EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU
PADA SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 5 KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
WIWID WAHYU NINGSIH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU
PADA SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 5 KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
Wiwid Wahyu Ningsih
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro tahun pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan alat bantu sehingga bahan ajar atau materi yang disampaikan oleh guru akan lebih mudah diterima dan diserap oleh siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau disebut juga CAR (Classroom Action Research), sampel yang digunakan adalah siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro yang berjumlah 36 siswa.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan dan efektivitas dari hasil belajar siswa menggunakan alat bantu dideskripsikan melalui tiga siklus. Siklus pertama menggunakan alat bantu karet tali dengan panjang 4 meter menghasilkan nilai rerata sebesar 59,69 dengan tingkat efektivitas 17,64 %. Siklus kedua menggunakan alat bantu berupa kardus air mineral menghasilkan nilai rerata sebesar 68,83 dengan tingkat efektivitas 35,76 %. Siklus ketiga menggunakan alat bantu berupa video pembelajaran lompat tinggi gaya straddle menghasilkan nilai rerata 77,61 dengan tingkat efektivitas 53,02%.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan alat bantu dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro. Dari tiga alat bantu yang mendominasi peningkatan efektivitas pembelajaran lompat tinggi gaya straddle adalah alat bantu video.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 9
H. Batasan Istilah ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani ... 12
B. Belajar Motorik ... 14
C. Belajar ... 16
D. Gerak ... 18
E. Keterampilan ... 19
F. Atletik ... 21
G. Lompat Tinggi Gaya Staddle ... 23
H. Model Pembelajaran ... 27
I. Alat Belajar ... 28
J. Alat Bantu ... 30
K. Kerangka Berpikir ... 32
L. Hipotesis ... 33
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35
B. Data Penelitian ... 38
2. Siklus II ... 41
3. Siklus III ... 42
F. Instrumen Penelitian ... 43
G. Teknik Analisis Data ... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
B. Pembahasan ... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi
kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional diterangkan bahwa : “Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan
intelektual, dan kekuatan mental yang kuat.”
Pendidikan merupakan usaha peningkatan sumber daya manusia yang sangat
diperlukan kemajuannya, karena negara kita merupakan negara berkembang
yang tingkat pendidikannya masih rendah di bandingkan dengan
negara-negara lain yang sudah maju. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting,
karena baik tidaknya hasil mutu pendidikan di suatu bangsa akan tercermin
kepada kemajuan bangsa. Kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari sumber
daya alam yang dimilikinya, melainkan sumber daya manusia yang
berkompeten dalam segala bidang termasuk di dalamnya bidang pendidikan.
Melalui lembaga pendidikan berbagai proses dilakukan untuk mempengaruhi
peserta didik sehingga terjadi perubahan secara bertahap dan menyeluruh ke
berfungsi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Tujuan tersebut dapat
diwujudkan dengan menempuh usaha melalui berbagai jalur pendidikan
formal maupun informal.
Sekolah merupakan salah satu pendidikan formal yang berfungsi untuk
mengembangkan dan meningkatkan pribadi anak yang beriman, cerdas,
disiplin, terampil, betanggung jawab, bertaqwa, serta sehat jasmani dan
rohani. Oleh karena itu, sekolah dijadikan sebagai salah satu lembaga
pendidikan formal yang dalam penyelenggaraan pendidikannya dilakukan
secara terorganisir, sistematis, dan berkesinambungan dengan maksud agar
tujuan pendidikan nasional itu sendiri dapat tercapai sesuai dengan kurikulum
yang sudah ditetapkan pada kurikulum berkarakter kebangsaan.
Bidang pendidikan yang turut serta memajukaan bangsa salah satunya bidang
pendidikan jasmani, kesehatan dan olahraga yang dapat menciptakan sumber
daya atlet-atlet yang berprestasi dalam setiap cabang olahraga yang diajarkan
pada mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Sehingga pendidikan
jasmani merupakan mata pelajaran yang harus ada didalam kurikulum
sekolah.
Menurut pakar pendidikan jasmani Amerika Serikat, pendidikan jasmani
adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang
berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu
yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi
Tujuan yang ingin dicapai dari proses pendidikan keseluruhan melalui
aktivitas jasmani, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan
demikian, dapat digambarkan bahwa pendidikan jasmani adalah proses
interaksi sistematik antara anak didik dan lingkungannya yang dikelola
melalui pengembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju
pembentukan manusia seutuhnya sesuai dengan tahapan usia anak.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
kurikulum di sekolah, pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi
pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta
didik untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui
pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan
berbagai aktivitas jasmani”. Berbagai aktivitas jasmani yang dilakukan di
sekolah dilakukan dalam pendidikan jasmani serta potensi manusia yang
mampu dikembangkan baik secara fisik maupun mental termasuk dalam suatu
keterampilan atletik.
Atletik adalah cabang olahraga yang paling kompleks serta merupakan
aktivitas jasmani yang kompetitif/dapat diadu, meliputi beberapa nomor yang
terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti berjalan, berlari,
melempar, dan melompat. Atletik juga merupakan olahraga yang banyak
pilihan meliputi banyak perlombaan yang berlainan satu sama lain, baik
mengenai cara pelaksanaannya, maupun sifat-sifat jasmani para pelakunya.
gerak dasar bagi cabang olahraga lainnya, karena hampir dari semua cabang
olahraga memerlukan kekuatan, kecepatan, kelentukan, dan daya tahan. Oleh
karena itu tidaklah berlebihan sejarah mengemukakan bahwa atletik adalah
induk dari semua cabang olahraga. Cabang olahraga atletik mengandung
nilai-nilai edukatif yang memegang peranan penting dalam mengembngkan kondisi
fisik serta dapat mengembangkan sikap percaya diri, disiplin, kerja sama,
sportif, dan berani. Untuk menunjang tujuan pembelajaran, sesuai dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berkarakter, pembelajaran atletik
adalah salah satu cabang olahraga yang wajib diajarkan dari SD sampai SMA.
Pada cabang atletik khususnya nomor lompat tinggi gaya straddle termasuk
nomor yang sulit dilakukan karena didalamnya mengandung unsur-unsur
gerak yang kompleks yang dimulai dari tahap awalan, tolakan, melayang, dan
pendaratan. Tahap gerak tersebut harus dilakukan dalam suatu gerakan yang
harmonis dari seluruh anggota tubuh, sehingga dapat menghasilkan lompatan
yang benar.
Dalam proses pembelajaran atletik khususnya lompat tinggi gaya straddle
memerlukan strategi pembelajaran yang baik dan tepat sasaran. Strategi
maupun metode pembelajaran ditingkatkan untuk memahami siswa dalam
materi pembelajaran. Suatu proses pembelajaran membutuhkan alat
pendukung yang optimal karena suatu proses pembelajaran tanpa didukung
oleh media-media atau sarana dan prasarana lain tidaklah akan mungkin
gaya straddle, dimana harus menggunakan media yang memadai mulai dari
tempat awalan hingga tempat pendaratan.
Hal inilah yang terjadi di SMAN 5 Kota Metro, dimana media pendukung
proses pembelajaran kurang memadai sehingga hasil proses pembelajaran
kurang memuaskan, bahkan pembelajaran tidak mencapai ketuntasan. Sistem
dan model pembelajaran menggunakan media alat bantu kurang optimal
menyebabkan siswa sulit memahami konsep-konsep pelajaran yang wajib
dipahami, hal inilah yang menjadi salah satu penyebab banyak siswa yang
tidak bisa melakukan lompat tinggi gaya straddle dengan benar.
Dari 29 siswa atau yang belum mampu malakukan lompat tinggi gaya straddle
dengan benar peneliti melihat kendala yang dialami siswa pada tahap awalan
ada 13 siswa yang belum mampu melakukan gerak dasar dengan benar
peneliti melihat siswa terkendala pada saat melakukan lari ancang-ancang
kemudian bersiap untuk melakukan tolakan, pada tahap tolakan ada 23 siswa
yang belum mampu melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle
dengan benar peneliti melihat siswa terkendala pada saat menolak dengan kaki
yang kuat mendorong ke depan pada tumit yang memajukan pinggang dan
badan condong ke belakang, sedangkan pada saat melayang ada 21 siswa yang
belum mampu melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle peneliti
melihat terkendalanya siswa yaitu pada saat naik ke mistar kemudian
melewatinya dengan pinggang memutar dan kaki penolak di buka ke belakang
diduga karena alat yang digunakan terbatas untuk 36 siswa, maka siswa sulit
melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle dengan benar.
Bertitik tolak pada uraian di atas,maka peneliti bermaksud melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Tinggi
Gaya Straddle dengan Menggunakan Alat Bantu Pada Siswa Kelas X-7 SMA
Negeri 5 Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kemampuan siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun
Pelajaran 2012/2013 melakukan keterampilan gerak dasar lompat tinggi
gaya straddle pada tahap awalan.
2. Kurangnya kemampuan siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun
Pelajaran 2012/2013 melakukan keterampilan gerak dasar lompat tinggi
gaya straddle pada tahap tolakan.
3. Kurangnya kemampuan siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun
Pelajaran 2012/2013 melakukan keterampilan gerak dasar lompat tinggi
gaya straddle pada tahap melayang.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas di luar konsep dan tidak terjadi salah persepsi,
Dasar Lompat Tinggi Gaya Straddle dengan Menggunakan Alat Bantu Pada
Siswa Kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka penelitian
di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan alat bantu berupa karet tali dapat
meningkatkan pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya straddle pada
tahap awalan pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun
Pelajaran 2012/2013?
2. Apakah dengan menggunakan alat bantu berupa kardus yang disusun ke
atas dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya
straddle pada tahap tolakan pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota
Metro Tahun Pelajaran 2012/2013?
3. Apakah dengan menggunakan alat bantu berupa video tentang lompat
tinggi gaya straddle dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar lompat
tinggi gaya straddle pada tahap melayang pada siswa kelas X-7 SMA
Negeri 5 Kota Metro Tahun 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota
lompat tinggi gaya straddle pada tahap awalan dengan menggunakan alat
bantu berupa karet tali sepanjang 4 meter.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota
Metro Tahun Pelajaran 2012/2013 melakukan keterampilan gerak dasar
lompat tinggi gaya straddle pada tahap tolakan dengan menggunakan alat
bantu berupa kardus yang disusun ke atas.
3. Untuk meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran dengan
menggunakan alat bantu berupa video tentang lompat tinggi gaya straddle
pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun Pelajaran
2012/2013 pada tahap melayang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
Dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle
dan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak
dasar lompat tinggi gaya straddle pada cabang atletik kelas X.
2. Mahasiswa Penjaskes
Sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar
lompat tinggi gaya straddle.
3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengkajian
dalam pengembangan ilmu pembelajaran atletik nomor lompat “lompat
4. Guru Penjaskes
Sebagai pedoman guru untuk bahan acuan pembelajaran selanjutnya dan
memberikan sumbangan pemikiran dalam usaha menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan berkualitas, menentukan model atau
pendekatan dengan alat bantu yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan anak, sehingga anak dapat mengoptimalkan segenap
kemampuannya dan tercapailah keberhasilan pembelajaran dan prestasi
belajar atletik khususnya nomor lompat tinggi gaya straddle di sekolah.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Obyek Penelitian : Memberikan upaya peningkatan keterampilan gerak
dasar lompat tinggi gaya straddle.
Subyek Penelitian : Siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Tempat Penelitian : Lapangan Olahraga SMA Negeri 5 Kota Metro.
H. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan beberapa istilah
tersebut. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Efektivitas
Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh
sesuai dengan pengertian efektivitas menurut Hidayat (1986) yang
menjelaskan bahwa :
“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar
presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.
Menurut Handoko (1997:7), efektivitas merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian
tujuan yang ditetapkan.
2. Pembelajaran
Pengertian pembelajaran menurut Sanjaya (2007:123), adalah proses
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada pengertian sumber belajar.
Proses pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Alat Bantu
Menurut Tayar Yusuf (1985:50), alat bantu adalah alat yang digunakan
pengajar dalam menyampaikan materi, dengan adanya alat bantu maka
bahan ajar atau materi lebih mudah dimengerti oleh peserta didik. Dalam
proses belajar mengajar alat bantu digunakan dengan tujuan membantu
guru dalam proses pembelajaran, dan efektif dalam penggunaannya.
4. Lompat Tinggi Gaya Straddle
Lompat tinggi merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.
Tujuan lompat tinggi adalah melompat setinggi-tingginya dengan cara
Dalam lompat tinggi ada 3 gaya, yaitu gaya flop (memutar), gaya gunting,
dan gaya straddle (kangkang).
Gaya straddle merupakan gaya yang tidak mudah untuk dilakukan.
Lompat tinggi gaya straddle terdiri dari awalan, tolakan, sikap badan di
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani menurut Mahendra (2008:15) adalah proses pendidikan
melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan jasmani mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran
yang lainnya, dan dikategorikan sebagai mata pelajaran yang wajib diikuti
oleh semua siswa.
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara organik, neomuskuler, perseptual, kognitif,
dan emosional, dalam rangka sistem pendidikan nasional. (Depdiknas, 2004:1)
Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasamani, pengetahuan, perilaku hidup yang aktif
dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara
terencana, bertahap, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif
bagi diri sendiri sebagai pelaku dan menghargai manfaat aktivitas jasmani
bagi peningkatan kualitas hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa
sportif dan gaya hidup yang aktif. (Depdiknas, 2004:2)
Lutan (1992:6) menjelaskan bahwa : “Istilah pendidikan jasmani (physical
memanfaatkan kegiatan jasmani, termasuk olahraga. Dengan kata lain,
pendidikan jasmani adalah pendidikan”. Dari penjelasan tersebut, maka
pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai perilaku mendidik tubuh atau
badan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu.
Bucher (1985) yang dikutip Johan dan Supandi (1990:30) menyatakan bahwa:
“Pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan aspek-aspek fisik, mental,
emosional, dan sosial melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk
mencapai hasilnya”.
Sedangkan Supandi (1991:2) memandang, “Pendidikan jasmani sebagai suatu
proses interaksi sistematik yang berlangsung antara anak didik dan
lingkungannya yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif
dan efisien menuju pembentukan manusia seutuhnya”.
Lebih lanjut Hidayat (1995:2) menjelaskan bahwa : “Pendidikan jasmani
sebagai perbuatan pedagogis yang memberikan anak didik melepaskan
keinginan bergeraknya sebagai pernyataan vitalis”. Berdasarkan pandangan
holistik yang dikemukakan oleh Jawatan (1960) yang dikutip Suherman
(2000:3) bahwa : “Pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan yang
mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan,
dan karya yang diberi bentuk, isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai
dengan cita-cita kemanusiaan”.
Berdasarkan penjelasan dan pandangan para pakar diatas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas
sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dalam
mencapai taraf kedewasaan tertentu.
Tujuan pendidikan jasmani adalah membantu siswa untuk perbaikan derajat
kesehatan dan kesegaran jasmani melalui pengertian, pengembangan sikap
positif, dan keterampilan gerak dasar serta berbagai aktivitas jasmani, agar
dapat : (1) Memacu pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan
berat badan secara harmoni. (2) Mengembangkan kesehatan dan kesegaran
jasmani, keterampilan gerak dan cabang olahraga. (3) Mengerti akan
pentingnya kesehatan, kesegaran jasmani dan olahraga terhadap
perkembangan jasmani dan mental. (4) Mengerti peraturan dan dapat mewasiti
pertandingan cabang-cabang olahraga. (5) Mengerti dan dapat menerapkan
prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan
kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. (6) Menumbuhkan
sikap positif dan mampu mengisi waktu luang. (Syarifuddin, Mahadi, 1993:4)
B. Belajar Motorik
Belajar motorik menghasilkan perubahan yang relatif permanen. Seorang yang
ingin memiliki keterampilan yang baik harus terlebih dahulu mengembangkan
unsur gerak, kemudian hal ini dapat dilakukan melalui proses belajar dan
berlatih. Rusli Lutan (2000:19) mengatakan bahwa “belajar adalah sebuah
perilaku yang relatif permanen sebagai akibat latihan atau pengalaman masa
yang lampau”. Berkaitan dengan belajar keterampilan motorik, menurut Lutan
latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen
dalam prilaku terampil.
Tahap-tahap dalam keterampilan motorik yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Kognitif
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar motorik. Dalam tahap ini
peserta didik harus memahami hakikat kegiatan yang akan dilakukan,
kemudian harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal
maupun visual.
2. Tahap Fiksasi
Pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik
melalui latihan praktik secara teratur agar perubahan prilaku gerak menjadi
permanen, selama latihan peserta didik membutuhkan semangat dan
umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah.
3. Tahap Otomatis
Pada tahap otomatis, kontrol terhadap gerak semakin tepat dan penampilan
semakin konsisten serta cermat. Menurut Girimijoyo dalam Priyono
mengatakan bahwa secara psikologi hal ini dapat diartikan bahwa pada diri
peserta didik telah terjadi suatu kondisi refleks bersyarat yaitu terjadi
pengerahan tenaga mendekati pola gerak refleks yang sangat efisien dan
hanya akan melibatkan unsur unit yang benar diperlukan untuk gerakan
yang diinginkan.
Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai
pengalaman tentang ilmu pengetahuan. Menurut Bandura (Indana, 2002)
dalam Dini Rosdiani (2012:1), belajar yang dialami manusia sebagian besar
diperoleh dari suatu permodelan, meniru perilaku dan pengalaman vicarious
(keberhasilan dan kegagalan) orang lain.
Ciri-ciri dari suatu kegiatan yang disebut dengan “belajar” menurut Noehi
Nasution (1994:2) adalah sebagai berikut :
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.
2. Perubahan itu pada dasarnya berubah didapatkan kemampuan baru, yang berlaku yang relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena usaha
Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Tingkah laku ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Sedangkan A Tabrani Rusyan (1989:7), mengatakan bahwa :
“Belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan individu yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi”.
Menurut Robert M. Gagne dalam buku The Conditioning of Learning, belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar
secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan
saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri
dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi”.
Witherington yang dikutip Yusuf (2001:4) menjelaskan bahwa : “Belajar
dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan-penguasaan pola respon atau
tingkah laku baru yang membentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
kemampuan atau pemahaman”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa
penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersifat menetap sebagai hasil dari
latihan dan pengalaman belajar yang diperoleh melalui perilaku, model dan
pengalaman orang lain baik aktual maupun potensial.
Menurut Oemar Hamalik (2003:57), pengertian pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
Pembelajaran pada kehendaknya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik. Banyak faktor yang mempengaruhi interaksi, baik faktor internal yang
datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari
lingkungan.
D. Gerak
Menurut Drowatzky dalam Lutan (1988), belajar gerak secara khusus dapat
diartikan sebagai suatu proses perubahan atau modifikasi tingkah laku
Sedangkan menurut Schmid dalam Lutan (1988:102), belajar motorik adalah
seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil. Schnabel
(1983) dalam Lutan (2000:102) menjelaskan, karakteristik yang dominan dari
belajar ialah kreativitas ketimbang sikap hanya sekedar menerima di pihak
siswa atau atlet yang belajar.Penjelasan tersebut menegaskan pentingnya
psiko-fisik sebagai suatu kesatuan untuk merealisasi peningkatan
keterampilan.
Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu
ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan sistem saraf pusat, otak dan
ingatan. Dengan demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar
gerak adalah menerima dan menginterprestasikan informasi tentang
gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menginformasikan
informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan
secara optimal dalam bentuk keterampilan.
Gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi ditinjau dari
titik pandang tertentu, sekali hal ini sudah dilakukan maka gerak itu, tanpa
memikirkan gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditentukan
jarak dan arah dari titik pangkalnya (Soedarminto, 1993:197). Jadi pengertian
gerak perpindahan tempat ke tempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.
Gerak dasar lompat tinggi gaya straddle adalah keterampilan gerak yang
dilakukan dalam lompat tinggi gaya straddle, baik yang berkaitan dengan
E. Keterampilan
Keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran
atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh. Menurut Rahyubi
(2012:211), keterampilan merupakan gambaran kemampuan motorik
seseorang yang ditujukan melalui penguasaan suatu gerakan.
Lutan (1988:95) mengatakan bahwa keterampilan gerak dasar adalah gerak
yang mengikuti pola atau gerak tertentu yang memerlukan koordinasi dan
kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses
belajar. Semakin kompleks keterampilan gerak yang harus dilakukan, makin
kompleks juga koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini
berarti makin sulit juga untuk dilakukan.
Lutan (1988:305) mengatakan bahwa belajar keterampilan gerak berlangsung
melalui beberapa tahap yakni: (1) tahap kognitif, (2) tahap asosiatif, (3) tahap
otomatis.
1. Tahap Kognitif
Pada tahap ini seseorang yang baru mulai mempelajari keterampilan
motorik membutuhkan informasi bagaimana cara melaksanakan tugas
gerak yang bersangkutan. Karena itu, pelaksanaan tugas gerak itu diawali
dengan penerimaan informasi dan pembentukan pengertian, termasuk
tahap ini gerakan seseorang masih nampak kaku, kurang terkoordinasi,
kurang efisien, bahkan hasilnya tidak konsisten.
2. Tahap Asosiatif
Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektif cara-cara siswa
melaksanakan tugas gerak, dan dia mulai mampu menyesuaikan diri
dengan keterampilan yang dilakukan.Akan nampak penampilan yang
terkoordinasi dengan perkembangan yang terjadi secara bertahap, dan
lambat laun semakin konsisten.
3. Tahap Otomatis
Pada tahap ini, keterampilan motorik yang dilakukannya dikerjakan secara
otomatis.Pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan tak seberapa
terganggu oleh kegiatan lainnya.
Untuk melakukan suatu keterampilan gerak, dalam prosesnya ada tiga tahap
yang dilalui, yaitu : (1) masukan, (2) pengambilan keputusan, dan (3)
pengeluaran.
Kemampuan gerak dasar disebut juga motor ability. Menurut Nurhasanah
(1986), motor ability adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak
dasar secara umum. Atau dalam pengertian yang lebih spesifik yang
dikemukakan oleh Lutan (1988:96) motor ablity adalah kemampuan atau
kapasitas dari seseorang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu
keterampilan yang relatif melekat setelah masa kanak-kanak. Kemampuan
perkembangan keterampilan.Terampil adalah tingkat kemahiran seseorang
melaksanakan tugas gerak yang terkoordinasi, terorganisasi dan terpadu.
Sedangkan keterampilan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle ada empat
tahap, yaitu : (1) awalan, (2) tolakan, (3) melayang, dan (4) pendaratan,
keempat gerak dasar ini harus dilakukan secara benar sehingga mengahasilkan
lompatan yang benar.
F. Atletik
Menurut Carr Garry A (2000:3), atletik merupakan salah satu materi
pendidikan jasmani yang ada di sekolah. Atletik merupakan suatu
keterampilan yang mampu mengembangkan potensi manusia baik secara fisik
maupun mental dan dapat diberikan kepada peserta didik baik secara formal,
informal, maupun non formal. Jika dikaji secara cermat kita akan mengakui
dengan benar bahwa atletik sebagai “mother of sport”atau ibu (induk) dari
segala cabang olahraga yang mendasari segala kegiatan yang ada pada
sebagian besar cabang olahraga apapun. Aktivitas atletik seperti berjalan,
berlari, melempar, dan melompat tidak pernah lepas dari kehidupan kita
sehari-hari apalagi bila dikaitkan dengan kebutuhan serta keterkaitan dengan
aktivitas fisik pada cabang olahraga lain. Artinya bahwa pembelajaran atletik
tidak boleh diabaikan dalam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah.
Kata atletik berasal dari bahasa Yunani, yaitu athlon yang artinya berlomba
yang memperlombakan meliputi nomor perlombaan jalan cepat 3 km, 5 km,
10 km, 20 km, 30 km, 50 km, lari 100 m, 200 m, 400 m, 800 m, 1500 m, 3000
m, 5000 m, 10000 m, marathon, lari gawang (100 m untuk putri, 110 m untuk
putra), 4x100 m estafet, dan 4x400 m estafet, lempar lembing, lempar cakram,
tolak peluru, lontar martil, lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi galah,
lompat tinggi. (Depdikbud, 2000:9)
Atletik merupakan olahraga yang banyak memiliki events yang berlainan satu
sama lain, baik mengenai metode pelaksanaannya, maupun sifat-sifat
jasmaniah para pelakunya. Dikarenakan oleh suatu tradisi, dan
perkembangannya yang universal menjangkau dunia luas, serta prestisenya,
dan juga karena luasnya lingkup ketangkasan/skill dan mutu yang dituntut
atletik, maka atletik merupakan olahraga dasar yang paling baik.Sebagai
tambahan, olahraga atletik merupakan salah satu unsur penting demi gerakan
Olimpiade Modern.Ini dilakukan di semua negara (di dunia) karena disadari
adanya nilai-nilai edukatif tinggi yang terkandung di dalamnya, serta
peranannya yang sangat menentukan dalam upaya pengembangan kondisi
jasmani. Dan sering kali menyediakan landasan dasar bagi usaha peningkatan
prestasi optimal bagi cabang olahraga lain, dan tidak pula jarang digunakan
sebagai suatu barometer perkembangan suatu negara. Selain membantu
memelihara keadaan kesegaran jasmani dan mempertajam prestasi pribadi,
atletik juga memberikan lahan riset tentang gerak tubuh manusia, yang
memiliki keuntungan sebagai sarana yang tepat dalam proses pengukuran
Atletik sudah masuk ke dalam kurikulum pendidikan jasmani, sehingga atletik
dikenal dan menyebar di kalangan pelajar yang di tunjang pula oleh
penyelenggaraan pertandingan atletik antar pelajar. Upaya pengembangan
atletik untuk menjadi bagian dalam pengalaman belajar siswa, juga ditunjang
oleh penyediaan tenaga guru olahraga atau penjas yang berkualifikasi guru
profesional yang telah dididik di lembaga pendidikan tenaga guru.
G. Lompat Tinggi Gaya Straddle
Lompat tinggi merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.
Tujuan lompat tinggi adalah melompat setinggi-tingginya dengan cara
melewati palang sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Wiyono, 2011:18)
Dalam lompat tinggi ada 3 gaya, yaitu gaya flop (memutar), gaya gunting, dan
gaya straddle (kangkang).
Gaya straddle merupakan gaya yang tidak mudah untuk dilakukan. Dalam
buku IAAF terjemahan PASI (1993:66), cara melakukan lompat tinggi gaya
straddle yaitu :
1. Awalan : lari dilakukan 7-9 x langkah progresif dengan kecepatan yang
terkontrol dengan sudut pendekat 35° - 40°. Kemudian persiapan pada
beberapa langkah akhir, titik pusat gravitasi diturunkan dan langkah kaki
diperpanjang. Gerakan tungkai menjadi lebih positif dan dinamis. Ada
pembengkokan lanjutan dari tungkai dan penurunan pinggang pada saat
langkah terakhir yang dipersiapkan untuk membuat langkah panjang akhir
Gambar 1. Teknik awalan lompat tinggi diadopsi dari IAAF (2000)
2. Tolakan : kaki penolak mendarat tumit lebih dulu, jauh di depan titik pusat
gravitasi pelompat, dengan kedua lengan ditarik ke belakang ke suatu
posisi di belakang garis tubuh, jadi menghasilkan badan condong jauh ke
belakang. Kaki yang bebas diluruskan pada saat ini melewati kaki yang
laindan diayun kuat ke atas, umumnya ke suatu titik dimana kaki berada
jauh tinggi di atas kepala pelompat sebelum kaki penolak lepas kontak
dengan tanah. Kedua lengan bergabung menjadi satu dalam gerakan
mengangkat, karena ini diayun ke atas dan ke depan dan dicheck tepat di
atas tinggi bahu. Sementara itu, kaki penolak juga mendorong berat badan
pelompat ke atas meluruskan dengan cepat sendi-sendi mata kaki dan
sendi lutut. Secara ideal, semua gerakan ini harus diselesaikan pada titik
pusat gravitasi pelompat mencapai suatu posisi vertikal di atas kaki
Gambar 2. Kaki saat menolak.
3. Melayang : pada saat pinggang pelompat mendekati tingginya bilah, kaki
bebas dan lengan pada sisi itu dipindahkan menyilang bilah (lompat
kemudian ke bawah pada saat badan pelompat memutar memanjang
bilah). Kaki penolak diangkat menjauh dari mistar dan boleh diluruskan
guna menghindari kaki penolak.
Gambar 3. Sikap saat melayang melewati mistar.
4. Pendarataan : pada matras pendaratan yang modern, metode mendaratnya
adalah tidak penting. Tetapi, pada suatu lompatan yang dilakukan dengan
baik, pelompat biasanya mendarat pada sisi badan dan segera bergulir atas
Gambar 4. Sikap badan saat pendaratan.
Di bawah ini adalah gambar keseluruhan gerak dasar lompat tinggi gaya
straddle diadopsi dari buku IAAF terjemahan PASI (1993:70) :
Gambar 5. Lompat Tinggi Gaya Straddle.
H. Model Pembelajaran
Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,
metode atau prosedur pembelajaran. Model pembelajaran merupakan sebuah
model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk
mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran yang bisa guru
terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas,
pengelompokan siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaran.
Ellias M. Award (1979) dalam Dini Rosdiani (20012:3) mengemukakan
bahwa: “A model is a representation of real of a planned sistem”. Yang
berarti model sebagai suatu representasi dari suatu kenyataan sistem yang
direncanakan.
Menurut Soekamto dan Winataputra (1996/1997), model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh
strategi dan metode tertentu, yaitu: (1) rasional teoritik yang logis yang
disusun oleh penciptanya, (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3)
tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat terlaksana
secara berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran tersebut tercapai.
Pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi pembelajaran dan siswa merupakan peranan guru yang
I. Alat Belajar
Perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut guru agar mampu
menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah dan
sekurang-kurangnya guru dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang
meskipun sederhana dan bersahaja tetapi dapat membantu dalam pencapaian
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pamungkas (2000:9) dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian dari alat
adalah yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Alat merupakan bagian dari
fasilitas pendidikan yang digunakan untuk proses kegiatan pembelajaran.
Dengan alat pembelajaran, guru dapat memberikan contoh secara langsung
tentang materi tersebut, terutama materi pendidikan jasmani agar mudah
dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Rink (1993:17) yang dikutip Dini Rosdiani (2012:48) memaparkan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar pendidikan
jasmani, yaitu: (1) motivasi belajar siswa, (2) kemampuan siswa, (3)
kemampuan guru, dan (4) fasilitas pembelajaran. Keempat faktor ini sangat
dominan dalam menentukan keberhasilan dalam proses maupun upaya
mencapai tujuan pembelajaran.
Terkait dengan fasilitas pembelajaran, menurut Soepartono (2000) dalam
Herman Tarigan (2010:06) sarana olahraga adalah terjemahan dari facilities
yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan
kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dibedakan
dan 2.) perlengkapan (device) yaitu sesuatu yang melengkapi kebutuhan
prasarana, serta sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan
tangan atau kaki. Kedua sarana ini dapat membantu guru dalam
mengoptimalkan program pembelajaran agar mencapai sasaran, yaitu
terbentuknya kualitas gerak anak serta kemampuan-kemampuan lainnya. Jadi
dukungan fasilitas ini mutlak disiapkan oleh sekolah dan guru sebelum proses
belajar mengajar dilakukan. Karena ekstensinya sangat dirasakan oleh peserta
didik dalam mengikuti berbagai aktivitas yang diprogramkan oleh guru saat
proses belajar mengajarpendidikan jasmani berlangsung.
Hamalik dalam Arsyad (2005:15) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan
sangat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan
isi pelajaran saat itu.
Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2005:24-25) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu :
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan
dan guru tidak kehabisan tenaga.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab aktivitasnya
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
J. Alat Bantu
Arsyad (2005:7) mengemukakan bahwa media pendidikan memiliki
pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
Alat bantu adalah alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan
pendidikan, alat bantu (peraga) sangat penting karena alat tersebut berguna
agar bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau
dipahami peserta didik.
Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam pembelajaran
yang efektif dan efisien. Menurut Hamzah (1988), penekanan media
pendidikan terdapat pada visual dan audio. Alat bantu visual terdiri dari alat
peraga dua dimensi hanya menggunakan dua ukuran panjang dan lebar
(seperti: gambar, bagan, dan grafik) sedangkan alat peraga tiga dimensi
menggunakan tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan tinggi (seperti: benda asli,
model, alat tiruan sederhana, dan barang contoh).
Alat yang digunakan dalam pembelajaran lompat tinggi gaya straddle adalah
1. Alat bantu yang pertama berupa karet tali yang dibentangkan di tiang
tegak. Karet tali ini berfungsi sebagai palang atau mistar yang dilewati.
[image:37.595.177.361.138.280.2]
Gambar 6. Karet tali dengan panjang 4 meter.
2. Alat bantu yang kedua yaitu kardus air mineral yang disusun keatas.
Gambar 7. Kardus air mineral yang disusun ke atas.
3. Alat bantu yang ketiga yaitu sebuah video yang berisikan seorang atlet
pelompat tinggi melakukan teknik dan gerakan lompat tinggi gaya
straddle dengan penjelasan saat melakukan tahapan-tahapn gerakan
lompat tinggi gaya straddle. Perlengkapan tambahan yang diperlukan saat
pemutaran video teknik gerakan lompat tinggi gaya straddle yaitu satu
buah LCD dan speaker kecil agar teknik-teknik gerakan lompat tinggi
[image:37.595.171.369.356.504.2]alat bantu ini memudahkan guru untuk mengevaluasi teknik gerakan
lompat tinggi gaya straddle.
Penggunaan alat bantu diatas, diharapakan dapat memotivasi anak melakukan
tugas gerak yang diberikan. Sehingga pembelajaran pendidikan jasmani yang
diharapkan tercapai. Lutan (2002:10) mengatakan bahwa pembelajaran
penjasorkes dikatakan berhasil apabila :
1. Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau waktu melaksanakan tugas gerak
yang dicurahkan siswa semakin banyak.
2. Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif.
3. Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas.
4. Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
K. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, besar kemungkinan apabila
siswa menguasai gerak dasar lompat tinggi gaya straddle, maka pembelajaran
pendidikan jasmani pada materi atletik akan menjadi lebih baik. Di dalam
kurikulum khususnya pada pelajaran pendidikan jasmani, permainan atletik
adalah suatu materi yang harus disampaikan atau diajarkan kepada siswa,
namun kenyataannya meskipun materi atletik telah disampaikan oleh guru
pendidikan jasmani, masih banyak yang kurang menguasai gerak dasar lompat
tinggi gaya straddle.
Sejalan dengan beberapa hal tersebut, maka penelitian ini menganalisa tentang
menggunakan alat bantu. Gerak dasar lompat tinggi gaya straddle yang
diajarkan secara efektif, diharapkan akan lebih dapat dikuasai oleh siswa
sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa pada pelajaran pendidikan jasmani
khususnya pada materi atletik akan lebih baik. Menggunakan model
pembelajaran dengan alat bantu dapat mengurangi rasa jenuh dan bosan pada
saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga pada akhirnya akan
membantu tercapainya suatu penguasaan kemampuan gerak dasar lompat
tinggi gaya straddle.
L. Hipotesis
Pengertian hipotesis tindakan hendaklah dipahami sebagai suatu dugaan yang
akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
H1. “Dengan menggunakan alat bantu berupa karet tali dapat meningkatkan
pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas
X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013”.
H2. ”Dengan menggunakan alat bantu berupa kardus air mineral yang disusun
ke atas dapat meningkatkan pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya
straddle pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun
Pelajaran 2012/2013”.
H3. ”Dengan menggunakan alat bantu berupa video pembelajaran lompat
lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode,
karena metode merupakan faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan dari suatu penelitian terhadap subjek yang akan diteliti.
Metodologi penelitian adalah cara yang dilakukan secara sistematis mengikuti
aturan-aturan, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan
permasalahan yang hidup dan berguna bagi masyarakat, maupun bagi peneliti
sendiri. (Sukardi, 2003:93)
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK) atau yang disebut juga dengan istilah CAR (Classroom Action
Research) yang akan dilaksanakan pada siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota
Metro.
Arikunto (2012:58) menyatakan bahwa : “penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dari namanya sudah
menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan
membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian dapat diterangkan,
yaitu :
a. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh dataatau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
b. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
c. Kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaraan, yang dimaksud dengan
istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah
dengan penerapan langsung, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
b. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah
dan perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.
c. Dilakukan dengan putaran-putaran yang berspiral.
a. Guru sebagai peneliti
b. Penelitian tindakan kolaboratif
c. Simultan-terintegrasi
d. Administrasi sosial experimental
Sehubungan dengan bentuk-bentuk penelitian tindakan yang dikemukakan di
atas, peneliti bermaksud menggunakan bentuk penelitian tindakan
kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif merupakan bentuk
penelitian tindakan yang penelitinya sendiri bekerja sama dengan guru dan
kepala sekolah. Hubungan antara guru dengan peneliti bersifat kemitraan,
sehingga mereka memikirkan masalah-masalah penelitian secara bersama
pula. Pelaksanaan penelitian ini melibatkan pengajar dan peserta didik.
Kerjasama ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada pada
proses pembelajaran di sekolah.
Penelitian tindakan kelas dilakukan melalui putaran atau spiral dengan
beberapa siklus yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan hasil,
dan refleksi yaitu melalui siklus-siklus berikut ini :
[image:43.595.141.546.564.661.2]
Gambar 8. Spiral Penelitian Tindakan Kelas diadopsi dari Muhajir (1997) dalam Herman Tarigan (2011:103)
Keterangan gambar :
a. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
b. Tindakan
Tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
c. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat
suatu tindakan.
d. Refleksi
Adalah merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan.
e. Perbaikan rencana
Adalah memperbaiki suatu tindakan yang sudah dilaksanakan apabila
tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau tindakan sesuai
rencana.
B. Data Penelitian
Data penelitian menurut sifatnya terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Data kualitatif, adalah data yang berbentuk kategori atau atribut.
2) Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk bilangan (angka).
Data penelitian menurut cara memperolehnya terbagi menjadi dua macam,
1) Data primer, adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau
organisasi dan diperoleh langsung dari sumbernya.
2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh sudah jadi, contoh jumlah
siswa pada suatu daerah, sekolah, dan lain-lain.
Data dalam penelitian ini merupakan data primer dengan teknik analisis
deskriptif sederhana berupa data kuantitatif.
C. Subyek Penelitian
Menurut Arikunto (1998:108), populasi adalah keseluruhan dari subyek
penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Negeri 5 Kota Metro Kelas X-7 yang berjumlah 36 siswa.
Menurut Arikunto (1998:109), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Adapun subyek yang digunakan untuk penelitian ini adalah
siswa SMA Negeri 5 Kota Metro Kelas X-7.
D. Tempat dan Waktu
a. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di lapangan SMA Negeri 5 Kota Metro
b. Pelaksanaan Penelitian
Lama waktu yang dilakukan dalam penelitian lima minggu dan terdapat
E. Proses Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Straddle
a. Siklus Pertama 1) Rencana
a.) Menyiapkan skenario pembelajaran (RPP) yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup.
b.) Menyiapkan alat bantu berupa karet tali dengan panjang 4 meter
untuk proses pembelajaran dan instrumen yang dibutuhkan
untuk mengobservasi tindakan.
c.) Menyiapkan siswa berbaris untuk memulai pembelajaran.
2) Tindakan
a.) Siswa dibariskan untuk memulai pembelajaran sesuai dengan
urutan.
b.) Siswa melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle
menggunakan karet tali dengan panjang 4 meter sesuai dengan
gerakan teknik melompat yang benar dalam gerak dasar dan
langkah dalam tindakan siklus pertama.
c.) Setiap siswa melakukan gerakan secara bergantian dan
berulang-ulang.
3) Observasi
a.) Setelah tindakan dilakukan, diamati kemudian dikoreksi dan
diberikan waktu pengulangan.
b.) Setelah itu dinilai atau dievaluasi dengan menggunakan
4) Refleksi
a.) Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
b.) Didiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua.
b. Siklus Kedua 1) Rencana
a.) Menyiapkan skenario pembelajaran yang berisi tentang
kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
pendahuluan, inti, dan penutup.
b.) Menyiapkan alat bantu berupa tiga buah kardus yang disusun ke
atas untuk proses pembelajaran dan instrumen yang dibutuhkan
untuk mengobservasi tindakan.
c.) Menyiapkan siswa berbaris untuk memulai pembelajaran.
2) Tindakan
a.) Siswa dibariskan untuk memulai pembelajaran sesuai dengan
urutan.
b.) Siswa melakukan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle
menggunakan tiga buah kardus yang disusun ke atas sesuai
dengan gerakan teknik melompat yang benar dalam gerak dasar
dan langkah dalam tindakan siklus kedua.
c.) Setiap siswa melakukan gerakan secara bergantian dan
berulang-ulang.
3) Observasi
a.) Setelah tindakan dilakukan, diamati kemudian dikoreksi dan
b.) Setelah itu dinilai atau dievaluasi dengan menggunakan
instrumen pada lampiran.
4) Refleksi
a.) Dari data hasil observasi disimpulkan dan didiskusikan
b.) Didiskusikan rencana tindakan pada siklus ketiga.
c. Siklus Ketiga 1) Rencana
a.) Menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penjaskes
cabang atletik nomor lompat tinggi gaya straddle.
b.) Menyiapkan alat bantu berupa video pembelajaran lompat tinggi
gaya straddle untuk proses pembelajaran di kelas.
c.) Memberikan penjelasan gerakan teknik lompat tinggi gaya
straddle yang benar.
2) Tindakan
a.) Siswa disiapkan untuk duduk dengan tenang di dalam kelas
untuk memulai pembelajaran sesuai dengan urutan.
b.) Siswa melihat dan mendengarkan dengan seksama video gerak
dasar lompat tinggi gaya straddle dan memahami gerakan teknik
melompat yang benar.
c.) Siswa dibariskan sesuai dengan urutan di lapangan
d.) Setiap siswa melakukan gerakan lompat tinggi gaya
straddlesecara bergantian dan berulang-ulang.
e.) Siswa melakukan teknik lompat tinggi gaya straddle dengan
3) Observasi
a.) Setelah tindakan dilakukan, diamati kemudian dikoreksi dan
diberikan waktu pengulangan.
b.) Setelah itu dinilai dengan menggunakan instrumen pada
lampiran, maka dapat diketahui presentase keberhasilan
sehingga dapat disimpulkan.
4) Refleksi
a.) Kesimpulan dari hasil pembelajaran penjaskes atletik nomor
lompat tinggi gaya straddle didiskusikan berapa persen
peningkatan yang dicapai oleh siswa.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) di setiap siklusnya, menurut Freir dan
Cuning Ham dalam Muhajir (1997:58) dijelaskan bahwa alat untuk mengukur
instrumen dalam penelitian tindakan kelas (PTK) dikatakan valid bila
tindakan itu memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Alat ini berupa indikator-indikator berupa penilaian
keterampilan gerak dasar lompat tinggi gaya straddle, bentuk indikatornya
adalah: (1) awalan, (2) tolakan, (3) melayang, (4) pendaratan (IAAF,1993)
G. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui tindakan di setiap siklusnya, selanjutnya
data dianalisis melalui tabulasi, presentasi dan normatif. Teknik penilaian
dalam proses pembelajaran menggunakan penilaian kuantitatif untuk melihat
kualitas hasil tindakan di setiap siklus menggunakan rumus sebagai berikut :
% 100 x n
f P
Keterangan :
P : Presentase keberhasilan
f : Jumlah gerakan yang dilakukan dengan benar
n : Jumlah siswa yang mengikuti tes
(Subagio, 1991:107 dalam Surisman,1997)
Skala Penilaian :
1. 85 – 100 = Baik Sekali
2. 70 – 84 = Baik
3. 55 – 69 = Sedang
4. 40 – 54 = Kurang
5. <40 = Kurang Sekali
Penghitungan Efektivitas, menggunakan rumus sebagai berikut :
(Goodwin dan Coates dalam Surisman, 1997)
Keterangan :
E : Efektivitas tindakan yang dilakukan
: Rerata nilai akhir
: Rerata tes awal
Bila hasil perhitungan meningkat 50% ke atas maka tindakan yang dilakukan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian pada setiap siklus,
maka dapat disimpulkan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :
1. Dengan penggunaan alat bantu berupa karet tali dapat meningkatkan
pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas
X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Dengan penggunaan alat bantu berupa kardus air mineral dapat
meningkatkan pembelajaran gerak dasar lompat tinggi gaya straddle pada
siswa kelas X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Dengan penggunaan alat bantu berupa video pembelajaran dapat
meningkatkan pembelajaran lompat tinggi gaya straddle pada siswa kelas
X-7 SMA Negeri 5 Kota Metro Tahun Pelajaran 2012/2013.
B.Saran
Setelah penelitian ini dilaksanakan, banyak sekali yang ingin disampaikan
penulis baik itu bagi penulis itu sendiri maupun pembaca yang akan melakukan
proses pembelajaran yang sejenis antara lain :
1. Bagi siswa agar bersifat lebih aktif, sehingga ide-ide guru dalam
menggunakan alat bantu dalam proses pembelajaran akan berjalan dengan
lancar.
2. Untuk Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Kota Metro agar lebih melengkapi
sarana dan prasarana olahraga yang kurang memadai agar tercapainya
proses pembelajaran dengan maksimal.
3. Untuk para guru pendidikan jasmani, alat bantu pembelajaran ini dapat
dijadikan sebagai acuan ke depan dalam melakukan proses pembelajaran
lompat tinggi gaya straddle.
4. Untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan supaya lebih sering mengadakan
penataran dan pelatihan di bidang olahraga khusus untuk guru-guru
penjaskes yang ada di setiap sekolah.
5. Bagi pembaca, penelitian ini kiranya dapat dikembangkan lebih lanjut
dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar gerak dasar
lompat tinggi gaya straddle.
6. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini karena
DAFTAR PUSTAKA
A, Carr Gerry. 2000. Atletik untuk Sekolah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi., Suhardjono, Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Ballesteros, Jose Manuel. 1993. Pedoman Dasar Melatih Atletik. Jakarta : Terjemahan oleh PB. PASI.
Depdikbud. 2000. Pengertian Atletik. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2003. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
Hamzah. 1988. Media Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru.
Handoko. 1997. Efektivitas dalam Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru.
Hidayat, Iman. 1986. Pembelajaran Efektif. Bandung : FPOK IKIP Bandung.
___________. 1995. Pendidikan Jasmani. Bandung : FPOK IKIP Bandung.
IAAF. 2000. Lari, Lempar, Lompat Level-1.
Johan dan Supandi. 1990. Pendidikan Jasmani. IKIP Yogyakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jenderal Tinggi.
__________. 1992. Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud.
__________. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta : Depdikbud.
IKIP Yogyakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Nasution, Noehi. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Nurhasanah. 1986. Tes dan Pengukuran. Jakarta :Kurunika.
Pamungkas. 2000. Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD). Surabaya : Giri Surya.
Rahyubi. 2012. Gerak dan Keterampilan. Jakarta : PT. Gramedia.
Rosdiani, Dini. 2012. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung : Alfabeta.
Rusyan, A Tabrani. 1989. Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Sanjaya. 2007. Proses Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya.
Sitepu, Akor. 2008. Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandar Lampung : Unila.
Soedarminto. 1993. Gerak dalam Pendidikan Jasmani. Bandung : Rosdakarya.
Soekamto dan Winataputra. 1996/1997. Model Pembelajaran. Surabaya : Giri Surya.
Suherman. 2000. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian. Bandung : Rosdakarya.
Supandi. 1991. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. IKIP Yogyakarta : Direktorat Jenderal Tinggi.
Surisman. 1997. Dasar-dasar Statistika. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Suyanto. 1997. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Giri Surya.
Syarifuddin, Mahadi. Tujuan Pendidikan. Surabaya : Giri Surya.
Tarigan, Herman. 2010. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga. Bandar Lampung : FKIP Unila.
Wiyono. 2011. Buku Ajar Atletik dan Metodik Penjaskes. Bandar Lampung : Universitas Lampung.
Yusuf, Tayar. 1985. Alat Bantu Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru.