• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PERCOBAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERZINAHAN (Studi Kasus Putusan No: 300/Pid.B/2017/PN.Tjk)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PERCOBAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERZINAHAN (Studi Kasus Putusan No: 300/Pid.B/2017/PN.Tjk)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PERCOBAAN TERHADAP PELAKU

TINDAK PIDANA PERZINAHAN

(Studi Kasus Putusan No: 300/Pid.B/2017/PN.Tjk)

(Jurnal)

Oleh

Al Kautsar Ramadhan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA PERCOBAAN TERHADAP PELAKU

TINDAK PIDANA PERZINAHAN

(Studi Kasus Putusan No: 300/Pid.B/2017/PN.Tjk)

Oleh

Al Kautsar Ramadhan, Eko Raharjo, Gunawan Jatmiko Email: alkautsar.ramadhan24@gmail.com

Hakim adalah salah satu penegak hukum yang bertugas memutus perkara yang disandarkan kepada intelektual, moral, dan integritas terhadap nilai-nilai keadilan. Putusan hakim akan terasa begitu dihargai dan mempunyai nilai kewibawaan, jika putusan tersebut dapat merefleksikan rasa keadilan hukum masyarakat dan juga merupakan sarana bagi masyarakat pencari keadilan untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan dan apa syarat tindak pidana yang dapat dijatuhkan pidana percobaan. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan didukung oleh pendekatan yuridis empiris yang berupa dukungan dari para pakar hukum pidana dan penegak hukum untuk mendukung data yuridis normatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan berdasarkan hasil persidangan dan pemeriksaan saksi-saksi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah terdakwa melakukan tindak pidana perzinahan. Aspek non yuridis dengan mempertimbangkan hal yang memberatkan dan yang meringankan. Pertimbangan hakim dalam putusan ini mengacu pada teori putusan hakim yaitu teori pendekatan intuisi dan teori pendekatan keilmuan yang berkaitan erat dengan teori putusan hakim lainnya, karena pada dasarnya hakim dalam menjatuhkan putusan tidak semata-mata atas dasar intuisi tetapi harus dilengkapi dengan wawasan dan ilmu pengetahuan yang luas. Syarat tindak pidana yang dapat dijatuhkan pidana percobaan adalah tindak pidana yang dilakukan merupakan tindak pidana ringan, tindak pidana dengan ancaman tidak lebih dari 1 tahun, dan pelaku tindak pidana baru pertama kali dihukum.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE JUDGE CONSIDERATION ON DECIDING A CONDITIONAL CRIMINAL TO A SUSPECT OF ADULTERY CRIME

(A Case Study of Decisions Number 300/Pid.B/2017/PN.Tjk)

The judge is one of law enforcement on duty that is deciding the case based on intellectual, moral, and integrity to the values of justice. The judges feel so appreciated image has value, if the ruling able to look back on a sense of justice laws of society and also a way for the justice seekers to get the truth and justice. Issues discussed in this thesis what is basis of the judge consideration in dropped criminal experiment the suspect crimes adultery and what conditions crimes that can be dropped criminal experiment. The approach of the issues are the normative juridical approach and the empirical juridical approach in the form of support from criminal law experts and law enforcers to support normative juridical data. Based on the results of research and discussion a conclusion can be drawn that in consideration the judge in charge of dropped criminal perpetrators of experiments conducted on criminal adultery based on the results of the investigation and the examination of witnesses has been proven legally and convince guilty the defendant for a criminal offense for adultery. The aspect of non juridical by taking into account the things which had been a heavy and that helps ease. The judge consideration in this thesis based on the judicial decisions theory, that is the theory of intuition approach and scientific approach theory which is closely related with the othe of judicial decision theory, because basically the judge in charge of ruled not only on the basis of intuition but should be equipped with such insight and science are broad. Requirements crimes that can be dropped criminal experiment are crimes done a crime light, crimes with the threat no more than one year, and actors crimes first time put to.

(4)

I. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang menjadikan hukum sebagai kekuasaan tertinggi.Dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat (3) dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum

(rechstaat). Hal ini dapat diartikan

bahwa Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum. Salah satunya dalam proses peradilan pidana dalam penjatuhan sanksi yang dilakukan oleh hakim adalah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hukum Pidana yang telah dirumuskan dalam KUHP merupakan hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkan bagi si pelanggar.1

Sistem peradilan pidana di Indonesia terdiri dari dua yaitu hukum pidana formil dan hukum pidana materiil. Hukum pidana materiil di Indonesia diatur di dalam KUHP yang secara khusus banyak mengatur tentang perbuatan yang dilarang dan diancam. Hukum pidana formil di Indonesia diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang memberikan pedoman dalam proses peradilan sebagaimana seharusnya yang dilakukan oleh aparat hukum.

Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara

1 Bambang Waluyo, Pidana dan

Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000,

hlm. 6.

yang diajukan ke pengadilan. Dalam Pasal 1 ayat (8) KUHAP yang menyebutkan hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili. Selain itu pengertian hakim juga terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang No.48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, dalam pasal tersebut disebutkan bahwa Hakim pengadilan di bawah Mahkamah Agung merupakan pejabat negara yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang berada pada badan peradilan di bawah Mahkamah Agung. Hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu hakim dalam memutus suatu perkara harus dapat berbuat adil dalam memberikan putusan kemungkinan dipengaruhi oleh hal yang ada pada dirinya dan sekitarnya karena pengaruh dari faktor agama, kebudayaan, pendidikan, nilai, norma, dan sebagainya sehingga dapat dimungkinkan adanya perbedaan cara pandang sehingga mempengaruhi pertimbangan dalam memberikan putusan.

Hukuman yang diberikan terhadap pelaku tindak pidana disebut sebagai sanksi pidana. Sanksi pidana adalah sanksi yang paling banyak digunakan dalam menjatuhkan hukum terhadap seseorang yang dinyatakan bersalah melakukan perbuatan. 2 Mengenai hukuman atau sanksi pidana diatur di dalam Pasal 10 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:

2Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana,

(5)

a. Pidana Pokok, terdiri atas: 1. Pidana Mati;

2. Pidana Penjara; 3. Kurungan; 4. Denda.

b. Pidana Tambahan, terdiri atas: 1. Pencabutan hak-hak tertentu; 2. Perampasan barang-barang

tertentu;

3. Pengumuman putusan hakim. Selain sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 10 KUHP juga terdapat sistem penjatuhan pidana lain yaitu pidana percobaan/pidana bersyarat. Hukuman percobaan

(Voorwaardelijke) adalah hukuman

bersyarat atau hukuman dengan perjanjian. Arti hukuman percobaan adalah meskipun terdakwa dinyatakan bersalah dan dihukum dengan hukuman penjara terdakwa tidak perlu dimasukkan penjara atau lembaga pemasyarakatan asalkan selama masa percobaan ia dapat memperbaiki kelakuannya. Pidana percobaan sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 14a Ayat (1) KUHP yang menentukan bahwa “apabila hakim menjatuhkan pidana paling lama satu tahun atau pidana kurungan, tidak termasuk pidana kurungan pengganti maka dalam putusnya hakim dapat memerintahkan pula bahwa pidana tidak usah dijalani, kecuali jika dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain, disebabkan karena si terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang ditentukan dalam perintah tersebut diatas habis, atau karena si terpidana selama masa percobaan tidak memenuhi syarat khusus yang mungkin ditentukan lain dalam perintah itu”.

Pidana percobaan dalam prakteknya dijatuhkan dengan berbagai pertimbangan. Baik karena usia sudah tua, alasan masih sekolah, atau alasan-alasan lain. Pidana percobaan dijatuhkan dengan alasan terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana, tapi pidana penjara tidak usah dijalani karena berbagai pertimbangan dari hakim. Pertimbangan hakim didalam menjatuhkan pidana percobaan selain ingin mendidik agar terdakwa menyadari perbuatan yang dilakukan merupakan kesalahan dari sudut pandang hukum pidana, pidana percobaan dijatuhkan dengan alasan tidak usah dijalani karena faktor kemanusiaan.

Secara faktual terdapat banyak putusan pengadilan yang menjatuhkan putusan pidana percobaan, sebagai contoh di dalam

putusan PN No:

300/Pid.B/2017/PN.Tjk. Dalam putusan yang dimaksud terdakwa didakwa dengan Pasal 284 ayat (1) dengan ancaman pidana paling lama 9 (Sembilan) bulan, namun di dalam putusannya hakim memutus dengan pidana selama 3 bulan dengan masa percobaan selama 5 bulan. Dalam menjatuhkan pidana percobaan hakim pasti mempunyai pertimbangan-pertimbangan khusus. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji dan membahas permasalahan ini dalam penelitian

yang berjudul “Analisis

(6)

II. PEMBAHASAN

A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Percobaan terhadap Pelaku Tindak Pidana Perzinahan

Dalam melaksanakan tugasnya, hakim dituntut untuk bekerja secara pofesional, bersih, arif, dan bijaksana, serta mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi, dan juga menguasai dengan baik teoi-teori ilmu hukum. Oleh karena itu, sangat berlebihan dan tidak bijaksana, tanggapan dari berbagai pihak yang mengecam, merendahkan, bahkan mengejek hakim yang kadang dilakukan dengan bahasa yang kasar dan tidak proporsional, dalam menyikapi suatu putusan hakim dalam perkara tertentu. Hakim tidak boleh gentar dengan komentar-komentar tersebut, manakala ia sudah bekerja secara proposional, bersih, arif, dan bijaksana. Putusan akim tersebut akan dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan secara hukum kepada konstitusi, peraturan perundang-undangan, serta nilai-nilai hak asasi manusia.

Secara yuridis hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa tindak pidana tidak boleh menjatuhkan pidana kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti sah yang dimaksud adalah:

a. Keterangan Saksi;

b. Keterangan Ahli; c. Surat;

d. Petunjuk;

e. Keterangan Terdakwa, atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan (Pasal 184 KUHAP).

Tugas hakim sebagaimana diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 adalah menerima, memeriksa, mengadili, serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya dan perkara-perkara tersebut berupa perkara pidana, perdata maupun tata usaha negara. Pada pasal 3 dan 4 disebutkan pula bahwa semua peradilan negara yang menerapkan dan menegakkan hukum serta keadilan adalah berdasarkan Pancasila dan peradilan dilakukan

“Demi Keadilan Berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa” serta dilakukan dengan bebas darisegala campur tangan dan tidak membeda-bedakan orang. Menurut Sudarto, hakim memberikan keputusannya mengenai hal-hal sebagai berikut:3 a. keputusan mengenai

peristiwanya, yaitu apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya.

b. keputusan mengenai hukumannya, yaitu apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa itu merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dipidana.

c. keputusan mengenai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipidana.

3

(7)

Berdasarkan Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang menjelaskan bahwa ‘’ Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah”. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, melihat dari putusan hakim yang telah dijelaskan di atas, dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan dalam Putusan Nomor : 300/Pid.B/2017/PN.Tjk) adalah: 1. Tergantung dari dakwaan yang

di ajukan oleh jaksa;

2. Semua unsur-unsur dari masing-masing kejahatan akan dipertimbangkan;

3. Keadaan yang memberatkan dan meringankan.

4. Hal-hal yang memberatkan: a) Perbuatan terdakwa telah

mencemarkan harkat dan martbat keluarganya sendiri. 5. Hal-hal yang meringankan:

a) Terdakwa sudah mendapat hukum kode etik dimutasikan ke Aceh;

b) Terdakwa belum pernah dihukum;

c) Terdakwa bersikap sopan selama persidangan.

Berdasarkan hal di atas Novian Saputra menambahkan bahwa dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan berdasarkan pada fakta-fakta yang terungkap di dalam proses persidangan yang menjadi dasar

pertimbangan hakim itu sendiri yang bersifat yuridis yaitu:

a. Menyatakan Terdakwa Agustina Nilawati, SH. Binti Baharudin Unkam melakukan tindak pidana

“Perzinahan” sebagaimana

dalam dakwaan tunggal melanggar Pasal 284 ayat (1) ke-1b KUHP;

b. Menjatuhkan pidana terdakwa Agustina Nilawati, SH. Binti Baharudin Unkam dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan penjara.

Berdasarkan Tuntutan Penuntut Umum diatas Kemudian Novian Saputra menambahkan bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya, Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan maka sampailah Majelis Hakim kepada pembuktian mengenai unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan yaitu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 284 ayat (1) ke-1b KUHP, Oleh karena dakwaan disusun secara Tunggal maka Majelis Hakim akan membuktikan yang dengan unsur-unsur sebagai berikut:

(8)

uraian diatas maka dalam hal ini dapat dianalisa bahwa pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan adalah berdasarkan tuntutan Penuntut Umum yang menuntut terdakwa dengan 3 bulan penjara dalam hal ini pertimbangan hakim didalam menjatuhkan pidana percobaan merupakan salah satu bentuk putusan hakim yang tidak semata-mata memberikan hukuman kepada pelaku tapi juga pidana percobaan dijatuhkan karena tidak bersifat balas dendam dan ingin mendidik agar kepada terdakwa sehingga terdakwa menyadari kesalahannya. Dengan alasan itulah hukum pidana selain memberikan kepastian kepada masyarakat bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa merupakan kesalahan menurut hukum pidana juga menggapai keadilan yang diberikan kepada terdakwa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Erna Dewi yang menjadi dasar hakim dalam menjatuhkan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan. Hakim terhadap perkara harus memperhatikan 3 aspek, yaitu:

1. Aspek Filosofis

Aspek filosofisnya dari sisi nilai nilai keadilan, jadi suatu putusan yang diberikan oleh hakim ada unsur nilai keadilan. Hakim dengan segala bentuk pertimbangan nya dalam menjatuhkan putusan senantiasa harus melihat dari sisi keadilan. 2. Aspek Yuridis

Aspek Yuridis Berarti kepastian hukum, ada pertimbangan khusus dan umum atau dengan istilah lain yaitu syarat khusus dan syarat

umum. Syarat umum adalah sesuai dengan dasar hukum yang ada sedangkan syarat khusus bersangkutan dengan individunya yang bersangkutan apakah dia kelas pemula baru pertama kali melakukan tindak pidana, sifat tindak pidana dengan ancaman yang masih ringan, pelaku mungkin adalah kepala rumah tangga, ataupun pelaku dalam tanda kutip adalah seorang pejabat itu yang dijadikan dasar secara khusus. 3. Aspek Sosiologis

Kemudian dari Aspek Sosiologis tidak mencari kesimpulan sikap atau ketepatan sikapdalam suatu permasalahan tetapi melainkan menempatkan ilmu sosiologi melakukan penelitian secara empiris untuk melihat secara rasional, analisis, dan realistis untuk mengangkat sebuah gejala yang timbul ditengah masyarakat.4

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa putusan yang dijatuhkan kepada Agustina Nilawati dengan tuntutan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan penjara terhadap tindak pidana perzinahan Hakim memutus dengan mempertimbangkan aspek :

a. Yuridis

1. Keterangan Saksi

Keterangan saksi dalam kasus ini yaitu Dony Oktarizal, Oha Pramono, Ahmad Nusa Putra, Sintang Jaya, Yohanes Agung Pratama, Mita Prayoga, Juni Supriyanto, Priyanto Teguh

4

(9)

Nugroho, Yudy Chandra Erlianto, dan Ferdiyan Indra Fahmi.

2. Keterangan Ahli

Keterangan ahli dalam kasus ini adalah ahli forensik Muhammad Galih Irianto dan ahli hukum pidana Dr.Eddy Rifai, S.H., M.H.

3. Keterangan Terdakwa Keterangan terdakwa dalam kasus ini yaitu Agustina

1. Teori Pendekatan Intuisi Menurut pandangan teori ini, penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi, dalam menjatuhkan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana.

2. Teori Pendekatan Keilmuan Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan

semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata -mata atas dasar intuisi atau insting semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus di putusnya.

B. Syarat Tindak Pidana Yang Dapat Dijatuhkan Pidana Percobaan

Keadilan tidak dapat berbentuk dan tidak dapat dilihat namum pelaksanaannya dapat kita lihat dalam perspektif pencarian keadilan. Dalam memberikan putusan terhadap suatu perkara pidana, seharusnya putusan hakim tersebut berisi alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang bisa memberikan rasa keadilan bagi terdakwa. Dimana dalam pertimbangan-pertimbangan itu dapat dibaca motivasi yang jelas dari tujuan putusan diambil, yaitu untuk menegakkan hukum (kepastian hukum) dan memberikan keadilan.5 Oleh karena itu, hakimlah yang paling bertanggung jawab memasukkan atau menggabungkan unsur-unsur tersebut melalui putusan-putusan yang dibuatnya. Karena putusan hakim selain harus mempertimbangkan asas keadilan hukum (legal justice) berdasarkan

Nanda Agung Dewantara, Masalah Kebebasan Hakim dalam Menangani Suatu

Perkara Pidana, Aksara Persada, Jakarta,

(10)

terjadi dalam masyarakat, juga harus mempertimbangkan asas keadilan moral (moral justice).

Kemerdekaan kekuasaan kehakiman di tangan Hakim harus diarahkan sesuai tujuan utamanya dalam proses peradilan, yakni mengadili sengketa atau perkara. Makna mengadili berarti memberi "adil" atau keadilan. Oleh karena itu putusan Hakim diberi irah-irah eksekutorial "Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". Tanpa irah-irah tersebut mengaikibatkan putusan Hakim tidak mempunyai kekuatan hukum berlaku, sehingga tidak akan dapat dilaksanakan. Kepastian hukum bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum kepada yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang. Sementara itu masyarakat mengharapkan ada kepastian hukum, karena dengan ada kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan ketertiban hukum. Pidana percobaan atau pidana bersyarat tidak termasuk jenis pidana pokok maupun pidana tambahan, tetapi pidana bersyarat merupakan cara penerapan pidana yang dalam pengawasan dan pelaksanaanya dilakukan di luar penjara. Menjatuhkan pidana bersyarat bukan berarti membebaskan terpidana, secara fisik memang pelaku tindak pidana bebas dalam arti tidak diasingkan dalam kehidupan masyarakat dalam penjara atau lembaga pemasyarakatan, akan tetapi secara formal statusntya tetap terpidana karena ia telah dijatuhi pidana hanya saja dengan pertimbangan tertentu pidana tersebut tidak perlu dijalankan.

Pidana akan tetap dijalankan apabila terpidana melanggar syarat-syarat yang diberikan.

Novian Saputra menyatakan bahwa syarat tindak pidana yang dapat dijatuhkan pidana percobaan adalah tindak pidana yang tergolong ringan, dengan ancaman pidana dibawah 1 tahun. Dalam putusan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan dengan ancaman pidana penjara 9 bulan menurut pasal 284 ayat (1) KUHP dan dengan tuntutan penuntut umum terhadap terdakwa dengan tuntutan 3 bulan penjara menurut saya sebagai hakim adalah sah jika terdakwa dijatuhkan pidana percobaan.6.

Novian Saputra melanjutkan, Sebagai contoh tindak pidana pencurian ubi di ladang yang bukan miliknya. Tentu dalam memutus perkara tersebut hakim mempertimbangkan penjatuhan pidana yang tepat dengan sangat teliti, dengan menilai apakah perlu pelaku diberikan hukuman penjara maksimal atau mungkin dengan pidana percobaan pelaku dapat sadar akan kesalahan yang ia perbuat. Selain itu dinilai pula alasan ia melakukan tindak pidana itu dalam kasus pencurian ubi contohnya pelaku menjelaskan bahwa ia mencuri karna faktor ekonomi pelaku tidak mempunyai uang untuk membeli makanan dan akhirnya ia mencuri, apakah pidana penjara dengan ancaman maksimal sudah tepat? Saya rasa belum tentu tepat karena dengan pertimbangan dan alasan-alasan tertentu pidana

6 Berdasarkan hasil wawancara dengan

(11)

percobaan cukup membuat pelaku sadar dan tentunya memberikan pelajaran bahwa apa yang ia lakukan adalah salah. Pelaku tindak pidana baru pertama kali melakukan tindak pidana dapat menjadi pertimbangan dijatuhkannya pidana percobaan tersebut. Contoh lain adalah pada pasal 409 KUHP tentang penghancuran dan perusakan adalah tindak pidana yang bisa dijatuhkan dengan pidana percobaan.

Erna Dewi juga menjelaskan mengenai syarat tindak pidana yang dapat dijatuhkan pidana percobaan. Dalam pertimbangan hakim apakah perlu diberikan pidana percobaan atau tidak adalah rata-rata terhadap pelaku tindak pidana dalam tanda petik yang ancaman nya tidak terlalu berat seperti contoh, penganiayaan, perzinahan, pencurian yang ancaman nya kisaran dibawah 7 Tahun perlu adanya pidana percobaan mengingat ancaman yang dapat lebih rendah dari itu jikalau sudah diatas 10 Tahun keatas sepertinya tidak mungkin karena efek jera nya harus dipertimbangkan karena akibat perbuatan nya yang sudah membahayakan. Pidana percobaan tidak tepat dijatuhkan untuk tindak pidana dengan ancaman pidana diatas 10 tahun.7

Kembali dengan pertimbangan hakim menilai apakah pelaku ini dapat sadar dengan diberikan pidana percobaan karena pidana itu tidak harus bersifat pembalasan kita harus melihat pula subjek nya (pelaku) masih mungkin kah dia berubah, menurut saya bisa saja karena

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan

narasumber di Fakultas Hukum Universitas Lampung, pada tanggal 23 Mei 2018 Pukul 12.30 WIB.

mungkin si pelaku hanya ikut ikutan, atau faktor lingkungan, kekhilafan, atau hanya jadi korban akibat dilaporkan. Dengan kembali kepada tujuan diberikan nya pidana percobaan yaitu untuk memberikan kesempatan bagi si terpidana bersyarat untuk dapat memperbaiki dan mengkoreksi diri sehingga ia dapat belajar menjadi orang yang lebih baik.

Erna Dewi menerangkan lebih lanjut bahwa sanksi berupa pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan ini kembali lagi melihat kepada pertimbangan hakim karena tujuan penjatuhan pidana bukan hanya sebagai pembalasan jika hanya berdasarkan pembalasan maka semua tindak pidana cukup dijatuhkan pidana penjara saja, tetapi disini kita harus melihat juga terhadap pelaku tindak pidana nya apakah mungkin pelaku dapat berubah dan menyadari perbuatan nya salah hanya dengan dijatuhkan pidana percobaan. Dilihat pula beberapa faktor lainnya, faktor lingkungan, faktor ekonomi.

Putusan yang dijatuhkan oleh hakim harus bedasarkan pertimbangan yang jelas dan cukup. Putusan yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dikategorikan putusan yang tidak cukup pertimbangan atau

onvoldoende gemotiveerd. Alasan

(12)

juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

Novian Saputra hakim mempunyai kebebasan dalam hal menjatuhkan putusan. Namun, kebebasan yang dimiliki hakim tidak bersifat mutlak karena putusan harus didasarkan pada keyakinan hakim yang diperoleh dari dua alat bukti yang sah. Hakim juga mempertimbangkan apakah dengan adanya fakta-fakta hukum telah terungkap yang dapat menyebabkan terdakwa bersalah atau tidak melakukan perbuatan yang didakwakan penuntut umum. Putusan No: 300/pid.B/2017/PN.Tjk dibuat berdasarkan keyakinan hakim. Keyakinan tersebut didapat dari alat bukti yang terdiri dari keterangan terdakwa, keterangan saksi, dan alat bukti.8

Menurut Novian Saputra pidana percobaan yang telah diberikan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan dalam Putusan No: 300/pid.B/2017/PN.Tjk sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada saat ini. Tapi saya belum dapat memastikan untuk masa yang akan datang karena aturan perundang-undangan dapat berubah atau diadakan nya pembaharuan. Namun pada saat ini penjatuhan pidana percobaan tersebut sudah sesuai dengan aturan dan dilihat pula dengan tuntutan yang diajukan oleh Penuntut umum.

8

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber di Pengadilan Negeri Kelas 1 A Tanjung Karang, pada tanggal 16 Mei 2018 Pukul 10.00 WIB.

Menurut Erna Dewi Putusan No: 300/pid.B/2017/PN.Tjk yang didasarkan pada dakwaan jaksa yang memberikan tuntutan pidana penjara selama 3 bulan terhadap Agustina Nilawati dan Putusan hakim berupa pidana percobaan terhadap Agustina Nilawati sementara ini sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada pada saat ini.9

Berdasarkan hasil wawancara dan uraian yang sudah dipaparkan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa syarat tindak pidana yang dapat dijatuhkan pidana percobaan adalah pidana yang tergolong dalam tindak pidana ringan dengan ancaman pidana dibawah 1 tahun. Penjatuhan pidana percobaan juga dapat dipertimbangkan apabila terdakwa baru pertama kali melakukan tindak pidana dan penjatuhan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan ini sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.

III. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik Simpulan sebagai berikut:

1. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana percobaan terhadap pelaku tindak pidana perzinahan berdasarkan hasil persidangan dan pemeriksaan saksi-saksi telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah terdakwa melakukan tindak pidana perzinahan dan menjatuhkan pidana kepada

9

(13)

terdakwa dengan pidana penjara 3 bulan serta menetapkan bahwa Pidana tersebut tidak perlu dijalankan oleh terdakwa kecuali ada perintah lain dalam putusan hakim, karena terdakwa dipersalahkan telah melakukan tindak pidana kejahatan/ pelanggaran sebelum berakhir masa percobaan selama 5 (lima) bulan. Putusan Hakim tersebut berdasarkan aspek yuridis dan aspek non yuridis yaitu memperhatikan beberapa faktor yaitu keterangan saksi antara lain suami terdakwa serta saksi lainnya dan keterangan ahli di bidang pidana, keterangan terdakwa Agustina Nilawati. Putusan hakim juga mengacu kepada teori putusan hakim yaitu teori pendekatan intuisi dan teori pendekatan keilmuan.

2. Syarat tindak pidana yang dapat dijatuhkan pidana percobaan adalah Tindak pidana yang tergolong dalam tindak pidana ringan. Tindak pidana yang ancaman hukuman nya tidak melebihi 1 Tahun, dan pelaku tindak pidana baru pertama kali dihukum.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mahrus, 2011, Dasar-Dasar

Hukum Pidana, Jakarta: Sinar

Grafika.

Dewantara, Nanda Agung, 1987, Masalah Kebebasan Hakim

dalam Menangani Suatu

Perkara Pidana, Jakarta:

Aksara Persada.

Soedarto, 1990, Kapita Selekta

Hukum Pidana, Bandung:

Alumni.

Waluyo, Bambang, 2000, Pidana

dan Pemidanaan, Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Setelah suhu medium teradaptasi pada suhu 50°C, kemudian sebanyak satu ose isolat bakteri berumur 24 jam di inokulasikan ke dalam medium tersebut secara

The Effects of Race Discrimination towards The Aborigines seen in the Main Character in Alice Nannup’s When The Pelican Laughed.. Yogyakarta: Department of English

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R yang menunjukkan korelasi berganda, yaitu faktor pola komunikasi keluarga, percaya diri, introversi, dan harga

Pada uji BNT antara kontrol positif dengan formula II menunjukan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%, hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan

Selain itu, adanya kebijakan untuk melakukan pembangunan Bandara Internasional Kualanamu adalah karena keberadaan Bandar Udara Internasional Polonia di tengah kota Medan

Whereas duty ethics would urge such an agent to follow moral principles when she is in doubt as to what to do in a given situation, virtue ethics suggests that agents are guided

kepala daerah untuk menghindari besarnya biaya penyelenggaraan pilkada Berapapun biaya yang akan di keluarkan, sangat penting bagi rakyat untuk memilih pemimpin

Namun yang membedakan bahwa penelitian yang telah dilakukan oleh Diding lebih terfokus pada pengaruh pembiayaan terhadap produktivitas sedangkan penelitian yang dilakukan