1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 43). Erman Suherman (2003: 8) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny Susetyo, 2005: 167) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan pendidik adalah guru. Menurut Sugihartono (2007: 81), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal. Sehingga pembelajaran bisa diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan guru supaya siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan tujuan mendapatkan hasil yang maksimal.
Pembelajaran matematika menurut Bruner dalam Hudoyo (2000: 56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika didalamnya.
2
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wahyudin (2008: 338) bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diajarkan maupun dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikian adalah karena dalam mempelajari materi baru dalam matematika seringkali memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sedangkan orang Arab menyebut matematika dengan „ilmu al-hisab yang berarti ilmu berhitung. Di Indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung. Sebagian orang Indonesia memberikan plesetan menyebut matematika dengan “matimatian”, karena sulitnya mempelajari matematika (Abdusysyakir, 2007: 5). Hal tersebut menjadi PR bagi seluruh guru untuk menanamkan pada pola pikir siswa kalau matematika itu tidak sulit.Depdiknas (2006: 346) menyatakan bahwa matematika meliputi aspek-aspek bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran serta statistika dan peluang. Senada dengan pendapat tersebut, James dan James dalam kamus matematikanya (Erman Suherman, 2003: 16) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.
3
Matematika sangat penting untuk kehidupan sehari-hari, karena pada dasarnya aktivitas yang dilakukan manusia setiap harinya tidak terlepas dari hitung-menghitung. Oleh karena itu matematika perlu diajarkan mulai jenjang pendidikan dasar. Untuk mempermudah mempelajari matematika dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat menarik minat belajar matematika.
Pembelajaran matematika yang menyenangkan adalah salah satu upaya untuk menghilangkan rasa takut siswa terhadap matematika untuk itu guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berpikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien. Pelajaran matematika yang sudah dianggap sulit dan tidak menyenangkan oleh siswa akan mengurangi keinginan untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan menurunnya hasil belajar siswa. Senada dengan pendapat Wahyudin (2008: 338) bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit untuk diajarkan maupun dipelajari. Salah satu alasan mengapa demikian adalah karena dalam mempelajari materi baru dalam matematika seringkali memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang satu atau lebih materi yang telah dipelajari sebelumnya.
4
Tabel 1.1
Ketuntasan Hasil Matematika (Pra Siklus) Kelas V SD Gendongan 03 Salatiga
No. Ketuntasan Frekuensi Persentase
1. Tuntas 10 35.71
2. Belum Tuntas 18 6429
Jumlah 28 100
Nilai Minimal 0
Nilai Maksimal 90
Nilai Rata-tara 59.29
Berdasarkan data di atas permasalahan berkaitan dengan hasil belajar siswa yang tidak maksimal dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Informasi yang diperoleh dari sekolah, hasil Ulangan Harian 1 semester ganjil kelas V SD N Gendongan 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga menunjukkan siswa yang tuntas KKM berjumlah 10 siswa atau 35.71%, sedangkan siswa yang tidak tuntas KKM berjumlah 18 siswa atau 64.29%. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 68. Permasalahan yang selanjutnya berkaitan dengan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran, guru cenderung memindahkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa dengan cara menghafal tanpa melihat apakah siswa dapat memahami proses pengerjaan soal sehingga menemukan hasil, serta guru masih saja menanamkan cara utang kepada siswa dalam penyampaian materi operasi hitung bilangan bulat pada mata pelajaran matematika. Sehingga cenderung anak pasif dan kurang dapat menyalurkan kreativitasnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang menarik dan kreatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan di atas, akan dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Penerapan Contextual Teaching
Learning(CTL) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa
5
1.2 Identifikasi Masalah
1. Cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran cenderung memindahkan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa dengan cara menghafal tanpa melihat apakah siswa dapat memahami proses pengerjaan soal sehingga menemukan hasil, serta guru masih saja menanamkan cara utang kepada siswa dalam menyampaikan materi matematika.
2. Siswa cenderung pasif dan kurang dapat menyalurkan kreativitasnya. 3. Data ketuntasan hasil belajar siswa yang tidak maksimal dalam
mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Informasi yang diperoleh dari sekolah, hasil Ulangan Harian 1 semester ganjil kelas V SD N Gendongan 03 Salatiga menunjukkan siswa yang tuntas KKM berjumlah 10 siswa atau 35.7% saja, sedangkan siswa yang tidak tuntas KKM berjumlah 18 siswa atau 64.3%. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 68.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan pembelajaran,yaitu :
Apakah penerapan model Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Gendongan 03 Kota Salatiga semester 1TahunPelajaran 2016/2017?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dirumuskan, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untukmengetahuipenerapanmodel Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri Gendongan 03 Kota Salatiga semester 1TahunPelajaran 2016/2017.
6
1.5.1Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap peningkatan kualitas pembelajaran
b) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. c) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa.
d) Dapat memudahkan pemahaman siswa dalam menghitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara konkrit.
e) Dapat meningkatkan nilai dan hasil belajar siswa.
1.5.2Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1. Siswa mampu menerapkan konsep operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan tepat dalam kehidupan sehari- hari. 2. Media gambar memberikan pengaruh kepada siswa dalam proses
pembelajaran sehingga siswa tertarik mengikuti pembelajaran dengan baik.
b. Bagi Guru
1. Memberikan masukan kepada guru untuk menerapkan multimedia dan media dalam proses pembelajaran.
2. Memberikan informasi bagi guru untuk menggunakan media gambar sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika bilangan bulat.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat memberikan masukan kepada guru dan kepala sekolah tentang pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran matematika.
2) Dapat memberikan masukan data serta rujukan dalam mengambil suatu keputusan dalam proses pembelajaran di masa yang akan datang.
3) Dapat menumbuhkan iklim pembelajaran siswa aktif dan menyenangkan di sekolah.