LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PEREDARAN DARAH
(ANEMIA)
Disusun Oleh : Nila Prameswari NIM. P27820414031
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA PRODI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO
2015 – 2016
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) serta jumlah haemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan dalam 100ml darah. Hampir semua gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama ekstremitas. B. ETIOLOGI ANEMIA
Penyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia defisiensi Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat menimbulkan anemia pernisiosa dan anemia asam folat.
c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemia aplastic dan leukemia.
d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma 2. Kehilangan darah :
a. Akut karena perdarahan atau trauma / kecelakaan yang terjadi secara mendadak
b. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorrhagia
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolysis). Hemolysis dapat terjadi karena : a. Faktor bawaan, misalnya : kekuranagn enzim G6PD (untuk mencegah
kerusakan eritrosit
b. Faktor yang didapat, yaitu : adanya bahan yang dapat merusak eritrosit, misalnya ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggolongan obat. 4. Bahan baku pembentuk eritrosit tidak ada, yaitu protein, asam folat, vitamin B12,
mineral Fe.
C. KLASIFIKASI ANEMIA
Berdasarkan penyebab, anemia dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Anemia Defisiensi Zat besi (Fe)
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kebutuhan zat besi untuk anak-anak rata-rata 5mg/hr. Akan bertambah jika anak mendapat infeksi sampai 10mg/hr. Gambaran klinis yang ditimbulkan anak lemas, jantung berdebar-debar, pucat, sakit kepala. Penatalaksanaaan dapat diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/kg BB/hari.
2. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Asam Folat)
pematangan sel. Gejala anak yang menderita defisiensi asam folat pucat, letih pusing, sukar tidur. Penatalaksanaan dapt diberikan asam folat 3x5 mg/hari, dan pada bayi 3x2,5 mg/hr.
3. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Tergolong dalam anemia megaloblastik karena bentuk sel darah yang hampir sama dengan anemia efisiensi asam folat. Vitamin B12 (kobalamin) berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolism saraf , dan purin. Selain asupan yang kurang anemia ini dapat disebabkan karena adanya kerusakan lambung, sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan secret yang berfungsi untuk absorbsi B12.
4. Anemia Pascaperdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan yang menahun gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan memperlihatkan gejala pucat, transpirasi, takikardia, tekanan darah menurun. Dapat dilakukan pemberian transfuse darah. Pilihan kedua plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus yang tersedia.
D. KRITERIA ANEMIA
Batasan yang umum digunakan adalah kriteria WHO pada tahun 1968. Di nyatakan dengan kriteria sebagai berikut :
No
. Kriteria Jumlah Hb
1. Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
2. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
3. Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
4. Anak usia 6-14 tahun Hb < 14 gr/dl
5. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 14 gr/dl
6. Bayi baru lahir Hb < 20 gr/dl
E. DERAJAT ANEMIA
Ringan Sekali Hb 10gr/dl – 13gr/dl
Sedang Hb 6gr/dl –7,9 gr/dl
Berat Hb < 6gr/dl
F. MANIFESTASI KLINIS
- Pucat pada bibir, lidah, konjungtiva, telapak tangan, dan kuku - Pada pemeriksaan Hb dan eritrosit rendah/ kurang dari normal - Anak terlihat lebih banyak diam daripada bermain
- Kelemahan otot - Nafas pendek/sesak - Mual
- Muntah - Letargi
- Keluar keringat dingin G. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia karena adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kurangnya nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolysis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam system retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Dari proses tersebut bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka haemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasma melebihi kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine.
H. PATHWAY ANEMIA
Eritrosit/Hemoglobin menurun
Kapasitas angkut oksigen menurun
Anoksia organ target Mekanisme kompensasi tubuh
Sistem Kardiovaskuler Sistem Syaraf Sistem urogenital Epitel
Meningkatkan Redistribusi curah jantung aliran darah
Penurunan afinitas Hb terhadap oksigen dg meningkatkan enzim 2,3 DPG
Menurunkan tekanan Oksigen vena
Gejala anemia I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Perlu pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui Hb, eritrosit, dan hematocrit. Pada anemia defisiensi besi, kadar Hb kurang dari 10gr/dl dan eritrosit menurun. Eritrosit berbentuk mikrositik hipokromik (kecil dan pucat). Sedangkan pada defisiensi asam folat dan vitamin B12 , bentuk sel darahnya adalah makrositik.
J. PENATALAKSANAAN
Anak dengan anemia tidak harus selalu dirawat dirumah sakit. Hal ini tergantung dengan anemia dan gangguan yang dialami oleh anak atau bila keadaan anak dalam kondisi memburuk, misalnya kadar Hb yang sangat rendah atau gangguan fisik lainnya yang membahayakan anak. Segera konsultasikan kedokter atau rujuk kerumah sakit. Sedangkan untuk anak yang mengalami anemia defisiensi Fe yang hanya tampak pucat, cukup berikan tablet Fe/folat atau Ferosulfat setiap hari selama 4 minggu dengan dosis 5mg Fe/kg BB
Umur/BB Tablet besi/folat berisi (sulfas ferosus 200mg + 250 meq folat) dan 60mg elemental iron 3x/hari
Sirup besi berisi sulfas ferosus 150 ml (30mg elemental iron per 5 ml) diberikan 3x/hr
6 – 12 bulan (7- < 10 kg BB)
1
∕
4 tablet 2,5 ml (1
∕
2 sendok teh)12 bln – 5 thn (10 - < 19 kg)
1
∕
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA ANEMIA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian data-data focus yang sering dialami/terjadi pada bayi dan balita yang mengalami anemia terutama defisiensi.
1. Usia
Anak yang mengalami defisiensi Fe biasanya berusia antara 6-24 bulan dan pada masa pubertas . Pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup tinggi, karena digunakan untuk pertumbuhan.
2. Pucat
a. Pada anemia pascaperdarahan, kehilangan darah sekitar 12-15% akan menyebabkan pucat, dan juga takikardi. Kehilangan darah yang cepat dapat menimbulkan reflek cardiovascular secara fisiologis.
b. Pucat pada anemi hemolistik terjadi karena penghancuran sel darah merah sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah akan hancur dalam waktu 120 hari, untuk selanjutnya membentuk sel darah baru
c. Pada anemia aplastic, pucat terjadi karena terhentinya pembentukan sel darah pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang mengalami kerusakan.
Warna pucat ini dilihat pada telapak tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan mukosa bibir. Cara sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak dengan telapak tangan petugas atau orang tuanya.
3. Mudah lelah/lemah
Berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh mengakibatkan keterbatasan energy yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan mudah lelah.
4. Pusing kepala
Peningkatan denyut nadi sering terjadi, terutama pada perdarahan yang mendadak karena merupakan kompensasi dari reflek cardiovaskuler
6. Eliminasi urine
Adanya perdarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal sehingga produksi urine menurun
7. Gangguan pada system saraf
Anemia defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada system saraf sehingga timbul keluhan seperti kesemutan (gringgingen), ekstremitas lemah.
8. Gangguan saluran cerna
Pada anak yang anemia sering timbul keluhan nyeri perut, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi apada anak anemia adalah sebagai berikut :
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan zat besi, folat, B12 dan kurang pengetahuan menegenai makanan yang kaya akan zat besi, folat, dan B12.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan oksigen ke jaringan
3. Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfuse
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
b. Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan oksigen ke jaringan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Keluarga
menghubungkan riwayat diet dengan memperjelas kepatuhan anak terhadap pengobatan
2. Anak diberikan suplemen besi yang dibuktikan dengan feses yang berwarna hijau setelah makanan padat
3. Ajarkan pada anak tentang pentingnya memakan makanan yang mengandung besi.
7. Kaji karakteristik feses
1. untuk memastikan bahwa anak mendapat suplai yang adekuat dengan memberi makanan yang kaya akan besi, folat dan B12
2. agar pemenuhan adekuat dan konsumsi susu yang
berlebih dapat
menurunkan masukan makanan padat yang
c. Diagnosa 3 : Ansietas/takut berhubungan dengan prosedur diagnostic/transfuse
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Anak dan keluarga menunjukkan ansietas yang minimal
1. Menyiapkan anak
untuk guna
dilakukan prosedur diagnostic.
2. Jelaskan tujuan pemberian
komponen darah pada anak
1. Untuk menghilangkan ansietas/ rasa takut 2. Untuk meningkatkan
pemahaman terhadap
gangguan, tes
diagnostic, dan pengobatan.
D. IMPLEMENTASI
Untuk mencapai keriteria hasil, yang pertama kali difokuskan dalam intervensi keperawatan adalah pemberian edukasi untuk keluarga. Edukasi tersebut termasuk bagaimana defisiensi anemia, bimbingan diet yang tepat menurut ahli medis dan informasi yang berhubungan dengan suplemen oral yang diberikan untuk anak. Edukasi ini dapat membantu keluarga untuk mendidik anak, membantu tenaga medis mengatasi kebutuhan besi, folat dan B12, perfusi jaringan, dan toleransi aktivitas.
E. EVALUASI
Ikuti dan memantau keluarga yang seharusnya focus dalam evaluasi hasil setelah anak dilakukan perawatan dan melihat kembali konsep pengajaran yang dibutuhkan.
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Anak bermain dan istirahat dengan tenang dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan
2. Anak tidak
menunjukkan adanya kelemahan atau keletihan
3. Anak menunjukkan pernafasan, frekuensi, dan kedalaman normal, bernafas dengan mudah
1. Observasi adanya tanda kerja fisik (takikardi, takipnea, nafas pendek, pusing, perubahan warna kulit)
2. Antisipasi dan bantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari diluar batas toleransi anak dan beri aktivitas bermain pengalihan yang meningkatkan istirahat dan tenang
3. Pertahankan posisi semi fowler dan berikan oksigen
1. untuk merencanakan istirahat yang tepat
2. untuk mencegah kelelahan pada anak serta untuk mencegah anak dari rasa bosan dan menarik diri
DAFTAR PUSTAKA
1. Nursalam M.Nurs, dkk, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Salemba Medika,Jakarta (Hal:124 – 133)
2. J. Hockenberry, David Wilson, Eight Edition. Essentials of Pediatric Nursing,
Amerika (Hal:824)
3. L. Wong, 2003, Edisi 4, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta (Hal: 536-538)
4. Handayani, Andi Sulistyo, Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Hematologi, Salemba Medika, Jakarta