• Tidak ada hasil yang ditemukan

Candi Borobudur sebagai warisan Budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Candi Borobudur sebagai warisan Budaya"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Candi Borobudur merupakan Candi Budha, yang didirikan pada abad IX oleh seorang Raja Syailendra, yaitu Raja Samaratungga beserta puterinya bernama Pramodha Warddhani. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur juga merupakan hasil dari kebudayaan yang masuk kedalam 7 keajaiban dunia yang terdapat di Magelang, Jawa Tengah. Selain Candi Borobudur, terdapat banyak pula hasil dari kebudayaan- kebudayaan yang ada di Jawa Tengah. Di antaranya adalah Candi Prambanan, batik tulis dan lain sebagainya.

Dewasa ini Kota Magelang mengalami perkembangan yang cukup signifikan, karena Kota Magelang sebagai objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Tetapi, di sisi lain Kota Magelang sudah mengalami kerusakan terutama di sekitar Candi Borobudur seperti kurangnya perawatan terhadap sarana dan prasarana yang ada sehingga kurang layak pakai, tidak hanya sarana dan prasarana yang mengalami kerusakan, tetapi kebudayaan Kota Magelang sendiri mulai terpengaruh oleh budaya-budaya luar yang dibawa oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kota Magelang. Pada umumnya, wisatawan asing yang berkunjung ke daerah tersebut menggunakan pakaian yang minim dan tidak sesuai dengan norma agama dan tradisi yang ada di Magelang. Oleh karena itu, masyarakat yang ada di Kota Magelang menjadi

(2)

terpengaruh dan mengikuti budaya barat yang dibawa wisatawan tersebut.

Untuk terus melestarikan dan menjaga Kota Magelang terutama Candi Borobudur dari pengaruh-pengaruh luar yang semakin marak, kita harus lebih bisa untuk menjaga dan mensosialisasikan hasil-hasil budaya bangsa kita kepada masyarakat, salah satunya yaitu Candi Borobudur yang merupakan warisan budaya yang ada di kota tersebut. Oleh sebab itu, dalam pembuatan karya tulis ini, penulis mengambil judul “Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya”.

B. Pembatasan Masalah

Mengingat terbatasnya biaya, pengetahuan dan waktu penulis, maka dalam pembuatan karya ilmiah ini penulis akan membatasi masalah mengenai Candi Borobudur sebagai warisan budaya.

C. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan karya ilmiah ini, penulis menentukan beberapa hal yang menjadi pokok pembahasan. Adapun rumusan masalah dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana sejarah Candi Borobudur?

2) Bagaimana Candi Borobudur sebagai warisan budaya?

D. Tujuan Penulisan

(3)

2) Untuk mengetahui keberadaan Candi Borobudur sebagai warisan budaya.

E. Sistematika Penulisan

Sistemtika yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.

HALAMAN SAMPUL LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan Penulisan E. Sistematika Penulisan BAB II KAJIAN TEORETIS A. Budaya

1. Definisi Budaya

2. Pengertian Kebudayaan 3. Unsur- unsur Kebudayaan

4. Wujud dan Komponen Kebudayaan 4.1 Wujud Kebudayaan

(4)

B. Candi

1. Pengertian Candi

2. Ciri- ciri Gaya/Langgam Candi-candi di Jawa Tengah C. Candi Borobudur

1. Sejarah Candi Borobudur

2. Bangunan-bangunan Candi Borobudur BAB III PEMBAHASAN

A. Sejarah Candi Borobudur

B. Keberadaan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya BAB IV PENUTUP

A. Simpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(5)

KAJIAN TEORETIS

A. Budaya

1. Definisi Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.

Sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaanya, membuktikan bahwa budaya itu di pelajari. “Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh , budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas” (http://google-co.id)

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheran untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinnya meramalkan perilaku orang lain.

2. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut beberapa pendapat tentang kebudayaan yang lain dapat kita ketahui dari beberapa sumber, yaitu sebagai berikut. “Kebudayaan sebagai sebuah sistem berupa

(6)

konsepsi- konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik sehingga dengan cara inilah manusia mampu berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan serta sikapnya terhadap kehidupan” (Abdullah, 2006 : 1). “Kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan dan kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat” (Soekanto, 2000 : 172).

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedang perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola prilaku, bahasa, peralatan hidup, organissasi sosial, religi, seni, dan lain- lain, yang kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

3. Unsur- unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, di antaranya sebagi berikut.

a. Kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik (Melville J. Herskovits dalam http://google.co.id).

(7)

(keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik) (Bronislaw Malinowski dalam http://google.co.id).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam unsur-unsur kebudayaan terdapat alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, politik, dan sistem norma sosial antaranggota masyarakat.

4. Wujud dan Komponen Kebudayaan 4.1 Wujud Kebudayaan

Dalam kebudayaan terdapat wujud dan komponen-komponen lainnya. Menurut J. J. Hoenigman, (http://google . co.id ) menjelaskan bahwa wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu: gagasan, aktivitas, dan artefak.

a. Gagasan (wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebaginya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

c. Artefak (karya)

(8)

contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

4.2 Komponen Kebudayaan

Berdasarkan wujudnya tersebut, budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, (http://google . co.id ) menjelaskan bahwa kebudayaan material, kebudayaan non-material, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.

a) Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.

b) Kebudayaan Non-material

Kebudayaan non-material adalah ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

c) Lembaga Sosial

Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam konteks hubungan dan berkomunikasi di dalam masyarakat.

d) Sistem Kepercayaan

Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun sistem kepercayaan atau kenyakinan terhadap sesuatu. Hal ini akan mempengaruhi sistem penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem kepercayaan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

e) Estetika

Berhubungan dengan seni, dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama, dan tari-tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat.

f) Bahasa

Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap wilayah, bagian dan negara memiliki perbedaan yang sangat kompleks.

(9)

komponen seperti kebudayaan material, non-material, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.

B. Candi 1. Pengertian

Candi adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari peradaban Hindu-Budha yang digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewa ataupun memuliakan budha dan untuk mengetahui pengertian candi yang lain, dapat kita ketahui dari beberapa sumber, yaitu sebagai berikut.

1) Candi adalah dari kata candika yang berarti nama salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian (Koentjaraningrat, 2002 : 5).

2) Candi adalah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindhu-Budha (http://google . co.id ).

Pada umumnya candi selalu dihubungkan dengan monumen tempat pedharma untuk memuliakan Raja Anumerta (yang sudah mati). Akan tetapi, istilah ‘candi’ tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Budha baik sebagai istana, pemandian dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.

(10)

2. Ciri- ciri Gaya/Lagam Candi-candi di Jawa Tengah

Adapun ciri-ciri gaya/lagam Candi di Jawa Tengah dikemukakan oleh Kus Irsanto (2006: 28) adalah sebagai berikut.

1) Bentuk bangunannya cenderung tambun.

2) Atapnya jelas menunjuk undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan. 3) Puncaknya berbentuk stupa (Candi Budha), Ratna atau Varja (Candi

Hindu).

4) Gawang pintu dan relung berhiaskan kara makara yaitu kepala kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan makara ganda di masing-masing sisi pintu.

5) Relief timbul lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis.

6) Letak candi utama tepat di tengah halaman kompleks candi yang dikelilingi jajaran candi-candi perwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi.

7) Arah bangunan kebanyakan menghadap ke timur. 8) Bahan bangunan pada umumnya dari batu andesit.

Dalam kelompok lagam Jawa Tengahan terdapat perbedaan tersendiri dan terbagi lebih lanjut antara lagam Jawa Tengah Utara dengan Jawa Tengah Selatan. Candi Jawa Tengah Utara ukirannya lebih sederhana, bangunannya lebih kecil, dan kelompok Candi Jawa Tengah Selatan ukirannya lebih mewah, bangunannya lebih megah dan candi-candi dalam kompleksnya lebih banyak dengan tata letak yang teratur.

(11)

C. Candi Borobudur

1. Sejarah Candi Borobudur

Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono dalam bukunya “Candi Borobudur a Monument of Mainkind (UNESCO 1976)”, menyebutkan bahwa tulisan singkat yang dipahatkan di atas pigura-pigura relief kaki candi (Karmawibungga) mewujudkan suatu garis huruf yang bisa diketemukan pada berbagai prasasti dari akhir abad 8 sampai awal abad 9. Di mana pada abad itu di Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana.

Sebuah prasasti yang berasal dari abad sembilan yang diteliti oleh Prof. Dr. J. G. Caspris, menyingkapkan silsilah tiga Wangsa Syailendra yang berturut-turut memegang pemerintahan yaitu Raja Indra, putranya Samaratungga, kemudian Putri Samaratungga Pramoda Wardani. Pada waktu Raja Samaratungga berkuasa mulailah di bangun candi yang bernama: Bhumi Sam – Bharabudhara, yang dapat ditafsirkan sebagai bukit peningkatan kebajikan, setelah melampaui sepuluh tingkat Budhisatwa, karena penyesuaian pada bahasa jawa agaknya, akhirnya Bharabudhara menjadi Borobudur.

(12)

a. Tahap I ± tahun 775.

b. Tahap II ± tahun 790 (bersamaan dengan Kalasa II, Lumbung I, Sojiwan I).

c. Tahap III ± tahun 835 (bersamaan dengan Gedong Sango Grup I, Sambi Sari, Badut I, Kuningan, Banon, Sari dan Blaosan).

Setelah selesai dibangun, selama seratus lima puluh tahaun Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Tetapi dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur dan Borobudur hilang terlupakan. Karena gempa dan letusan Gunung Merapi serta semak belukar tropis pun tumbuh menutupi Borobudur.

2. Bangunan-bangunan Candi Borobudur 1) Susunan Bangunan

Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri atas 10 tingkat yang masing-masing tingkat mempunyai maksud tersendiri, dan setiap tingkat juga melambangkan kehidupan manusia. Menurut Soekmono (1981: 26) “Bahwa Candi Borobudur dapat dibagi dalam tiga bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian puncak dan puncak”. Pembagian tersebut sesuai dengan tiga lambang atau tingkat dalam susunan ajaran Budha yaitu.

a. Kamadhatu

(13)

seluruhnya karena tertutup oleh dasar candi yang lebar, hanya di sisi tenggara tampak terbuka bagi pengunjung.

b. Rupadhatu

Rupadhatu yaitu empat tingkat di atasnya yang melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. c. Arupadhatu

Arupadhatu yaitu tiga tingkat di atasnya, dimana Budha diletakkan dalam stupa yang berlubang-lubang, melambangkan manusia yang terbebas dari nafsu rupa dan bentuk.

2) Patung Budha

Candi Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief cerita dan relief hias, tetapi juga patung-patung yang sangat tinggi nilainya. Patung-patung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang terdapat pada bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Patung Budha di Candi Borobudur berjumlah 504 buah yang ditempatkan di relung-relung yang tersusun berjajar pada sisi pagar dan pada teras bundar.

(14)

Sedangkan menurut Soekmono (2000: 21-22) menyatakan bahwa “Patung-patung Budha ada di tingkat Rupadhatu dan Arupadhatu.” Adapun susunan patung yang ada di tingkat Rupadhatu yaitu sebagai berikut.

a. Langkan Pertama : 104 patung Budha b. Langkan Kedua : 10 patung Budha c. Langkan Ketiga : 88 patung Budha d. Langkan keempat : 72 patung Budha e. Langkan kelima : 64 patung Budha Jumlah Seluruhnya : 432 patung Budha

Dan susunan patung yang ada di tingkat Arupadhatu adalah sebagai berikut.

a. Teras bundar pertama : 32 patung Budha b. Teras bundar kedua : 24 patung Budha c. Teras bundar ketiga : 16 patung Budha Jumlah Seluruhnya : 72 patung Budha

Jika kita perhatikan dengan seksama, terdapat perbedaan antara patung Budha yang satu dengan yamg lainnya. Perbedaan yang sangat jelas adalah sikap tangan yang disebut Mudra yang merupakan khas untuk setiap patung.

3) Arsitektur Bangunan

(15)

121.70 M x 121.40 M dengan tinggi bangunan yang masih tersisa 35.40 M dari tanah halaman.

Daerah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1, 2 dan 3 tersusun dari batu andesit dengan sistem tanpa perekat diperkirakan mencapai 55.000 M3. Pada masing-masing tingkat dan

setiap penjutu mata angin terdapat pintu gerbang dan untuk pintu utama ada di sebelah timur. Bentuk arsitektur Candi Borobudur yang sekarang, diperkirakan mengalami perubahan konsep dasar.

Menurut Sutterheim dalam bukunya “Tjandi Borobudur Naam Vormen beteekens”, 1929 yang dikutip oleh Purnama Atmadi menyebutkan hasil perubahannya, bentuknya sesuai keterangan dalam kitab jawa kuno “Sang Hyang Kamahayanikam” yang menguraikan filsafat agama Budha, dikatakan bahwa bangunan Candi Borobudur adalah “Stupa Prasada” suatu bangunan gabungan dari stupa pada bagian atas dan piramida yang mempunyai undag- undag. Dikatakan pula bahwa seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian dan pembagian ini dapat menyatakan perbedaan dari. a. Dunia nafsu, hasrat, yang disebut Kamadhatu.

b. Dunia bentuk, wujud, rupa yang disebut Rupadhatu.

c. Dunia tanpa bentuk, tanpa wujud, tanpa rupa disebut Arupadhatu.

(16)

a. Hindu Jawa Kuno, yaitu adanya punden berundak, relief atupun Budha yang sedang bermeditasi, dan

b. India, yaitu adanya stupa, Budha dan lantai yang bundar. 4) Stupa

Menurut Dumarcay (2000: 27-28) menjelaskan ada 2 jenis stupa yaitu sebagai berikut.

a. Stupa Induk

Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa yang lain dan terletak dipuncak sebagai mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur. Stupa ini tertutup rapat sehingga orang tidak bisa melihat bagian dalamnya.

b. Stupa Berlubang

Stupa berlubang adalah stupa yang terdapat pada teras bunda I, II dan III, yang di dalamnya ada 72 buah. Di samping stupa induk dan stupa berlubang masih ada stupa-stupa kecil yang bentuknya hampir sama dengan stupa lainnya, hanya saja stupa ini seolah-olah merupakan hiasan dari seluruh bangunan yang ada.

5) Relief

Menurut Soekmono (2000: 29-30) mengatakan bahwa jenis relief Candi Borobudur ada 2 macam di antaranya yaitu sebagai berikut.

a. “Relief cerita, yang menggambarkan cerita dari suatu teks dan naskah, b. Relief hiasan, yang hanya merupakan hiasan pengisi bidang.”

6) Kunto Bimo

Menurut Sutterheim (2000: 27) menjelaskan sebagai berikut.

(17)

bertuah, dapat mengabulkan keinginan setiap peziarah apabila dapat menyentuh Kunto Bimo. Namun semuanya dikembalikan kepada keyakinan kita.

(18)

PEMBAHASAN

A. Sejarah Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan salah satu benda warisan budaya bangsa Indonesia yang termasuk ke dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Budha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M, dan sekitar menjelang 900 M pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yaitu putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun Candi Borobudur ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma, pada candi ini tidak ada bukti tertulis yang memberi nama Borobudur. Namun ada satu dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan Candi Borobudur yaitu Kitab Negara Kertagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Dalam kitab tersebut dituliskan bahwa Candi Borobudur digunakan sebagai tempat meditasi penganut Budha, namun candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan yang akhirnya akibat letusan gunung merapi sebagian besar bangunan candi ini tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan Candi Borobudur ini tertutup oleh semak-semak belukar selama berabad-abad, sehingga bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.

(19)

Pada tahun 1814 saat Inggris menduduk Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di Desa Bumisagoro. Pada waktu itu candi masih berupa bukit yang dipenuhi semak belukar yang kemudian Thomas langsung melakukan penelitian. Pada tahun 1835 seluruh area candi sudah berhasil digali, sehingga candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda. Dan setelah Indonesia merdeka, Candi Borobudur terus-menerus dipugar, sehingga akhirnya Heritage Bite atau Warisan Dunia oleh UNESCO. Sampai saat ini Candi Borobudur masih kokoh berdiri di Yogyakarta, walaupun pada hakikatnya ada beberapa bangunan candi yang rusak.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Candi Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga yang kemungkinan dibangun sekitar tahun 1991 candi ini ditetapkan sebagai Warisan dunia oleh UNESCO.

B. Keberadaan Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya

(20)

masuk ke dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang diberikan UNESCO beberapa puluh tahun ke belakang.

Keberadaan Candi Borobudur sebagai warisan budaya tentu menjadikan candi ini dilindungi oleh negara. Karena candi yang dibangun sekitar 824 M ini mengandung nilai estetika yang tinggi dan bersejarah. Candi Borobudur selain menjadi warisan budaya juga telah dijadikan sebagai objek wisata yang ada di Yogyakarta dan ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Hal ini mengakibatkan Candi Borobudur menjadi terkenal di mata dunia. Dengan dijadikannya objek wisata, banyak dari wisatawan asing yang berkunjung ke Candi Borobudur tersebut. Hal ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan bangsa Indonesia. Namun di sisi lain ada kekhawatiran yang ditimbulkan dari dijadikannya Candi Borobudur sebagai objek wisata. Karena turis-turis asing yang berkunjung ke lokasi tersebut membawa budaya mereka masing-masing yang mengakibatkan daerah di sekitar Candi Borobudur terpengaruh oleh budaya luar tersebut, sehingga masyarakat di sekitar lokasi candi sedikit demi sedikit akan menyesuaikan diri dengan budaya yang dibawa oleh turis asing. Selain itu pula, dengan dijadikannya Candi Borobudur sebagai objek wisata membuat Candi Borobudur menjadi kotor karena ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab.

(21)
(22)

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1) Candi Borobudur merupakan salah satu benda warisan bangsa Indonesia yang dibangun oleh para penganut agama Budha Mahayana pada masa pemernitahan Wangsa Syailendra. Candi Borobudur ini didirikan oleh Raja Samaratungga dan sekarang Candi Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.

2) Keberadaan Candi Borobudur memiliki peran penting bagi bangsa Indonesia, karena Candi Borobudur adalah warisan budaya bangsa Indonesia yang mengandung nilai estetika yang tinggi serta bersejarah yang patut untuk kita jaga dan lestarikan.

B. Saran

Dengan adanya pembahasan tentang “Candi Borobudur sebagai Warisan Budaya”, penulis memiliki beberapa saran yaitu sebagai berikut.

1) Sebaiknya tokoh masyarakat di sekitar lokasi Candi Borobudur lebih bisa mensosialisasikan kepada masyarakatnya agar nilai dan norma budaya asli tidak terpengaruh oleh budaya luar.

2) Pihak pengelola harus meningkatkan keamanan di lokasi Candi Borobudur itu

(23)

sendiri seperti dengan memasang kamera CCTV untuk memantau pengunjung yang berkunjung ke lokasi.

3) Kita selaku warga negara ini harus bisa menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa, sehingga keberadaan Candi Borobudur bisa terus kita rasakan manfaatnya.

(24)

Badrika, Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Irsanto, Kus. 2008. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Surakarta: Pustaka Munggala. Soekmono, 1981. Candi Borobudur. Yogyakarta: Pustaka Jawa.

http://www.google.co.id

http://id.wikipedia.org/wiki/budaya

(25)

1. Ai Nirmala

Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 10 Juni 1996. Saat ini penulis bertempat tinggal di Desa Babakansari RT 01 RW 01, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis diawali pada tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN Babakansari III dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan sekolah pada tahun 2008 ke SMP Negeri 1 Bantarujeg dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada tahun 2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas XII.IPS.1.

2. Gina Sonia

Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 25 November 1996. Saat ini penulis bertempat tinggal di Blok Sukalaya Desa Cinambo RT 03 RW 011, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis diawali pada tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN Cinambo II dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan sekolah pada tahun 2008 ke SMP Negeri 1 Bantarujeg dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada tahun 2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas XII.IPS.1.

(26)

3. Rifa Aditya Septiani

Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 09 September 1996. Saat ini penulis bertempat tinggal di Blok Cilaki Desa Bantarujeg RT 02 RW 02, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis diawali pada tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN Bantarujeg I dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan sekolah pada tahun 2008 ke SMP Negeri 1 Bantarujeg dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada tahun 2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas XII.IPS.1.

4. Ahmad Muzakir Muaz

(27)

5. Luki Permana

Penulis ini dilahirkan di Majalengka pada tanggal, 12 Juni 1994. Saat ini penulis bertempat tinggal di Blok Cigobang Desa Padarek RT 04 RW 07, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka. Riwayat pendidikan penulis diawali pada tahun 2002, penulis mengawali pendidikannya di SDN Padarek II dan lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan sekolah pada tahun 2008 ke SMP Negeri II Lemahsugih dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Bantarujeg pada tahun 2011. Dan pada saat pembuatan karya tulis ini, penulis berada di kelas XII.IPS.1.

6. Enceng Mahendra

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Perancangan

Dan apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan

Pengujian Keluaran Poor Signal Quality untuk Perintah Gerak Kiri-Kanan Robot Pengujian dilakukan dengan cara para responden diminta untuk mengangkat alis dan mengedipkan

1) Debitur melakukan permintaan informasi secara luring dan daring kepada OJK. 2) OJK berwenang menetapkan penyesuaian penyampaian cakupan informasi laporan debitur

Motivasi kerja adalah dorongan atau semangat yang timbul dalam diri seseorang atau pegawai untuk melakukan sesuatu atau bekerja, karena adanya rangsangan dari luar

Khusus di Pemerintahan daerah Kota Padang yang menjalankan program BKKBN ini adalah Dinas Pemberdayaan Perempuan , Perlindungan anak, pengendalian penduduk dan keluarga

Seminar Nasional dengan tema Peningkatan Peran Infrastruktur Transportasi pada Perekonomian Provinsi Jawa Timur dan Wilayah Indonesia Timur. Gedung Widyaloka 8

Kegiatan pengujian terhadap sumber tidak bergerak di Kota Makassar masih diharapkan pada pengujian oleh masing- masing usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi