• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang - HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN KEJADIAN ENURESIS ANAK USIA PRESCHOOL (4-5 TAHUN) (Studi Analitik di TK Al-Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Latar Belakang - HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN KEJADIAN ENURESIS ANAK USIA PRESCHOOL (4-5 TAHUN) (Studi Analitik di TK Al-Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri 2014)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN KEJADIAN ENURESIS ANAK USIA PRESCHOOL (4-5 TAHUN)

(Studi Analitik di TK Al-Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri 2014)

M. Ikhwan Kosasih*, Andri Fuji Utomo** *) Dosen Akper Pamenang Pare–Kediri

**) Perawat RSUD Pare - Kediri

Toilet training is practice to urinate and defecate in toilet that taught at child at age 4–5 years so it can overcome enureses that caused by ability of organ finction that arrange feel wish urinate and defecate has started to expand but still in rough.

Reseach design classified as non experimental with approach of cross sectional. In this resach use 2 variables. Independent variable is mother knowledge about toilet training with questionnaire instrumen. Dependent variable is incident of child enuresis at age 4 5 years with questionnaire instrumen. The total population is 30 mothers. With Total sampling. So this total sample is 30 mothers. Then analyzed using Chi square.

Base to result of research for knowledge, it is obtained good 26,7%, enough 23,3%, and bad 50%.

Whereas for the dependent variables that are not enuresis 36,7% and enuresis 63,3%. To know correlation between the independent variable and dependent variable used SPSS documen processing for window with the formula chi square. It is obtained () = 0,000 with  = 0,05. Thus ρ < α so H0 are refused and H1 are accepted.From the final result of correlation of Chi Square price value = 0,656 with (P) = 0,000 with level of mistake 5%.. With P <then H0 are refused and H1 are accepted. This condition indicates that there is relation between mother knowledge about toilet training with incident of child enuresis at age 4–5 years. Because the mother’s knowledge are good about toilet training to effect on incidence of enuresis. If the mother have understand about toilet training then it would apply to their children.

Keywords : knowledge, mother, toilet training, enuresis, preschools

Latar Belakang

Enuresis merupakan gangguan dalam pengeluaran urine yang involunter pada waktu siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun tanpa adanya kelainan fisik maupun pentakit organik. Kondisi ini terdapat pada anak umur 4 tahun keatas mengingat pada umur tersebut sfingter ekterna vesika urinaria sudah mampu dikontrol akan tetapi pada usia demikian tetap belum bisa, hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor salah satunya kegagalan dalam toilet training pada anak. Eneuresis dibedakan atas eneuresis primer dan eneuresis skunder. Disebut eneuresis primer jika anak selalu atau hampir selalu mengompol saat tidur malam. Disebut eneuresis skunder jika kasus mengompol terjadi pada anak yang pernah mengalami masa

‘kering’ selama beberapa waktu.

Enuresis merupakan gejala yang sering dijumpai pada anak. Keadaan ini dapat menimbulkan

masalah bagi anak, yaitu enuresis dapat mempengaruhi kehidupannya misalnya timbul rasa kurang percaya diri, merusak pergaulan, yang semuanya dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Toilet Training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Alimul Aziz,2005). Anak usia 4 tahun atau lebih yang tidak mampu BAK atau BAB sesuai waktu dan tempat yang telah disediakan dianggap kurang wajar. Tetapi pada usia 3 tahun masih dianggap wajar bila BAK atau BAB di celananya. Namun begitu, bukan berarti orangtua membiarkan saja. Berilah pengertian pada anak bahwa cara yang dilakukan tidaklah tepat ( Istichomah, 2011).

(2)

didapatkan bahwa anak pada usia 5 tahun,kurang lebih 35% anak–anak akan ngompol. Dari jumlah itu 15% anak laki– laki dan 10% anak perempuan akan ngompol pada malam hari serta 10% sisanya ngompol pada siang hari (Depkes,2009). Data lain menunjukan usia puncak anak-anak mengalami enuresis adalah usia 4-5 tahun dengan komposisi 18% laki-laki dan 15% perempuan.Berdasarkan data BKKBN Jawa Timur tahun 2009 diketahui bahwa pada anak usia 4–

5 tahun kurang lebih 45% anak akan ngompol. Dan berdasarkan study pendahuluan pada tanggal 16 November 2013 di TK Al-Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri dari 57 murid didapatkan 6 ibu yang mempunyai anak usia 4 – 5 tahun bahwa 3 anak (50%) selalu ngompol pada malam hari, 2 anak (0,33%) selalu menggunakan pampers pada malam hari dan pampersnya selalu penuh berisi urine, serta 1 anak (0,17%) masih ngompol pada malam dan siang hari.

Banyak anak usia 4-5 tahun yang masih mengalami enuresis, hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu organ perkemihan belum matang, faktor tidur nyenyak, faktor keturunan, gangguan pemusatan perhatian, dan sembelit. Selain itu juga, faktor lain yang mempengaruhi yaitu toilet training yang kurang berhasil. Untuk mencapai keberhasilan dalam toilet trainingselain pengetahuan juga kesabaran dari orang tua terutama ibu. Karena sikap yang memaksa pada anak bisa mengakibatkan frustasi, marah, benci, dan menyebabkan kemunduran dalam proses tersebut. Apabila hal ini terjadi terus menerus dapat menimbulkan pengalaman traumatik bagi anak yaitu pada saat tumbuh kembangnya, anak menjadi lebih sering mengompol dan anak menjadi tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, pengetahuan ibu yang baik tentang toilet training mendukung keberhasilan dalam mengatasi masalah ngompol pada anak usia 4–5 tahun (Penny Warner,2006).

Permasalahan ini dapat di upayakan dengan cara keikutsertaan petugas kesehatan terutama perawat dalam memberikan penyuluhan pada ibu yang memiliki anak usia 4 – 5 tahun tentang toilet training sehingga diharapkan dengan timbulnya kesadaran ibu tentang pentingnya toilet trainingpada anak maka enurisis dapat berkurang atau teratasi.

Berdasarkan kondisi diatas maka penulis

tertarik untuk meneliti “Hubungan Pengetahuan Ibu

tentang Toilet Training dengan Kajadian Enuresis Anak Usia Preschool (4– 5 Tahun)”

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

“Apakah Ada Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Toilet Training dengan Kajadian Enuresis Anak Usia Preschool (4 – 5 Tahun) di TK Al-Mutaqin Desa

Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri?”

Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Toilet Training dengan Kajadian Enuresis Anak Usia Preschool (4 – 5 Tahun) di TK Al-Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri 2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentangtoilet training.

b. Mengetahui banyaknya anak yang masih mengalami enuresis pada usia 4–5 tahun. c. Menganalisa Hubungan Pengetahuan Ibu

tentang Toilet Training dengan Kajadian Enuresis Anak Usia Preschool (4–5 Tahun) di TK Al-Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.

Metode Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitikcross sectional.

Variabel penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang toilet training sebagai variabel bebas, dan kejadian enuresis anak usia 4 -5 tahun sebagai variabel terikatnya. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Al-Mutaqin Desa Besuk kecamatan Gurah kabupaten Kediri dengan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 - 26 April 2014.

(3)

data (coding), tabulating dan scoring. Analisis statistik menggunakan analisis statistik deskriptif dengan menggunakan uji statistikChi - Square.

Hasil Penelitian

1. Data Umum

Lokasi penelitian di TK Al Mutaqin, Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. Jumlah seluruh penduduk di Desa Besuk 5.100 orang.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan diagram pie di atas diketahui responden yang berusia < 20 tahun yaitu sebanyak 1 responden (3%), berusia 20-35 tahun yaitu 15 responden (50%), berusia > 35 tahun sebanyak 14 responden (47%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan diagram pie di atas diketahui responden berpendidikan SD sebanyak 10 responden (33%), pendidikan SMP sebanyak 11 responden (37%), pendidikan SMA sebanyak 8 responden (27%), dan Perguruan Tinggi yaitu 1 responden (3%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan diagram pie di atas diketahui responden sebagai Petani yaitu sebanyak 11 responden (37%), bekerja sebagai Wiraswasta sebanyak 1 responden (3%), sebagai pegawai Swasta sebanyak 1 responden (3%), sebagai PNS 1 responden (3%), dan sebagai Ibu Rumah Tangga 12 responden (40%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Berdasarkan diagram pie di atas diketahui seluruh responden responden di TK Al–Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014 menganut agama islam dari total 30 responden (100%

e. Usia Anak

Berdasarkan diagram pie di atas diketahui usia anak dari responden yaitu yang memiliki anak usia 4 tahun sejumlah 3 responden (10%), memiliki anak usia > 4 tahun sejumlah 17 responden (57%), dan yang memiliki anak usia 5 tahun sejumlah 10 responden (33%).

(4)

Berdasarkan diagram pie di atas diketahui jenis kelamin anak dari responden yaitu responden yang memiliki anak dengan jenis kelamin laki - laki sejumlah 13 responden (43%), sedangkan responden yang memiliki anak dengan jenis kelamin perempuan sejumlah 17 responden (57%).

2. Data Khusus

a. Pengetahuan ibu tentangToilet Training

No Pengetahuan Ibu

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil pengetahuan ibu tentang toilet training di TK Al –

Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014 sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (50%) , 7 responden (23,3%) memiliki pengetahuan cukup,dan 8 responden (26,7%) memiliki pengetahuan baik.

b. Kejadian Enuresis pada anak usia 4–5 tahun

No Kejadian

Enuresis Jml

Prosentase (%)

1 Enuresis Primer 12 40 %

2 Enuresis

Sekunder 7 23,3 %

3 Tidak Enuresis 11 36,6 %

Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil kejadian enuresis anak usia 4 – 5 tahun di TK Al –

Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tahun 2014 sebagian besar responden memiliki anak yang masih mengalami enuresis primer sebanyak 12 responden (40%) , 7 responden (23,3%) memiliki anak yang masih mengalami enuresis sekunder,dan 11 responden (36,6%) memiliki anak yang sudah tidak mengalami enuresis.

c. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Dengan Kejadian Enuresis Pada Anak Usia 4 -5 Tahun

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik memiliki anak yang sudah tidak mengalami enuresis sebanyak 8 responden, sedangkan yang mempunyai pengetahuan cukup memiliki anak yang masih mengalami enuresis sebanyak 4 responden dan yang sudah tidak mengalami enuresis sebanyak 3 responden, serta responden yang mempunyai pengetahuan kurang memiliki anak yang masih mengalami enuresis sebanyak 15 responden.

Pembahasan

1. Pengetahuan ibu tentangtoilet training

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pengetahuan tentang toilet training di dapatkan jumlah responden yang memiliki prengetahuan baik sebanyak 8 responden (26,7%), yang memiliki pengetahuan cukup 7 responden (23,3%), dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 15 responden (50%).

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang di milikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : umur, IQ, pendidikan, Informasi, pengalaman dan lingkungan. (Notoadmojo S, 2007).

(5)

toilet training. Orang tua juga perlu menyadari bahwa anak–anak usia 4–5 tahun memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kebanyakan anak – anak tertarik pada bagian – bagian tubuh mereka dan ingin tahu cara kerja serta kegunaanya. Orang tua bisa mengambil keuntungan dari keingintahuan alami ini ketika melatih anak mereka menggunakan toilet. Orang tua perlu bekerja sama dengan anak mereka untuk berkomunikasi dengan jelas dalam istilah yang sederhana mengenai kegunaan toilet. Pengetahuan ibu sangat dibutuhkan dalam pengajaran toilet, karena jika dalam pengajaran toilet salah maka anak akan frustasi, marah, benci, dan menyebabkan kemunduran dalam proses tersebut. Apabila hal ini terjadi terus menerus dapat menimbulkan pengalaman traumatik bagi anak yaitu pada saat tumbuh kembangnya, anak menjadi lebih sering mengompol dan anak menjadi tidak bertanggung jawab. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa orang tua perlu memahami arti dan manfaat daritoilet training.

2. Kejadian Enuresis Anak Usia 4–5 tahun

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik memiliki anak yang sudah tidak mengalami enuresis sebanyak 8 responden, sedangkan yang mempunyai pengetahuan cukup memiliki anak yang masih mengalami enuresis sebanyak 4 responden dan yang sudah tidak mengalami enuresis sebanyak 3 responden, serta responden yang mempunyai pengetahuan kurang memiliki anak yang masih mengalami enuresis sebanyak 15 responden.

Enuresis adalah gangguan dalam pengeluaran urine yang involunter pada waktu siang atau malam hari yang berumur lebih dari 4 tahun tanpa adanya kelainan fisik atau penyakit urganik. Macam–macam enuresis yaitu : enuresis primer dan enuresis skunder. Dan faktor – faktor penyebab enuresis, antara lain : Organ perkemihan belum matang, Faktor tidur yang nyenyak, Faktor keturunan, Gangguan pemusatan perhatian, Sembelit, Peristiwa, masalah keluarga, dan pengajaran tentangtoilet training.(Istichomah, 2011). Menurut Fabian Gorodzinsky, seorang dokter anak yang dikutip dari salah satu artikel mengatakan bahwa

“Kemampuan anak mengatur buang air kecil malam hari membutuhkan kematangan psikologi yang dicapai anak pada usia yang berbeda–beda.

Menurut fakta dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu kejadian enuresis dapat dikurangi. Jika enuresis terjadi pada

batas wajar, hal yang paling penting dilakukan adalah tidak membuat masalah ngompol menjadi hal yang besar. Jagalah keutuhan kepercayaan diri anak dengan tidak menyindir, memberi julukan atau menghukumnya. jangan katakan tentang hal demikian jangan membandingkannnya dengan anak lainnya, dan jangan marah atau bersikap kecewa. Periksakan ke dokter jika anak anda mempunyai masalah fisik dan psikologis yang serius karena faktor medis mungkin bisa memberi solusi tentang masalah enuresis anak anda.

3. Hubungan Pengetahuaan Ibu Tentang Toilet Training Dengan Kejadian Eneresis Pada Anak Usia 4–5 Tahun

Dari tabulasi silang antara hubungan pengetahuan ibu tentang toilet training dengan kejadian enuresis pada anak usia 4–5 tahun dijelaskan sebagai berikut : dari 8 responden (26,6%) yang berpengetahuan baik semua anak – anaknya sudah tidak mengalami enuresis. Responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 7 responden (23,3%) yang terdiri dari 4 anak (13,3%) masih mengalami enuresis dan 3 anak (10%) sudah tidak mengalami enuresis. Dari 4 anak tersebut mengalami enuresis skunder. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang berjumlah 15 responden (50%) yang semua anak –

anaknya masih mengalami enuresis, dimana terdiri dari 12 anak (40%) mengalami enuresis primer dan 3 anak (10%) mengalami enuresis skunder.

(6)

juga butuh dukungan dari keluarga dan lingkungan disekitarnya. disamping perolehan informasi dari pihak lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang toilet training seseorang maka kejadian enuresis semakin rendah.

Keberhasilan latihan toilet tergantung pada cara pengajaran bertahap yang sesuai dengan anak. Orang tua harus mendukung usaha anak. Jangan menginginkan hasil yang terlalu cepat. Berikan pelukan dan pujian jika mereka berhasil. Bila terjadi kesalahan jangan memarahi atau membuat mereka sedih. Hukuman akan membuat mereka merasa bersalah dan membuat latihan toilet menjadi lebih lama. Ketika anak mulai sering berhasil, tingkatkan dengan penggunaan celana latihan (training pantas). Kejadian tersebut menjadi sangat istimewa. Anak akan merasa bangga telah mendapat kepercayaan dan merasa tumbuh. Bagaimanapun juga selalu bersiaplah apabila ngompol terjadi lagi. Akan membutuhkan waktu berminggu–minggu, bahkan berbulan–bulan sebelum latihan toilet selesai. sebaiknya, tetap melanjutkan latihan toilet. Oleh karena itulah, yang paling penting dalam hal ini adalah kebijaksanaan orang tua. Sebab, bila orang tua bijak dalam memulai proses ini, tentu anak akan dapat melaluinya dengan baik.

Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu tentang toilet training, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang dengan presentase 50%.

2. Kejadian enuresis pada anak usia 4- 5 tahun, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang sehingga kejadian enuresis pada anak usia 4 -5 tahun dengan prosentase 63,3% yang terdiri dari Enuresis primer dengan prosentase 40% dan enuresis skunder 23,3%.

3. Ada Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Dengan Kejadian Enuresis Anak Usia Preschool (4 – 5 Tahun) di TK Al-Mutaqin Desa Besuk Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. Dengan menggunakan rumusChi squarediperoleh besar nilai value 0,656 dengan uji signifikan (P = 0,000). Dengan demikian P < .  = 5% (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Dengan Kejadian Enuresis. Dan nilai value 0,656 menunjukan hubungan yang kuat.

Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan motivasi pada ibu tentang pentingnya kesabaran dalam melatih anak selama proses pengajaran toilet agar bisa berhasil dengan baik.

2. Bagi Tempat penelitian

Diharapkan tempat penelitian perlu adanya peningkatan pendidikan sehingga para guru menerapkan pengajaran toilet training pada muruid–muridnya di TK.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Pada saat mahasiswa praktek komunitas diharapkan mahasiswa dapat masuk ke semua TK yang ada di daerah tersebut untuk memberikan penyuluhan pada ibu – ibu yang sedang menunggui anak - anaknya yang sedang sekolah di TK tersebut.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan Penelitian ini bisa dijadikan dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya tentang pengetahuan ibu tentang toilet training.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika

Anonim. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika

Anonim. 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anonim. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

Dariyo, Agus. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung : Refika Aditama

Desmita. 2006.Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Handayani, F (2012) Parent Guide :Growing Up usia 5–6 Tahun.

(7)

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medik.

Notoadmodjo, S. 2007.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka cipta

Nashabibillah. 2013.Konsep Tumbuh Kembang Pada

Anak Usia Prasekolah.

http://www.wikipedia.com. Diakses 9 Oktober 2013

Sugiyono. 2005.Statistik Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta

Suherman. 2006. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. 2006. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Pambudi. 2006. Ajarkan Toilet Training Sejak Dini. Jakarta : EGC

Setiorini, A & Erikania (2012) Tabloid Nakita :

Rahasia Membesarkan Anak. Sehat.

Gambar

tabel diatas

Referensi

Dokumen terkait

Lituhayu (2008) dalam penelitian yang berjudul Analisis Beban Kerja dan Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada Head Office ) PT Lerindo Internasional Jakarta, menyatakan

lagu Geisha dalam album Meraih Bintang yaitu prefiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks yang ditemukan ada lima. 1) Prefiks me- yang berfungsi membentuk. kata kerja, baik kata

Gambar 4.7 Grafik Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng terhadap Laju Erosi Tanah Andosol Desa Cikole Kecamatan Lembang (Hasil Uji Lab.) ...62.. Gambar 4.8 Grafik

Stres kehamilan adalah salah satu fenomena yang dialami oleh setiap ibu khususnya ibu yang pertama kali mengalami kehamilan (primigravida) yang dipicu oleh

The second has an inverted (shaded) equilateral triangle inscribed inside an equilateral triangle as shown.. Each subsequent figure in this sequence is obtained by inserting an

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya , sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada Rosulullah SAW sehingga penulis

Pada tanggal 27 Maret 1968, Soeharto diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia yang kedua sesuai dengan Ketetapan MPRS No.XLIX/1968. 1 Selama menjabat sebagai Presiden,

Sedangkan pada penelitian Hutami (2010) membuktikan secara parsial risiko pembiayaan mudharabah maupun murabahah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap