• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran bernuansa bimbingan dan ber (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembelajaran bernuansa bimbingan dan ber (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BERNUANSA BIMBINGAN DAN BERORIENTASI PERUBAHAN PERILAKU

Resume

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh :

Dr. Ilfiandra

Enik Nurkholidah,SP.d.,MA

disusun oleh :

Billi Arifauzan (1407082)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2015

JL. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154

Telp. (022) 2013163 – 2013164 Fax. (022) 2013651

(2)

Pembelajaran bernuansa bimbingan dan berorientasi perubahan perilaku

Untuk mengetahui pembelajaran yang bernuansa bimbingan serta berorientasi pada perubahan perilaku, ada baiknya kita definisikan masing-masing konsep terlebih dahulu.

1. Konsep bimbingan

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berarti: (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Banyak pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli, diataranya sebagai berikut.

Donald G. Mortensen dan Alam M. Schmuller (1976) yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan (2011) mengemukakan bahwa : “guidance my be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by wich each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in terms of the democratice idea.”

Shertzerdan Stone (1971:40) yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan mengartikan bimbingan sebagai “…process of helping an individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada individu agar mampu memahami diri dan lingkungannya).”

Sunaryo Kartadinata (1998:3) yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan (2011) mengartikannya sebagai“ proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.”

(3)

2. Konsep pembelajaran

Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita. (Hamalik, 1990: 45)

Dari penjelasan tersebut bahwa belajar yang bernuansa bimbingan tidak hanya dalam mata pelajaran, namun di luar itu ada kesenangan siswa, minat, cita-cita, keterampilan, dan lain sebagainya yang harus dikembangkan ke arah yang seharusnya dengan optimal.

Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilkau, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. (Hamalik, 1990: 45)

Dari pernyataan diatas, maka pembelajaran berbasis bimbingan itu sangatlah penting untuk diterapkan karena pembelajaran yang baik, tidak hanya berorientasi pada pencapaian kognitif atau mata pelajaran saja akan tetapi dapat menghasilkan sebuah output berupa lahirnya perubahan perilaku siswa atau peserta didik yang positif dan normatif. Maka dari itu, pembelajaran seyogyanya berlandaskan pada prinsip-prinsip bimbingan yaitu yang didasarkan pada:

a. Needs assesment (sesuai dengan kebutuhan)

b. Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship):

1) Empati

2) Keterbukaan

3) Kehangatan Psikologis

4) Realistis

(4)

d. Berorientasi pada:

1) Learning to be : belajar menjadi

2) Learning to learn : belajar untuk belajar

3) To work : belajar untuk bekerja dan berkarir

4) And to live together : belajar untuk hidup bersama

5) Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal

3. Model-Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan dan Konseling

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi.

A. Koperatif (CL, Cooperative Learning).

(5)

dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.

B. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

(6)

mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

C. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

D. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

(7)

E. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.

F. Problem Posing

Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.

G. Problem Terbuka (OE, Open Ended)

(8)

model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.

H. Probing-prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar.(1990). Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung :Sinar Baru Algesindo

Idea finger .(2012). Model Pembelajaran Berbasis Bimbingan Dan Konseling. [online]. Diakses dari :https://fingeridea.wordpress.com/2012/05/23/model-pembelajaran-berbasis-bimbingan-dan-konseling/ . Pada tanggal 6 April 2015, 20:15 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Responden terhadap Peran Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei dalam Pembangunan Sosial dan Ekonomi Masyarakat berdasarkan Pengalaman PTPN

• Sebuah proses atau cara melatih seorang yang diharapkan akan memegang peranan penting dalam sebuah organisasi dengan.. pokok atau pangkal suatu aturan atau ajaran

Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan media pembelajaran berbasis film memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil

Menurut Dodi Harto dalam penelitian yang berjudul Perancangan Sistem Pakar Untuk Mengidentifikasi Penyakit pada Tanaman Semangka Dengan Menggunakan Metode Certainty

Theme and thematic patterns in Spanish and English History text (Vol. 1) Dissertation submitted to the Faculty of the Graduate School Aston University.. Language as

Perseroan Terbatas sebagai sarana untuk mewujudkan demokrasi ekonomi demi kesejahteraan sosial sesuai dengan amanat Pasal 33 Undang- Undang Dasar Tahun 1945, haruslah dapat

Seiring dengan perkembangan pariwisata khususnya pariwisata budaya yang tidak hanya menempatkan wisatawan sebagai “penonton” atau penikmat saja, maka pengembangan Desa

Berdasarkan data pada tabel 4.4 diatas dapat dipahami bahwa: item (1) responden yang menjawab sangat setuju 64 orang, menjawab setuju 110 orang, menjawab netral 37