• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

0

MAKALAH

PERENCANAAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TEORI-TEORI BELAJAR

DISAJIKAN PADA PRODI PEND. MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA UNHALU

MARET 2013

OLEH:

1. JUSMAN

(2)

1 TEORI-TEORI BELAJAR

Berbicara mengenai teori belajar dan mengajar matematika berarti berbicara mengenai ”bagaimana” dan ”kepada siapa” suatu topik matematika diajarkan. Belajar dan mengajar merupakan dua kata yang berbeda, tetapi dalam pelaksanaaannya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Jika pada masa dulu konsep mengajar berarti guru menyampaikan semua pengetahuan matematika yang diketahuinya kepada siswa, tapi pada masa kini mengajar lebih diupayakan pada bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan guru sehingga siswa dapat belajar. Siswa menjadi fokus proses pembelajaran (students centered). Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang populer dibicarakan oleh para pakar pendidikan. Secara umum teori psikologi pembelajaran tersebut dapat dibagi atas dua aliran besar, yaitu aliran psikologi tingkah laku (Behavioristik) dan aliran psikologi kognitif.

Tokoh teori belajar mengajar yang menganut aliran Behavioristik antara lain Thorndike (law of effect), Skinner (teori ganjaran atau penguatan), Ausubel (teori belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai), Gagne (obyek matematika), Pavlov (teori belajar klasik), Baruda (siswa belajar itu meniru), dan aliran latihan mental (struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-gumpalan otot yang harus dilatih).

Tokoh teori belajar mengajar yang menganut aliran kogntif antara lain Bruner (teori belajar konsep dan struktur matematika), John Dewey (teori Gestalt), Brownell (belajar bermakna dan pengertian), Dienes (matematika adalah

studi tentang struktur), Van Hiele (teori perkembangan mental anak dalam geometri).

(3)

2 Berikut dibahas beberapa teori belajar dalam pembelajaran matematika. 1. Teori belajar Bruner

Bruner, yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu (1) proses perolehan informasi baru; (2) proses mentransformasikan informasi yang diterima; dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audio visual dan lain-lain. Proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. Informasi yang diterima dianalisis, diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak agar suatu saat dapat dimanfaatkan.

(4)

3 Bruner melalui teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang diperhatikannya. Peran guru adalah:

1) Perlu memahami struktur pelajaran

2) Pentingnya belajar aktif supaya seorang dapat menemukan sendiri konsep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar

3) Pentingnya nilai berpikir induktif.

Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dalam 3 model yaitu : 1) Model Tahap Enaktif

Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik) objek.

2) Model Tahap Ikonik

Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.

3) Model Tahap Simbolis

Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.

Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika. Berdasarkan hasil-hasil eksperimen dan observasi yang dilakukan pada tahun 1963, Bruner mengemukakan empat teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika. Keempat dalil tersebut adalah:

1) Dalil Konstruksi atau Penyusunan (Construction Theorem)

(5)

4 mengkontruksi atau melakukan penyusunan sebuah representasi dari konsep atau prinsip tersebut.

2) Dalil Notasi (Notation Theorem)

Menurut teorema notasi representase dari suatu materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila didalam representase itu digunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa.

3) Dalil Kekontrasan dan Variasi (Contras and Variation Theorem)

Menurut teorema kekontrasan dan variasi dikemukakan bahwa suatu konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila konsep itu dikontraskan dengan konsep-konsep yang lain sehingga perbedaan antar konsep itu dengan konsep-konsep yang lain menjadi jelas.

4) Dalil Konektivitas dan Pengaitan (Conectivity Theorem)

Di dalam teorema konektivitas disebut bahwa setiap konsep, setiap prinsip, dan setiap ketramplan dalam matematika berhubungan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilan-ketrampilan lain.

Metode Penemuan

Satu hal yang membuat Bruner terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar, menurutnya belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan (discovery). Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang melambangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dalam prinsip konstruksitivis dan discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri.

Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah: 1. Stimulus (pemberian perangsang)

2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah) 3. Data collection (pengumpulan data)

4. Data Processing (pengolahan data) 5. Verifikasi

(6)

5 2. Teori belajar Gagne

Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuwan psikologi yang lahir pada tahun 1916 di North Andover dan meninggal pada tahun 2002. Pada tahun 1937 Gagne memperoleh gelar A.B. dari Yale dan pada tahun 1940 memperoleh gelar Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University. Gelar profesor diperolehnya ketika mengajar di Connecticut College for Women dari 1940–1949. Demikian juga ketika di Penn State University dari tahun 1945-1946, dan terakhir diperolehnya dari Florida State University. Antara tahun 1949-1958, Gagne menjadi Direktur Perceptual and Motor Skills Laboratory US Air Force. Pada waktu inilah dia

mulai mengembangkan teori “Conditions of Learning” yang mengarah pada

hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan desain pengajaran. Teori ini dipublikasikan pada tahun 1965.

Gagne merupakan seorang tokoh psikologi yang mengembangkan teori belajar dan pengajaran. Walaupun pada awal karirnya, dia adalah seorang behaviorist, namun belakangan dia memusatkan perhatian pada pengaruh

pemrosesan informasi terhadap belajar dan memori. Dia juga dikenal sebagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran. Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-tulisannya tentang: Instructional Systems Design, The Condition of Learning (1965), dan Principles of Instructional Design. Ketiga karyanya tersebut telah mendominasi bagaimana melaksanakan pengajaran untuk berbagai topik pelajaran di sekolah. Karyanya tentang The condition of Learning, merupakan tulisan yang dibuatnya ketika melaksanakan latihan militer di Angkatan Udara Amerika.

Gagne mengidentifikasi lima kategori belajar, yaitu: informasi verbal (verbal information), keterampilan intelektual (intellectual skills), strategi kognitif

(7)

6 mengidentifikasi kelas-kelas objek konkrit, ciri-ciri, atau kejadian. Konsep terdefinisi misalnya mengklasifikasi contoh kejadian baru atau ide dengan definisi siswa. Aturan-aturan misalnya menerapkan suatu hubungan tunggal untuk menyelesaikan suatu kelompok masalah. Aturan-aturan tingkat tinggi misalnya menerapkan kombinasi beberapa aturan untuk menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Strategi kognitif dimaksudkan adalah memanfaatkan cara sendiri sebagai pedoman untuk belajar, berpikir, bertindak, dan merasakan. Sikap digunakan untuk menentukan tindakan pribadi berdasarkan pada pengetahuan internal yang dipahami dan dirasakan. Keterampilan motorik yaitu melakukan pekerjaan disertai penggunaan otot.

Sehubungan dengan belajar matematika, Gagne menyatakan bahwa dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Obyek langsung adalah objek matematika yang dapat langsung diberikan kepada siswa seperti fakta, keterampilan, konsep dan aturan. Sedang obyek tak langsung adalah obyek yang terjadi sebagai akibat pemberian objek langsung seperti terjadinya transfer belajar, kemampuan inquiry dan problem solving, belajar mandiri (disiplin diri), bersikap positif terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Kedua objek matematika ini dapat diperoleh siswa setiap pelaksanaan pembelajaran guru ataupun ketika siswa belajar sendiri suatu materi matematika.

Lambang bilangan, sudut, dan berbagai notasi matematika merupakan contoh fakta, yaitu objek matematika yang tinggal menerimanya. Keterampilan adalah kemampuan untuk memberikan jawaban secara cepat dan tepat, misalnya membagi bilangan dengan teknik bagi kurung, menjumlahkan pecahan, melukis dua ruas garis dan menentukan titik potongnya. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh, misalnya, konsep persegi panjang, bilangan komposit, himpunan, dan jarak. Objek yang paling abstrak seperti sifat atau teorema disebut aturan.

(8)

7 tipe belajar itu terurut menurut tingkat kesukarannya dari yang mudah ke yang paling sulit. Jadi belajar dengan pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling sulit. Belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak ada niat atau rencana dan terjadi secara spontan adalah belajar isyarat. Misalnya menyenangi atau menghindari pelajaran akibat perilaku guru. Jika belajar tersebut ada niat dari dalam hati dan direspons oleh jasmani maka disebut stimulus-respons. Misalnya ketika guru menulis di papan tulis, siswa mencatat. Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respons. Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respons. Misalnya mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru atau siswa lainnya secara lisan. Belajar membedakan adalah belajar memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. Pembentukan konsep disebut juga tipe belajar pengelompokan, yaitu belajar melihat sifat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok. Pada tipe belajar pembentukan aturan, siswa diharapkan mampu memberi respon terhadap stimulus dengan segala macam perbuatan utamanya kemampuan untuk menggunakan aturan tersebut. Misalnya pemahaman terhadap rumus kuadratis digunakan untuk menyelesaikan persamaan kuadrat. Tipe belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada pembentukan aturan.

Sebagai tipe belajar yang paling kompleks, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1) Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas

2) Menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional

3) Menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan baik

4) Mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya

(9)

8 Namun demikian, sebelum suatu masalah disajikan dalam bentuk yang lebih jelas, harus dipahami lebih dahulu masalah itu. Pemahaman masalah yang baik akan berdampak pada kemampuan penyajian masalah yang lebih baik sehingga hasil belajar meningkat. Jadi ada tingkah laku melalui stimulus respons dan belajar bersyarat untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku, melalui stimulus respons, dan belajar bersyarat. Alasannya adalah manusia itu organisme pasif yang bisa dikontrol melalui imbalan dan hukuman.

Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang baik, Gagne mengemukakan sembilan tahap kegiatan pembelajaran, yaitu: gaining attention, information the learner of the objective, stimulating recall of prior learning, presenting the

stimulus, providing learner guidance, elliciting performance, giving feedback,

assessing performance, dan enhancing retention and transfer. Kesembilan

kegiatan pembelajaran tersebut telah digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Indonesia. Berdasarkan urutannya, guru memulai pengajaran dengan mengupayakan perhatian siswa, menyampaikan tujuan, mengingatkan materi sebelumnya, memberikan stimulus, menyediakan bimbingan belajar, berpenampilan baik, memberikan umpan balik, evaluasi, dan meningkatkan retensi serta melancarkan transfer belajar. Kesembilan tahap kegiatan pembelajaran itu dapat diringkas dalam delapan instruksi pengajaran, yaitu: mengaktifkan motivasi (activating motivation), memberitahu tujuan-tujuan belajar, mengarahkan perhatian (directing attention), merangsang ingatan (stimulating recall), menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi (enhancing retention), melancarkan transfer belajar, mengeluarkan penampilan; memberikan umpan balik.

3. Teori belajar Piaget

(10)

9 manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:

1) Skema atau skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.

2) Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.

3) Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.

4) Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

Menurut Piaget, dalam pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal (skemata). Setiap skema berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman-pengalaman yang baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi dan mengintensifkan prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila pengalaman baru itu masih bersesuaian dengan skema yang dipunya seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu sungguh berbeda dengan skema yang ada sehingga skema yang lama tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman yang baru, skema yang lama diubah sampai ada keseimbangan lagi. Inilah proses akomodasi.

Piaget membedakan 4 taraf perkembangan kognitif seseorang: (1) taraf sensori-motor, (2) praoperasional, (3) taraf operasional konkret, dan (4) taraf

(11)

sensori-10 motor berkembang sejak lahir sampai sekitar umur 2 tahun. Selama taraf ini, seorang anak belum berpikir dan mengembangkan suatu kejadian atau objek secara konseptual meskipun perkembangan kognitif sudah mulai ada, yaitu dibentuknya skemata. Pada taraf praoperasional, yang berkembang dari umur 2 – 7 tahun, mulailah berkembang kemampuan berbahasa dan beberapa bentuk pengungkapan. Penalaran pralogika juga mulai berkembang. Pada umur 7 – 11 tahun, yang disebut taraf operasional konkret, anak memperkembangkan kemampuan menggunakan pemikiran logis dalam berhadapan dengan persoalan-persoalan yang konkret. Pada taraf operasional formal (11 – 15 tahun), anak sudah memperkembangkan pemikiran abstrak dan penalaran logis untuk macam-macam persoalan. Dalam ketiga taraf kognitif diatas skema seseorang berkembang.

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah: 1) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu

guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.

2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. 4) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

(12)

11 4. Teori belajar Vygotsky

Sebelum membahas lebih jauh tentang Teori Konstruktivisme Vygotsky, sedikit kami paparkan tentang biografi Vygotsky, Vygostsky adalah seorang sarjana Hukum, tamat dari Universitas Moskow pada tahun 1917, kemudian beliau melanjutkan studi dalam bidang filsafat, psikologi, dan sastra pada fakultas Psikologi Universitas Moskow dan menyelesaikan studinya pada tahun 1925

dengan judul disertasi “The Psychology of Art”. Dengan latar belakang ilmu yang

demikian banyak memberikan inspirasi pada pengembangan teknologi pembelajaran, bahasa, psikologi pendidikan, dan berbagai teori pembelajaran. Vygotsky wafat pada tahun 1934.

Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut. Orang lain merupakan bagian dari lingkungan, pemerolehan pengetahuan siswa bermula dari lingkup sosial, antar orang, dan kemudian pada lingkup individu sebagai peristiwa internalisasi. Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung, dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa. Dengan hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky ini, banyak pemerhati pendidikan yang mengembangkan pembelajaran kooperatif, pembelajaran peer interaction, dan sebagainya.

(13)

12 Berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa, Vygotsky mengemukakan dua ide; Pertama, bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa. Kedua, Vygotsky mempercayai bahwa perkembangan intelektual bergantung pada sistem tanda (sign system) setiap individu selalu berkembang. Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, sistem tulisan, dan sistem perhitungan.

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip yaitu:

1) Pembelajaran sosial (social learning).

Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap;

2) ZPD (zone of proximal development).

Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak. 3) Masa Magang Kognitif (cognitive apprenticeship).

Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai;

4) Pembelajaran Termediasi (mediated learning).

Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa

(14)
(15)

14 DAFTAR PUSTAKA

Kadir. 2008. Teori Belajar Mengajar Matematika Robert Mills Gagne. [Online], tersedia: http://kadirraea.blogspot.com/2008/06/teori-gagne.html. Didownload 27 Februari 2013

Ojose, Bobby. 2008. Applying Piaget’s Theory of Cognitive Development to Matthematics Instruction. [Online], tersedia: http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_ojose.html. Didownload 27 Februari 2013

Suparno, Paul. 2006. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Teori Belajar menurut Bruner. [Online], tersedia: http://www.abyfarhan.com/2011/12/teori-belajar-menurut-bruner.html. didownload 27 Februari 2013

Referensi

Dokumen terkait

Dalam berinvestasi seseorang harus bisa memprediksi laba yang akan diperolehnya berdasarkan spekulasi atas investasi yang bernilai fluktuatif, guna menghindari atau

Dari pembahasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh tingkat pendidikan, sikap terhadap kebersihan genetalia pada ibu post partum di Rumah Sakit

Teknologi informasi dan sistem informasi berbasis internet digunakan mendukung tim pengembangan produk, proses dukungan untuk pelanggan, transaksi e-commerce, atau

that Basil made makes Lord Henry so interesting with Dorian because his beauty... In here, Dorian has a pretty face, the

lurus kepulauan ini adalah kasus Pulau Nipa yang berbatasan laut

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan penelitian, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: (1) hasil belajar Teknik Pemesinan CNC pada kelompok

Kedua; penerapan komunikasi kelompok pada kepemimpinan parabela dilaksanakan da- lam menjaga kelestarian kawasan hutan kaombo yang berlangsung sacara alami, di mana Parabela

Cambridge IGCSE (9–1) First Language English offers candidates the opportunity to respond knowledgeably to a rich array of reading passages.. Candidates will use some of these