• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Hutan musim indonesia Gabungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kawasan Hutan musim indonesia Gabungan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH PENILAIAN KAWASAN

KAWASAN HUTAN

Disusun o leh:

1. BOBBY KURNIAWAN NIM. 13222759

2. BUDI SATRIO NIM. 13222760

3. HELMI RASYID NIM. 13222768

4. RIMA KURNIASIH NIM. 13222782

5. SADAM HUSAIN NIM. 13222784

PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

(2)

KAWASAN HUTAN

A. Pengertian Kawasan Hutan

Hutan merupakan salah satu aset yang perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Istilah-istilah yang berkaitan dengan kawasan hutan antara lain :

1. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.

2. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

3. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.

4. Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

5. Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

(3)

B. Jenis-jenis Hutan 1. Jenis hutan menurut asal

a. Hutan perawan (hutan primer) merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka atau dijamah oleh manusia.

b. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah berusia ratusan tahun.

2. Berdasarkan letak geografisnya

a. Hutan Tropika, yakni hutan-hutan di daerah khatulistiwa.

b. Hutan Temperate, hutanhutan di daerah empat musim (antara garis lintang 23,5º -66º).

c. Hutan Boreal, hutan-hutan di daerah lingkar kutub. 3. Berdasarkan Sifat-Sifat Musimannya

a. Hutan hujan (rainforest), dengan banyak musim hujan. b. Hutan selalu hijau (evergreen forest).

c. Hutan musim atau hutan gugur daun (deciduous forest).

d. Hutan sabana (savannah forest), di tempat-tempat yang musim kemaraunya panjang.

4. Berdasarkan Ketinggian Tempatnya a. Hutan pantai (beach forest).

b. Hutan dataran rendah (lowland forest).

c. Hutan pegunungan bawah (submountain forest). d. Hutan pegunungan atas (mountain forest). e. Hutan kabut (mist forest).

f. Hutan elfin (alpine forest). 5. Berdasarkan Keadaan Tanahnya

a. Hutan rawa air-tawar atau hutan rawa (freshwater swamp forest). b. Hutan rawa gambut (peat swamp forest).

(4)

d. Hutan kerangas (heath forest).

e. Hutan tanah kapur (limestone forest). 6. Berdasarkan Jenis Pohon yang Dominan

a. Hutan jati (teak forest), misalnya di Jawa Timur. b. Hutan pinus (pine forest), di Aceh.

c. Hutan dipterokarpa (dipterocarp forest), di Sumatra dan Kalimantan. d. Hutan ekaliptus (eucalyptus forest) di Nusa Tenggara.

7. Berdasarkan Sifat-Sifat Pembuatannya a. Hutan alam (natural forest).

b. Hutan buatan (man made forest), misalnya : - Hutan rakyat (community forest).

- Hutan kota (urban forest).

- Hutan tanaman industri (timber estates atau timber plantation). 8. Berdasarkan Tujuan Pengelolaan Hutan

a. Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan bukan kayu (non-timber forest product).

b. Hutan Lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air.

c. Taman Nasional merupakan tanah yang dilindungi, biasanya oleh pemerintah pusat, dari perkembangan manusia dan polusi. Taman nasional merupakan kawasan yang dilindungi (protected area).

d. Hutan suaka alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan alam.

e. Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

f. Suaka alam adalah perlindungan suatu kawasan berupa kekayaan alam dan isinya, meliputi pemeliharaan, penelitian, pendidikan, wisata, rehabilitasi kawasan, dan pengamanan segala aset yang berada dalam kawasan perlindungan.

g. Hutan konversi yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.

(5)

Hutan memiliki banyak manfaat untuk manusia. Hutan merupakan paru-paru dunia (planet bumi) sehingga perlu dijaga karena jika tidak maka hanya akan membawa dampak yang buruk bagi manusia di masa kini dan masa yang akan datang.

a. Manfaat/Fungsi Ekonomi

- Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang bernilai tinggi, sebagai contoh, rotan, karet, getah perca yang dimanfaatkan untuk industri kerajinan dan bahan bangunan.

- Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.

- Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar negeri.

b. Manfaat/Fungsi Klimatologis - Hutan dapat mengatur iklim.

- Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen bagi kehidupan.

- Mengurangi polusi untuk pencemaran udara. Tumbuhan mampu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.

c. Manfaat/Fungsi Hidrolis

- Dapat menampung air hujan di dalam tanah. Fungsi hutan lainnya yang begitu bermanfaat bagi kehidupan manusia adalah hutan sebagai tempat penyimpanan air dalam volume yang begitu besar. Air hujan yang jatuh ke bumi akan disimpan dalam akar-akar pohon yang ada di hutan. Manfaat ini sangat terasa ketika dimusim penghujan, hutan bisa dijadikan sebagai pengendali banjir. Ini juga begitu bermanfaat ketika musim kemarau ketika banyak lahan-lahan yang kering bisa dialirkan air.

- Menyimpan, mengatur, dan menjaga persediaan dan keseimbangan air di musim hujan dan musim kemarau.

- Mencegah intrusi air laut yang asin. - Menjadi pengatur tata air tanah. d. Manfaat/Fungsi Ekologis

(6)

permukaan tanah tetapi jatuh ke permukaan daun atau terserap masuk ke dalam tanah.

- Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah karena daun-daun yang gugur akan terurai menjadi tanah humus.

- Sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati. Fungsi hutan tidak hanya diperuntukkan bagi manusia semata, flora dan fauna pun sepantasnya mendapatkan manfaat hutan sebagai habitat atau rumah bagi mereka semua. Oleh sebab itu kita seharusnya untuk tidak merusak habitat mereka. Ini merupakan tugas kita semua untuk menjaga dan mengawasi hutan kita dari kerusakan yang berkepanjangan. Hutan merupakan paru-paru bumi, habitat satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumber daya lainnya. Hutan merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang maupun manfaat intangible yang dirasakan secara tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi.

2. Fungsi Kawasan Hutan

Menurut Undang- undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, berdasarkan fungsi pokoknya hutan dibagi menjadi hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi.

a. Hutan produksi merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan produksi diperuntukkan bagi produksi kayu, rotan, getah, dan hasil hutan lainnya. Hutan produksi ini terdiri dari hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas dan meliputi 30 % dari luas kawasan hutan di Papua (kurang lebih 12.673.200juta hektar). Hutan produksi juga merpakan kawasan hutan yang secara hukum dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan nasional untuk kesejahteraan dan juga diatur pada Pasal 32 PP Nomor 6 Tahun 2007.

(7)

dipertahankan. Luas hutan lindung adalah 10.619.090 hektar atau 25 % dari luas seluruh kawasan hutan yang ada dimana dalam Pasal 25 PP Nomor 6 Tahun 2007 pemanfaatan hutan lindung melalui pemanfaatan air, perlindungan keanegaragaman hayati dan penyelamatan perlindungan lingkungan, penyerapan dan penyimpanan karbon. Hutan suaka alam dan hutan wisata, meliputi kawasan seluas kurang lebih 8.025.820 hektar atau 19% kawasan hutan di Indonesia. Kawasan hutan ini diperuntukan bagi perlindungan dan pelestarian sumber plasma nutfah dan sistem penyangga kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pariwisata.

c. Hutan konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan secara optimal, adil, dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat, pemanfaatan hutan dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan, yaitu kawasan hutan konservasi kecuali pada cagar alam, zona rimba, dan zona inti dalam taman nasional, hutan lindung dan hutan produksi. Pemanfaatan hutan lindung dapat berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu melalui pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK), Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL), dan Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK), sedangkan dalam blok perlindungan pada hutan lindung, dilarang melakukan kegiatan pemanfaatan hutan.

(8)

Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya. Usaha pemanfaatan jasa lingkungan dapat dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan aliran air, pemanfaatan air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan serta penyerapan atau penyimpan karbon. Kegiatan usaha ini dapat dilakukan dengan ketentuan yaitu tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya, tidak mengubah bentang alam dan tidak merusak keseimbangan unsur lingkungan.

Pemungutan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan bukan kayu dengan batasan waktu, luas dan volume tertentu. Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada lindung berupa rotan, madu, getah, buah, jamur atau sarang burung walet. Pemungutan ini dilakukan dengan ketentuan yaitu hasil hutan bukan kayu yang merupakan hasil reboisasi atau tersedia secara alami, tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi utamanya. Pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan lindung hanya boleh dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan. Fungsi hutan dalam pembangunan yang tertuang dalam kebijakan umum pembangunan kehutanan dalam PELITA VI dituangkan di dalam GBHN 1993 sebagai berikut :

a. pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan fungsi hutan, dan dengan mengutamakan pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup, memelihara tata air, serta untuk memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja, meningkatkan sumber dan pendapatan negara, devisa serta mengacu pembangunan daerah.

b. pengembangan produksi hasil kayu dan non kayu diselenggarakan melalui upaya peningkatan pengusahaan hutan produksi, hutan rakyat, hutan tanaman industri dan upaya peningkatan produktivitas hutan alam yang didukung oleh penyediaan bibit hutan tanaman hutan yang unggul dan budidaya kehutanan yang tangguh. c. hutan sebagai salah satu penentu ekosistem, pengelolaannya ditingkatkan secara

(9)

d. upaya rehabilitasi hutan dan tanah kritis, konservasi tanah, rehabilitasi sungai, rawa, pelestarian gua-gua alam, karang laut, flora dan fauna langka serta pengembangan fungsi DAS ditingkatkan dan makin disempurnakan.

D. Penilaian Kawasan Hutan

1. Direct Use Value (DUV) Contoh :

(10)

b. Pemanfaatan hasil hutan non kayu pada hutan produksi dan hutan lindung.

(11)

2. Indirect Use Value (IUV)

Contohnya penangkaran satwa liar, rehabilitasi satwa dan perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan, penyerapan dan/atau penyimpanan karbon.

3. Option Value (OV) Contoh :

a. budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, budidaya jamur, budidaya lebah, pada hutan lindung;

b. ketersediaan air yang dapat digunakan sebagai sumber energi listrik desa. 4. Bequest Value (BV)

(12)

E. Potensi Kawasan Hutan 1. Potensi hasil hutan kayu

Jenis-jenis hasil hutan kayu yang dimanfaatkan dikelompokkan menjadi :

a. Kelompok Meranti terdiri dari Matoa (Pometia spp.), Merbau (Instiaspp.), Mersawa (Anisoptera spp.), Kenari (Canarium spp.), Nyatoh (Palaquium spp.), Resak (Vatica spp.), Pulai (Alstonia spp.), Damar (Agathis spp.), Araucaria (Araucaria spp.), Kapur (Dryobalanops spp.), Batu (Shorea spp.), Mangga hutan (Mangifera spp.), Celthis (Celthisspp.), dan Kayu Cina (Podocarpus spp.) b. Kelompok Kayu Campuran terdiri dari Ketapang, Binuang, Bintangur, Terentang,

Bipa, Kayu Bugis, Cempaka, Pala hutan.

c. Kelompok Kayu Indah terdiri darijenis; Dahu (Dracontomelon spp.),Linggua (Pterocarpus spp.), dan Kuku. Potensi kayu ini sudah dimanfaatkan, diusahakan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan industri pengolahan kayu. 2. Potensi Hasil Hutan Non Kayu, antara lain :

a. Potensi Rotan b. Potensi Hutan Sagu

Potensi sagu belum dimanfaatkan secara optimal sehingga masih dimungkinkan diusahakan dalam skala industri. Kegiatan industri untuk pemanfaatan sagu akan diusahakan oleh pihak swasta untuk pembuatan bahan bakar (bioenergy).

c. Potensi Nipah

Luas hutan yang ditumbuhi nipah diperkirakan seluas 1.150.000 ha. Potensi nipah belum dapat diketahui tahap pemanfaatan masyarakat lokal berupa pemanfaatan daun dan buah untuk pembuatan minuman lokal yang beralkohol.

F. Permasalahan pada Kawasan Hutan dan Potensi Kerugiannya

(13)

keanekaragaman hayati dunia. Sebanyak 10% hutan hujan dunia terletak di wilayah Indonesia, bahkan 50 tahun lalu 82% wilayah Indonesia tertutup oleh hutan. Namun demikian, keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya semakin hari semakin terancam keberadaannya, akibat deforestasi dan perburuan liar. Perusakan hutan tanpa belas kasihan demi memperoleh keuntungan dari kertas dan bubur kertas, kelapa sawit, serta pertambangan menyebabkan tutupan hutan di Indonesia hanya tinggal 48% dalam dekade terakhir. Terlebih, hutan Indonesia memiliki tingkat deforestasi yang paling cepat dibandingkan negara lain di seluruh dunia. Belum lagi, gelar sebagai negara dengan megabiodiversitas nampaknya harus membuat Indonesia malu atas daftar panjang terkait satwa liar yang terancam punah. Sebanyak 184 jenis mamalia, 119 jenis burung, 32 jenis reptil, dan 32 jenis amphibi tercatat sebagai satwa terancam punah oleh IUCN (2011).

Perubahan iklim yang melanda dunia bukan saja diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Greenpeace dalam laporannya, Hutan Tropis Indonesia dan Krisis Iklim menyatakan bahwa kerusakan hutan tropis bertanggung jawab atas seperlima emisi gas rumah kaca di bumi, jumlah yang lebih banyak dari akumulasi emisi dari pesawat, mobil, dan kereta di seluruh dunia. Secara ringkas, dijelaskan bahwa perusakan dan degradasi hutan berpengaruh besar terhadap perubahan iklim dalam dua hal, yaitu (1) perambahan dan pembakaran hutan melepaskan CO2 ke atmosfir serta (2) rusaknya hutan akan mengurangi area hutan yang menyerap CO2. Melindungi hutan berarti menghentikan perubahan iklim. Jika kita menghancurkan hutan tropis yang tersisa, maka kita telah kalah dalam pertarungan menghadapi perubahan iklim.

(14)

Hal ini memicu angka kematian manusia akibat serangan harimau meningkat dari rata-rata 2 menjadi 14 jiwa pertahunnya. Harimau Sumatera yang masuk dalam IUCN Redlist sebagai spesies terancam punah, merupakan spesies indikator sebagai tanda vital akan kondisi kesehatan hutan. Oleh sebab itu, ketika harimau tidak lagi dapat hidup di dalamnya, maka keberlangsungan hidupan hutan dan spesies lain di dalamnya juga turut terancam. Ditinjau dari segi kesehatan global, perburuan satwa dan perdagangan produk satwa secara ilegal, memiliki peluang risiko penyebaran penyakit zoonotik. Tindakan illegal trading and trafficking menjadi 'jalur cepat' penyebaran penyakit antarwilayah/negara.

Hidup di lingkungan urban terkadang membuat kita melupakan hubungan manusia dengan alam. Hutan tropis sebagai surga bagi berbagai spesies, harus kita lindungi dan lestarikan. Kita sebagai masyarakat yang baik, hendaknya meningkatkan kesadaran kita terhadap kelestarian hutan dan satwa di dalamnya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengurangi penggunaan produk-produk berbahan dasar hasil hutan secara berlebihan serta berhenti memperjualbelikan satwa liar maupun produknya. Hutan Indonesia memiliki kekayaan yang tidak ternilai, yang harus kita lestarikan.

Sekitar 70% daratan di Indonesia berupa kawasan hutan Negara. Pengelolaan hutan tersebut berada pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengelolaan hutan memberikan tambahan PAD (Pendapatan Asli Daerah), membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan menggiatkan sektor ekonomi. Namun pemanfaatan hutan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hutan. Dampak kerusakan hutan bagi perekonomian hanyalah bagian kecil dari total dampak yang sebenarnya. Dampak ekonomi tidak mencerminkan seluruh dampak yang terjadi. Fungsi hutan sebagai daya dukung lingkungan justru memberi peran lebih besar.

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan deforestasi dan degradasi hutan, antara lain:

1. Akibat Alam

a. Letusan gunung berapi.

b. Naiknya air permukaan laut dan tsunami. c. Serangan hama dan penyakit.

2. Akibat Ulah Manusia a. Kebakaran hutan.

(15)

c. Perladangan berpindah. membuka lahan hutan untuk membuat kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan juga untuk areal perkantoran. Untuk menunjang kebutuhan tersebut pemerintah daerah mengajukan izin alih fungsi lahan ke kementerian kehutanan.

3. Akibat Kebijakan

Akar masalah yang dihadapi dalam mewujudkan kinerja pengurusan hutan yang baik terfokus pada masalah prakondisi, antara lain konflik kebijakan penataan ruang, lemahnya penegakan hukum, rendahnya kapasitas pengurusan hutan, serta ketiadaan institusi pengelola untuk kawasan hutan produksi dan hutan lindung.

a. Kebijakan pengelolaan hutan yang kurang tepat.

Kerusakan hutan juga dapat terjadi karena kebijakan yang dibuat lebih memperhatikan segi ekonomis dibandingkan dengan segi ekologis. Kebijakan pengelolaan hutan yang kurang tepat dari pemerintah sebagai suatu “pengrusakan hutan yang terstruktur” karena kerusakan tersebut didukung oleh regulasi dan ketentuan yang berlaku. Salah satu bentuk kebijakan yang kurang tepat adalah target pemerintah yang mengandalkan sumberdaya hutan sebagai sumber pendapatan baik ditingkat nasional maupun daerah.

b. Deforestasi yang direncanakan

(16)

juga terjadi di kawasan hutan produksi untuk pertambangan terbuka, sedangkan deforestasi yang tidak direncanakan terjadi akibat konversi hutan yang terjadi di semua kawasan hutan akibat berbagai kegiatan yang tidak terencana, terutama kegiatan ilegal. Berdasarkan analisis data satelit, selama periode 2000-2005, hutan yang dikonversi baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan mencapai 1.089.560 Ha per tahun (Badan Planologi Kehutanan, 2008). Sampai tahun 2007, total luas deforestasi yang direncanakan mencapai 4.609.551 Ha. Deforestasi yang direncanakan ini mulai marak terjadi setelah tahun 1990, sehingga laju deforestasi yang direncanakan rata-rata mencapai 230.477 ha per tahun (21% dari total deforestasi). Dengan demikian laju deforestasi yang tidak direncanakan sekitar 859.083 Ha per tahun. Sampai akhir Desember 2010 sudah ada sekitar 520 permohonan yang diajukan ke Kementerian Kehutanan untuk pelepasan kawasan. Luas kawasan hutan yang diajukan untuk dilepas rata-rata mencapai 200.000 Ha per pemohon. Apabila tidak ada kebijakan baru terkait pembatasan pemekaran wilayah dan pembatasan pemanfaatan ruang, diperkirakan semua HPK yang luasnya sekitar 22,7 Ha akan habis dalam waktu tidak lebih dari 10 tahun ke depan. Berdasarkan hasil kajian IFCA (Kemenhut, 2008), deforestasi yang tidak direncanakan sebagian besar terjadi di kawasan hutan produksi, kemudian diikuti di kawasan hutan konservasi dan hutan lindung. Laju deforestasi yang tidak direncanakan ini diperkirakan akan meningkat ke depan, khususnya pada kawasan hutan yang aksesnya lebih terbuka, hutan produksi yang tidak ada pemegang izin pengelolaannya dan hutan lindung. Pada sebagian hutan konservasi, keberadaan Balai Taman Nasional diharapkan dapat meminimumkan deforestasi yang tidak direncanakan ini. Sampai dengan akhir 2009, hampir separuh kawasan hutan di Indonesia (46,5% atau 55,93 juta hektare) tidak dikelola dengan intensif (DKN, 2009);

c. Kurangnya Kebijakan Inovatif

(17)

masyarakat setempat, baik yang tinggal di dalam maupun di sekitar wilayah sasaran. Pendekatan kreatif dan inovatif yang dapat memberikan manfaat hubungan social-ekonomi jangka panjang antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat local belum diterapkan pada program rehabilitasi. Misalnya kebijakan pemerintah terhadap pengusaha HPH lebih pada pengendalian jumlah produksi hasil hutan sedangkan hutan alam sebagai stock tidak menjadi perhatian utama. Hutan alam sebagai stock berupa tegakan muda, tegakan yang siap ditebang atau menunggu ditebang, tidak menjadi perhatian untuk dijaga dan dipelihara karena tidak menjadi kriteria dalam penilaian kinerja pemegang ijin. Kebijakan tersebut menyebabkan perusahaan enggan melindungi hutan alam dalam kawasan yang dikelola, dan di sisi lain pengendalian jumlah produksi dengan banyak peraturan menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Perlu inovasi dalam kebijakan agar pengusaha mau melakukan recovery terhadap hutan

d. Konflik kepemilikan lahan

Konflik atas kepemilikan lahan terjadi karena adanya tumpang tindih kepemilikan lahan. Konflik tersebut disebabkan oleh ketidakjelasan kerangka hukum yang mendasarinya, terutama implikasi yang saling bertentangan antara UU 41/1999 tentang Kehutanan dan UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Kemudian, peraturan-peraturan sektoral yang berbeda, misalnya tentang kehutanan, hutan tanaman dan pertambangan, kurang sinergis. Selain itu, peraturan dan tata cara pelaksanaan di berbagai tingkat pemerintahan yang berbeda belum sinergis atau belum sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia.

e. Pengelolaan hutan yang kurang efektif

(18)

jawab pengelolaan Hutan Produksi sebagian besar berada di tangan pemegang konsesi yang bekerja dengan pengawasan yang minim dari pemerintah.

f. Rehabilitasi dilakukan hanya sebatas proyek

Rehabilitas berjalan selama masa periode tertentu saja atau hanya sebatas masa proyek. Selama lebih dari 30 tahun, kegiatan rehabilitasi dilaksanakan pada lebih dari 400 lokasi di Indonesia. Namun, pada tahun 2002 total luas areal hutan dan lahan yang terdegradasi telah mencapai 96,3 juta ha (54,6 juta ha di dalam kawasan hutan dan 41,7 juta ha di luar kawasan hutan). Faktor keberhasilan proyek rehabilitasi antara lain adanya keterlibatan masyarakat setempat secara aktif, dan dilakukannya intervensi teknis untuk mengatasi penyebab degradasi hutan. Sampai saat ini factor keberhasilan dari berbagai proyek rehabilitasi belum tercapai dan sulit untuk bisa dipertahankan dalam jangka panjang, terutama setelah proyek selesai. Orientasi keproyekan masih sangat kuat, sehingga mengakibatkan: a) pemeliharaan yang tidak memadai pada bibit yang telah ditanam; b) kurangnya keberlangsungan pendanaan setelah proyek selesai karena tidak adanya mekanisme reinvestasi, kurangnya analisis kelayakan ekonomi yang memadai atau tidak adanya kepastian integrasi dengan pasar yang jelas; c) insentif ekonomi yang tidak jelas, mengurangi minat masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara aktif; d) partisipasi masyarakat yang terbatas karena masalah tenurial yang tidak terselesaikan dan organisasi masyarakat yang tidak efektif; e) pembangunan kapasitas bagi masyarakat yang tidak efektif; f ) pertimbangan yang tidak memadai terhadap aspek sosial-budaya; dan pada tingkat yang lebih luas, tidak adanya pembagian hak dan tanggung jawab yang jelas antara pemangku kepentingan terkait, terutama pemerintah daerah, masyarakat dan dinas kehutanan.

4. Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum di bidang kehutanan dapat diamati dari hanya sedikit pelanggaran hukum di bidang kehutanan yang berhasil dituntut dan para pengusaha sebagai pelaku utama justru dapat menghindari hukuman. Penegakan peraturan perundangan yang tidak efektif dapat disebabkan antara lain oleh hal-hal berikut : a. Substansi peraturan tidak dapat rnengendalikan biaya transaksi tinggi di luar biaya

(19)

b. Instansi pemerintah belum menerapkan peraturan itu sehingga kontrol yang seharusnya dilakukan tidak berjalan;

c. Masyarakat (terrnasuk dunia usaha) belum memahami isi peraturan atau bahkan tidak mengetahuinya sarna sekali; pentingnya manfaat hutan. Berbagai media dipergunakan untuk membuat iklan-iklan tentang penyelamatan hutan, kampanye lingkungan dilakukan dimana-mana, ditambah lagi artikel, makalah, paper maupun hasil penelitian oleh para ahli yang mengulas mengenai dampak dan akibat kerusakan hutan, namun semua itu belum juga sepenuhnya dapat menyadarkan masyarakat.

Akibat dan dampak dari kerusakan hutan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Terganggunya sistem hidro-orologis

Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan untuk menjaga tata air. Air hujan yang jatuh tidak dapat diserap dengan baik oleh tanah, laju aliran permukaan atau runoff begitu besar. Air Hujan yang jatuh langsung mengalir ke laut membawa berbagai sedimen dan partikel hasil dari erosi permukaan. Terjadinya banjir bandang dimana-mana yang menimbulkan kerugian harta maupun nyawa. Masyarakat yang terkena dampaknya kehilangan harta benda dan rumah tempat mereka berteduh akibat terbawa banjir bandang, bahkan ditambah kerugian jiwa yang tak ternilai harganya.

2. Kemiskinan dan Kerugian secara ekonomis

Masyarakat Indonesia akan bertambah miskin jika kita tidak mempunyai hutan, itulah yang dikatakan Presiden Bambang Yudhoyono. Departemen Kehutanan mengemukakan bahwa kerugian negara per hari mencapai Rp. 83 milyar, itu hanya dari kerusakan hutan akibat penebangan liar.

3. Hilangnya Biodiversitas

(20)

yang belum diketahui nama dan manfaatnya hilang dari permukaan bumi. Hutan Indonesia yang termasuk hutan hujan tropis memiliki 3000 jenis tumbuhan di dalam satu hektar ditambah lagi jenis satwa yang ada di dalamnya. Jika laju deforestasi yang mencapai 1-2 juta hektar per tahun tidak dapat dicegah maka hutan-hutan tropis ini akan hilang.

4. Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Hutan sebagai paru-paru dunia penghasil oksigen bagi semua mahluk di bumi tidak bisa menjalankan fungsinya mendaur ulang karbondioksida. Karbondioksida di udara semakin tinggi menyebabkan efek gas rumah kaca.

5. Kerusakan Ekosistem Darat maupun Laut

Pengertian dan definisi hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, yang satu dengan lain tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu komponen hutan di rusak, akan berpengaruh terhadap komponen ekosistem yang lain. Hubungan keterkaitan antara struktur dan fungsi di dalam ekosistem berjalan dalam keseimbangan yang harmonis, tetapi bila struktur hutan menjadi rusak, akibat dan dampaknya akan mempengaruhi fungsi hutan itu sendiri. Kerusakan tidak hanya terjadi pada ekosistem hutan di darat, namun berdampak pada kerusakan ekosistem di laut juga. Akibat kerusakan hutan terjadi erosi dan banjir membawa sedimen ke laut yang merusakan ekosistem laut. Ikan dan Terumbu karang sebagai mahluk hidup diperairan mendapat akibat dari aktivitas pengrusakan di darat. Kerusakan seperti ini sangat dirasakan oleh pulau-pulau kecil di Indonesia, dengan ciri daerah das yang pendek dan topografi yang curam sangat cepat pengaruhnya terhadap lingkungan laut.

6. Abrasi Pantai

Bila pohon-pohon di pesisir pantai ditebang maka tidak ada lagi perlindungan bagi kawasan pantai. Salah satu fungsi hutan mangrove maupun hutan pantai adalah menjaga daerah pantai dari hempasan ombak laut. Ombak laut yang menerjang pesisir pantai, dapat menyebabkan abrasi pantai.

7. Intrusi dari Laut

(21)

kebutuhan hidup rumah tangga yang menyedot terus persediaan air tanah tanpa adanya keseimbangan infiltrasi dari air hujan yang jatuh.

8. Hilangnya budaya masyarakat

Dirasakan sangat nyata bahwa hutan menjadi sumber penghidupan dan inspirasi dari kehidupan masyarakat. Berbagai ragam budaya yang terkait dengan hutan seperti simbol-simbol dan maskot yang diambil dari hutan, misalnya Harimau sebagai maskot dari Reog, pencak silat sebagai seni bela diri Indonesia, Bekantan sebagai maskot dari Kalimantan, dan sebagainya. Jika semua ini punah maka hilanglah sumber inspirasi dan kebanggaan dari masyarakat setempat.

Sumber :

 Ayat, Asep dan Jusupta Tarigan. 2010. Hutan Desa Lubuk Beringin : Skenario konservasi Kabupaten Bungo.

 Rahmawaty. Hutan : Fungsi dan Peranannya bagi Masyarakat. Fakultas Pertanian dan Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

 Riyanto, Budi. 2004. Selayang Pandang Pengelolaan Kawasan Hutan Di Indonesia. Bogor : Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan.

 Supriadi. 2010. Hukum Kehutanan Hukum Perkebunan di Indonesia. Jakarta : PT Sinar Grafika.

Hasil Hutan Bukan Kayu. http://ilmuhutan.com/hasil-hutan-bukan-kayu/. (Diakses 12 maret 2015)

Hutan Lindung Wanagama, Menikmati Pesona Alam Pegunungan. yogyakarta.panduanwisata.id/hiburan/wanagama-hutan-lindung-tempat-berteduh-pangeran-charles-saat-berkunujung-ke-indonesia/ (Diakses 12 maret 2015)

Manfaat Dan Fungsi Hutan Lindung.

http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03/manfaat-dan-fungsi-hutan-lindung.html. (Diakses 12 maret 2015)

http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/hutan-indonesia-kekayaan-dan-kompleksitas-mas/blog/48605/

 http://www.bangazul.com/permasalahan-hutan-di-indonesia/

(22)

http://kiprahagroforestri.blogspot.com/2010/09/hutan-desa-lubuk-beringin-skenario.html. (Diakses 12 maret 2015)

 http://nttprov.go.id/new/index.php/2014-03-13-05-53-54/potensi-kehutanan, Propinsi NTB Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

206 Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh pemberian inulin dari umbi bunga dahlia dalam bentuk tepung maupun ekstrak, yang dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan ayam

Semen gigi yang digunakan sebagai bahan tambal yang mempunyai kekuatan yang rendah dibandingkan resin komposit dan amalgam, akan tetapi dapat digunakan untuk daerah

generasi terakhir yang digunakan pada sektor privat dapat pula digunakan pada sektor pemerintah, dengan berbagai modifikasi... Manajemen Kolaborasi

Sementara ekspor mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 0,86 persen terkait dengan menurunnya harga komoditas unggulan Kalimantan Selatan yaitu batubara sekitar 13,15 persen

Nada –nada yang bernuansa kesedihan, lantunan melodi-melodi dan hentakan dari alat-alat perkusi serta peran dari alat musik lain yang saya gunakan pada karya ini

Unus (2009) mengemukakan bahwa semakin besar ukuran diameter telur akan semakin baik, karena dalam telur tersebut tersedia makanan cadangan sehingga larva ikan akan

Cara kerjanya adalah jika bibit ikan masuk dan melewati pipa akrilik maka secara otomatis ikan akan menutupi cahaya inframerah yang dipancarkan infrared LED kepada