga kerja asing. Objek retribusi adalah pemberian perpanjangan IMTA kepada pemberi kerja Tenaga Kerja Asing. Sedangkan subjek retribusi perpanjangan IMTA meliputi pemberi kerja Tenaga Kerja Asing yang mendapatkan pelayanan Perpanjangan IMTA atau biasa disebut dengan wajib retribusi. Wajib retribusi terdiri dari orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan Peraturan Daerah Kota Batam diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

Pihak yang dapat memberikan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) menurut Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing adalah pemberi kerja yang memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk (Syahmardan, 2011). Pasal 3 Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, menyebutkan bahwa, “Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA harus memiliki RPTKA yang digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)”. Untuk mendapatkan pengesahan RPTKA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara tertulis yang dilengkapi alasan penggunaan TKA dengan melampirkan formulir RPTKA yang sudah dilengkapi, surat ijin usaha dari instansi yang berwenang, akte pendirian sebagai badan hukum yang sudah disahkan oleh pejabat yang berwenang, keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat, bagan struktur organisasi perusahaan, surat penunjukan TKI sebagai pendamping TKA yang dipekerjakan, copy bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di perusahaan, dan rekomendasi jabatan yang akan diduduki oleh TKA dari instansi tertentu apabila diperlukan.

(14)

pemberian izin yang meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin (skpd.batamkota.go.id).

Pihak yang berwenang melakukan pemungutan retribusi perpanjangan IMTA adalah SKPD dilingkungan Pemerintahan Kota Batam. Menurut Pasal 2 Peraturan Walikota Batam No 39 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Batam No 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perpanjangan izin Mempekerjakan Tenaga Asing, pembayaran retribusi IMTA dapat dilakukan di kas daerah atau di tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota. Pembayaran dilakukan dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), yaitu surat keputusan yang menentukan besarnya retribusi yang terutang. Selain itu, pembayaran dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh Walikota serta harus dilakukan secara tunai dan lunas. Pungutan retribusi perpanjangan IMTA oleh Pemerintah Kota Batam dicatat sebagai penerimaan daerah dan dimanfaatkan untuk membiayai pengeluaran daerah (skpd.batamkota.go.id).

4.3 Permasalahan Retribusi IMTA di Kota Batam

(15)

Permasalahan lainnya adalah banyak tenaga kerja asing di Batam yang tidak bersertifikat (batampos.co.id, 2015). Perusahaan-perusaan yang mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa sertifikat menjadi enggan untuk melaporkan IMTAnya kepada pemerintah Kota Batam. Akibatnya, tidak semua tenaga kerja asing yang ada di Batam tercatat secara oleh Pemerintah Kota Batam sebagai wajib retribusi sehingga sebagian dari tenaga kerja tersebut dapat lolos dari pungutan retribusi IMTA.

Disamping itu, penerapan kebijakan Visa on Arrival (VoA) yang dilakukan oleh pemerintah Kota Batam dapat mengancam pendapatan daerah dari retribusi tenaga kerja asing (TKA). Pasalnya, banyak di antara TKA yang memanfaatkan kebijakan VoA untuk bekerja di Batam dengan menyamar sebagai wisatawan. Karena dengan kebijakan VoA, cukup dengan membayar biaya sebesar US$ 25 untuk mendapatkan izin tinggal selama 30 hari atau US$ 10 untuk tinggal selama tujuh hari. Menurut Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam, Riky Indrakar (2015), terdapat warga negara asing yang mengunjungi Batam pada hari kerja dengan fasilitas VoA dengan tujuan untuk bekerja (haluankepri.com, 23 Februari 2012). Warga negara asing tersebut bekerja untuk perusahaan di Batam selama hari kerja dengan diberi kontrak yang bisa terhindar dari ketentuan retribusi IMTA. Para tenaga kerja asing yang menyamar sebagai wisatawan pada umumnya datang ke Batam pada Senin pagi dan kembali ke Negara aslnya pada Jumat sore.

Pemerintah Kota Batam, khususnya Dinas Tenga Kerja melakukan kerjasama dengan pihak Dinas Imigrasi untuk mengantisipasi penyalahgunaan TKA yang menggunakan kebijakan VoA (haluankepri.com, 23 Februari 2012). Antisipasi ini dilakukan dengan menerapkan izin kerja temporer bagi tenaga kerja asing yang ada di Batam. Izin temporer tersebut diatur dalam rancangan Peraturan Pemerintah kewenangan perpanjangan IMTA kepada daerah dan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Ketenagakerjaan. Izin temporer ini diperuntukkan bagi tenaga kerja asing yang bekerja di daerah dalam jangka waktu kurang dari enam bulan.

4.4 Pengawasan Pemungutan Retribusi IMTA di Kota Batam

(16)

dibuat berdasarkan Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 2012 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak. Mengingat besarnya potensi penerimaan dari retribusi ini, semua intansi dan perusahaan yang ada di Batam dilibatkan dalam proses pembuatan rancangan peraturan daerah tentang retribusi IMTA ini.

Pihak yang berperan mengawasi proses pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam adalah Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam. Tujuan dari pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja selain melakukan kontrol terhadap proses pemungutan retribusi pembuatan dan perpanjangan IMTA yakni meningkatkan kualitas tenaga kerja (kabar24.bisnis.com, Januari 2013). Langkah yang ditempuh dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja antara lain mengadakan pelatihan bagi para tenaga kerja baik pelatihan keahlian maupun pelatihan keterampilan. Selain itu, untuk menunjang proses pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, dibentuklah suatu tim penyidik yang diberi nama PPNS. Retribusi IMTA merupakan sumber penerimaan daerah yang penting karena dapat digunakan untuk program pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal, mendanai pengawasan yang dilakukan oleh Disnaker hingga penegakan hukum jika terjadi pelanggaran dalam perizinan tenaga kerja.

4.5 Peran Retribusi IMTA terhadap APBD Kota Batam

(17)

perusahaan seperti mempekerjakan tenaga kerja asing tanpa izin dan upaya penghindaran pungutan retribusi IMTA dengan tidak melaporkan jumlah tenaga kerja asing yang digunakan. Penerapan Peraturan Daerah ini juga merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka alih teknologi, yaitu dengan memberikan peluang kepada tenaga kerja lokal untuk bekerja sama dengan tenaga kerja asing.

(18)

BAB 5 PENUTUP

Pada bab penutup diuraikan mengenai peran retribusi Izin Mempekrjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Batam dan rekomendasi atas permasalahan yang dihadapi dalam proses pemungutan retribusi IMTA. 5.1 Kesimpulan

Retribusi IMTA yang dipungut oleh Pemerintah Kota Batam berdasarkan Peraturan Walikota No 4 Tahun 2013 tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), memiliki peranan yang signifikan bagi daerah antara lain sebagai pemasukan kas daerah guna menyelenggarakan proses pemerintahan termasuk sebagai sumber dana pembangunan di Kota Batam, sebagai batasan ruang gerak bagi Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di Kota Batam, dan merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka alih teknologi melalui kerjasama antara tenaga kerja lokal dan tenaga kerja asing. Di samping itu, retribusi IMTA juga difungsikan sebagai sumber dana pelatihan yang diperuntukkan bagi tenaga kerja yang meliputi pelatihan desain grafis, autocade, jahit, dan welder serta digunakan sebagai sumber pembiayaan untuk mengurus perizinan tenaga kerja asing itu sendiri.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan beberapa permasalahan dalam pemungutan retribusi IMTA di Kota Batam, maka penulis mengajukan beberapa rekomendasi yaitu:

5.2.1 Pemerintah lebih memperketat proses pemberian izin tinggal bagi warga Negara asing yang bermaksud tinggal untuk bekerja di wilayah Indonesia dengan menerapkan prosedur perizinan sesuai peraturan yang ada.

5.2.2 Pemungutan retribusi IMTA dilaksanakan secara lebih teliti dengan menetapkan target retribusi agar tidak ada perusahaan yang berusaha menyembunyikan tenaga kerja asing yang dipekerjakannya.

5.2.3. Pihak Dinas Tenaga Kerja beserta tim penyidik (PPNS) melakukan pengawasan secara detail terkait pemungutan retribusi IMTA yang meliputi detail dana retribusi IMTA yang dikumpulkan, pihak yang terlibat selama proses pemungutan IMTA dan perusahan atau orang pribadi yang menjadi wajib retribusi.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Neuman, W. L.. 2007. Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approach’ (2nd Ed). Pearson Education Inc.

Internet

Admin. 2015. Kadisnaker Kota Batam: Kota Pertama Melahirkan Perda Tentang IMTA. http://www.keprisatu.com/detail.php?id=2860 (Diakses pada 19 Desember 2015)

Admin. 2012. Manfaatkan VoA, Banyak TKA Nyamar Wisatawan. http://haluankepri.com /batam/25236-manfaatkan-voa-banyak-tka-nyamar-wisatawan.html (Diakses pada 8

Desember 2015)

Admin. 2013. PERDA IMTA BATAM: Penyusunan Draft Digesa Satu Bulan.

http://kabar24.bisnis.com/read/20130108/186/123020/perda-imta-batam-penyusunan-draft-digesa-satu-bulan (Diakses pada 19 Desember 2015)

Admin. 2012. Profil Pemerintah Kota Batam. http://www.humasbatam.com /2012/01/20/profil-pemerintah-kota-batam/(Diakses 8 Desember 2015)

Admin. 2015. Puluhan Miliar Retribusi Tenaga Kerja Asing di Batam Menguap.

http://batampos.co.id/13-09-2015/puluhan-miliar-retribusi-tenaga-kerja-asing-di-batam-menguap/ (Diakses 8 Desember 2015)

Kurniawan, Dani. 2007. Otonomi Daerah dan desentralisasi Fiskal di Indonesia. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=142378&val=5460&title=OTON

OMI%20DAERAH%20DAN%20DESENTRALISASI%20FISKAL%20%20DI%20I

NDONESIA diunduh pada Sabtu, 12 Desember 2015 Pukul 16.34 WIB

Nababan, Budi S.P. 2014. Perlunya Perda Tentang Izin Mempekerjakan tenaga Kerja Asing di tengah Liberalisasi Tenaga Kerja Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal

RechtsVinding: Media Pembinaan Hukum Nasional. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara. (Diunduh 9 Desember 2015)

Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. http://skpd.batamkota.go.id

(20)

Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Peraturan Walikota Batam No 39 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Batam No 4 Tahun 2013 Tentang Retribusi Perpanjangan izin Mempekerjakan Tenaga Asing. http://skpd.batamkota.go.id /hukum/files/2014/03/PERWAKO-NO-39-TAHUN-20142.pdf (Diakses 8 Desember

2015)

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. http://www.djpk.kemenkeu.go.id/attachments/article

/190/Pajak_Daerah_dan_Retribusi_Daerah.pdf diunduh pada Sabtu, 12 Desember

2015 Pukul 16.12 WIB

Pudjiastuti, Lani. 2015. Jumlah Tenaga Kerja Asing di RI 70.000 Orang, Menaker: Jangan Khawatir. http://finance.detik.com/read/2015/08/28/132942/3003837/4/jumlah-tenaga -kerja-asing-di-ri-70000-orang-menaker-jangan-khawatir (Diakses 7 Desember 2015)

Putra, Inov. Hendra K. 2014. Monitoring dan Evaluasi Perda Prov. Kepri Nomor 1 tahun 2012 tentang Retribusi Daerah: Bahan Evaluasi Penyusunan Perubahan Perda Retribusi. http://dispenda.kepriprov.go.id/?p=789 diunduh pada Kamis, 10 Desember 2015 Pukul 21.04 WIB

Syahmardan, 2011. Tenaga Kerja Asing Di Indonesia: Kebijakan dan Implementasi.

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/1427-tenaga-kerja-asing-di-indonesia-kebijakan-dan-implementasi.html (Diakses 7 Desember 2015)

Referensi

Dokumen terkait

Dapat mengembangkan pengetahuan penulis dalam memberi pendapat terkait hak-hak anak pekerja migran sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengesahan

1. Data dan Sumber Data 1. Data Pokok, adapun data pokok yang digali dalam penelitian ini yaitu : 1) Data yang berkaitan dengan kemampuan awal matematika siswa berupa nilai

Hasil dari penelitian – penelitian tersebut dapat dikaji lebih dalam un- tuk mendapatkan tabulasi mengenai atribut mall yang dominan yang akan mempengaruhi respon afektif,

Penilaian kinerja keuangan perusahaan sebaiknya tidak hanya menggunakan analisis rasio keuangan saja yang hanya menilai kinerja keuangan perusahaan dari segi

Dan i 9 hasil laporan penelitian tentang pembelajaran bahasa Arab untuk anak usia dini di Indonesia semuanya membahas tentang metode pembelajaran bahasa Arab dan pengaruhnya

Sungai Ciliwung merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Ciliwung – Cisadane, mempunyai panjang mulai dari hulu hingga hilir 117 km, dan luas daerah aliran sungai (DAS) ±

Larva pada kelas Trichoptera umumnya tidak terlalu toleran atau sensitf terhadap pencemaran organik ringan tapi dapat digunakan sebagai indikator perairan yang

Perancangan gedung Oceanarium dengan pendekatan arsitektur high-tech adalah proses perancangan akuarium yang besar yang berisi air laut yang terdapat biota-biota laut, dimana