• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori sosiologi klasik dan modern

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "teori sosiologi klasik dan modern"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Emile Durkheim

Disusun Oleh :

Kelompok 12

1. Claudya Novita

(07101002025)

2. Dewi Handayani

(07101002001)

3. Pertiwi Tya Permana

(07101002029)

4. Putri Oktarina

(07101002077)

Jurusan

: Sosiologi

Mata kuliah

: Teori Sosiologi Klasik

Dosen Pengasuh : Faisal Nomaini S.Sos, M.SI

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya Inderalaya

(2)

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji kami panjatkan kepada Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Berkat rahmat-Nya, saya berhasil menyelasaikan makalah saya tentang Emile

Durkheim.

Makalah yang kami susun ini merupakan kutipan dari beberapa sumber seperti buku-buku pengantar dan surat kabar di internet yang saya rangkum menjadi sebuah bentuk tulisan yang sistematis, semoga pembaca dapat memahami bahwa perlunya kita mengetahui permasalahan di masyarakat khususnya tentang Emile Durkheim yang dari tahun ketahun menjadi sorotan di berbagai media massa.

Akhir kata kami berharap makalah ini menjadi inspirasi yang baru untuk karya-karya selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan informasi tentang Emile Durkheim. Mohon maaf bila dalam makalah ini terdapat kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Inderalaya, Oktober 2011

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...

2

Daftar Isi...

3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang...

4

I.2 Rumusan Masalah...

6

I.3 Kerangka Berpikir...

7

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Teori dan Gagasan………..

8

II.2 Pendidikan………..

10

II.3

Bunuh Diri, Agama, dan Moralitas………

11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

David Emile Durkheim merupakan salah seorang pemikir sosiologi yang memiliki beberapa karya besar sepanjang sejarah. Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine pada tanggal (15 April 1858 - 15 November 1917) pada umur 59 tahun) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu jurnal pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L'Année Sociologique pada 1896.

Ia berasal dari keluarga Yahudi Prancis yang saleh - ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang Yahudinya membentuk sosiologinya - banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.

(5)

Prancis dalam Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa. Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis, berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya sebagai seorang aktivis.

Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru yang pertama di Prancis. Di sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di Prancis). Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik. Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian Kerja dalam Masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan Metode Sosiologis”, sebuah manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux. Pada 1896 ia menerbitkan jurnal L'Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan contoh tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.

(6)

pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada 1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir “Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan”.

Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis – ia mengusahakan bentuk kehidupan Prancis yang sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya. Sementara Durkheim giat mendukung negarainya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya) membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini berkembang. Yang lebih parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan banyak dari mereka yang tewas ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-laki Durkheim sendiri tewas dalam perang – sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.

I.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini maka dapat dirumuskan suatu masalah:

(7)

I.3 Kerangka Berpikir

Dari uraian kehidupan Emile Durkheim diatas kami tertarik untuk menelaah lebih dalam lagi pemikiran-pemikiran Durkheim selain itu kami melihat spirit minoritas yang positif yang membangun teori dan landasan yang dianut 4 oleh Emile Durkheim.maka dari itu kami berusaha menghimpun data-data yang valid dan sesuai dengan materi di atas agar kita dapat mengetahui bagaimana Emile durkheim membangun teori dalam karya-karya nya.

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial yang sampai sekarang dikenal dengan nama Sosiologi. Durkheim memberikan definisi sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Bersama Herbert Spencer, Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1

Teori dan gagasan

Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan ilmiah pertama terhadap fenomena sosial. Bersama Herbert Spencer Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai fungsionalisme.

Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, Max Weber, ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi (individualisme metodologis), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "fakta-fakta sosial", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.

(9)

yang sederhana kepada yang lebih kompleks yang mirip dengan cara kerja mesin-mesin yang rumit. Durkheim membalikkan rumusan ini, sambil menambahkan teorinya kepada kumpulan teori yang terus berkembang mengenai kemajuan sosial, evolusionisme sosial, dan darwinisme sosial. Ia berpendapat bahwa masyarakat-masyarakat tradisional bersifat ‘mekanis’ dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat tradisional, kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual – norma-norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi.

Dalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, pembagian kerja yang sangat kompleks menghasilkan solidaritas 'organik'. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena mereka tidak lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat yang ‘mekanis’, misalnya, para petani gurem hidup dalam masyarakat yang swa-sembada dan terjalin bersama oleh warisan bersama dan pekerjaan yang sama. Dalam masyarakat modern yang 'organik', para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan makanan, pakaian, dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akibat dari pembagian kerja yang semakin rumit ini, demikian Durkheim, ialah bahwa kesadaran individual berkembang dalam cara yang berbeda dari kesadaran kolektif – seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif.

Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hokum seringkali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organic, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks.

(10)

meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya norma-norma sosial yang mengatur perilaku. Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunuh diri. Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam "Bunuh Diri", yang diterbitkannya pada 1897. Dalam bukunya ini, ia meneliti berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang Protestan dan Katolik, dan menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompok-kelompok mereka, yang disebutnya integrasi sosial. Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat. Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat integrasi yang normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya ini telah memengaruhi para penganjur teori kontrol, dan seringkali disebut sebagai studi sosiologis yang klasik.

Akhirnya, Durkheim diingat orang karena karyanya tentang masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti "Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" (1912) dan esainya "Klasifikasi Primitif" yang ditulisnya bersama Marcel Mauss. Kedua karya ini meneliti peranan yang dimainkan oleh agama dan mitologi dalam membentuk pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam masyarakat-masyarakat yang sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim)

II.2 Pendidikan

(11)

Durkheim juga tertarik pada bagaimana pendidikan dapat digunakan untuk memberikan kepada warga Prancis semacam latar belakang sekular bersama yang dibutuhkan untuk mencegah anomi (keadaan tanpa hukum) dalam masyarakat modern. Dengan tujuan inilah ia mengusulkan pembentukan kelompok-kelompok profesional yang berfungsi sebagai sumber solidaritas bagi orang-orang dewasa.

Durkheim berpendapat bahwa pendidikan mempunyai banyak fungsi:

1) Memperkuat solidaritas sosial

 Sejarah: belajar tentang orang-orang yang melakukan hal-hal yang baik bagi banyak orang membuat seorang individu merasa tidak berarti.

 Menyatakan kesetiaan: membuat individu merasa bagian dari kelompok dan dengan demikian akan mengurangi kecenderungan untuk melanggar peraturan.

2) Mempertahankan peranan sosial

 Sekolah adalah masyarakat dalam bentuk miniatur. Sekolah mempunyai hierarkhi, aturan, tuntutan yang sama dengan "dunia luar". Sekolah mendidik orang muda untuk memenuhi berbagai peranan.

3) Mempertahankan pembagian kerja.

 Membagi-bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecakapan. Mengajar siswa untuk mencari pekerjaan sesuai dengan kecakapan mereka.

II.3 Bunuh Diri, Agama, dan Moralitas

(12)

dogma, dan ritual, yang kesemuanya merupakan fenomena religius yang dihadapi manusia. Dalam kaitan ini, ada hal yang sifatnya ’suci’ (sacred) dan juga ada hal-hal yang sifatnya ‘tidak suci’ (profane) yang pemisahan antara keduanya menunjukkan kepada pemikiran-pemikiran religius yang dilakukan manusia. Harus diperhatikan bahwa di dalam agama, khususnya yang menyangkut ritual keagamaan, ada yang dinamakan ritual negatif dan juga ritual positif. Bagi Durkheim, moralitas itu merupakan suatu aturan yang merupakan patokan bagi tindakan dan perilaku manusia (juga dalam berinteraksi). Konsepnya mengenai moralitas ini merujuk pada apa yang dinamakan norms (norma-norma) dan rules (aturan-aturan) yang harus dijadikan acuan dalam berinteraksi

Menelusuri Bunuh Diri: Empat Skenario Durkheim

Sebagai seorang sosiolog, Durkheim meletakkan faktor sosial sebagai elemen penting pendorong orang bunuh diri. Oleh karena itu ia menarik kesimpulan: apabila orang melakukan bunuh diri, maka pemicunya takkan jauh dari faktor komunitas dan stabilitas sosial.

Empat tipe bunuh diri menurut Durkheim

1. DiriEgoistis Skenario Bunuh Diri I — Bunuh

(13)

sedih atau kecewa jika dia meninggal. Oleh karena itu orang jenis ini mudah terdorong mengakhiri hidupnya sendiri.

2. Skenario Bunuh Diri II — Bunuh Diri Altruistik

Berbeda dengan sebelumnya, yang satu ini terjadi karena rasa sosial yang kuat, dan umumnya berkonotasi positif. Orang yang melakukan bunuh diri altruistik dianggap telah berkorban untuk kepentingan orang lain. Sedemikian hingga pengorbanannya jadi nilai plus tersendiri.

Contoh yang bagus di sini adalah orangtua yang mengorbankan diri untuk keselamatan anak. Namanya orang tua, sudah pasti tidak ingin anaknya terluka. Katakanlah misalnya sang anak hendak tertabrak mobil, maka orangtua akan mendorong anak supaya menjauh. Akan tetapi justru ini mengakibatkan orangtua tertabrak dan meninggal — secara teknis orangtua telah bunuh diri, akan tetapi, bunuh diri di sini dipandang sebagai suatu kemuliaan. Seorang yang melakukan bunuh diri altruistik adalah orang yang bunuh diri untuk kepentingan orang lain atau masyarakat. Dalam kasus ekstrem misalnya pilot Kamikaze atau aktivis bom bunuh diri. Biarpun tahu akan tewas, mereka percaya pengorbanannya tidak sia-sia — dan masyarakat yang dibela pun menghormati. Pada akhirnya bunuh diri di sini jadi bersifat utilitarian dan pragmatis.

3. Skenario Bunuh Diri III — Bunuh Diri Anomik

Manusia adalah makhluk yang menginginkan kontrol. Orang pada umumnya gentar menjalani hidup yang tidak pasti. Oleh karena itu, diusahakan agar hidup dapat dikontrol untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh, orang bekerja untuk mendapatkan keamanan finansial (kontrol keuangan). Sama halnya dengan orang membangun rumah untuk mengamankan dari marabahaya — umpamanya perampok atau hewan liar (= kontrol keselamatan diri).

(14)

tidak mampu mengatur jalan kehidupannya. Tanpa kemampuan regulasi orang merasa tidak berdaya. Di sinilah kecenderungan untuk bunuh diri itu mengintai.

Anomi terjadi manakala orang tak siap menghadapi perubahan sosial. Sebagai contoh orang yang mengalami post-power syndrome. Dia yang sebelumnya berpangkat mendadak tak punya orang untuk disuruh. Pada akhirnya dia terjangkit stress. Begitu pula dengan veteran perang yang mengalami PTSD, atau orang kaya yang mendadak jatuh miskin. Pada dasarnya orang yang tak siap menerima perubahan berpotensi terkena anomi. Dan dari situ, jadi cenderung terdorong untuk mengakhiri hidup. (cf: bunuh diri egoistis di skenario I)

4. Skenario Bunuh Diri IV — Bunuh Diri Fatalistik

Yang terakhir adalah skenario bunuh diri keempat, yakni bunuh diri fatalistik. Durkheim menyebut bunuh diri fatalistik ini sebagai kebalikan bunuh diri anomik dalam artian, hidup orang dikacaukan regulasi eksternal yang ketat. Orang yang melakukan bunuh diri fatalistik pada umumnya adalah orang yang merasa kalah dalam hidup. Setiap kali dia berusaha, selalu gagal. Cita-citanya untuk maju selalu terhambat; ke mana pun dia pergi selalu dihantui nasib buruk. Singkat cerita orang ini merasa bahwa dunia selalu kejam padanya. Sebab memang menurutnya semua yang dialami buruk-buruk terus.

(15)

BAB III

PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

agar setiap bagian suatu objek atau harus mendapatkan cahaya dengan suhu warna yang sama (jika menerima cahaya dari.. beberapa sumber) agar dihasilkan reproduksi warna

masyarakat setempat baik dilihat dari kehidupan sosial maupun ekonomi. Dari

Here, the author use order as one of cohesive devices to make the readers understand how Cardosa can get a free lunch. At first,

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka yang menjadi masalah utama penelitian ini ialah “B agaimanakah Model Pembinaan Keberagamaan Pada

Gambar 3 Struktur Kitosan Terikat Silang dengan Asam Sulfat Hal ini bertujuan agar membran komposit menjadi lebih selektif untuk memisahkan proton dan elektron, meningkatkan

medan listrik  muatan bergerak menghasilkan arus internal  terjadi distribusi ulang muatan tambahan dari luar hingga tercapai keseimbangan elektrostatis  medan listrik

Zat besi (Fe) adalah suatu mikro elemen esensial bagi tubuh yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin. Kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat saat kehamilan terutama

Concept Mapping adalah teknik untuk mengorganisasikan dan membuat diagram visual tentang seperangkat idea tau konsep dalam bentuk pola logis sehingga berbagai hubungan