• Tidak ada hasil yang ditemukan

49583664 Tabloid Manunggal Pemilihan Rektor Undip 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "49583664 Tabloid Manunggal Pemilihan Rektor Undip 2010"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Sajian Utama

Edisi I Tahun IX Mei 2010

Pemilihan Rektor

Undip 2010

Eksklusif

Hasil Polling Rektor Undip

Ketika Kuota SNMPTN Berkurang

(2)

Diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Manunggal Universitas Diponegoro Pelin-dung: Prof dr Susilo Wibowo MS MED SpAnd Penasehat: Prof Dr Ignatius Riwanto SpBD, Dr H Muhammad Nasir MSi Akt, Sukinta SH MHum, Dr Muhammad Nur DEA, Dr Adi Nugroho

Pemimpin Umum: Hendra Kusuma Wahyu H. Sekretaris Umum: Ratna Trianingsih Pe-mimpin Redaksi: Ridha Swasti Hapsari Pemimpin Litbang: Alan Prahutama Pemimpin Perusahaan: Arvinda Hanugraheningtyas Sekretaris Redaksi: Satya Sandida Redaktur Pelaksana: Nurul Huda Staf Redaksi: Astri Nur Afidah, Muhammad Alfi M, Nedia Guswina, Mar’atush Sholihah, Destya Dwi Pangestika, Al -laeilly Hardhiani. Redaktur Artistik dan Online: Siti Khatijah Staf Artistik dan Online: Furqon Abdi, Amalia Puspita Sari, Muhammad Reza Husain, Azam David Saifullah, Widya Prabandari, Ratih Putri Budiayanty. Manajer Iklan: Taufik Hidayat Staf Iklan: Hayattul Fitri, Rahman Adi

Nugroho, Taufik Budiawan. Manajer Rumah Tangga: Eka Mei Fajar Y Manajer Produksi dan Distribusi: Tidar Priyo Santoso Staf Produksi dan Distribusi: Widayanti Alamat Redaksi, Iklan dan Sirkulasi: Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Joglo Universitas Diponegoro Jl. Imam Bardjo, SH No.2 Semarang 50241 Telp: (024) 8446003 E mail persmanunggal@yahoo.com Website www.manunggal.undip.ac.id

Redaksi menerima tulisan berupa opini, esai, puisi, cerpen, surat pembaca, resensi buku dan akademika. Tulisan diketik rapi dengan spasi 2 maksimal 3 folio. Redaksi berhak melakukan penyuntingan naskah seperlunya.

Terdepan dan Terbaik

UNDIP sedang melakukan pembangunan besar-besaran. Namun, di antara pemba ngu-nan-pembangunan itu, ada salah satu ge-dung yang terhenti pembangunannya yakni

Gedung Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran (FK) dibiarkan begitu saja terbengkalai. Padahal gedung yang saat ini pembangunannya telah mencapai 3 lan-tai. Banyak hal menjadi pertanyaan, karena tidak semua orang mengetahui bagaimana pengelolaan keuangan untuk pembangunan gedung tersebut. Sedangkan kita mengeta-hui bahwa untuk masuk FK butuh biaya yang

mahal. Jadi, apakah pembangunan gedung FK yang baru akan terus tersendat?Dan apakah harus membayar lebih mahal lagi agar gedung itu dapat cepat ditempati? Se-bagai mahasiswa FK mengharapkan adanya transparansi dari pembangunan Gedung FK tersebut.

Lxxxx.com

SALAM REDAKSI

2

Dok. Manunggal

M

as

D

ipo

Salam hangat, pembaca Tab-loid Manunggal tercinta. Tak terasa, waktu terus bergulir. Ini pula yang terjadi pada gal. Pada edisi kali ini, Manung-gal telah memiliki nahkoda dan awak kepengurusan yang baru. Dengan harapan akan selalu memberikan yang terbaik untuk para pembaca yang budiman.

Kami menyadari, dalam setiap tirai organisasi terdapat berbagai hambatan, ujian dan tantangan, baik berakar dari masalah internal maupun internal. Hal demikian juga terjadi di Manunggal. Na-mun, dengan semangat baru, kami berusaha konsisten selalu hadir dengan kualitas pemberitaan

yang andal, cerdas dan berkualitas. Tabloid edisi ini cukup spesial. Mengapa? Karena kali ini men-gangkat edisi khusus Pemilihan Rektor Undip (Pilrek) periode 2010-2014. Calon tetap adalah Prof. Dr. dr Susilo Wibowo, MS. Med.Sp.And, Prof. Dr.Ir. Supri-haryono MS. PhD, Prof. Dr. Arief Hidayat, SH. MS serta, Prof. Sudharto PH. MES. PhD. Mereka akan berkompetisi untuk memperebutkan kursi pimpinan Undip. Namun, pemilihan rektor yang dilakukan oleh Senat Uni-versitas masih dilakukan pada 8 Juni 2010 mendatang. Oleh karena itu, untuk menjaring apr-esiasi dan aspirasi mahasiswa,

kami mengadakan polling rektor untuk mengetahui kriteria rektor yang diharapkan mahasiswa kini.

Selain itu, dalam liputan khusus kami menyikapi isu terkait kuota SNMPTN yang cende-rung menurun. Tentu, ini jelas akan mempengaruhi kualitas penjarin-gan mahasiswa. Oleh karena itu, perlu adanya kompetitas yang adil agar terpilih mahasiswa berkualitas. Dalam fokus, kami mengangkat keinginan Undip untuk memiliki Wimax sehingga memberikan pelayanan yang lebih baik pada mahasiswa. Semoga tabloid edisi ini merupakan tonggak awal bagi kami untuk selalu menjadi yang ter-depan dan yang terbaik. (Redaksi)

Senat akan memilih Rektor Undip

baru

Dipilih yang pailng baik ya…

****

Rektor minimal Lektor Kepala

Yang penting menjadikan Undip

lebih baik

****

Kuota SNMPTN menurun lagi?

Kayaknya hanya yang pintar yang

boleh kuliah

****

Pustakawan

Undip

menjadi

terbaik kedua nasional

Akhirnya, Undip bisa menunjukkan

taringnya. Kapan bisa nomor satu

ya..?

****

(3)

BERBAHAYA!

Jangan makan daging, telur, susu, dan ikan….?

Oleh: Bahrum Lubis *)

O P I N I

G A U N G

3

Pangan merupakan komoditas penting yang sering terlupakan. Misalkan anda me-lihat berita di media cetak ataupun elek-tronik. Sangat minim sekali tulisan yang membahas pangan. Namun akan banyak sekali anda temukan berita politik, per-ang, artis, kriminalitas ataupun olahraga. Berita yang sesungguhnya memang pent-ing meskipun seharusnya kalah pentpent-ing jika dibandingkan dengan pangan. Pangan adalah faktor yang berpengaruh langsung terhadap kesehatan anda dan

keberadaannya sangatlah penting bagi manusia. Tidak ada manusia yang dapat bertahan hidup tan-pa makan. Karena tan-pangan merupakan sumber energi bagi manusia untuk hidup dan beraktivitas, seperti kenda-raan bermotor yang membutuh-kan bahan bakar untuk bergerak. Meskipun manusia tidak ditakdir-kan hidup untuk maditakdir-kan, namun ma-nusia tetap harus makan untuk hidup.

Beberapa komoditas pangan bergizi baik yang sering ditemui antara lain susu, daging, telur dan ikan. Bahan pangan tersebut ten-tunya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat. Kandungan nutrisi di dalamnya sudah tidak

diragukan lagi bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi dengan benar. Dewasa ini, banyak sekali kita temui kasus keracunan makanan di masyarakat, meskipun jenis makanan yang mereka konsumsi adalah makanan yang menyehatkan. Masalah yang sering terjadi pada pangan bukan karena pangan tersebut yang bermasalah, tapi karena cara pengolahan ataupun peramuan yang kurang baik. Hal tersebut mungkin terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat ataupun in-dustri dalam bidang pangan khususnya pen-golahan pangan.

S e h i n g g a p a n g a n yang asal-nya baik pun dapat b e r u b a h menjadi ra-cun bagi tu-buh. Bagaimana agar bahan pangan tersebut tidak menjadi penyakit dalam tubuh? Jawabannya sungguh sederhana, kunci-nya adalah dengan pola makan yang baik.

Pernahkah perut anda sakit setelah anda makan susu dengan daging? Atau daging dengan ikan? Jika iya tahukah anda apa

pe-nyebabnya? Menurut sebuah studi, dikatakan bahwa setiap jenis makanan memiliki ion yang berbeda, yaitu ion positif dan ion negatif. Jika ion positif dan ion negatif tersebut ber-temu di dalam tubuh (saluran pencernaan), maka terjadilah reaksi biokimia yang dapat merusak usus. Seperti halnya daging ayam yang mengandung ion positif bertemu den-gan ikan yang memiliki ion negatif, maka pertemuan makanan itu di dalam tubuh akan mengakibatkan reaksi biokimia yang dapat menimbulkan kerusakan pada usus kita. Oleh karena itu, cobalah menghindari makan susu dengan daging, daging dengan ikan, ikan dengan susu, ayam dengan susu, ikan dengan telur, ikan dengan daun salad, susu dengan cuka dan buah bersama susu. Pola makan, itulah sejatinya kunci hidup sehat bagi

kita. Karena terkadang pola makan kita yang kurang baik akan berakibat buruk bagi diri kita sendiri. Mungkin efek dari pola makan kita yang sembarangan tidak akan terasa dalam waktu dekat, namun dalam jangka panjang hampir bisa dipastikan hal tersebut akan menjadi masalah besar. Apabila anda tidak percaya, cobalah! Belum terlambat bagi kita untuk merubah pola makan kita menjadi lebih baik untuk hidup yang lebih sehat.

*)Mahasiswa Program Studi Teknolo-gi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.

Belum lama bangsa ini memilih pe-mimpinnya secara langsung. Hawa politis pekat terasa seiring proses kampanye calon presiden. Media massa, jalan protokol, pohon-pohon penuh dihiasi wajah-wajah yang mengaku “satria piningit”, sang pe-mimpin yang terpilih. Kemudian disusul pemilihan pemimpin daerah di seluruh Indonesia, juga secara langsung. Ya, ini-lah bentuk manifestasi Indonesia sebagai negara demokratis.

Dengan berbagai moto, visi, dan misi para calon pemimpin menawarkan solusi jitu untuk setiap persoalan. Mari kita se-dikit menilik fenomena pemilihan calon anggota DPR-DPRD yang lalu. Demi mendapatkan jatah kursi, banyak calon melakukan “usaha” diluar kemampuan mereka. Akhirnya, mereka yang telah mati-matian berjuang dan tersingkir, tidak sedikit yang menghabiskan sisa waktu di rumah sakit jiwa.

Kurang dari satu minggu lagi, Uni-versitas Diponegoro (Undip) pun akan melaksanakan praktik demokratisasi ini. Undip akan memilih pemimpinnya

un-Dicari, Pemimpin yang Melayani dan

Ngawulo

tuk empat tahun kedepan. Sedikit berbeda dengan pemilihan pejabat pemerintah, pe-milihan rektor universitas memiliki aturan tersendiri. Aturan yang disusun o l e h Kementrian Pendidikan

Nasi-onal ini bermaksud mereduksi iklim politis, akibatnya pe-milihan rektor universitas jauh dari hingar-bingar kampanye politik.

Pemilihan yang cerdas menjadi kerangka berpikir pemilihan rektor univer-sitas. Calon tidak perlu bersusah payah mema-sang foto di Koran atau berpanas-panasan di-pasar sembari menyampaikan visi dan misi. Bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan hak suara hanya dimiliki Senat

Universitas yang memang telah mengenal para calon rektor. Mengingat kualitas yang diunggulkan, bukan popularitas.

Pada dasarnya, pemimpin adalah pelayan masyarakat, dengan kata lain pemimpin yang

baik adalah pemimpin yang dapat melayani dengan baik. Satu kebijakan pemimpin, akan dirasakan seluruh awak institusi,maka kebi-jakan yang diambil harus yang pro institusi. Taruhlah misalnya pada institusi universitas. Karena mahasiswa sebagai

stake-holder terbesarnya, maka kebijakan universitas

ha-rus mempertimbangkan kepentingan

maha-siswa.

Pe m i m p i n sudah harus bisa mematikan egonya, menjadi pribadi yang nglayani dan

ngawulo. Prioritas keputusannya adalah orang lain, bukan dir-inya. Sudah harus meng-ganti kata “saya” menjadi “kita” a t a u bahkan “mereka” dalam kamus hidupnya. Menjadi pribadi yang cerdas, ber-sinar dan be extraordinary adalah hal yang mudah. Cukup lakukan lebih, konsentrasi dan berdaya saing tinggi. Namun

menyinar-kan seluruh awak bumenyinar-kan perkara sepele. Memanaj agar seluruh gerigi universitas berputar dan berfungsi maksimal bukan hal mudah.

Lembaga pendidikan sebagai sang-gar olah pikir, mental, dan raga harus dipimpin sosok satrio pinilih. Menjaga kemurnian institusi universitas agar tetap pada khitahnya, mencerdaskan kehidu-pan bangsa. Bila saat ini telah muncul penyakit dunia penyiaran yang bernama politik ekonomi media. Sebuah bentuk monopoli media oleh segelintir kapitalis (pemilik modal) sehingga dapat menga-rahkan bentuk pemberitaan. Semoga ti-dak muncul politik ekonomi pendidikan, yang memungkinkan tujuan, aturan, visi dan misi pendidikan disetir oleh oknum pemodal.

Oleh: Hendra Kusuma

(4)

“S

etiap orang berhak mengem-bangkan diri melalui pemenu-han kebutupemenu-han dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan mem-peroleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan kesejahteraan umat manusia”. Demikianlah bunyi dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 C. Pasal tersebut menguatkan bahwa setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Oleh karena itu, tidak ada ba-tasan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.

Namun, pasal tersebut terlihat semu apa-bila kita meneropong realita yang terjadi pada perguruan tinggi sekarang ini, terutama per-guruan tinggi negeri. Perper-guruan tinggi negeri sebagai lembaga pendidikan yang berada di bawah kendali pemerintah, diharapkan juga memberikan peluang bagi mayarakat yang memiliki kendala ekonomi, tetapi harapan tersebut agaknya kini berubah. Salah satu cara melihat dilema tersebut adalah dalam proses penjaringan mahasiswa.

Bagi perguruan tinggi negeri (PTN) dalam menjaring mahasiswa barunya dilakukan den-gan berbagai jalur, baik yang dilakukan oleh PTN sendiri, seperti UM (ujian mandiri), SPMU, dan PSSB. Ataupun melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang diadakan secara serentak oleh Dikti. Sasarannya adalah mahasiswa cerdas yang berasal dari keluarga ekonomi lemah. Dengan demikian, mereka tidak perlu

Setiap tahun, seluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia melakukan penjaringan

mahasiswa baru dengan berbagai jenis jalur seleksi. Salah satunya, adalah melalui

jalur SNMPTN. Sasarannya adalah siswa yang memiliki potensi dan keunggulan,

tetapi mengalami keterbatasan dana. Dengan demikian, harapannya mereka yang

ter-kendala ekonomi akan memiliki peluang yang sama untuk menggapai pendidikan di

PTN. Namun, dalam realitanya, kuota mahasiswa jalur SNMPTN cnederung menurun.

Lalu, bagaimanakah kualitas penjaringan mahasiswa apabila hal tersebut akan terus

berjalan?

LIPUTAN KHUSUS

Ketika Kuota SNMPTN Berkurang

Ketika Kuota SNMPTN Berkurang

“Kuota SNMPTN jangan terlalu

kecil karena masih ada Perguruan

Tinggi (PT) yang masih kurang

in-tens”

membayar biaya sumbangan yang tinggi kepada universitas.

Namun, banyak PTN yang kini mengurangi kuota mahasiswa dari jalur SNMPTN. Jelas, ini juga akan berp enga-ruh pada kualitas penjaringan mahasiswa karena PTN akan lebih membuk ‘gerbang-nya’ kepada mahasiswa yang memberikan sumbangan daripada mahasiswa dari jalur SNMPTN yang notabene berasal dari keluarga ekonomi lemah. Karena sema-kin sedikit

m e n e r i m a mahasiswa dari jalur SNMP TN a t a u p u n PSSB maka PTN

sema-kin banyak menerima mahasiswa ’penyum-bang universitas’.

Mungkin, masyarakat mulai lega ke-tika UU BHP dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Namun, perlu juga menyikapi kebijakan PTN yang mengurangi kuota SNMPTN. Seperti yang diungkapkan Pembantu Rektor 1 Universitas Dipone-goro, Prof. Ignatius Riwanto yang menegas-kan bahwa memang dari Dikti tidak ada peraturan mengenai kuota masing-masing program seleksi ini (UM, PSSB maupun SNMPTN), kebijakan ditentukan oleh universitas yang bersangkutan.

Mungkin pepatah Jawa ”ono reg ono rupo”

benar adanya. Melihat kualitas pendidikan

dari PTN harus sesuai dengan biaya yang harus dibayarkan mahasiswa. Apalagi jika melihat berbagai PTN favorit, seperti UI maupun UGM yang telah menjadi BHMN sehingga mahasiswa harus membayar berb-agai dana pendidikan, misalnya mahasiswa harus membayar biaya SKS (sistem kredit se-mester). Masalahnya, masih ada tunas bangsa yang berkualitas namun terkendala dana. Sehingga ketakutan akan mampu meng-enyam pendidikan PTN favorit pun akan

m e n g h a n -tui mereka. Seharusnya, pemerintah dalam hal ini Dikti harus mempunyai rambu-ram-bu yang tegas agar tidak ada ’permainan’ dari PTN yang mengurangi kuota SNMPTN yang merupakan sarana dari pemerintah.

Kebijakan Beragam

Terkait kecenderungan penurunan kuota SNMPTN, Pembantu Rektor 1 Universitas Diponegoro, Prof. Ignatius Riwanto men-egaskan bahwa tidak ada pengurangan kuota calon mahasiswa melalui jalur SNMPTN 2010. Kuota untuk masing-masing program seleksi tetap sama dengan tahun lalu, yaitu 50-60 % untuk SNMPTN, 30-40% untuk UM dan PSSB sisanya sekitar 10-20%. “Semula memang kita berharap SNMPTN semakin sedikit, seperti UI dan UGM yang tidak

sampai 5%, tapi kita komit dengan teman-teman untuk tidak mengurangi SNMPTN setelah melihat kualitas mahasiswanya yang ternyata baik”, ungkap Riwanto. Dia menam-bahkan bahwa sebenarnya memang biaya sumbangan tinggi yang diberikan kepada PTN akan digunakan untuk pengembangan dan peningkatan pelayanan universitas.

Selain itu, Ketua UM Undip, Drs. Sutarno mengatakan bahwa untuk penetapan biaya sumbangan sendiri berasal dari masing-ing fakultas. Kemudian keputusan dari mas-ing-masing fakultas tersebut, dibawa ke rapat senat universitas. ”Kita tidak bisa menetap-kan sumbangan dengan seenaknya, karena uang sumbangan tersebut akan kembali ke kas negara. Apalagi setiap setengah tahun sekali ada pemeriksaan dari negara (Dikti) dan BPK. Sehingga dalam pemakaiannya pun tidak boleh sembarangan.” tambah Sunarto.

Senada dengan PR I Undip, Pemban-tu Rektor I Universitas Negeri Semarang (Unnes) Supriadi Rustad mengatakan, kuota penerimaan mahasiswa Unnes masih sama dengan tahun sebelumnya, yakni 30% untuk SNMPTN. Kebijakan ini dipilih berdasar-kan himbauan koordinator Rektor. “Kuota SNMPTN jangan terlalu kecil karena ma-sih ada Perguruan Tinggi (PT) yang mama-sih kurang intens,” jelasnya.

Rustad menambahkan, ini juga sebagai langkah pemerataan dan kebersamaan otonomi PT. Mengenai perbandingan kuali-tas, dosen Pendidikan Fisika ini menuturkan input kualitas SNMPTN dan UM tidak jauh berbeda. “Meskipun kualitas soal SNMPTN jauh lebih sulit dan memiliki standar lebih tinggi, persaingan pada UM tetap lebih ketat karena pendaftar lebih banyak,” ujarnya.

Dari berbagai pendapat di atas, mengi-syaratkan bahwa penetapan kuota penjarin-gan mahasiswa dari berbagai jalur merupakan kebijakan dari masing-masing PTN. Oleh karena itu, keliru apabila hanya menyalahkan universitas karena di sisi yang lain, dengan adanya pengurangan kuota SNMPTN akan lebih meningkatkan kompetitas seleksi untuk masuk ke PTN sehingga mahasiswa yang lolos nantinya merupakan mahasiswa yang benar-benar memiliki kualitas terbaik.

Penggabungan UN dan SNMPTN

Hal lain terkait SNMPTN adalah wa-cana penggabungan UN dengan SNMPTN. Pengamat pendidikan sekaligus Rektor IKIP PGRI Semarang, Muhdi, M.Pd mengatakan bahwa melihat kondisi pendidikan di In-donesia yang masih belum merata dari segi kualitas infrasruktur maupun fasilitas penunjang, sebaiknnya wacana tersebut disi-kapi dengan arif terlebih dahulu sebelum direalisasikan.

Sesuai salah satu tujuan bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke em-pat, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan terjangkau dan berkualitas yang adil dan merata merupakan syarat mutlak yang harus menjadi fokus pemerintah untuk menciptakan tunas bangsa berkualitas, yang dapat meneruskan estafet pembangunan bangsa ke depan. Dengan demikian, semua masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi individu yang cerdas, andal dan terbaik. (Ridha, Huda, Nedya)

Calon mahasiswa tengah melihat hasil pengumuman Ujian Mandiri (UM) I. Di beberapa Perguruan Tinggi Negeri kuota untuk UM lebih besar daripada kuota SNMPTN.

(5)

K

ebutuhan akan teknologi

digital, salah satunya internet, banyak dibutuhkan masyara-kat. Perkembangan teknologi informasi sangat pesat pada saat ini, kemudahan akses internet dan jelajah dunia maya di barbagai tempat. Berbagai fasilitas penunjang tentunya dibutuhkan un-tuk memudahkannya seperti adanya tempat ber hot spot, Laptop dengan teknologi wireless fidelity (wifi), dan modem. Lokasi-lokasi yang menawarkan layanan internet tanpa kabel yang dapat di akses dengan komputer atau

laptop ber-wifi atau yang dinikmati pada

hot spot area.

Kebutuhan masyarakat akan fasilitas in-ternet dengan tujuan berinvestasi atau untuk tujuan edukasi, tapi tidak banyak orang yang tahu, cara kerja, alat bahkan system yang di gunakan di perangkat hot spot tersebut.

Wimaxmerupakan alternatif dari akses

cable untuk pngiriman layanan data Broad-band Wireless Acces (BWA) dengan meng-gunakan teknologi berstandar dasar IEEE 802.16. Teknologi ini merupakan suatu upaya untuk menjawab kebutuhan akan data rate

yang besar, daya jangkau yang luas, serta kompatibilitas antar komponen di dalam jaringan.

Pengamat dan praktisi multimedia Ono W.Purbo pada seminar nasional dengan judul WIMAX, Solusi Komunikasi Cepat den-gan Jarinden-gan Nirkabel di Gedung Dharma Wanita, Sermarang mengatakan, “Wimax merupakan adalah sejumlah tanda sertifikasi untuk produk-produk yang lulus tes cocok dan sesuai dengan standar IEEE 802.16. WiMAX merupakan teknologi nirkabel yang menyediakan hubungan jalur lebar dalam jarak jauh.WiMAX merupakan teknologi broadband yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dan jangkauan yang luas, den-gan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps).”

Awalnya wifi menjadi sebuah solusi jitu untuk membuat jaringan internet nirkabel. Berbekal kecepatan data yang tidak terlalu buruk, Wi-Fi berhasil menjadi yang nomor satu di Indonesia. Namun posisi Wi-Fi akan sedikit tergeser dengan hadirnya sebuah rev-olusi baru di dunia IT, WiMax. Berbagai perubahan dan kelebihan-kelebihan menarik ditawarkan di sini.

“Perbedaan antara WiMAX dengan WiFi adalah standar teknis yang bergabung didalamnya. Jika WiFi menggabungkan standar IEEE 802.11 dengan ETSI (Euro-pean Telecommunication Standards Intitute ) HiperLAN sebagai standar teknis yang cocok untuk keperluan WLAN, sedangkan

MENARA

Bassed Transmitter Station (BTS) Undip yang berada di

Tembal-ang. Demi meningkatkan pelayanan internet, Undip akan gunakan Wimax.

Ryo/Manunggal

Akses Cepat dengan

WiMAX merupakan penggabungan antara IEEE 802.16 dengan standar ETSI Hip-erMAN Standar keluaran IEEE banyak digunakan secara luas di daerah asalnya Amerika, sedangkan standar keluaran ETSI meluas penggunaannya di daerah Eropa dan sekitarnya,” jelasnnya.

Teknologi ini telah terpasang di Undip sejak November 2008. Barbagai perangkat pendukung yang koneksi ini terpusat di gedunng perpustakaan Undip untuk ke-mudian diteruskan ke fakultas-fakultas. Muhamad Nur DEA, Pembantu Rektor IV (PR IV) Undip mengatakan, “Adapun

perangkat yang telah terpasang tersebut berupa Micromax BSR (Base Station Radio) sering disebut pemancar, CPE Outdoor atau

ProST sering disebut antena penerima, CPE

Indoor atau Easy ST sering disebut antenna penerima di ruangan dan dipancarkan oleh

wifi extension freq 2,4.”

“Terdapat tiga pemancar utama di lantai lima perpustakaan pusat Undip, Gedung Widya Puraya, kemudian di terima pada antena penerima di setiap fakultas. Dari penerima ini di pancarakan lagi menjadi

wifi biasa. Untuk saat ini penerima sinyal

wimax baru dapat diterima komputer atau perangkat laptop yang sudah terpasang card wimax. Perlu ada card wimax secara khu-sus,” jelasnya.

Pemanfaatan wimax sendiri belum bisa digunakan untuk akses internet secara ter-buka. Walaupun di setiap fakultas sudah dapat antena penerima sinyal wimax tetapi ada beberapa fakultas yang masih belum dapat fasilitas perangkat pengunaan wimax

ini. Hal ini disebabkan perlu adanya ijin frekuensi dari Menkominfo melalui Dep-kominfo untuk membuka akses internet ini. “Bisa saja kita gunakan secara open acces, tapi itu akan melanggar. Seumpama dibuka frekuensi yang kita gunakan ilegal. Penggunaan WiMAX saat ini ketika ada acara di Undip, seperti di Gedung Prof. Sudarto. Itupun untuk uji coba. Perijinan dari pemerintah ini diberikan dan haris mambayar untuk frekuensi yang digunaka. Frekuansi yang digunakan oleh undip pada frekuensi 3,44 Ghz, sedangkan pemerintah menggunakan frekuensi 2,4 Ghz,” Ungkap Dosen Fakultas MIPA tersebut.

Nur menambahkan, dalam pendanaan teknologi Informasi ini pengembangan teknologi informasi (IT) memerlukan dana yang dikeluarkan antara Rp 5,7 miliar sampai Rp 9,6 miliar dari APBN, Islamic Develop-ment Bank dan program Diknas PHK K-1 dialokasikan untuk infrastruktur mulai dari penyediaan server, storage system, kabel op-tic, wimax, langganan bandwith tinggi serta kebutuhan lainnya guna menjadi cyber uni-versity. “Sekarang semua fakultas di kampus Undip Tembalang dengan fakultas-fakultas kampus Undip di Pleburan sudah terkoneksi dengan baik. Wimax sendiri membutuhkan dana sebesar Rp 700 juta,” jelasnya.

Mahasiswa belum merasakan

Sosialisasi wimax kepada sivitas aka-demia Undip di nilai masih kurang. Ke-banyakan mahasiswa Undip belum tahu dan mengerti tentang adannya dan kegunaan fasilitas ini. Fakultas Teknik (FT) Jurusan Teknik Elektro, Bagus Priyadi mengatakan, ”Banyaknya minat mahasiswa untuk me-manfaatkan hotspot area di kampus membuat proses koneksi data menjadi “semrawut”.

Hanya beberapa jurusan saja yang memang memiliki area hotspot yang kuat dan bagus. Berbeda lagi dengan keadaan hotspot di tingkat universitas, sebut saja di gedung Widya Puraya. Karena terlalu banyaknya pe-makai internet yang memanfaatkan hotspot area di tempat itu, maka koneksi internet-pun tidak jelas arahnya. Banyak mahasiswa yang mengeluh mengenai koneksi internet di Widya Puraya, dari sekian provider hotspot yang tersedia di WP (Widya Puraya-red.), tak ada satupun yang tersambung.”

Teknologi memang semakin berkem-bang. Oleh karena itu, Undip sebagai salah satu motor universitas nasional selalu men-gadopsi perkembangan tersebut untuk me-ningkatkan pelayanan kepada mahasiswa.

(Alfi)

Dunia teknologi kembali membuat gebrakan baru. Setelah

beberapa kurun waktu jaringan internet terus mendapat

kri-tikan akibat lamanya proses koneksi, sekarang hal itu tidak

akan terdengar lagi.

Worldwide Interoperability for Microwave

Access

(Wimax) hadir dengan kemampuan yang memesona.

Undip bahkan telah menggunakan Wimax sebagai salah satu

teknologi akses data internet generasi keempat untuk akses

internet tanpa kabel atau alternatif akses kabel.

F O K U S

(6)

S

ri dan kawan-kawannya telah berhasil membuktikan bahwa Metode Cooking Terapi atau terapi memasak dapat menin-gkatkan konsentrasi pada anak dengan ADHD. ADHD (Attention Deficit Hy-peractivity Disorder) adalah anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif serta sulit memusatkan perhatian dengan tingkat yang lebih berat, jika dibanding-kan dengan anak-anak lain seusianya. Kondisi ini tentunya akan mengganggu prestasi belajar anak dan secara keseluruhan akan membuat penurunan kualitas hidup anak dengan ADHD di kemudian hari (Wiguna, 2007). Lalu sebenarnya apakah

Cooking Terapi itu? Bagaimana metode ini dapat meningkatkan daya konsentrasi anak dengan ADHD?

Cooking therapy adalah aktivitas memasak yang memadukan keterampilan fisik, kog-nitif, sosial, dan intrapersonal, yang meru-pakan terapi perilaku dengan inovasi baru bagi anak ADHD.

Dwidjo (2006) menyatakan prevalensi umum ADHD dunia adalah 5-8%. Di Indo-nesia belum ada angka resmi, tetapi penelitian Dwidjo tahun 2001-2004 pada 4.013 anak di 10 SD di Jakarta menunjukkan 25,2% siswa mem-perlihatkan indikasi ADHD (Kompas, 2007).

Jumlah anak ADHD semakin meningkat. Sekarang ini prevalensi anak ADHD di Indonesia meningkat menjadi sekitar 5%. Dengan kata lain, 1 dari 20 anak adalah pen-derita ADHD. Anak dengan ADHD dapat dihindarkan dari dampak yang lebih berat di masa mendatang dengan menerapkan penanganan yang tepat (Daniel, 2006).

Beberapa penelitian terakhir membuk-tikan bahwa cara terbaik untuk menangani anak ADHD adalah dengan mengkombi-nasikan beberapa pendekatan dan metode penanganan, yaitu dengan mengkombina-sikan terapi medikasi dan terapi perilaku. Metode perubahan perilaku bertujuan untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial anak.

Salah satu jenis terapi perilaku adalah tera-pi memasak (cooking therapy). Memasak dapat mendayagunakan kemampuan individu se-cara komprehensif, meliputi kemampuan

Terapi Memasak, Tingkatkan Konsentrasi Anak

fisik (yaitu berhubungan dengan perasaan dan motor keterampilan), kognitif (seperti memori dan perhatian), sosial (yaitu sikap dan maksud yang simbolis dari aktivitas), serta intrapersonal (menghargai

diri sendiri, kepercay-aan diri, dan

k e

-mampuan

membangun hubun-gan) serta kemampuan in-trapersonal (Nuryanti, 2007).

Semua aspek tersebut sebagai pertim-bangan dalam melakukan suatu terapi. Dan

Cooking Therapy telah mencakup keselu-ruhan aspek ini. Hal inilah yang men-dorong Sri dan kawan-kawannya untuk melakukan experiment berkaitan dengan

Cooking Therapy jika terapi ini diterapkan pada anak dengan ADHD. Keefektifannya terapi ini perlu diteliti dalam meningkatkan konsentrasi anak dengan ADHD.

Penelitian ini berfokus pada efektififitas

Cooking Therapy dalam meningkatkan kon-sentrasi anak ADHD. Tujuan penelitian adalah mengetahui keefektifan Cooking Therapy dalam meningkatkan konsentrasi anak dengan ADHD. Kegunaan penili-tian ini bagi orang tua adalah memberikan gambaran mengenai penerapan Cooking Therapy sebagai terapi perilaku yang ber-manfaat bagi peningkatan konsentrasi dan perkembangan anak ADHD dalam aspek kognitif, motorik, dan intrapersonal. Se-dangkan bagi guru , penelitian ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai

strategi penerapan Cooking Therapy dalam proses akademik. Target output cooking therapy adalah terbentuknya satu paket terapi efektif bagi peningkatan konsentrasi

anak ADHD.

Metode yang digunakan a d a l a h

pen- eli-t i a n kuantitatif dengan jenis penelitian quasi expe-riment tanpa kelompok kontrol. Variabel penelitian ini adalah perlakuan berupa coo-king therapy sebagai variabel independen dan lama konsentrasi sampel sebagai variabel dependen. Lama konsentrassi hitung dalam satuan waktu (detik). Sampel berjumlah 30 anak ADHD yang ada di SLB (Sekolah Luar Biasa).

Tahap Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB (Se-kolah Luar Biasa) Negeri Semarang, Jalan Elang Raya No. 2 Mangun Harjo Tembalang. Adapun terapi dilaksanakan dalam tiga siklus yang berada pada rentang tanggal 5 Maret 2009 sampai dengan 15 Juni 2009.

Hasil Penilitian

Uji statistik dengan uji berbeda menunjukkan bahwa cooking therapy sangat efektif dalam meningkatkan tingkat konsen-trasi anak dengan ADHD. Hal ini tampak dari hasil uji beda yang menyatakan bahwa hasil uji normalitas (Npar Tests) menunjuk-kan distribusi normal. Nilai Asymp. Sig.

(2-PENELITIAN

tailed) pre tes = 0, 113 > 0,05 dan post tes = 0,561>0,05 maka data terdistribusi normal. Dengan demikian, uji hipotesis yang dipakai dalam hal ini adalah paired test. Hasil penghitungan paired sampel tes, t tabel dengan df 19 = 2,0930, sedangkan t hitung = -5,107 > t tabel maka hipotesis diterima artinya ada perbedaan nilai post tes dengan pre tes. Selama proses penelitian, dapat ditarik kesimpulan Cooking Therapy

bersifat efektif dalam meningkatkan kon-sentrasi anak dengan ADHD.

Dalam proses penelitian, peneliti mengambil sampel anak ADHD usia sekolah dengan rentang usia 6-12 tahun. Ketersediaan sampel diperoleh dari SLBN Semarang dengan jumlah sampel 30 siswa hiperaktif dengan rentang usia sampel 6-12 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan mengalami proses percepatan pada 10-12 tahun. Pada usia seko-lah ini, secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi dan memperkuat kekuatan motoriknya (Marwani, 2006).

Selama proses Cooking Therapy, Sri dan kawan-kawannya menyesuaikan jenis bahan dan peralatan memasak dengan beberapa pertimbangan kesehatan, keamanan, dan ke-selamatan anak hiperaktif. Penelitian tentang

Cooking Therapy yang dilakukan merupakan penelitian pertama yang berfokus untuk me-ningkatkan konsentrasi anak ADHD. Dalam penelitian Cooking Therapy penggunaan ba-han makanan yang dipakai telah disesuaikan dengan jenis makanan yang dapat dikon-sumsi oleh anak hiperaktif. Jenis makanan yang dipilih dalam Cooking Therapy adalah serabi beras merah. Adapun alasan bahan tersebut karena peralatan yang digunakan da-lam penelitian ini sangat mempertimbangan kesehatan, keamanan, dan keselamatan anak hiperaktif.

Bagaimana pembaca? Ternyata memasak sambil melakukan terapi bisa juga seperti menyelam minum air. Kegiatan sehari-hari yang sangat mudah kita lakukan ternyata dapat bermanfaat bagi perkembangan men-tal anak-anak. Tak ada salahnya mencoca bukan?

(Mar’atush, Azzam).

Pertama

, 30 sampel dibagi dalam

3 kelompok, masing-masing

kelom-pok diberikan perlakuan yang sama

pada waktu yang berbeda. Perlakuan

ini adalah

Pre test, tiga kali perlakuan terapi,

dan post tes.

Pre test dan post tes

berisi proses

yang sama yaitu menonton film kartun

anak berbasis pendidikan untuk saling

menyayangi.

Perlakuan

berupa

cooking therapy

yaitu terapi memasak serabi beras

merah.Konsentrasi anak dihitung dari

lamanya anak dapat memfokuskan

per-hatian pada film.

Siapa bilang memasak hanya sekedar hobi. Berawal dari Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP), empat orang

mahasiswa Ilmu Keperawatan Undip, yakni Sri Hindriyastuti, Siwi Sri Widowati, Endah Astuti dan Pindri mengembangkan

Cooking Theraphy

. Proposal yang mereka susun akhirnya disetujui Dikti untuk diwujudkan dalam bentuk penelitian.

(7)

WAWANCARA KHUSUS

UN Masih Dinilai Memberatkan

K

ondisi pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Salah satunya pelaksanaan Ujian Na-sional (UN) yang menyisakan beragam kontroversi. UN yang diterapkan pemerintah sebagai syarat kelulusan ternyata belum mampu menghasilkan kualitas sum-ber daya yang optimal. Tidak sedikit siswa yang sebenarnya berprestasi malah tidak lulus. Bahkan, ada yang nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Bukannya menata ulang pelaksanaan UN, Kementerian Pendidikan Nasional justru berniat menggunakan hasil UN se-bagai syarat mutlak masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Seleksi universitas, seperti Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau Ujian Mandiri (UM) akan ditiadakan.

Berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan ini menarik Rektor IKIP PGRI Semarang Muhdi SH Mhum unjuk bicara. Simak petikan wawancara reporter Manung-gal, Muhamad Alfi, dengan pengamat pen-didikan ini.

Hasil UN dijadikan patokan kelulusan siswa. Bagaimana menurut Anda?

Memang salah satu tujuan UN adalah sebagai alat penerimaan pada jenjang yang lebih tinggi. Permasalahan yang terjadi, ka-lau hal itu dipakai sebagai sebuah standar atau ukuran. Lalu muncul suatu pertanyaan, apakah UN atau UASBN sudah benar-benar memenuhi berbagai unsur kualitasnya?

Menurut saya, saat ini UN maupun UASBN belum seperti yang kita harapkan, sebagai sarana menentukan kualifikasi se-seorang pada jenjang yang lebih tinggi di semua daerah. Mengapa demikian? Saya ma-sih melihat ada beberapa hal. Untuk melak-sanakan UN saja sebenarnya pemerintah harus memenuhi standar minimal terlebih dahulu, sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No 19. Penyelenggaraan pendidikan harus memenuhi standar minimal, mulai dari guru atau Sumber Daya Manusia (SDM), sarana prasarana, perpustakaan, laboratorium dan lain sebagainya. Menurut hemat saya, UN bisa diselenggarakan setelah pemerintah me-menuhi atau menstandarisasi SDM, sarana prasarana dan aksesnya terlebih dahulu.

Melihat kenyataannya, dari dulu UN sudah digunakan sebagai patokan kelulu-san siswa. Sebaiknya bagaimana?

Sekarang saja standarisasi sekolah masih seperti itu. UN masih patut kita perdebat-kan, apalagi bila dijadikan dasar penerimaan perguruan tinggi. Ini harus diluruskan ter-lebih dahulu. Menurut saya, mari kita mulai dengan tenang, penuhi standar sekolah dulu, sesuai yang terdapat pada PP No 19. Kita lihat pendidikan di Indonesia sekarang, gu-runya saja masih jauh dari standar minimal pendidikan harus sarjana. Sekitar 50% (1,6 juta) guru masih belum sarjana.

Di Jawa Tengah misalnya saja, masih banyak siswa diajar guru yg tidak sesuai, seperti matematika diajar oleh guru bukan berasal dari matematika. Ini membuat ke-adilan menjadi tidak ada. Maka pemerin-tah harus bertindak, caranya semua seko-lah diberikan fasilitas, guru sesuai standar, dan kesejahteraan guru yg baik. Sekarang,

pemerintah harus memanfaatkan UN. Bu-kan sekadar penentuan kelulusan tetapi juga pemetaan untuk melihat sekolah yang belum berhasil.

Jadi, wacana penggabungan UN dengan SNMPTN belum dapat diterapkan?

Bisa, apabila hasil UN dapat dipetang-gungjawabkan. Hasil ujian obyektif. Ke-curangan dan pelanggaran juga dapat di-minimalisir. Kalau masih ada kecurangan seperti bocornya soal ujian, penyontekan karena pengawasan yang kurang, maka akan ada dua kerugian, yakni keadilan, karena banyak siswa lulus dengan cara instan. Se-lain itu perguruan tinggi juga mendapatkan output yang kurang berkualitas. Oleh karena itu, penggabungan bisa dilakukan jika pe-nyelenggaraan UN bisa menjadi cerminan bagi kualitas lulusan UN.

Menurut Anda, apakah pelaksanaan SNMPTN sudah maksimal?

Setiap fakultas sebenarnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Kalau melalui UM saja, kadang belum tentu me-menuhi standar program studinya. Misalnya, di fakultas kami, selain tes akademik, ada tes kepribadian. Dulu seleksi PTN sangat dihargai. Namun, sekarang masyarakat mem-punyai banyak kekhawatiran seleksi tersebut tidak memperhatikan kualitas siswa. Saya yakin tidak ada PTN seperti itu. Undip pun tidak. Artinya, meskipun ada beberapa jalur tapi masing-masing fakultas mempunyai

passing grade, jadi baru uangnya dilihat.

Tanggapan Anda tentang penjaringan mahasiswa melalui lembaga swadana?

Orang yang masuk lewat UM belum tentu berkualitas lebih jelek daripada SNMPTN. Kalau perguruan tinggi mempunyai stan-dar kualitas nilai, baru melihat uangnya, maka inputnya belum tentu lebih jelek dari SNMPTN. Akan tetapi, apabila dilihat hanya dananya baru itu jelek. Saya yakin tidak ada perguruan tinggi yang hanya melihat itu.

Mungkin persoalannya, masyarakat merasa seolah-olah perguruan tinggi menjadi komersil. Perguruan tinggi hanya menerima yang punya uang. Padahal sebenarnya tidak. Apalagi kalau melihat Undip termasuk uni-versitas yang murah. Paling per semester hanya 1 juta-an.

Jadi, sebenarnya perbedaannya hanya terletak pada model-modelnya. Adanya penyelenggaraan seleksi mahasiswa melalui lembaga swadana seperti UM perlu dilihat, apakah sumbangan menjadi pertimbangan di depan atau di belakang.

Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia dengan diterapkannya seko-lah gratis?

Mengukur kualitas tidak mudah. Me-mang diakui ketahanan, disiplin, penghar-gaan etika dan moralitas anak-anak kita telah menurun. Saya melihat, model evaluasi yang diterapkan pemerintah dengan kebijakan UN, justru membawa anak-anak kelas tiga mengabaikan pelajaran lain, bahkan men-gambil jam pelajarannya untuk menambah mata pelajaran UN. Sehingga kualitas anak-anak muda seperti hanya diukur dari mata pelajaran UN semata. Ini sangat

mengkha-watirkan. Pendidikan tanpa pembentukan karakter akan berpengaruh ke depan.

Apakah sekolah gratis sudah tepat sasaran?

Menurut saya ini kebijakan ini sangat politis. Pemerintah seharusnya mempunyai kemampuan yang cukup untuk mendanai pendidikan. Bukan dengan kebijakan seko-lah gratis, tetapi sekoseko-lah berkualitas yang terjangkau bagi anak-anak miskin. Caranya, sekolah harus difasilitasi secara cukup dulu, dari dana pemerintah serta sharing bersama orang tua yang mampu. Jangan dibalik seperti ini, semua orang gratis. Kalau begini, sekolah banyak yang dijalankan apa adanya karena kemmpuannya terbatas. Apabila pemerintah sudah mampu mencukupi semua standar sesuai PP nomor 19, mau gratis pun tidak apa-apa.

Sekarang kita lihat, SMP bertitel Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) boleh menarik SPP karena awalnya sudah didanai pemerintah lebih banyak. Setelah hasilnya baik, kemudian pihak sekolah me-narik SPP lebih banyak. Namun, yang non RSBI masih ada juga anak yang orang tuanya mampu malah tidak ditarik SPP.

Bagaimana Anda menilai kinerja pemerintah dalam dunia pendidikan?

Kementrian Pendidikan Nasional (Ke-mendiknas) saya kira perlu kita cermati. Kita mengapresiasi kebijakan pemerintah, misal-nya beasiswa bidik misi yang memberikan biaya penuh kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu untuk masuk ke PTN hingga lulus. Menurut saya, yang penting adalah tepat sasaran.

Kemudian, keputusan Mahkamah Agung meningkatkan akses sekolah pada jaringan internet, saya kira belum tentu akan tercapai. Kalau bisa kembangkan pemberian subsidi kepada seluruh sekolah, kalau perlu sampai ke PTN agar mendapatkan akses internet mudah. Guru juga harus dipersiapkan untuk dapat menggunakannya pula.

Hal lain, mestinya UN menjadi kesem-patan untuk pemetaan dan peninjauan. Saya sering mengemukakan di berbagai forum, bagaimana bila UN dibentuk seperti UASBN saja, karena UASBN sama-sama evaluasi yang bersifat nasional. Yang membedakan, kondisi sekolah yang belum sama membuat standar kelulusan harus berbeda. (Alfi, Huda)

UN Masih Dinilai Memberatkan

Muhdi, SH. M.Hum

Tempat, tanggal lahir

: Kebumen, 27 Januari 1962

Alamat

: Jalan Tirto Mukti VIII/1 Semarang

Istri

: Dra. Siti Mutmainah

Pendidikan:

1. SD Suritrunan

2. SMP 2 Kebumen

3. SMA Muhammadiyah Kebumen

4. Fakultas Hukum Universitas Jendral Soedirman Purwokerto

5. Program Master Ilmu Hukum Universitas Diponegoro

Semarang

6. Sedang Menyelesaikan Program Doktor Manajemen Pendidikan

Universitas Negeri Semarang

Organisasi

:

1. Sekbid Kaderisasi PGRI Cabang Khusus IKIP PGRI Semarang

2. Sekbid Advokasi dan Perlindungan Hukum PGRI Jateng

3. Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah

(8)

Make A Resolution and Action

D

alam dinamika kehidupan, manusia pasti akan bertemu dengan ujian, tantangan, rinta-ngan, ataupun kesuksesan. Dari dinamika tersebut, manusia memperoleh kebaha-giaan ataupun kesedihan. Namun, dengan memperoleh kebahagiaan dan kesedihan, manusia akan belajar untuk memperoleh kesuksesan sesuai angan-anan yang me-reka impikan.

“Manusia adalah makhluk sosial” inilah ungkapan yang sering kita dengar dari ilmuwan sosiologi ternama. Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa dalam kehidupan, manusia akan membutuhkan orang lain, baik orang lain sebagai orang tua, saudara, sahabat, dan lainnya. Salah satu peranan lain yang menghubungkan manusia adalah permusuhan. Permusuhan bisa terjadi karena silang pendapat, perbe-daan egoisme, dan lainnya. Nah, apakah manusia harus menghindari konflik atau bermusuhan dengan orang lain?

Musuh sebagai orang yang berlawanan dengan kita, bukan harus dihindari, tetapi dengan bermusuhan berarti kita akan be-lajar mengerti orang lain dan berusaha untuk menerima berbagai keberagaman-nya. Jika ada orang yang memusuhi kita, bukan berarti kita jahat kepada orang lain. Karena yang terjadi adalah persepsi yang belum menyatu antara kita dengan orang lain.Oleh karena itu, janganlah menjadi-kan musush sebagai lawan tetapi teman yang akan membawa kita untuk belajar lebih memahami orang lain.

Dalam perspektif ilmu manajemen konflik, konflik atau permusuhan dapat diselesaikan dengan tiga metode, yakni: kalah-kalah, kalah-menang, atau menang-menang. Dari ketiga metode di atas, jelas metode ketigalah yang paling baik karena masing-masing pihak dipertemukan un-tuk diperoleh solusi terbaik yang menga-komodasi kepentingan emua pihak yang berkonflik.

Dari uraian ini, saya ingin mengajak pembaca untuk memahami bahwa apabila kita dimusuhi oleh orang lain, janganlah menghindar tetapi berusaha menyele-saikannya dengan solusi yang akomodatif. Saya teringat dengan perkataan Bambang Harimurty (Wakil Ketua Dewan Pers), “Dalam hidup, musuh pasti ada, tetapi yang baik adalah jadilah musuh bagi orang-orang jahat.” Menurutnya, musuh pasti ada dalam hidup kita, namun yang paling baik adalah memusuhi orang-orang jahat. Karena semakin banyak kita memusuhi orang-orang jahat maka semakin banyak orang baik yang menjadi teman kita.

Oleh karena itu, marilah kita ber-cermin pada diri kita,seberapa banyak orang yang kita sakiti karena sifat buruk kita. Setelah itu, jangan hanya menyesali perbuatan kita. Namun, bersemangatlah untuk memperbaiki diri dan mencoba memberikan yang terbaik untuk orang lain. Apabila kita telah berbuat kebenaran tetapi masih ada orang yang memebenci kita maka dia adalah orang jahat. Jangan takut! Karena dengan begitu, pasti banyak orang baik yang menjadi teman kita.

Jadilah Si Baik,

Musuhi yang Jahat!

*) Redaktur Pelaksana Tabloid Manunggal 2010

O P I N I

Oleh: Priyadi Nugraha P *)

S

etiap orang biasanya berangan-angan tentang mimpi, harapan dan cita-cita setiap memasuki tahun baru. Kare-na tahun baru adalah momentum penting untuk membuat suatu perubahan sehingga setiap tahun baru adalah tongak awal untuk menata hidup menjadi lebih baik. Namun, apakah setiap motivasi menta hidup menjadi lebih baik tersebut dapat berjalan dengan baik? Pastilah banyak hambatan yang akan menerpanya. Oleh karena itu, perlu adanya mekanisme evaluaqsi diri yang baik untuk mendapatkan perubahan yang maksimal dalam diri kita.

Chesterton, novelis Inggris mengatakan bahwa poin penting dari tahun baru bukanlah kita akan menghadapi tahun baru, tetapi kita menghadapi tahun baru dengan jiwa yang baru. Oleh karena itu, sebenarnya pergantian tahun dapat dimaknai sebagai momentum untuk mengevaluasi diri. Kekurangan dan kendal sepanjang tahun lalu dapat diam-bil sebagai sebuah titik pembelajaran yang berharga. Segala yang bernilai positif harus dipertahankan dan ditingkatkan sedangkan yang kurang memuaskan harus ditemukan akar masalahnya untuk diperbaiki di tahun mendatang. Yang jelas, walaupun banyak catatan keberhasilan yang patut kita syu-kuri, tetap masih ada kelemahan-kelemahan tertentu yang belum perlu dievaluasi.

Keyakinan tinggi dan kerja keras

Motivator Indonesia ternama Mario Teguh pernah berkata, ” Kita menilai diri kita dari apa yang kita pikir kita bisa lakukan, padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan. Untuk itu apabila anda berpikir bisa, segeralah lakukan. Terkadang, kita membuat penilaian-penilaian tentang diri sendiri dari pikiran-pikiran yang dapat kita lakukan. Pikiran-pikiran itu pada ke-nyataannya seringkali jauh dari pembuktian”. Dari petuah di atas, dapat digaris bawahi bahwa manusia biasanya hanya memperki-rakan apa-apa saja dapat diperbuat. Padahal, sebenarnya belum tentu manusia itu mampu merealisasikannya. Inilah sebuah refleksi dari hasrat manusia yang memiliki hasrat keingi-nan yang lebih besar dari kemampuannya.

Mahasiswa adalah tunas muda yang menjadi harapan bangsa ke depan. Oleh karena itu, Masyarakat berharap mahasiswa dapat memberikan kontribusi atau alterna-tif solusi beragam masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Harapan inilah yang perlu diimplementasikan, karena sebagian masyarakat sekarang ini lebih banyak menilai

mahasiswa sebagai aktor tawuran atau tin-dakan anarkis lainnya yang dilatarbelakangi ketidaksetujuan terhadap kebijakan pemer-intah.

Keberhasilan, Kegagalan dan Pe-rubahan

Apakah setiap harapan kita tahun lalu dapat terealisasi secara maksimal? Jika tidak, apa hambatan yang menghalangi realisasi semua keinginan kita itu? Apa yang harus dilakukan sebagai bentuk evaluasi terhadap kegagalan yang kita alami?

Semua pertanyaan di atas perlu ditujukan pada diri sendiri agar dapat diketahui proses pembelajaran kehidupan kita secara men-dalam sehingga diperoleh akar keberhasilan maupun kegagalan yang dihadapi. Kuncinya adalah keberhasilan dapat dicapai apabila dapat terhimpun berbagai faktor keberhasilan dan kemenangan dalam diri kita.

Kata kunci yang lain adalah perubahan. Dalam filsafat, semua hal tidaklah abadi, ke-cuali perubahan itu sendiri. Subyek pelaku perubahan adalah diri sendiri bukan orang lain. Perubahan adalah hal mutlak yang perlu diantisipasi. Perubahan pula yang perlu diren-canakan. Itulah arti dari sebuah komitmen. Tanpa komitmen kesalahan masa lalu akan terulang dan tidak akanterjadi perubahan yang signifikan.

Namun, untuk mahasiswa yang menjadi catatan penting adalah apakah cita-cita dan setiap harapan telah melalui evaluasi yang matang. Apakah diri sendiri hanya menjadi variabel sukses atau variabel penyebab kega-galan dari segala apa yang telah dicanangkan. Apabila diri sendiri merupakan faktor sukses, tidak perlu membusungkan dada atau takut menghadapi tantangan. Namun, sebaliknya apabila diri sendiri merupakan faktor gagal anda tidak perlu terpuruk, just make an in-trospection.

Untuk menganalisis kemampuan indi-vidu dalam sebuah organisasi dapat digu-nakan analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threats). Dengan menggunakan metode tersebut, diharapkan akan ditemukan faktor-faktor positif penentu keberhasilan pada masa lalu, serta dapat melakukan evaluasi sebagai arah untuk rencanake depan.

Tiga kompetensi Mahasiswa

Dalam menempuh pendidikan tinggi, pada umumnya mahasiswa memiliki tiga kompetensi yang harus dimiliki agar men-jadi mahasiswa yang unggul dan berkualitas, antara lain: Knowledge Competence, Leadership

Competence dan Personal Competence. Knowledge Competence adalah ke-mampuan intelectual-academic yang akan diperolehnya selama menempuh pendidikan sesuai dengan bidang studi pilihannya. Mahasiswa akan menjadi ex-pert di bidangnya masing-masing. They should mastery their knowledge. Pembuk-tian mahasiswa menguasai bidangnya adalah lulus tepat waktu dan cumlaude

(minimal IP tinggi).

Selanjutnya, Leadership Competence

adalah kemampuan sebagai pemimpin. Teori dapat diperoleh di kelas, tetapi prak-tik nyata harus dilakukan di lapangan. Artinya mahasiswa harus aktif berorgan-isasi. Pernah dipimpin dan memimpin. Dalam proses penjaringan pekerja, pe-rusahaan tidak hanya melihat nilai yang diperoleh, tetapi juga kecakapan dalam memimpin. Karena tantangan bagi ma-hasiswa yang aktif berorganisasi adalah

memanage waktu dengan baik, antara aktivitas belajar dan ekstrakurikuler.

Kemudian, Personal Competence, yakni kemampuan berkomunikasi (berbicara, mendengar bahkan tersenyum), berso-sialisasi, beradaptasi, memunculkan sim-pati, mengekpresikan perasaan senang, memuji serta mengkritik dengan baik. Kemampuan ini tidak dapat begitu saja di-miliki, tetapi harus diupayakan dan dilatih secara terus-menerus agar memperoleh kemampuan yang baik.

COMPLETE

Khusus untuk Undip, Universitas me-miliki impian agar para alumni lulusan yang COMPLETE yang artinya alumni harus mampu menjadi seorang Com-municator, Professional, Leader, Educator, Thinker dan sekaligus Entrepreneur.

Menjadi komunikator handal yang profesional di bidangnya, cakap me-mimpin, sekaligus seorang pendidik, pe-mikir dan wirausahawan. Wow …bukan main cita cita yang sungguh indah dan wajib untuk diwujudkan. Berani terima tantangan…..!

Mulai bertindak

Roda waktu terus berputar. Oleh karena itu, sebaiknya janganlah menunda untuk melakukan setiap rencana yang ditetapkan. Rumus yang dapat menjadi alternatif adalah ATM (amati, tiru dan modifikasi) pada orang sukses dan selalu mengikutsertakan Tuhan dalam segenap aktivitas yang dijalani.

Dalam mengeksekusi planning, juga perlu diperhatikan tiga pantangan, yakni: jangan malas, jangan takut dan jangan malu. Tanamkan dalam hati bahwa kita bisa dan pasti berhasil. Dengan demikian akan tergapai kesuksesan dan masa depan yang cerah.

*)Kepala Bagian PKIP

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Oleh: Nurul Huda *)

(9)

SAJIAN UTAMA

pencalonan rektor. Dengan latar belakang sebagai peneliti, Supri yakin akan mampu mewujudkan Undip menjadi World Class University. Oleh karena itu, ia mengaku telah menyiapkan program proritas dan strategi menuju kesana bila terpilih.

“Saya memang telah menyiapkan program prioritas dan rencana strategis (renstra) pembangunan Undip ke depan. Apa yang belum dilaksanakan akan saya laksanakan dan wujudkan, apa yang kurang dan perlu diperbaiki akan saya perbaiki,” jelasnya.

Namun, ia belum mau mengungkap-kan program-programnya. Ini karena Supri menjunjung tinggi tata tertib pemilihan rektor. “Saya baru akan memaparkan program prioritas dan visi misi setelah pemaparan pada senat universitas 8 Juni mendatang. Kalau sekarang, nanti tidak

in lagi,” candanya.

Suami Ria Djuwita ini juga telah lama mengabdikan diri untuk Undip. Berbagai jabatan pernah diembannya, antara lain

Bangun Iklim Penelitian

Prof Ir Supriharyono MS, PhD

Ketua Kelompok Pengajar Ilmu-Ilmu Perairan, Kepala Pusat Penelitian Energi dan Sumber Daya Alam Undip, Pembantu Dekan I Fakultas Perikanan dan Ilmu Ke-lautan (FPIK), serta Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup.

Berbagai pengalaman di atas bisa men-jadi refleksi, kapasitasnya tidak diragukan. Sebagai salah satu calon yang bertarung dalam pilrek kali ini, kualitas Supri layak diperhitungkan. (Nastiti)

Nama

: Supriharyono

TTL

: Trenggalek, 15 Juli 1950

Pendidikan :

Sekolah Rakyat (SR) Surabaya

SMP Surabaya

SMA (Paspal) Surabaya

Sarjana Perikanan IPB Bogor

Magister Sains Pengelolaan Sumber

Daya Alam dan Lingkungan

Hidup

Magister Science, Dept. Zoology,

Newcastle upon Tyne, England,

UK (Msc)

Doktor, Dept. Zoology, Univ.

Newcastle upon Tyne, England,

UK (PhD)

Profil Calon Rektor Undip

Prof Sudharto PH, MES, PhD

Siap Mencetak Lulusan Unggul

P r i a akademik, ia menyiapkan beberapa

program. Pertama, membuat interna-sionalisasi kurikulum, menambah dan menyekolahkan kembali dosen S3 agar menjadi profesor, menambah guru be-sar, serta memberikan pendidikan in-ternational knowledge bagi mahasiswa. Sistem keuangan juga dibuat lebih akuntabel dan transparan, sehingga semua dapat mengakses dan menge-tahui keuangan Undip dengan mudah.

Selanjutnya, Susilo akan membangun sarana dan prasarana penunjang untuk mewujudkan kampus terpadu. Terlebih status sebagai pionir BLU mewajibkan

Undip menjadi mandiri. Menurutnya, semakin banyak profit yang didapatkan, biaya kuliah akan lebih murah dan ti-dak menutup kemungkinan gratis. Bi-aya penerimaan yang murah membuat seleksi penerimaan semakin ketat, se-hingga input yang dihasilkan berkualitas.

Sedangkan untuk kemahasiswaan, setiap kegiatan mahasiswa akan diberi dukungan penuh pleh pihak Undip, se-lama itu positif dan untuk pengemban-gan diri. Kegiatan tentang kewirausahaan akan menjadi yang utama untuk diberi-kan kepada mahasiswa. (Satya, Rio)

Prof Dr dr Susilo Wibowo MS Med Sp And

Prioritaskan Pembangunan Komprehensif

Nama: Susilo Wibowo TTL: Temanggung, 21 Maret 1954 Alamat: Jl. Raya Ngaliyan Km 4, Ngaliyan, Semarang Pendidikan: SD Negeri Ungaran, Yogyakarta (lulus tahun 1966), SMP N V Kota Baru, Yogyakarta (1969), SMA N III Padmanaba, Yogyakarta (1973), Sarjana Kedokteran Undip (1978), Dokter Undip (1980), Magistrait Sain Medicinae, Unair, sandwich dengan Mahidol University, Bang-kok (1984), Doktor Unair, sandwich dengan Sydney University, Sidney (1989), Spesialis Andrology, Unair, sandwich dengan Gissen University, Germany (1991)

Prof Dr Arief Hidayat SH MS

Terapkan Sistem Desentralisasi

Nama

: Arief Hidayat

TTL

: Semarang, 3 Februari 1956

Pendidikan

:

SD, SMP, SMA di Semarang

S1 Fakultas Hukum Undip (1980)

S2 Program Pascasarjana Ilmu

Hukum Unair (1984)

S3 Program Doktor Ilmu Hukum

Undip (2006)

Keinginan berbuat sesuatu bagi Undip menjadikan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), mencalonkan dan dicalonkan men-jadi rektor Undip. Sud-harto kembali maju pada periode 2010. Salah satu program unggulan-nya adalah menciptakan rasa memi-liki (sense of ownership) terhadap kam-pus Undip. “ Saya ingin seluruh sivitas akademika Undip merasa nyaman dan

bangga bekerja, mengajar, serta bangga menjadi mahasiswa Undip,” tambahnya. Upaya mewujudkan sense of owner-ship tersebut dilakukan dengan memberi-kan pemahaman kepada seluruh keluarga besar Undip. Mereka harus tahu Undip adalah tempat hidup, tempat yang sudah selayaknya mereka cintai dan banggakan. Program unggulan lain adalah bi-dang eksternal. Sudharto akan menjadi-kan lulusan Undip sebagai lulusan yang unggul, terutama dalam bidang IPTEK. Menurut Sudharto, kedua program terse-but saling berhubungan. Prestasi atau lulusan yang unggul dapat diciptakan bila

lingkun-gan belajarnya nyaman. Lingkunlingkun-gan belajar yang nyaman dapat dikembangkan dengan mekanisme mengajar dosen yang berkualitas.

Selain dua program unggulan di atas, Sudharto bekomitmen mengunggulkan penelitian untuk mewujudkan realisasi universitas riset pada 2020. Program-pro-gram diatas merupakan buih-buih visi dan misi yang ia lontarkan. Visinya merupakan penjabaran universitas riset, yaitu mening-katkan pengetahuan melalui IPTEK, teru-tama penelitian terapan. Sedangkan misinya melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Misi tersebut meru-pakan mandat dari universitas. (Destiya) Tercatat sebagai calon rektor ter-muda pada pilrek kali ini, Prof Arief Hidayat tidak lantas kalah saing dengan calon yang lebih se-nior. Pria kelahiran Semarang, 3 Februari 1956 ini mengatakan akan mengimple-mentasikan visi dan misi Undip yang di-canangkan senat universitas, yaitu menja-dikan Undip universitas riset yang unggul.

Ia menjelaskan, WCUmemiliki beberapa kriteria, seperti memiliki banyak profesor atau guru besar, produk-produk penelitian yang dipatenkan, dan jumlah mahasiswa program pascasarjana yang lebih banyak daripada S1. Arief menambahkan, untuk menjadi WCU, universitas seharusnya tidak memi-liki program D3, karena penilaian prioritas WCU adalah banyaknya produk penelitian. Oleh karena itu, apabila terpilih menjadi rektor, ia akan membuat manajemen khusus pada program D3. “Kelak, D3 akan dike-lola dengan manajemen khusus,” tuturnya. Karena setiap fakultas memiliki kara-kteristik yang berbeda-beda, maka Oleh karena itu, dirinya akan membangun Un-dip menjadi universitas riset yang ung-gul berbasis pada fakultas. “Mewujudkan Undip menjadi WCU harus dibangun dari fakultas, karena setiap fakultas

memi-liki karakteristik berbeda,” ungkapnya. Menurut Arief, FISIP dapat men-jadi contoh. Setiap tahun FISIP diban-jiri mahasiswa baru, tetapi jumlah guru besar dan produk penelitiannya sedikit. Hal berlawanan justru terjadi di Fakultas Peternakan. Disana, jumlah guru besar banyak tetapi kurang diminati. “Jadi, para dosen harus didorong menjadi doktor dan menciptakan produk pene-litian yang dipatenkan, agar menjadi referensi ilmu pengetahuan,” paparnya.

Sesuai programnya, Arief akan me-mimpin Undip secara top down. “Saya akan menerapkan sistem desentralisasi dengan melihat karakteristik masing-masing fakultas. Dengan demikian, pembangunan akan proporsional. Untuk apa pembangunan besar tetapi di dalam-nya keropos. Ini yang sebenardalam-nya dilu-pakan,” ujar ayah dua anak ini. (Huda)

(10)

SAJIAN UTAMA

B

ila sebelumnya calon rektor ha-rus seorang guru besar, pilrek kali ini mengusung peraturan berbe-da. Perubahannya, calon rektor serendah-rendahnya menduduki jabatan lektor kepala (golongan IV A). Peraturan tersebut diambil berdasarkan Surat Keputu-san (SK) Rektor/ Ketua Senat No 35/SK/ H7/2010, yang terkait peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 67 tahun 2008.

Menanggapi hal tersebut, Susilo Wibowo menuturkan tidak ada pembatasan bagi orang yang ingin maju menjadi calon rektor. ”Kita tidak boleh lagi membuat syarat sendiri sep-erti tahun lalu. Berdasarkan Kepmendiknas No 27 tahun 2008, lektor kepala berhak mencalonkan diri dalam pilrek. Tanpa gelar profesor atau doktor, itu boleh,” jelasnya.

Menurutnya, akan muncul pertanyaan dari berbagai pihak apabila seorang rektor bukan seorang profesor atau doktor. ”Ada dekan bertanya, masa kita dipimpin orang yang bukan profesor atau doktor. Padahal

kalau saya membatasi, berarti saya melang-gar, karena peraturan menteri yang lebih tinggi daripada peraturan Undip,” tuturnya.

Susilo menambahkan, yang dibutuhkan seorang rektor adalah kemampuan menaje-rial untuk kemajuan Undip. “Bukan sekedar keilmuan atau gelarnya,” katanya. “Bahkan, rektor universitas yang otonomi boleh dipi-lih dari orang luar. Misalnya, pemilik jamu Sidomuncul boleh dipilih menjadi rektor. Bisa diambil kemampuan manajerialnya.” Senada, Direktur Pasca Sarjana

Un-dip, Prof Dr Warella, tidak memperma-salahkan perubahan peraturan tersebut. Baginya, peraturan ini dibuat pemerintah pusat untuk kepentingan seluruh pergu-ruan tinggi di Indonesia. Pergupergu-ruan tinggi lain, di luar Jawa misalnya, belum tentu memiliki banyak guru besar seperti Undip. Jadi, persyaratan ini diperlukan untuk me-nampung aspirasi semua perguruan tinggi di Indonesia.“Meskipun bukan profesor atau doktor, senat universitas sebagai pe-milik hak pilih tentu mengetahui kemam-puan masing-masing calon,” paparnya. Sementara itu, Presiden BEM KM Undip Adiyatma Nugroho mencoba melihat sisi positif perubahan peraturan tersebut. “Ini menunjukkan kondisi yang lebih demokra-tis. Jadi, kesempatan menjadi lebih terbuka. Permasalahannya sekarang, Undip harus dipimpin orang yang mumpuni,” ujar Adi.

Pertarungan Empat Calon

Pilrek kali ini diramaikan empat calon. Tiga diantaranya adalah calon yang juga bersaing pada pilrek 2006, yaitu Prof Susilo Wibowo (Fakultas Kedokteran), Prof Sudharto P Hadi (Fakultas ISIP) dan Prof Supriharyono (Fakultas PIK). Terakhir, Prof Arief Hidayat (Fakultas Hukum), turut memanaskan persaingan.

Ketua panitia pilrek (panitia 13) Prof Su-narso mengungkapkan, para kandidat calon rektor telah melewati uji verifikasi, keleng-kapan administratif dan mengambil undian nomor urut. Pengundian nomor urut ini

digu-nakan untuk menentukan urutan pemaparan dan presentasi visi misi para kandidat “Pani-tia telah melaporkan hasil verifikasi kepada anggota senat universitas,” ujar Sunarso.

Hak Pilih Terbatas

Meskipun pesta demokrasi empat tahu-nan ini menentukan nasib Undip ke depan, hak pilih tidak diberikan kepada semua sivitas akademika, termasuk mahasiswa. Berdasar-kan SK Rektor, hak pilih hanya terbatas bagi senat universitas. Ini karena pilrek berbeda dengan pemilihan bupati atau gubernur yang lebih mengutamakan popularitas. Jadi, hanya senat yang lebih mengetahui kualitas dan kapabilitas calon rektor dalam pilrek.

Menurut Adiyatma, meskipun tidak mempunyai hak pilih, mahasiswa telah mengambil peran strategis dalam pilrek kali ini. Peran strategis tersebut meliputi polling, publikasi dan diskusi terbuka. Di lain pihak, Ketua Senat Mahasiswa Undip Muhammad Perdana mengatakan, proses pilrek sudah berjalan dengan baik. Namun, ada dua hal yang harus diperbaiki. Pertama, transparansi keuangan yang dipakai untuk pilrek kali ini. Kedua, masalah keter-libatan mahasiswa. Seharusnya mahasiswa juga dilibatkan, tidak hanya teknis tetapi juga kebijakan pengambilan keputusan. Logikanya, siapapun yang menjadi rek-tor akan menentukan nasib mahasiswa Undip, karena itu mahasiswa juga ha-rus dilibatkan. (Satya, Huda, Rio, Ridha)

Calon Rektor

Minimal Lektor Kepala

Empat tahun telah

ber-lalu sejak Prof Susilo

Wibowo resmi terpilih

menjadi Rektor Undip.

Bulan Juni ini, Undip

kembali menggelar

pemilihan rektor

(pil-rek) periode 2010-2014.

Berbagai persiapan

menyambut pemilihan

calon orang nomor

satu Undip ini telah

dilakukan. Salah

satu-nya, peraturan

petun-juk pelaksanaan pilrek

yang berbeda.

(11)

SAJIAN UTAMA

B

erbagai harapan muncul, karena mewujudkan impian menjadi universitas kelas dunia tidak semudah membalik telapak tan-gan. Direktur Pascasarjana Undip Prof Dr Y Warella menanggapi hal tersebut den-gan bijak. Menurutnya, secara normatif seorang rektor harus memiliki kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang baik. “Sebagai seorang manajer, rektor ha-rus paham mengenai pengelolaan uni-versitas. Menjadi manajer berarti harus mengetahui aspek perencanaan, penga-wasan, dll. Semua aspek manajemen ha-rus dikuasainya. Jangan sampai Undip tidak terkelola dengan baik,” terangnya.

Rektor harus memiliki visi yang sesuai dengan visi Undip, yaitu menjadi WCU. Rektor terpilih seharusnya menerapkan langkah-langkah strategis mewujudkan visi tersebut. Jejak hidup bersih selama berada di Undip juga harus diperhitungkan. Track record hidup yang baik akan mencerminkan citra Undip sendiri. “Selain itu, rektor harus memiliki jaringan kerjasama yang luas, teru-tama dengan pihak luar negeri,” ungkapnya. “Jadi, diperlukan seorang rektor yang pandai berkomunikasi. Kemampuan penguasaan bahasa harus baik, mulai bahasa Indone-sia, Inggris, Arab, Belanda, dan sebagainya.” Tidak kalah penting, rektor wajib bekerja sama dengan semua pihak, terutama ma-hasiswa. “Mahasiswa seharusnya lebih di-perhatikan, antara lain dengan peningkatan di bidang akademik dan kompetensi maha-siswa. Bagaimana caranya mahasiswa bisa

bersaing dan mempunyai kelompok maha-siswa yang unggul disegala bidang,” tuturnya. Dosen Analisa Administrasi ini ber-harap apa yang telah dilakukan sekarang terus dilanjutkan. Berbagai program yang berjalan dengan baik jangan dihentikan begitu saja dan diganti progam yang baru. Pembangunan pun harus terus berjalan.

Selama ini, Warella melihat Undip kurang melestarikan budaya Jawa. Padahal, mua-tan lokal ini sudah seyogyanya ditonjolkan dan dilestarikan. Bila nama Undip dike-nal masyarakat internasiodike-nal sebagai pu-sat pelestarian budaya Jawa, bukan tidak mungkin pluralitas Undip akan bertambah. “Karena itu, rektor harus mempu menjadi-kan Undip pusat pendidimenjadi-kan kebudayaan Jawa, terutama Jawa Tengah,” tegasnya.

Pro Mahasiswa

Pilrek 2010 tidak hanya mengundang harapan dosen dan karyawan. Mahasiswa menjadi yang paling vokal menyuarakan aspirasinya. Adiyatma, Presiden BEM KM Undip mengutarakan pendapatnya tentang sosok Rektor Undip ke depan. Menurutnya, rektor harus fokus pada per-wujudan WCU, dekat dengan mahasiswa, dan mampu membawa Undip menjadi universitas berbudaya lokal dan berkuali-tas internasional dengan biaya terjangkau. Adi juga menuturkan, eksistensi alum-ni Undip dalam kancah nasional belum memuaskan. “Lulusan Undip yang mencapai level nasional masih sedikit, seperti Hendar-man Supandji, Muladi dan Sigit Pramono.

Rektor Terpilih Harus Wujudkan WCU

Visi Undip menjadi

World Class University (

WCU) pada 2020 mendatang

tidak lepas dari kepemimpinan seorang rektor. Karena itu, pemilihan rektor

2010 ini merupakan titik yang menentukan arah kebijakan Undip. Rektor

seperti apakah yang akan memimpin Undip empat tahun ke depan?

Harapan saya, rektor mampu mengem-bangkan seluruh potensi Undip agar dapat mencetak lulusan yang kompeten di level nasional maupun internasional,” tuturnya. Untuk menyuarakan aspirasi mahasiswa, BEM dan Senat KM berencana melaku-kan aksi, agar guru besar Undip dapat mempertimbangkan aspirasi mahasiswa dalam memilih rektor. “Kami merancang 11 kriteria mahasiswa mengenai sosok rektor ke depan,” ujarnya.

Selain itu, BEM berniat mengadakan diskusi dialogis dengan mahasiswa sebagai panelis. angsung. “Kita su-dah merencanakan akan mengada-kan debat terbuka pada tanggal 30 (mei) dan 2 (juni).

Diharap-kan nanti m a h a -siswa akan

mengetahui kriteria dari pimpinan Undip ke depan,” ujar Adi. Setelah pelaksanaan

dis-kusi, pihaknya akan mengajukan kontrak politik untuk calon rek-tor. Siapapun yang terpilih diharap-kan menaati kontrak politik tersebut.

Adi mengungkapkan, Undip seb-agai salah satu univer- s i t a s terkemuka nasional

harus menjadi

lebih baik ke depan. Apalagi target WCU wajib diwujudkan siapapun yang terpilih. Selain WCU, target Undip menjadi univ-eritas riset juga harus terealisasi. Ia meni-lai selama ini penelitian kurang menyen-tuh mahasiswa. “Penelitian mahasiswa kurang, dosen yang lebih banyak. Mungkin karena kurangnya sosialisasi,” tambahnya.

Berbeda, Ketua Senat KM Undip Mu-hammad Perdana memiliki kriterianya sendiri. Ia menjelaskan, menjelaskan, rek-tor harus memiliki visi yang jelas tentang Undip ke depan. ”Kriteria rektor menurut saya rektor kedepan harus memiliki yang visi yang jelas tentang undip ke depan karena tantangan ke depan semakin berat, mampu memberikan arahan yang jelas serta mempunyai sifat kepemimpinan yang tinggi serta tegas dalam bertindak, lebih mengako-modir kepentingan mahasiswa dalam

kebijakan yang yang diambil, ” ujarnya. Harapannya kepada calon rektor yang terpilih nanti bisa

men-jalin kerjasama yang lebih baik lagi dengan mahasiwa terutama dengan kelembagaan maha-siswa sehingga terjadi sinergisi-tas yang baik antara pengelola dalam hal ini universitas dengan kelembagaan mahasiswa serta mampu mewujudkan “ Undip sebagai Universitas Riset

Ke-las Dunia Yang Merakyat.” (Satya, Rio, Huda)

Pembangunan gedung kembar menjadi proyek Rektor Undip terpilih untuk segera direalisasikan. Gedung yang terletak

di depan gerbang Undip Pleburan ini merupakan salah satu ornamen dalam rangka mewujudkan visi Undip menjadi

World Class University

(WCU).

Setidaknya

rek-tor memiliki

ke-mampuan

anti-sipatif yang baik

untuk Undip

em-pat tahun ke

de-pan.

Referensi

Dokumen terkait

Nama Field Jenis Panjang Keterangan KodeBrg Varchar 5 Kode barang NamaBrg Varchar 20 Nama Barang Satuan Varchar 1 1=KG 2=Ton 3=Liter 4=Kubik Master Pengelola

Ketika kita sadar bahwa diri kita miskin di hadapan Allah, maka kita tidak akan sembarangan untuk menerima firman Tuhan.. Kita akan perhatikan baik-baik dan lamakelamaan belajar

Mewujudkan desa Kerobokan yang berbudaya dan bertaqwa terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui : Penggalian, pengembangan dan pembinaan seni budaya yang adi

ubudiyahnya kepada Allah subhanahu.. wa ta’ala membebaskannya dari kufur dan syirik. Inilah amal yang utama dan selainnya berada di bawahnya dalam keutamaan di sisi Allah

¾ Untuk komputer client, kita menggunakan untuk akses jaringan ini adalah notebook merk acer dan emachines yang sebelumnya telah terinstall driver dari printer yang telah ada

Formulasi masalah merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Masalah dalam PTK mempunyai karakteristik spesifik bahwa peneliti

Secara terperinci rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran

 Identifikasi entitas data yang dibutuhkan  Membuat entitas data baru berdasarkan kebutuhan  Melakukan integrasi aplikasi untuk penggunaan data  Melakukan penambahan modul