!
!
" #
$%
& &
' (( #
*
!( #+
,,-,-,,,,.-/01
! ,,-,-,,,,1---/
! ,,-,-,,,,1---2
# # ,,-,-,,,,1---0
% 3 # ,,-,-,,,,1---4
! & ! ! ,,-,-,,,,1--,,
& ,,-,-,,,,1--,5
' (( # ! ,,-,-,,,,1--,6
)
7
Sebagaimana kita ketahui, negara Indonesia memiliki kondisi geografis
yang sangat khas. Indonesia memiliki wilayah daratan yang berbentuk gugusan
gugusan pulau sebanyak 17.508 pulau pulau. Terbentang dari Sabang hingga
Merauke dan dipisahkan oleh laut laut di antara pulau pulaunya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia diuntungkan memiliki memiliki tiga
jenis wilayah yaitu wilayah darat, laut, dan udara yang mungkin tidak semua
negara memilikinya. Kondisi geografis seperti itu memiliki potensi sekaligus
kelemahan. Potensi terbesarnya adalah sumber daya yang ada di dalamnya,
sedangkan kelemahannya adalah masalah perhubungan antar pulau pulau serta
masalah keamanan dan kedaulatan.
Kaitannya dengan wilayah, negara negara di dunia setelah Perang Dunia II
banyak melakukan penetapan dan pengaturan mengenai batasan batasan
wilayahnya, termasuk dalam penetapan wilayah laut negara negara pantai.
Didorong oleh banyak faktor seperti politik, ekonomi, dan keamanan, penetapan
batas wilayah laut adalah sangat penting peranannya. Usaha penetapan wilayah
laut juga dilakukan oleh Indonesia. Pada saat Indonesia memproklamirkan diri
sebagai sebuah negara merdeka, Indonesia mengklaim teritorialnya adalah bekas
jajahan Belanda yang sebelumnya disebut . Saat itu Indonesia
menyatakan merdeka dengan klaim peta yang dipakai sebagai penentu teritorial
adalah peta produk kolonial yang disebut
( ) tahun 1939 dengan lebar laut wilayah adalah 3 mil laut
diukur dari garis air terendah dari pulau pulau di Indonesia1. Pengukuran seperti
ini akan menghasilkan wilayah wilayah yang terpencar pencar dan terpisahkan
oleh kantong kantong laut lepas. Dengan adanya kantong kantong laut lepas ini
maka wilayah laut lepas ini terbuka bagi aktivitas aktivitas kelautan negara asing
sehingga mempersulit Indonesia dalam upaya mempertahankan keamanannya dari
adanya usaha subversif, penyelundupan dan perbuatan melanggar hukum lainnya.
Dari segi pelayaran dan ekonomi, kantong kantong laut lepas akan mengurangi
rasa aman aktivitas pelayaran antar pulau juga eksplorasi kekayaan alam yang ada
di dalamnya. Dari segi politik, kondisi seperti itu akan mengancam keutuhan
wilayah dan kesatuan nasional Bangsa Indonesia.
Untuk mengatasi persoalan persoalan di atas serta untuk mewujudkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan menyatu, pada tanggal 13
Desember 1957, Perdana Menteri Ir. Djoeanda, mendeklarasikan kepada dunia
bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar, di antara, dan di dalam
kepulauan Indonesia, yang dikenal sebagai “ 8 ”.
Setelah itu perjuangan perjuangan di forum forum Internasional juga dilakukan
sampai pada titik kulminasinya yaitu pada Konvensi Hukum Laut 1982 di
Montego Bay, Jamaica dan telah diratifikasi Indonesia melalui UU No. 17 tahun
1985 dan menindaklanjutinya dengan UU No.6 tahun 1996 tentang Perairan
Indonesia.
Perjuangan perjuangan Indonesia di dunia internasional membawa hasil
yang memuaskan dengan diakuinya dan diterimanya konsep negara kepulauan
serta perairan pedalaman/ perairan kepulauan. Predikat sebagai negara kepulauan
tidak hanya menambah hak hak negara atas perairan pedalaman sebagai laut
wilayahnya, namun di dalamnya juga terdapat berbagai kewajiban kewajiban
internasional yang harus dipenuhi oleh Indonesia. Adalah suatu permasalahan
tersendiri apabila melihat kemampuan Indonesia sebagai negara kepulauan untuk
memenuhi berbagai kewajiban negara kepulauan dan mengimplementasikan isi
7
Berdasarkan uraian diatas, kondisi alamiah geografis indonesia yang
berupa kepulauan menimbulkan beberapa permasalahan. Apa saja dan
bagaimanakah permasalahan tersebut jika dikaji dari kacamata hukum laut
internasional?
Pada bagian tulisan selanjutnya akan disajikan apa permasalahan yang
,7 8
Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh pengakuan sebagai
negara kepulauan merupakan sebuah perjalanan panjang yang sangat melelahkan.
Hal ini dikarenakan usaha usaha untuk memasukkan rezim kepulauan selama
diadakan Konferensi Hukum Laut tahun 1958 di Jenewa dan Konfereni Hukum
Laut II Tahun 1960 selalu mengalami kegagalan. Di samping tidak adanya
kesepakatan mengenai pengertian negara kepulauan, kegagalan tersebut
dipengaruhi oleh berbagai kepentingan antar negara, khususnya negara negara
maritim besar yang ingin terus menancapkan hegemoninya di wilayah laut.
Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 13 Desember 1957
mengeluarkan suatu deklarasi tentang wilayah Perairan Indonesia yang dikenal
dengan istilah Deklarasi Djuanda. Deklarasi ini mengubah batas laut teritorial
Indonesia dari 3 mil berdasarkan
( ) tahun 1939 menjadi 12 mil. Artinya, bagian laut yang
sebelumnya termasuk laut lepas ( ), sekarang menjadi laut teritorial
Indonesia, seperti Laut Jawa yang terletak antara pulau Kalimantan dan pulau
& ,7 " ( # ! 9 ,464 : ( & ( ;! <5
& 57 " ( # ! ( # (
;! 3
2
!" #$ %&'() ! "
Untuk memperkuat Deklarasi Djuanda tahun 1957 dan melaksanakan
konsepsi Wawasan Nusantara, maka pemerintah Republik Indonesia menetapkan
Perpu Nomor 4 Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia yang kemudian diganti
oleh Undang Undang No 6/1996. Dalam perkembangan selanjutnya, konsepsi
negara kepulauan akhirnya mendapat pengakuan pada Konvensi Hukum Laut
1982.
Dimasukannya poin poin negara kepulauan dalam Bab IV KHL 1982 yang
berisi 9 pasal, bagi seluruh rakyat Indonesia hal ini memiliki arti penting karena
selama 25 tahun secara terus menerus pemerintah Indonesia memperjuangkan
asas asas negara kepulauan. Pengakuan resmi asas negara kepulauan ini
merupakan hal yang penting dalam rangka mewujudkan satu kesatuan wilayah
yang utuh sesuai dengan Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957 dan
Wawasan Nusantara sebagaimana termaktub dalam TAP MPR tentang Garis garis
Besar Haluan Negara yang menjadi dasar bagi perwujudan kepulauan Indonesia
sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
Dalam Implementasi KHL dalam peraturan perundang undangan Republik
Indonesia, banyak ketentuan dalam Undang undang Nomor 6 tahun 1996 yang
mengadopsi atau paling tidak disesuaikan dengan ketentuan Konvensi Hukum
Laut 1982, yang telah diratifikasi Indonesia.
57 " = >
Sesuai KHL 1982 yang diratifikasi dengan UU No. 17 tahun 1985,
Indonesia telah menetapkan 200 titik terluar dengan 196 garis lurus sebagai garis
pangkal kepulauan. Penentuan garis pangkal lurus kepulauan berpedoman pada
pasal 5 ayat (3) UU No. 6 tahun 1996 yang menyebutkan pengaturan bahwa garis
pangkal lurus kepulauan adalah garis garis lurus yang menghubungkan titik titik
terluar pada garis air rendah pulau pulau dan karang karang yang terluar dari
Penetapan titik titik terluar dan garis pangkal lurus kepulauan tersebut
membutuhkan pengakuan internasional dan disesuaikan dengan ketentuan
konvensi internasional agar mendapat jaminan hukum. Langkah yang perlu
dilakukan Indonesia terkait hal tersebut adalah menyelenggarakan perundingan
perundingan terutama dengan negara negara yang berbatasan langsung dengan
Indonesia seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina. Perundingan untuk penentuan
perbatasan bukan merupakan hal yang mudah dicapai. Masing masing negara
memiliki kepentingan untuk mempertahankan wilayahnya dengan asumsi asumsi
dan dasar yang masing masing negara pertahankan.
& 67 ! !7 / #
,44/.7
Sebagai contoh nyata dari peliknya permasalahan penentuan garis pangkal
lurus kepulauan ini adalah kasus Pulau Nipa yang berbatasan laut dengan
Singapura. Pulau Nipa adalah salah satu pulau yang berbatasan langsung dengan
Singapura. Secara Administratif pulau ini masuk kedalam wilayah Kelurahan
Pemping Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.
Pulau Nipa ini tiba tiba menjadi terkenal karena beredarnya isu mengenai
hilangnya/ tenggelamnya pulau ini atau hilangnya titik dasar yang ada di pulau
tersebut. Hal ini memicu anggapan bahwa luas wilayah Indonesia semakin
sempit.Pada kenyataanya, Pulau Nipa memang mengalami abrasi serius akibat
penambangan pasir laut di sekitarnya. Pasir pasir ini kemudian dijual untuk
reklamasi pantai Singapura. Kondisi pulau yang berada di Selat Philip serta
berbatasan langsung dengan Singapura disebelah utaranya ini sangat rawan dan
memprihatinkan. Pada saat air pasang maka wilayah Pulau Nipa hanya tediri dari
Suar Nipa, beberapa pohon bakau dan tanggul yang menahan terjadinya abrasi.
Pulau Nipa merupakan batas laut antara Indonesia dan Singapura sejak 1973,
dimana terdapat Titik Referensi (TR 190) yang menjadi dasar pengukuran dan
penentuan media line antara Indonesia dan Singapura.
.
& 7. ! ( ? ( & 1
67 =
Bangsa Indonesia sampai saat ini belum menetapkan batas batas wilayah
perairan dalam. Padahal, wilayah perairan dalam mutlak menjadi kedaulatan
bangsa Indonesia. Artinya tidak boleh ada satu kapal asing pun yang boleh masuk
ke perairan dalam Indonesia. Selain itu, bangsa Indonesia juga memiliki
5
kedaulatan mutlak untuk mengelola sumber daya laut yang berada di wilayah
perairan dalam.
Pengaturan perairan pedalaman menjadi penting ketika dalam kenyataanya
terdapat Hak Lintas Damai atau bagi kapal kapal
asing, sedangkan dilain pihak terdapat kedaulatan dan kepentingan nasional yang
harus dipertahankan dan dijaga secara memadai dan menyeluruh.
Pengaturan hak lintas damai tetap berpedoman pada KHL 1982 yang mana
telah diratifikasi dalam UU No. 6 Tahun 1996, antara lain :
Pasal 11 Bab III yang menentukan:
1. Kapal semua negara, baik negara pantai maupun negara tidak berpantai
menikmati hak lintas damai melaui laut territorial dan perairan kepulauan
Indonesia
2. Lintas damai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus terus menerus,
langsung, serta secepat mungkin, mencangkup berhenti atau buang jangkar
sepanjang hal tersebut berkaitan dengan navigasi yang normal, atau perlu
dilakukan karena keadaan memaksa, mengalami kesulitan, memberi
pertolongan kepada orang, kapal, atau pesawat udara yang dalam keadaan
bahaya atau kesulitan.
Pasal 12 ayat (1)
“Lintas damai dianggap damai apabila tidak merugikan kedamaian,
ketertiban, atau keamanan Indonesia dan dilakukan sesuai dengan ketentuan
konvensi dan hukum internasional lainnya.”
Pasal 13 ayat (1)
“Pemerintah Indonesia dapat menangguhkan sementara lintas damai segala
jenis kapal asing dalam daerah tertentu di laut territorial atau perairan
Selanjutnya dalam Pasal 18 diatur mengenai hak lintas alur laut kepulauan,
didalamnya ditentukan:
1. Lintas alur laut kepulauan dalam alur alur laut yang khusus ditetapkan adalah
pelaksanaan hak pelayaran dan penerbangan sesuai dengan ketentuan
ketentuan konvensi dengan cara yang normal hanya untuk melakukan transit
yang terus menerus, langsung, dan secepat mungkin, serta tidak terhalang.
2. Segala jenis kapal dan pesawat udara asing, baik negara pantai maupun
negara tidak berpantai menikmati hak lintas alur laut kepulauan melalui
peairan kepulauan Indonesia, antara satu bagaian dari laut lepas atau ZEE
Indonesia lainnya.
Upaya yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia untuk memfasilitasi hak
lintas damai dan melindungi kepentingan nasional melalui perlindungan perairan
pedalaman sesuai dengan pasal 53 ayat 1 KHL 1982 adalah dengan menetapkan
suatu alur laut bagi kapal kapal yang melintas di perairan pedalaman yang disebut
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Dengan adanya ALKI, kapal kapal asing
yang hendak melintasi wilayah teritorial RI wajib mengikuti jalur laut yang telah
ditetapkan sesuai dengan ALKI.
& 17 ( ? ( ! : <
!7 62 # 5--5/7
6
.7 >
Kondisi geografis kepulauan yang dipisahkan lautan lautan yang dimiliki
Indonesia menimbulkan kesulitan tesendiri dalam upaya mewujudkan pertahanan
dan ketahanan negara. Bagaimana tidak, kondisi geografis Indonesia berupa
kepulauan dengan dua pertiga wiayahnya adalah perairan menuntut kekuatan
maritim yang mampu dan memadai untuk menjaganya. Tidak hanya terhadap
ancaman dari negara asing namun juga terhadap ancaman ancaman dari dalam
negeri.
Kondisi yang ada, negara kita tidak memiliki armada yang memadai baik
dari segi kuantitas maupun spesifikasinya dalam menjaga pertahanan dan
keamanan di wilayah perairan. Kekuatan TNI AL yang dimiliki Indonesia hanya
sejumlah 74.000 personil dan 136 Kapal dibandingkan dengan luas wilayah
Indonesia yang terdiri dari 17.504 pulau besar dan kecil, sekitar 6000 di antaranya
tidak berpenghuniWilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570
km²dan luas perairannya 3.257.483 km². Berdasarkan keadaan keterbatasan dalam
menjaga keamanan tersebut beberapa permasalahan akan muncul, antara lain : (1)
ancaman kekuatan asing yang ingin memanfaatkan perairan ZEEI; (2) makin
meningkatnya kegiatan terorisme, perompakan, dan pencurian ikan di wilayah
Sebagai negara kepulauan, Indonesia diuntungkan memiliki memiliki tiga
jenis wilayah yaitu wilayah darat, laut, dan udara yang mungkin tidak semua
negara memilikinya. Kondisi geografis seperti itu memiliki potensi sekaligus
kelemahan. Potensi terbesarnya adalah sumber daya yang ada di dalamnya,
sedangkan kelemahannya adalah masalah perhubungan antar pulau pulau serta
masalah keamanan dan kedaulatan. Selain itu, Permasalahan batas wilayah/
penentuan garis pangkal; Penentuan batas perairan pedalaman dan kaitannya
terhadap hak lintas damai atau ; pertahanan dan
ketahanan negara dari sisi matra/ dimensi kelautan, turut memperpelik persoalan
persoalan yang dihadapi Indonesia sebagai negara kepulauan.
Untuk mengatasi persoalan persoalan di atas serta untuk mewujudkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan menyatu, pada tanggal 13
Desember 1957, Perdana Menteri Ir. Djoeanda, mendeklarasikan kepada dunia
bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar, di antara, dan di dalam
kepulauan Indonesia, yang dikenal sebagai “ 8 ”.
Deklarasi Djoeanda merupakan salah satu tonggak sejarah Indonesia dalam
memperjuangkan diri sebagai negara kepulauan. Setelah itu perjuangan
perjuangan lain di forum forum Internasional juga dilakukan sampai pada titik
kulminasinya yaitu pada Konvensi Hukum Laut 1982 di Montego Bay, dimana
Indonesia adalah negara kepulauan ( ) yang telah diakui.
Kemudian KHL 1982 tersebut diratifikasi Indonesia melalui UU No. 17 tahun
1985 dan menindaklanjutinya dengan UU No.6 tahun 1996 tentang Perairan
Daftar Referensi
Bakosurtanal,
http://www.bakosurtanal.go.id/berita surta/show/ri singapura sepakati
batas pulau nipah, diakses 22 April 2013.
Dewan Kelautan Indonesia, !" # $ !" "
% & '( )& *+,-. / Satker Dewan
Kelautan Indonesia – Sekretariat Jenderal Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2008.
Hersutanto, Begi, /Badan Koordinasi Keamanan Laut,
Jakarta, 2009.
Mauna, Boer, % / 0 !
1 2 # /PT Alumni, Bandung, 2011.