• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERAN INTERNASIONAL DALAM SENGK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERAN INTERNASIONAL DALAM SENGK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERAN INTERNASIONAL DALAM SENGKETA

SEMENANJUNG KOREA

Albert Renaldi Tambunan

renaldialbert@students.unnes.ac.id

Abstrak

Konflik di semenanjung Korea diawali hanya oleh dua negara yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Akan tetapi pada kenyataannya banyak negara yang ikut mempengaruhi dan terlibat di dalam konflik ini. Negara tersebut antara lain Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet. Ada berbagai alasan mengenai penyebab dari sering munculnya konflik di Semenanjung Korea. Bagian utara Korea berbatasan dengan wilayah Cina (Manchuria sebagai wilayah industri berat). Bagian timur laut Korea berbatasan dengan sebagian wilayah Uni Soviet dan ada pelabuhan yang sangat penting bagi Uni Soviet serta adanya pangkalan armada laut Uni Soviet di Asia Pasifik pada era abad 19. Bagian tenggara Korea merupakan wilayah perairan Jepang yang notabenenya sejak era post-Perang Dunia 2 merupakan sekutu terdekat Amerika Serikat di kawasan ini. Pada awalnya, wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah imperialisme Jepang pada era Perang Dunia 2, namun dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu pada Agustus 1945, maka wilayah Korea diambil alih oleh pihak Uni Soviet setelah Jepang kalah berperang dengan Uni Soviet pada tanggal 8 Agustus 1945. Berdasarkan pada kebijakan containment AS, maka pihak Washington dan Moscow mengadakan suatu perundingan untuk membagi kekuasaan Korea secara garis 38 derajat lintang utara sehingga ada pembatasan wilayah demi alasan politik yang membentuk Korea bagian utara di bawah pengaruh Uni Soviet dan Korea bagian selatan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat.

Kata kunci : Konflik, Semenanjung Korea, Negara Lain

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konflik di semenanjung Korea dimulai sejak 25 Juni 1950 diawali hanya oleh dua negara yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. Akan tetapi pada kenyataannya banyak negara yang ikut mempengaruhi dan terlibat di dalam konflik ini. Negara tersebut antara lain Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet. Alasan awal terjadinya konflik ini adalah perbedaan ideologi serta isu perbatasan yang menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini, karena pembatas wilayah bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara.1

Bagian utara Korea berbatasan dengan wilayah Cina (Manchuria sebagai wilayah industri berat). Bagian timur laut Korea berbatasan dengan sebagian wilayah Uni Soviet dan ada pelabuhan yang sangat penting bagi Uni Soviet serta adanya pangkalan armada laut Uni Soviet di Asia Pasifik pada era abad 19. Bagian tenggara Korea merupakan wilayah perairan Jepang yang notabenenya sejak era post-Perang Dunia 2 merupakan sekutu

(2)

terdekat Amerika Serikat di kawasan ini. Pada awalnya, wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah imperialisme Jepang pada era Perang Dunia 2, namun dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu pada Agustus 1945, maka wilayah Korea diambil alih oleh pihak Uni Soviet setelah Jepang kalah berperang dengan Uni Soviet pada tanggal 8 Agustus 1945. Berdasarkan pada kebijakan containment AS, maka pihak Washington dan Moscow mengadakan suatu perundingan untuk membagi kekuasaan Korea secara garis 38 derajat lintang utara sehingga ada pembatasan wilayah demi alasan politik yang membentuk Korea bagian utara di bawah pengaruh Uni Soviet dan Korea bagian selatan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat.2

Korea Utara di bawah pemimpin baru Kim Jong-un memang memulai konflik dengan memprovokasi negara tetangga tersebut. Provokasi yang dilakukan merupakan serangan artileri ke Korea Selatan yang pada akhirnya membuat suasana di kawasan tersebut kembali tegang secara mendadak.

Pada tanggal 26 Maret 2010, yakni kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam. Korea Selatan lantas menaruh curiga pada Korea Utara. Hubungan kedua negara memanas. Kemudian pada tanggal 24 November 2010, sekitar pukul 15.00 waktu Korea, Korea Utara tiba-tiba menembakkan artileri ke arah Pulau Yeonpyeong, Korea Selatan. Tak lama kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan di pulau itu terkena serangan bombardir.

Ketegangan semakin menjadi dikarenakan mereka meningkatkan ancaman perang mereka, yakni dengan ancaman berupa senjata nuklir. Ancaman nuklir itu ternyata tidak hanya ditujukan kepada Korea Selatan, tetapi juga kepada sekutu negeri Ginseng itu, yaitu Amerika Serikat (AS). Dalam beberapa pekan terakhir Korea Utara berulang kali mengeluarkan peringatan dengan mengumumkan negara itu masuk kondisi perang dengan Seoul dan memblokir akses ke kawasan industri Kaesong yang dikelola bersama dengan Korea Selatan. Korea Utara bahkan telah mempersiapkan uji coba nuklir keempat, setelah uji coba nuklir 12 Februari lalu menyebabkan PBB memberikan sanksi lebih keras dan memicu tanggapan bermusuhan dari Pyongyang.

B. Kronologi

Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.

Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan sebagai aksi polisional di bawah bendera PBB daripada sebuah perang, dikarenakan untuk menghilangkan keperluan kongres mengumumkan perang. 25 Juni 1950 -artileri telah diluncurkan, tank-tank dan pasukan infanteri Tentara Korea

(3)

Utara mulai menyerang Korea Selatan, sebuah kawasan di selatannya berseberangan haluan secara politik, yang hanya dipisahkan garis imajiner 38˚. 4 Januari 1951 - Tentara Korea Utara yang dibantu Cina berhasil menguasai Seoul. 27 Juli 1953 - Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan saat itu, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.3

60 tahun kemudian, 26 Maret 2010 kapal perang Korea Selatan Cheonan tenggelam. Korsel menaruh curiga pada Korut. Hubungan kedua negara memanas. 24 November 2010 Korut melakukan serangan artileri ke pulau Yeonpyeong yang menjadi markas militer Korsel, dengan melepaskan 200 artileri. Tidak lama kemudian, saksi mata melihat bangunan-bangunan di pulau itu terkena serangan bombardir. Api kemudian langsung membara. Saksi mata mengatakan 60-70 rumah di Yeonpyeong kebakaran akibat serangan artileri. Sekitar 10 menit kemudian, Korsel langsung membalas serangan artileri. Kedua pihak saling balas bombardir. Sementara saksi mata mengatakan warga Yeonpyeong dievakuasi ke dalam bungker. Artileri Korut pun melumpuhkan listrik di Pulau Yeonpyeong, dua warga dilaporkan terluka. Asap mulai mengepul tinggi dari rumah-rumah warga. Pihak militer Korsel menyatakan status siaga tinggi. Kebakaran semakin luas di Pulau Yeonpyeong. Beberapa rumah runtuh setelah terbakar hebat. Jet tempur Korsel langsung diterbangkan ke lokasi.

Pemerintah Korsel langsung menggelar rapat mendadak. Mereka mengatakan akan mengambil tindakan tegas jika Korut melanjutkan provokasi. Namun Presiden Korsel Lee Myung-bak menyerukan upaya untuk meredam aksi saling tembak. Satu jam berlalu atau sekitar pukul 16.00 waktu Korea, pihak Korsel menyerukan penghentian aksi saling bombardir. Warga Pulau Yeonpyeong mulai diungsikan ke luar pulau dengan perahu nelayan. Perang bombardir berhenti. Militer Korsel mengumumkan satu tentara tewas, 13 luka-luka termasuk 3 orang luka berat. Selang beberapa bulan Ketegangan kembali terjadi antara militer Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) di Laut kuning, Rabu, 10 Agustus 2011. Pemicunya, peluru artileri Korut jatuh di perairan dekat perbatasan kedua negara.

Menteri Pertahanan Korsel, Kim Min-seok, yang dikutip kantor berita Associated Press,mengatakan Korut menembakkan tiga artileri ke arah perbatasan utara Korsel di Laut Kuning. Tidak tinggal diam, militer Korsel langsung membalasnya dengan jumlah tembakan yang sama. Semua tembakan artileri tersebut jatuh di laut. Tidak dilaporkan adanya korban terluka akibat insiden itu. Tembakan Korut jatuh di perairan dekat pulau Yeonpyeong yang sempat menjadi sasaran tembak November tahun lalu, menewaskan empat orang. Seorang pejabat Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan namanya mengatakan tembakan terjadi secara tiba-tiba. kala itu kedua belah pihak tidak ada yang tengah melakukan latihan perang. Saat ini, militer Korsel tengah mencari motif yang melatarbelakangi penyerangan tersebut.

Garis perbatasan sengketa kedua negara di Laut Kuning kerap menjadi pemicu ketegangan sejak tahun 1999 yang menewaskan puluhan orang. Korut mengatakan garis batas seharusnya lebih ke arah selatan. Namun, pihak Seoul menolak dengan mengatakan jika menuruti Korut maka sektor

(4)

perikanan di lima pulau Korsel terancam. Selain itu, jika dituruti, maka akses ke pelabuhan Incheon menjadi tertutup.

Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah mengalami perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang terbatas. Meskipun kedua negara memiliki dukungan negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja tak pernah terjadi perang berskala dan intensitas besar maupun massif. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara ini adalah perang Proxy, atau perang yang tak melibatkan kekuatan utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.4

C. Rumusan Masalah

Setelah mengemukakan permasalahan secara umum yang kemudian akan dibahas dalam analisis ini melalui pemaparan pada bagian latar belakang, saya membagi 3 rumusan permasalahan untuk dibahas mengenai Konflik di Semenanjung Korea, sebagai berikut:

1. Apakah dampak perang bagi masyarakat Korea Selatan dan Korea Utara ?

2. Mengapa Amerika melibatkan diri dalam dalam perang di Semenanjung Korea ?

3. Upaya apa saja yang telah ditempuh oleh kedua negara dan dunia internasional untuk menyelesaikan sengketa tersebut ?

PEMBAHASAN

1. Dampak Bagi Masyarakat Kedua Negara

a. Dampak Ekonomi kedua belah pihak (Utara dan Selatan) :

Perang antar kedua pihak ini mengakibatkan hancurnya infrastruktur dan ekonomi negara. Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea Selatan. Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan menjadi salah satu Macan Asia.

b. Dampak Politik :

Korea Selatan mengadopsi sistem politik yang demokratis, berbeda dengan sistem politik di Korea Utara yang komunis-sentralistik. Dengan sistem demokrasi, maka pihak militer meninggalkan perannya dari arena politik, sedangkan pihak Korea Utara lebih menekankan nilai hierarki struktur keluarga sebagai pemimpin berikutnya.

c. Dampak Militer dan Keamanan :

Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, Korea Utara lebih menekankan ekonomi dalam upayanya meningkatkan kapasitas militer dan nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh dari kepemilikan senjata nuklir ini, maka secara tidak langsung menyebabkan instabilitas kawasan Asia Pasifik, terlebih dengan beberapa percobaan peluncuran nuklir Korea

(5)

Utara yang menurut data intelijen mampu menjangkau sebagian wilayah Amerika Serikat.

Korea Utara dan Korea Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian secara resmi dan dengan demikian mereka secara resmi masih berperang; hanya gencatan senjata yang telah dinyatakan. Pemerintah Korea Selatan menjadi didominasi oleh militernya dan keadaan yang relatif damai ini diselingi oleh pertempuran perbatasan dan beberapa upaya pembunuhan. Korea Utara gagal dalam beberapa upaya pembunuhan terhadap para pemimpin Korea Selatan, terutama pada tahun 1968, 1974 dan 1983; terowongan sering ditemukan di bawah Zona Demiliterisasi dan perang hampir pecah karena terjadinya insiden pembunuhan kapak di Panmunjeom pada 1976. Pada 1973, beberapa kontak tingkat tinggi yang sangat rahasia mulai dilakukan melalui kantor-kantor Palang Merah, tetapi berakhir setelah insiden Panmunjeom dengan sedikit kemajuan yang telah dibuat. Pada akhir 1990-an, ketika Korea Selatan beralih ke demokrasi, keberhasilan kebijakan Nordpolitik, dan kekuasaan di Korea Utara beralih kepada Kim Jong-il putera Kim Il-sung, kedua-dua negara mulai terlibat secara terbuka untuk kali pertama, kemudian Korea Selatan memberlakukan ‘Sunshine Policy’.5

2. Alasan Amerika Melibatkan Diri Dalam Perang Semenanjung Korea

Terlibatnya Amerika Serikat dalam konflik Korea dimungkinkan karena politik luar negeri Amerika Serikat di era- Presiden Truman bersifat intervensi, dan terlibat dalam konflik ideologi di Korea merupakan sebuah keharusan bagi Amerika Serikat. Karena sejalan dengan kebijakan Amerika Serikat untuk membendung pengaruh komunis di dunia, yang dikenal dengan nama containment policy. Kebijakan ini pertama dikenal di dalam pidato Presiden Truman tahun 1947, tentang membantu pemerintah Yunani dalam memerangi Partai Komunis.

Selain karena politik luar negerinya, Amerika yang menjadi negara “polisi dunia” melibatkan dirinya dalam konflik Korea dengan tujuan untuk menjaga perdamaian. Para pejabat Amerika di PBB menyatakan bahwa tindakan Korea Utara merupakan pelanggaran perdamaian. Dari situlah kehadiran pasukan Amerika dalam konflik Korea, yaitu sebagai aksi polisi.6

Amerika terus berusaha untuk menjaga perdamaian dunia, dengan beberapa usaha-usaha yang mereka tempuh, seperti diplomasi. Namun Korea Utara menunjukan respon negatif, dengan melakukan provokasi berupa uji coba rudal antar benua, yang membuat Korea Utara medapat kecaman dari banyak negara, salah satunya Amerika.

Menurut informasi yang saya dapatkan dari majalah Gatra tanggal terbit 4-10 Mei 2017 , nomor XXVII hal. 52-53 dengan judul “Semenanjung Korea di Ambang Perang” mengatakan bahwa Pemerintah Amerika yang dipimpin oleh Donald Trump sedang merencanakan serangkaian sanksi ekonomi yang baru yang lebih berat terhadap Pyongyang. Namun, dia menegaskan bahwa opsi militer merupakan opsi yang bisa dipilih setiap saat. “Kami ingin memecahkan masalah secara diplomatis, tapi sangat sulit,” katanya.7

5 Andi Purwono & As Zuhri. (2010). Peran Nuklir Korea Utara Sebagai

(6)

Presiden Donald Trump sebelumnya sempat melontarkan ancaman untuk mengambil tindakan tegas terhadap rezim Kim Jong-un. Trump menyebut ambisi nuklir Korea Utara adalah masalah yang harus ditangani. Karena itu, ia akan menyerukan kepada AS untuk mengambil tindakan jika Cina tidak berniat membantu. Terlebih, suasana bertambah tegang ketika Trump mengirimkan armada angkatan lautnya. Armada yang dimaksud adalah kapal induk USS Carl Vinson yang saat itu dalam perjalanan ke Laut Pasifik untuk latihan militer dengan Australia. Namun, ditengah perjalanan, kapal memutar haluan, melintasi Indonesia untuk menuju Semenanjung Korea.8

Amerika Serikat memiliki peran kunci dalam usaha menciptakan perdamaian di antara kedua negara sebangsa ini, namun negara besar lain seperti Federasi Rusia menginginkan Amerika Serikat tidak bermain dibalik layar yang mengakibatkan proses perdamaian di semenanjung Korea. Mengingat sering kali dalam peran internasionalnya membuat Korea Utara semakin sulit untuk diajak berdiplomasi.

Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki kepentingan juga diharapkan dapat menahan diri, dan menghentika propaganda yang dapat berpotensi memperkeruh diplomasi untuk terciptanya perdamaian. Untuk menciptakan perdamaian Amerika Serikat juga terlibat dalam forum dialoge yang dikenal dengan istilah six party tallk. Forum ini diharapkan dapat menciptakan perdamaian abadi di smenanjung Korea, dan dengan perdamaian tersebut dapat menciptakan kerjasam ekonomi yang baik di kawasan Asia Timur. Juga dimungkinkan untuk terciptanya integrasi perdagangan di Asia Timur.

3. Upaya Untuk Menyelesaikan Sengketa

Hukum internasional tidak berisi keharusan agar suatu negara memilih prosedur penyelesaian tertentu. Hal ini juga ditegaskan oleh pasal 33 Piagam PBB yang meminta kepada negara-negara untuk menyelesaikan secara damai sengketa-sengketa mereka sambil menyebutkan bermacam-macam prosedur yang dapat dipilih oleh negara-negara yang bersengketa. Sebenarnya kedua negara sudah berupaya menciptakan perdamaian melalui upaya-upaya tertentu, salah satunya adalah upaya penyelesaian secara politik (Non Yuridiksional). 9

Cara penyelesaian sengketa yang tradisional adalah perundingan secara langsung (negotiation). Salah satunya adalah perundingan diplomatik. Perundingan diplomatik biasanya diadakan dalam bentuk pembicaraan-pembicaraan langsung antara negara-negara yang bersengketa dalam pertemuan tertutup antara wakil-wakilnya. Perundingan diplomatik juga dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Perundingan langsung antar negara

Perundingan-perundingan langsung ini biasanya dilakukan oleh menteri-menteri luar negeri, duta-duta besar atau wakil-wakil yang ditugaskan khusus untuk berunding dalam kerangka diplomasi ad hoc. Korea Utara dan Korea selatan sebelumnya sudah melakukan perundingan secara langsung melalui masing-masing menteri luar negeri

8 Ibid

(7)

kedua negara, namun belum pernah mencapai suatu kesepakatan perdamaian.10

b. Jasa-jasa baik dan mediasi

Prosedur-prosedur ini berasal dari kebiasaan yang kemudian dikodifikasikan oleh konvensi Den Haag 18 Oktober 1907. konflik semenanjung Korea ini menarik simpati dunia internasional untuk ikut serta dalam menyelesaikannya, salah satunya adalah upaya perundingan dengan PBB yang diikuti dengan 6 negara lain yang bersimpati untuk ikut menyelesaikan konflik tersebut.11

c. Jasa-jasa baik dan mediasi sekjen PBB

Dalam pelaksanaan fungsinya, Sekretaris Jenderal PBB, apakah atau prakarsa sendiri, permintaan dari Dewan Keamanan atau Majelis Umum PBB ataupun dari negara-negara sering memberikan jasa-jasa baiknya kepada pihak-pihak yang terlibat untuk menyelesaikan sengketa mereka.12

Seperti yang termaktub di dalam pasal 33 Piagam PBB, dikatakan bahwa: 1. pihak-pihak yang tersangkut dalam sesuatu pertikaian yang jika

berlangsung terus menerus mungkin membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, pertama-tama harus mencari penyelesaian dengan jalan perundingan, penyelidikan, dengan mediasi, konsiliasi, arbritasi, penyelesaian menurut hukum melalui badan-badan atau pengaturan-pengaturan regional, atau dengan cara damai lainnya yang dipilih mereka sendiri.

2. Bila dianggap perlu, Dewan Keamanan meminta kepada pihak-pihak bersangkutan untuk menyelesaikan pertikaiannya dengan cara-cara yang serupa itu13

Telah banyak upaya-upaya perdamaian yang telah ditempuh oleh kedua negara tersebut, sampai dalam bentuk simpati dari beberapa negara yang peduli konflik tersebut, dan tindakan Sekjen PBB yang turut serta untuk menyelesaikan konflik tersebut, namun belum pernah mencapai suatu kesepakatan untuk berdamai dari kedua negara tersebut. Hingga saat ini konflik tersebut belum juga mereda, masing-masing negara sama-sama bersiaga apabila Perang Saudara Korea kembali berkecamuk.

Untuk menciptakan perdamaian kedua negara, telah dilakukan upaya penyelesaian konflik yang berbentuk perundingan dengan melibatkan enam negara yang dikenal dengan istilah six party tallk. Enam negara yang terlibat dalam pembicaraan solusi Korea ialah Amerika Serikat, Federasi Rusia, Repbublik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan, dan dikenal dengan six party tallk. Forum ini diharapkan dapat menciptakan perdamaian abadi di smenanjung Korea, dan dengan perdamaian tersebut dapat menciptakan kerjasama ekonomi yang baik di kawasan Asia Timur. Juga dimungkinkan untuk terciptanya integrasi perdagangan di Asia Timur.

KESIMPULAN 10 Ibid.

11 Ibid

12 Wiwin Yulianingsih & Firdaus Sholihin, Hukum Organisasi Internasional, Andi, Yogyakarta, 2014, hlm. 104.

(8)

Konflik di Semenanjung Korea berawal dari perpecahan antara 2 negara Korea yang merupakan dampak dari terjadinya persaingan ideologi pasca Perang Dunia II dalam Perang Dingin, melalui sebuah perbedaan dan terbentuknya kutub politik antara Uni Soviet yang berhaluan Komunis dengan Amerika Serikat yang memiliki paham lebih liberalis dan terbuka.

Melihat perkembangan konflik, terlihat jelas bahwa konflik di semenanjung Korea ini menjadi perhatian dunia internasional, baik terkait dengan isu yang diangkat maupun nuklir maupun keterlibatan negara-negara besar dalam konflik tersebut meski secara tidak langsung. Konflik antara Korea Utara dan Selatan ini pada akhirnya mendorong negara-negara untuk ikut mengambil sikap mengenai kondisi keamanan yang berkembang. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa konflik di semenanjung Korea telah mempengaruhi situasi keamanan internasional.

Amerika Serikat ikut melibatkan diri dalam konflik Korea merupakan bentuk politik luar negeri, namun keterlibatan Amerika Serikat ini juga dikarenakan aksi provokasi percobaan nuklir yang dilakukan Korea Utara itu mengancam keselamatan dunia dan keamanan internasional. Sebagai polisi dunia Amerika Serikat berusaha untuk mejaga perdamaian dunia. Maka dari itu dalam konflik ini Amerika Serikat menunjukan kontribusi yang besar dan dapat dilihat oleh seluruh negara, Amerika Serikat sangat ingin menyelesaikan konflik tersebut. Amerika Serikat terus mengusahakan jalur diplomasi untuk menyelesaikan masalah, namun Korea Utara menolak upaya diplomasi tersebut. Pejabat Amerika Serikat di PBB telah sepakat untuk menghukum Korea Utara yang dinilai mengancam keselamatan dunia. Dan Amerika Serikat telah bersiap menyelesaikan melalui jalur militer bila Korea Utara berulah kembali dengan aksi nuklirnya yang sangat membahayakan dunia.

Dalam upaya menyelesaikan konflik kedua belah pihak telah beberapa kali mengadakan perundingan damai (diplomasi) namun tidak pernah mencapai kesepakatan satu sama lain. Kedua belah pihak masih tetap kokoh dengan prinsip mereka masing-masing, dan sebagai hasilnya negara Korea Utara dan Korea Selatan sampai saat ini masih belum bisa berdamai satu sama lain. Hal inilah yang membuat negara-negara lain ikut tergerak untuk menyatukan kembali Korea, namun sampai saat ini usaha-usaha untuk me-reunifikasi tersebut belum membuahkan hasil, usaha terakhir untuk menyatukan Korea berasal dari desakan-desakan dari beberapa negara, seperti Indonesia, China, dan beberapa negara lainnya.

Rusia yang sekarang memiliki politik luar negeri yang pragmatis dan berorientasi kepada kerjasama ekonomi mengajak Amerika Serikat dan negara-negara Major Power untuk membicarakan solusi yang mungkin diambil untuk mendamaikan kedua negara. Untuk menciptakan perdamaian Amerika Serikat juga terlibat dalam forum dialoge yang dikenal dengan istilah six party tallk. Enam negara yang terlibat dalam pembicaraan solusi Korea ialah Amerika Serikat, Federasi Rusia, Repbublik Rakyat Tiongkok, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan, dan dikenal dengan six party tallk. Forum ini diharapkan dapat menciptakan perdamaian abadi di semenanjung Korea, dan dengan perdamaian tersebut dapat menciptakan kerjasama ekonomi yang baik di kawasan Asia Timur. Juga dimungkinkan untuk terciptanya integrasi perdagangan di Asia Timur.

(9)

keamanan PBB dikabarkan siap menjatuhkan sanksi kepada Korea Utara apabila melakukan kembali uji coba rudal tersebut yang dianggap sebagai suatu provokasi yang membahayakan keselamatan masyarakat dunia.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Gandhi. 2017. Semenanjung Korea di Ambang Perang. Gatra. XXVII Iskandar, Pranoto. (2011). Tindak Penyiksaan dan Hukum Internasional. Jurnal Pandecta, 6, 2.

Kamasa, Frassminggi. 2014. Perang Korea. Pustaka Narasi. Yogyakarta.

Lubis, Mochtar. 2010. Catatan Perang Korea. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Mauna, Boer. 2015. Hukum Internasional. Alumni. Bandung.

Purwono, Andi & As Zuhri. (2010). Peran Nuklir Korea Utara Sebagai Instrumen Diplomasi

Politik Internasional. Jurnal Ilmu Politik Hubungan Internasional, 7, 1-18. United Nations Charter (1945)

Yulianingsih, Wiwin & Firdaus Sholihin. 2014. Hukum Organisasi Internasional. Andi.

Yogyakarta.

Kasus : Semenanjung Korea di Ambang

Perang

Nama Majalah : Gatra.

Edisi : XXVII

Tanggal dan Tahun Terbitan : 4-10 Mei 2017.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila mereka mendalami agama, mereka perlu merujuk dua sumber rujukan utama dalam Islam, iaitu al-Quran dan hadis yang kedua- duanya juga ditulis menggunakan bahasa Arab

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS 22 untuk mengolah data sehingga dapat diketahui seberapa besar

Telkom memang tidak ditemukan klausula yang mengatur adanya persyaratan bahwa pihak yang menerima jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain di luar

Aplikasi Teknologi Bioflok Dalam Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei Boone) Tesis School of Life Science and Technology.. Changing paradigms in shrimp farming :

[r]

Dengan rasio luas wilayah dan panjang jalan (road density), maka bila rasio tersebut semakin besar itu menunjukkan biaya penyelenggaraan pembangunan yang lebih

Penilaian kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan secara konsisten dengan menggunakan rubrik kemampuan berpikir kritis sebagai acuan dalam melakukan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Analisis Perbandingan Pemodelan SAW dan Topsis Untuk Penentuan Konsumsi Dan Kualitas Pakan Ayam Broiler (Study Kasus