commit to user
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KAYU
SECANG
(Caesalpinia sappan Linn)
UNTUK
PEWARNA MAKANAN
Disusun Oleh:
ANNA NUR HIDAYATI I 8307051 KARINA MEY PRASTANTRI I 8307067
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Laporan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma Tiga Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diambil
sebagai hasil percobaan.
Penyusun menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menbantu sehingga dapat menyelesaikan laporan ini :
1. Ibu Dwi Ardiana Setyawardani, S.T.,M.T., selaku Ketua Program Diploma III Teknik Kimia UNS
2. Ibu Ir. Endang Mastuti selaku dosen pembimbing tugas akhir. 3. Bapak dan ibu yang telah memberikan dorongan kepada kami.
4. Semua pihak yang telah membantu atas tersusunnya laporan tugas akhir ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penyusun mengharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan dan pembaca yang memerlukan.
Surakarta, 2011
Penyusun
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Lembar Konsultasi... iii
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Gambar... ix
Daftar Tabel ... x
Intisari ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan ... 2
D. Manfaat ... 2
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 4
B. Kerangka Pemikiran ... 15
BAB III. METODOLOGI A. Alat dan Bahan ... 16
B. Lokasi ... 16
C. Gambar Rangkaian Alat ... 17
D. Cara Kerja ... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 30
B. Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tanaman Kayu Secang ... 6
Gambar 2.2. Kayu Secang yang telah diserut... 6
Gambar 2.3. Struktur dari senyawa tanin ... 8
Gambar 2.4. Struktur dari senyawa Brazilin ... 9
Gambar 2.5. Struktur dari senyawa Brazilein... 9
Gambar 2.6. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan Ekstraksi secara batch... 15
Gambar 3.1. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet... 17
Gambar 3.2. Rangkaian Alat Ekstraksi Batch... 18
Gambar 3.3. Rangkaian Alat Ekstraksi Skala Industri Rumah Tangga ... 19
Gambar 4.1. Grafik Hubungan antara Volume Pelarut (ml) vs Hasil Zat Warna Alami (gram) ... 23
Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Waktu (menit) vs Hasil Zat Warna Alami (gram) ... 24
Gambar 4.3. Grafik Hubungan antara Suhu (oC) vs Hasil Zat Warna Alami (gram) ... 25
Gambar 4.4. Bolu kukus dan bakpao ... 27
Gambar 4.5. Jelly dengan Fruit acid... 27
Gambar 4.6. Jelly tanpa Fruit acid ... 27
Gambar 4.7. Rengginan ... 27
Gambar 4.8. Es krim ... 27
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1. Hasil Percobaan Ekstraksi Batchpada Volume Pelarut ... 23
Tabel IV.2. Hasil Percobaan Ekstraksi Batchpada Variasi Waktu ... 24
Tabel IV.3. Hasil Percobaan Ekstraksi Batchpada Variasi Suhu ... 25
Tabel IV.4. Hasil Uji Organoleptik ... 28
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
INTISARI
ANNA NUR HIDAYATI, KARINA MEY PRASTANTRI, 2011, LAPORAN TUGAS AKHIR “PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KAYU
SECANG(Caesalpinia sappan Linn)UNTUK PEWARNA MAKANAN”, PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK KIMIA, FAKULTAS TEKNIK,
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Kayu secang (Caesalpinia sappan Linn) adalah salah satu pewarna alami untuk bahan makanan sebagai alternatif bahan tambahan pangan. Sebagian masyarakat mengolah kayu secang hanya dengan merebus kayunya untuk mendapatkan warna kecoklatan untuk pewarna minuman atau makanan. Hal ini tidak praktis dalam pengolahan dan penyimpanan zat warna yang terkandung dalam kayu secang tersebut, sehingga perlu dilakukan pengolahan hasil zat warna dari kayu secang menjadi bentuk bubuk.
Kandungan kimia kayu secang adalah tanin (asam tanat), asam galat, resin, brazilin dan minyak atsiri. Brazilin dengan struktur C16H14O5yang larut dalam air dan berasa manis, akan tetapi jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa brazilein yang berwarna merah kecoklatan.
Pengambilan zat warna alami dari kayu secang diperoleh secara langsung yaitu ekstraksi secara batch. Sebelumnya dilakukan percobaan pendahuluan untuk menentukan kondisi operasi meliputi volume pelarut, waktu dan suhu proses. Kondisi optimum yang diperoleh dari percobaan adalah 50 gram kayu secang diekstrak dengan 700 ml aquadest, diaduk dengan kecepatan 200 rpm, pada suhu didih selama waktu 3 jam. Hasil yang diperoleh dari proses tersebut adalah 3,322 gram bubuk zat warna kayu secang.
Pada pelaksanaan dengan ukuran industri rumah tangga, digunakan panci kapasitas 10 liter. Bahan yang digunakan 500 gram kayu secang diekstrak dengan 7 liter air dengan pengadukan manual selama 3 jam pada suhu didih larutan. Hasil yang diperoleh adalah 32,422 gram bubuk zat warna kayu secang. Pewarna alami tersebut apabila diujicobakan pada makanan yang dikukus misalnya bolu kukus akan memberikan warna merah kecoklatan dan bakpao akan memberikan warna kuning kecoklatan. Pada pembuatan jelly tanpa tambahan perasa buah (fruit acid) akan nampak warna ungu tua, tetapi bila jelly tersebut ditambahkan dengan (fruit acid), warna jelly tersebut akan berubah menjadi kuning. Penambahan pewarna pada rengginan akan memberikan warna coklat, sedangkan pada pembutan es krim juga akan memberikan warna coklat.
Uji organoleptik dilakukan terhadap 21 responden meliputi kategori warna, rasa, dan aroma. Untuk kategori warna, sebagian besar para responden menilai makanan (jelly, rengginan, bolu kukus dan es krim) tampak menarik kecuali pada bakpao, sebagian besar responden menilai warna makanan tersebut kurang menarik. Untuk kategori rasa, sebagian besar responden menilai makanan tersebut enak. Sedangkan untuk kategori aroma, sebagian besar responden menyukai aroma dari makanan yang diwarnai dengan zat warna kayu secang tersebut.
xi
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
ANNA NUR HIDAYATI, KARINA MEY PRASTANTRI, 2011, FINAL ASSIGMENT “THE TAKING OF NATURAL PIGMENTS FROM SECANG WOOD (Caesalpinia sappan Linn) FOR FOOD COLORING”,
CHEMICAL ENGINEERING DIPLOMA III STUDY PROGRAM OF SURAKARTA SEBELAS MARET UNIVERSITY.
Secang wood (Caesalpinia sappan Linn) is one of natural dyes for food as an alternative food additives. Some people are process the secang wood with just of boiling the wood to get a brown color for drinks or food dyeing. It is not practical in the processing and storage of dyes contained in the secang wood, so that the necessary processing product dye from a secang wood into powder.
The chemical constituents of secang wood are tannin (tannat acid), galat acid, resins, brazilin and essential oil. Brazilin with structure C16H14O5 are soluble in water and sweet taste, but when oxidized will produce brazilein compound a red-brown colored.
Taking the natural pigments from secang wood obtained directly is batch extraction. Previously conducted preliminary experiments to determine the operating conditions include the volume of solvent, time and temperature process. The optimum condition obtained from the experiment was 50 grams a secang wood extracted with 700 ml of aquadest, stirred with a speed of 200 rpm, at boiling temperature for 3 hours. The result of this process is 3,322 grams of secang wood powder pigment.
The implementation of the domestic industry size, used pan capacity 10 liters. Materials used 500 grams of secang wood in extracts with 7 liters of water with manual stirring for 3 hours at the boiling temperature of solution. The result is 32,422 grams of secang wood powder pigment. These natural dyes is tested on a steamed food such as bolu kukus cake will give red-brown color and bakpao cake will give yellow-brown color. In making jelly without added flavor of fruit (fruit acid) will give dark purple color, but if the jelly is added to fruit acid, it will change to yellow color. The addition of dye in rengginan and ice cream will give a brown color.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun dilarang) diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No.235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No.722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan
makanan.
Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.
Macam-macam pewarna alami antara lain:
a. Wortel untuk memberikan warna jingga atau orange. b. Daun suji untuk memberikan warna hijau.
c. Kunyit untuk memberikan warna kuning. d. Cabai untuk memberikan warna merah.
e. Gula merah/gula aren untuk memberikan warna coklat
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia yang mengandalkan bahan-bahan kimia. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu: tartrazin, sunset yellow (warna kuning), allura, erytrosin, amaranth (warna merah), dll.
Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat
menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan. Walaupun demikian, ada kelemahannya yaitu beberapa diantaranya
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan dan kadang bersifat karsinogen
yang dapat merangsang terjadinya kanker pada manusia.
(Nur Hidayat dan Elfi, 2006) Salah satu pewarna alami untuk bahan makanan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan Linn)sebagai alternatif bahan tambahan pangan, sebagai pengganti pewarna buatan yang telah ada dengan pewarna alami, misalnya
seperti sunset yellow, allura, erytrosin, amaranth bisa digantikan dengan pewarna alami dari kayu secang. Secara empirik kayu secang dipakai sebagai obat luka, batuk berdarah (muntah darah), berak darah, darah kotor (pembersih darah), penawar racun, penghenti pendarahan, daya desinfektan, antidiare, dan juga berkhasiat mengobati demam berdarah dan obat katarak mata (Arief hariana, 2008).
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Metode apakah yang digunakan untuk mengambil zat warna alami dari kayu secang?
2. Bagaimanakah kondisi operasi yang digunakan untuk mengambil zat
warna alami dari kayu secang agar diperoleh rendemen yang paling banyak?
3. Berapakah rendemen zat warna alami dari kayu secang yang diperoleh dari kondisi optimum?
C. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan metode yang digunakan untuk mengambil zat warna alami dari kayu secang.
2. Menentukan kondisi operasi yang digunakan untuk mengambil zat warna
alami dari kayu secang agar diperoleh rendemen yang paling banyak.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Menentukan rendemen zat warna alami dari kayu secang yang diperoleh
dari kondisi optimum.
D. MANFAAT Bagi mahasiswa :
a. Mahasiswa mampu melakukan proses pengambilan zat warna dari kayu
secang.
b. Dapat menerapkan ilmu teknik kimia yang telah diperoleh.
Bagi masyarakat :
Dapat menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan tentang cara pembuatan zat warna alami dari kayu secang.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. ZAT WARNA MAKANAN
Pewarna makanan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori: pewarna sintetik, pewarna menyerupai pewarna alami, dan pewarna alami. Pewarna alami untuk makanan berasal dari sumber yang dapat diperbaharui. Pewarna alami diekstraksi menggunakan air atau alkohol konsentrasi rendah untuk pigmen larut air dan pelarut organik untuk pigmen lipofilik.
Pembuatan undang-undang membatasi jenis pewarna yang diperbolehkan, sumber yang boleh digunakan untuk bahan baku pewarna, pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi, dan kemurnian pigmen. Warna ditambahkan ke dalam makanan untuk beberapa alasan:
Mengganti warna yang hilang selama proses berlangsung Menegaskan warna yang sudah ada
Meminimalkan variasi warna
Mewarnai makanan yang belum diwarnai.
Pewarna alamiadalah Pewarna alami adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini digunakan sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman
dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.
Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan adalah:
(Nur Hidayat dan Elfi, 2006)
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pewarna yang menyerupai pewarna alami adalah zat warna yang
masih satu golongan dengan kelompok zat warna alami, hanya zat warna alami ini dihasilkan dengan cara sintesis kimia, bukan dengan cara ekstraksi atau isolasi. Jadi, pewarna identik alami adalah pigmen-pigmen yang dibuat secara sintetis yang struktur kimianya identik dengan pewarna-pewarna alami. Pewarna yang termasuk golongan ini adalah
karotenoid murni antara lain canthaxanthin (merah), apo-karoten (merah-oranye), beta-karoten (oranye-kuning). Semua pewarna-pewarna ini memiliki batas-batas konsentrasi maksimum penggunaan, terkecuali beta-karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas (John M.,1997).
Pewarna sintetik adalah bahan kimia yang sengaja ditambahkan pada
makanan untuk memberi warna yang diinginkan karena warna semula hilang selama proses pengolahan atau karena diinginkan adanya warna tertentu. Pada umumnya warna yang ditambahkan disesuaikan dengan cita rasa produk yang akan dibuat. Misalnya untuk rasa jeruk diberi warna kuning atau orange, rasa stroberi dengan warna merah dll ( Nur Hidayat dan Elfi, 2006).
2. KAYU SECANG
Klasifikasi tanaman
Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicolyledonae Bangsa : Resales Suku : Cesalpiniaceae Marga : Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L
(Dirjen Perkebunan, 2010).
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami da
Universitas Sebelas Maret Surakarta
(Gambar 2.1. Tanaman Kayu Secang)
Deskripsi
Secang (Caesalpinia dimanfaatkan kayunya seba dimanfaatkan sebagai bahan sappanin
Tanaman ini berupa memiliki duri-duri yang sangat panjang mencapai 50 cm lonjong, kecil berwarna hijau. cm, berwarna kuning.
Tanaman secang kemungkinan Thailand sampai
Indo-tanaman pagar di kebun tepi hutan. Tanaman secang mengandung pasir mulai ditanam ditanah basah.
Tanaman kayu secang antara lain secang (Sunda),
rna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
1. Tanaman Kayu Secang) (Gambar 2.2. Kayu Secang telah diserut)
Caesalpinia sappan Linn) merupakan salah satu tanaman obat kayunya sebagai simplisia, meskipun kayu secang juga sebagai bahan pewarna karena mengandung zat warna yang
berupa perdu berbatang tegak yang tingginya antara
yang sangat tajam. Daunnya berupa daun majemuk menyirip, cm, dengan 8-16 pasang sirip daun, anak daun berbentuk berwarna hijau. Bunga majemuk, tumbuh diketiak daun,
secang kemungkinan berasal dari India bagian Selatan -Cina. Di Indonesia ,secang umumnya ditanam
kebun- kebun atau juga dijumpai sebagai tanaman liar Tanaman secang tumbuh baik ditanah berlempung atau pasir mulai dari daratan rendah sampai tinggi dan tidak
(Yuli W.S
kayu secang memiliki nama daerah yang
bermacam-(Sunda), kayu secang (Jawa Tengah), kayu secang (Madura), Kayu Secang yang
tanaman obat yang secang juga dapat yang disebut
ginya antara 4-8 m, majemuk menyirip, daun berbentuk
lebar 2-2,5
Selatan, Burma, ditanam sebagai
tanaman liar di tepi-berlempung atau sedikit
dan tidak cocok
W.S., 2004)
-bermacam secang (Madura),
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
cang (Bali), sepang (Sasak), kayu sema (Manado), sapang (Makasar). Tanaman
ini banyak tumbuh di pekarangan daerah Jawa, juga dijumpai di pegunungan berbatu pada daerah yang tidak terlalu dingin di Sulawesi Selatan (Arief hariana, 2008).
Kayu secang yang telah dibelah merupakan irisan-irisan kecil tidak menunjukkan bau yang khas. Belahan-belahan kecil tadi tampak berwarna merah,
dengan keadaan keras dan padat. Ternyata mempunyai kandungan brazillin yaitu zat warna merah sappan, asam tanat, dan asam galat (G.Kartasapoetra, 1996).
Kandungan Kimia Kayu Secang
Daun dan batang secang mengandung saponin dan flavonoid. Selain itu daunnya mengandung polifenol dan 0,16%-0,20% minyak atsiri. Batang/kayunya
mengandung tanin, asam galat, resin, brasilin, dan minyak atsiri (Arief hariana, 2008)
Tanin
Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawaan polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O.
a. Sifat fisik tanin
Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah
dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin bentuknya amorf dan tidak mempunyai titik leleh.
Tanin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung
dari sumber tanin tersebut.
Tanin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau
khas dan mempunyai rasa sepat (astrigent).
Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya langsung atau
dibiarkan di udara terbuka.
Tanin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan
racun.
(Browning,1966)
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta b. Sifat kimia tanin:
Tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol dan bersifat
koloid
Semua jenis tanin dapat larut dalam air. Kelarutannya besar, dan akan
bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu juga tannin akan larut dalam pelarut organik seperti metanol, etanol, aseton dan pelarut
organik lainnya
Tanin dapat dihidrolisa oleh asam, basa dan enzim
Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer-polimer lainnya
terdiri dari ikatan hidrogen, ikatan ionik dan ikatan kovalen.
(Browning,1966)
Gambar 2.3. Struktur dari senyawa tanin
( Winarno, 1997)
Brazilin (C16H14O5)
Brazilin merupakan komponen terbesar dari kayu secang. a. Sifat fisik Brazilin :
Bentuk kristal berwarna kuning sulfur
Dalam larutan asam brazilin akan tampak kuning, namun dalam
persiapan basa akan muncul warna merah Berat molekul : 286,3 gram/mol
(Morsingh et al, 1970) Brazilin kayu secang mempunyai aktifitas sebagai antibakteri dan
bakteriostatik (Sundari dkk,1998).
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta b. Sifat Kimia Brazilin :
Larut dalam air dan etanol (Morsingh et al, 1970).
Brazilin merupakan senyawa antioksidan yang mempunyai gugus
katekol dalam struktur kimianya (Sanusi,1989).
Brazilein (C16H12O5)
Senyawa brazilein merupakan brazilin yang teroksidas.
a. Sifat fisik :
Warna merah kecoklatan Berat molekul : 284,3 gram/mol
b. Sifat Kimia :
Larut dalam air dan etanol
Gambar 2.4. Struktur dari senyawa Brazilin
Gambar 2.5. Struktur dari senyawa Brazilein
(Morsingh et al, 1970). Asam Galat (C7H6O5)
Asam galat adalah senyawa golongan asam fenolik C6-C1 atau hidroksibenzoat, yaitu asam 3,4,5-trihidroksibenzoat.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta a. Sifat Fisik :
Berat molekul : 170.12 g/mol Densitas : 1.7 g/cm3(anhidrat)
Penampilan Putih, putih-kekuningan atau kristal berwarna
coklat-kekuningan pucat
Kelarutan dalam air : 1.1 g/100 ml air @ 20 °C (anhidrat)
1.5 g/100 ml air @ 20 °C (anhidrat) b. Sifat Kimia :
Merupakan sub unit dari galotanin, yaitu polimer heterogen yang
mengandung berbagai molekul asam galat yang saling terkait dengan asam galat lain serta dengan sukrosa dan gula lainnya
Bereaksi dengan basa membentuk garam yang laut dalam air.
(Salisbury, 1995) Minyak atsiri
Minyak atsiri atau minyak eteris merupakan minyak yang memiliki sifat volatil atau mudah menguap yang disuling dari komponen tanaman. Minyak atsiri tidak hanya didapatkan dari bunga, tetapi dapat didapatkan dari bagian tanaman yang lain seperti daun, akar (Bhuiyan, 2010).
a. Sifat Fisik :
Minyak atsiri yang disuling dari tanaman berbentuk cairan, ada yang
kental, encer, bahkan pekat, biasanya mengandung resin dan berwarna merah kecoklatan, kuning cerah, maupun putih bening
Minyak atsiri sangat sensitif terhadap panas dan cahaya
(Kazaz, 2009) b. Sifat kimia:
Komponen utama minyak atsiri adalah terpene, alkohol, fenol, aldehid,
keton, dan ester (Guenther 1949).
Mudah larut dalam pelarut organik (benzen, toluene, alkohol)
(Dongmo, 2011)
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta Saponin
a. Sifat fisik :
Memiliki rasa pahit menusuk Berbuih saat dikocok dengan air
(Teguh hartono, 2009) b. Sifat kimia :
Terdiri dari gugus gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin
(Prihatman, 2001).
Mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter (Teguh hartono, 2009).
3. EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa komponen dari suatu bahan
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut yang sesuai. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran. Suatu ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap berikut :
a. Mencampur bahan yang diekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak, dalam hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut.
b. Pemisahan larutan ekstrak dari rafinat (sisa bahan setelah ekstraksi) kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
c. Mengisolasi solute dari pelarut dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya dilakukan dengan menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.
(Bernasconi, 1995)
c. Ekstraksi Padat-Cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis dalam skala besar terutama bidang industry bahan alami dan
makanan, misalnya untuk memperoleh bahan-bahan yang diinginkan dari tumbuhan dan organ binatang untuk keperluan farmasi (Mc Cabe dkk, 1993).
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses ekstraksi:
Jenis Pelarut
Jenis pelarut merupakan faktor terpenting dalam proses ekstraksi. Proses ekstraksi dapat berjalan dengan baik bila pelarut memenuhi syarat-syarat yaitu :
1. Selektifitas
Pelarut hanya boleh melarutkan komponen yang diinginkan,bukan komponen lain dari bahan yang diekstraksi.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan yang besar dalam melarutkan komponen yang diinginkan.
3. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen dari bahan yang diekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia untuk mendapatkan selektifitas yang tinggi. Dalam hal ini bahan yang
akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. 4. Titik didih
Pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak boleh terlalu tinggi. 5. Kriteria lain
Pelarut sedapat mungkin harus murah, tidak korosif, tidak dapat terbakar, tidak eksplosif bila bercampur dengan udara, tidak
menyebabkan emulsi, stabil secara kimia dan termal
(Guenter,1987).
Ukuran Bahan padat yang diekstraksi
Semakin kecil ukuran bahan, maka semakin besar luas permukaan
zat padat, sehingga laju perpindahan massanya semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut adalah kecil (Bernasconi, 1995).
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Suhu
Suhu ekstraksi yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap proses ekstraksi karena adanya peningkatan kecepatan difusi. Kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan suhu sehingga laju ekstraksi menjadi lebih
tinggi dan hasil yang diperoleh lebih besar.
Waktu
Semakin lama waktu ekstraksi maka akan memberikan hasil yang diperoleh lebih besar, karena kontak antara pelarut dan bahan yang
diekstraksi juga akan semakin lama sehingga akan menyebabkan pelarut semakin diperkaya oleh solute.
Rasio bahan padatan dan pelarut
Semakin besar perbandingan pelarut terhadap bahan padatan yang diekstraksi maka hasil yang diperoleh semakin besar, karena distribusi
partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas permukaan kontak. Selain itu, perbedaan konsentrasi solute dalam pelarut dan padatan semakin besar.
(Gamse,2002)
Kecepatan Pengadukan
Semakin besar kecepatan pengadukan maka hasil yang diperoleh akan semakin baik. Sedangkan jika kecepatan pengadukan kecil maka hasil yang diperoleh juga tidak baik, karena kontak antara pelarut dengan zat terlarut tidak sering.
Ekstraksi secara kontinyu
Pada metode ini bahan padat yang akan diekstrak dimasukkan dalam suatu reaktor kolom yang diberi penahan berupa ayakan, kemudian pelarut dialirkan secara kontinyu dari atas dan hasil dikeluarkan dari bawah kolom.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Adapun kelebihan-kelebihan metode kontinyu antara lain :
Hasil ekstraksi dapat langsung segera diambil sehingga waktu ekstraksi
lebih cepat.
Pelarut yang digunakan selalu segar karena belum mengandung bahan
yang akan diekstrak sehingga transfer massa dapat berlangsung secara optimal.
Jumlah atau kapasitas lebih besar.
Di samping kelebihan-kelebihan tersebut, cara kontinyu juga memiliki kelemahan-kelemahan antara lain :
Biaya pembuatan dan kebutuhan pelarut lebih besar.
Diameter partikel yang terlalu kecil akan mengakibatkan penyumbatan.
(Bernasconi, 1995)
Ekstraksi secara batch
Pada metode ini bahan yang akan diekstrak dicampur dengan pelarut segar diatas suatu plat ayakan horizontal dalam suatu reaktor tangki dengan dilengkapi pengaduk yang dapat dirubah posisinya (naik/turun) sesuai kebutuhan.
Apabila dibandingkan dengan proses kontinyu maka cara batch mempunyai kelebihan, yaitu :
Diameter partikel yang diekstrak dapat berukuran sangat kecil sehingga
transfer berlangsung lebih cepat.
Bahaya adanya penyumbatan saluran kecil. Kebutuhan pelarut relatif lebih sedikit. Biaya peralatan relatif lebih sedikit.
Disamping kelebihan-kelebihan tersebut, cara batch juga memiliki kelemahan-kelemahan antara lain :
Semakin lama daya melarutkan dari pelarut semakin kecil karena sudah
mengandung bahan yang terekstrak, sehingga kecepatan transfer massa akan semakin menurun.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ekstrak baru dapat diambil pada akhir proses. Membutuhkan waktu lebih lama dan tidak praktis.
(Bernasconi, 1995)
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Proses Pengambilan Zat Warna Alami Metode Ekstraksi Secara Batch
Kayu secang Air
Ampas Ampas kayu secang
Uap Air
Gambar 2.6. Diagram Alir Proses Pembuatan zat warna alami dengan
Ekstraksi secara batch
Penyaringan
pemekatan secara evaporasi
Ekstraksi
Pengeringan
Penghalusan
padatan Bubuk zat warna
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB III
METODOLOGI
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat – alat yang digunakan:
a. Panci b. Loyang c. Oven listrik
d. Kompor dan tabung gas e. Pengaduk
f. Timbangan
g. Saringan plastik h. Labu leher tiga i. Pendingin Bola j. Selang
k. Statif
l. Klem
2. Bahan – bahan yang digunakan:
a. Kayu secang serut yang diperoleh dari pasar Gede b. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Proses c. Kertas alumunium foil
B. LOKASI
Tempat pelaksanaan dan penelitian dalam proses pembuatan Zat Warna Alami dari kayu secang ini dilakukan di Laboratorium Proses dan
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta C. GAMBAR RANGKAIAN ALAT
Keterangan :
1. Statif 2. Klem
3. Pendingin bola 4. Lubang air masuk 5. Lubang air keluar 6. Soxhlet
7. Bahan yang diekstraksi (50 gram kayu secang serut) 8. Labu leher satu berisi 400 mL air
9. Pemanas mantel
Gambar 3.1. Rangkaian Alat Ekstraksi Soxhlet
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta 10
Gambar 3.2. Rangkaian Alat EkstraksiBatch
Keterangan :
1. Klem 2. Statif
3. Motor Pengaduk
4. Impeller
5. Labu Leher tiga berisi kayu secang serut + Aquadest 6. Pengaduk Merkuri
7. Pemanas Mantel 8. Pendingin Bola 9. Termometer
10. Karet Penyumbat 11. Stop Kontak
9
4 7
1
5 2 3
6
8
11
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
1
2
3
Keterangan :
1. Pengaduk kayu
2. Panci dengan kapasitas 10 liter
3. Kompor
Gambar 3.3 Rangkaian Alat Ekstraksi Skala Industri Rumah Tangga
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta D. CARA KERJA
1. Persiapan Bahan Dasar Kayu Secang
1. Membeli kayu secang yang berbentuk serutan
2. Memotong-motong serutan kayu secang dengan panjang ±1 cm. 2. Analisa Bahan Dasar
2.1. Analisa Kadar Air
2.2. Analisa Kadar Zat Warna Total Menggunakan Alat Soxhlet 3. Percobaan Pendahuluan Untuk Mendapatkan Kondisi Proses Pembuatan Zat Warna
3.1. Menentukan Rasio Bahan,gram kayu/ml pelarut 3.2. Menentukan Waktu Proses
3.3. Menentukan Suhu Proses
4. Proses Pembuatan Zat Warna
Ekstraksi SecaraBatchDalam Skala Industri Rumah Tangga 1. Mempersiapkan 500 gr bahan baku kayu secang.
2. Memasukkan bahan baku tersebut ke dalam panci. Menambahkan 7 Liter pelarut aquadest (sesuai hasil percobaan pendahuluan).
3. Menghidupkan kompor dan merebus kayu secang sampai mendidih
(1000C) (sesuai hasil percobaan pendahuluan) dengan pengadukan secara manual selama 3 jam (sesuai hasil percobaan pendahuluan) dihitung sejak larutan mendidih.
4. Mematikan kompor kemudian menyaring larutan hasil perebusan tersebut dengan saringan plastik.
5. Mengambil filtrat dan memanaskan dalam panci sampai volume berkurang menjadi 250 ml.
6. Memasukkan larutan pekat hasil nomor 5 kedalam loyang yang telah dilapisi kertas alumunium foil kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 59 - 600C.
7. Mengulangi percobaan nomor 6 hingga diperoleh zat warna dengan berat konstan.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
8. Mengambil hasil no.7 kemudian menghaluskannya hingga menjadi
serbuk dengan menggunakan mortar.
9. Menghitung rendemen zat warna yang dihasilkan, yaitu:
Rendemen =
bahan berat
hasil berat
× 100%
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan pengambilan zat warna alami dari kayu secang untuk pewarna makanan diperoleh secara langsung yaitu ekstraksi secara batch dengan pelarut aquadest. Hasil zat warna alami diperoleh dengan memekatkan hasil ekstraksi dengan cara evaporasi, pengeringan dalam oven dan penghalusan zat warna.
Pada percobaan ini dilakukan juga pengambilan zat warna alami dengan cara ekstraksi soxhlet. Ekstraksi soxhlet bertujuan untuk mengambil keseluruhan kadar zat warna alami dalam 50 gram kayu secang. Dalam proses ekstraksi ini dilakukan sampai tetesan uap yang diembunkan dari kolom soxhlet bening. Proses ini berlangsung selama 12 sirkulasi. Setelah itu hasil zat warna diuapkan sampai
volumenya menjadi ± 25 ml, lalu dioven dalam suhu 59 – 60 0C sampai didapat berat zat warna konstan. Berat zat warna alami total dari hasil ekstraksi soxhlet adalah 3,836 gram untuk setiap 50 gram kayu secang atau kadar zat warna dalam kayu secang adalah 7,672%. Kadar air kayu secang hasil percobaan adalah 13,16%.
Pengambilan zat warna alami dari kayu secang untuk pewarna makanan ini
dilakukan dengan memperhatikan ratio berat bahan dengan volume pelarut, waktu perebusan, dan suhu sebagai parameter / variable yang diteliti untuk merumuskan kondisi optimum.
A. Variasi Volume Pelarut
Volume pelarut akan mempengaruhi rendemen zat warna yang dihasilkan, pada percobaan ini digunakan pelarut aquadest dengan variasi volume pelarut 300, 400, 500, 600, 700 ml. Dengan waktu perebusan selama 60 menit (1 jam), pada suhu 1000C untuk 50 gram kayu secang dan disertai pengadukan 200 rpm, diperoleh hasil pada Tabel IV-1.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tabel IV-1. Hasil Percobaan Ekstraksi Batchpada Volume Pelarut
Suhu
100 60 300 1,822 3,644
100 60 400 2,302 4,604
100 60 500 2,429 4,858
100 60 600 2,505 5,01
100 60 700 2,756 5,512
Dari Tabel IV-1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa yang menghasilkan rendemen zat warna alami optimum adalah pada jumlah volume pelarut 700 ml karena rendemen zat warna alami yang diperoleh paling besar. Persentase
brasillin yang terambil pada volume pelarut 700 ml adalah :
% Zat warna yang terambil= 100%
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Volume Pelarut (ml) vs Hasil Zat Warna Alami (gram)
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta B. Variasi Waktu Perebusan
Hasil dari percobaan sebelumnya yaitu variasi kondisi volume pelarut, digunakan volume 700 ml. Pengaruh variasi waktu perebusan pengambilan zat warna alami dari kayu secang dengan pelarut aquadest 700 ml dari 50 gram kayu secang, pada suhu 1000C dan disertai pengadukan 200 rpm diperoleh hasil seperti yang disajikan Tabel IV-2.
Tabel IV-2. Hasil Percobaan Ekstraksi Batchpada Variasi Waktu
Suhu
100 700 30 1,987 3,974
100 700 60 2,705 5,41
100 700 90 2,822 5,644
100 700 120 2,908 5,816
100 700 150 3,031 6,062
100 700 180 3,322 6,644
100 700 210 3,092 6,184
Dari Tabel IV-2 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada waktu 180
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Waktu (menit) vs Hasil Zat Warna Alami (gram)
Waktu (menit)
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami da
Universitas Sebelas Maret Surakarta menjadi 6,184 %. Untuk menit (3 jam).
C. Variasi Suhu
Kondisi suhu perebusa yang dihasilkan, pada
suhu didih 1000C. Hal yang diperoleh lebih besar
Tabel IV-3. Hasil Percobaan
Berat
Berdasarkan percobaan pengaruh volume pelarut disimpulkan bahwa
rna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
%. Untuk itu pada percobaan selanjutnya dipilih waktu
suhu perebusan juga berpengaruh pada berat zat warna n, pada percobaan ini suhu perebusan yang diambil
C. Hal ini karena pada suhu didih rendemen zat warna yang diperoleh lebih besar (Tabel IV-3).
Hasil Percobaan Ekstraksi Batchpada Variasi Suhu
Kecepatan
200 700 180 1,993
200 700 180 2,360
200 700 180 2,661
200 700 180 3,026
200 700 180 3,322
Berdasarkan percobaan pendahuluan yang telah dilakukan
volume pelarut, waktu perebusan, dan suhu yang digunakan, bahwa kondisi optimum untuk proses ekstraksi batch
dipilih waktu 180
zat warna alami diambil adalah
zat warna alami
Suhu
dilakukan terhadap yang digunakan,
batch yaitu
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
50 gram kayu secang diekstrak dengan 700 ml pelarut aquadest, diaduk
dengan kecepatan 200 rpm, dalam waktu perebusan 3 jam dan pada suhu didih larutan (1000C). Rendemen zat warna yang didapat yaitu 6,644%, ini berarti
% Zat warna yang terambil= 100%
D. Proses Pembuatan Zat Warna
Berdasarkan hasil proses pendahuluan maka, proses pengambilan zat warna dilakukan dengan kondisi:
1. Ratio yang dipakai 500 gram bahan/7 Liter air 2. Suhu didih larutan
3. Waktu proses 3 jam
Hasil yang diperoleh dari proses tersebut adalah 32,422 gram bubuk zat warna kayu secang.
Rendemen Zat Warna =
gram
E. Uji Coba Zat Warna Pada Makanan
Zat warna yang berbentuk serbuk dari kayu secang dapat diujicobakan pada makanan basah (dikukus) seperti bolu kukus, bakpao. Makanan yang
diproses dengan perebusan yaitu jelly. Makanan kering (digoreng) seperti rengginan. Selain itu dapat pula diterapkan pada pembuatan es krim.
Pada Gambar 4.4 sampai 4.8 dapat dilihat hasil warna berdasarkan uji coba berbagai makanan:
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami da
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Gambar 4.
Gambar 4.5. Jelly dengan
Gambar 4.7. Rengginan Penambahan serbuk
sendok teh, apabila diujicobakan kukus akan memberikan
warna kuning kecoklatan. Pada acid)akan nampak warna
rna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Gambar 4.4. Bolu kukus dan bakpao
Gambar 4.5. Jelly dengan fruit acid Gambar 4.6. Jelly tanpa fruit acid
Gambar 4.7. Rengginan Gambar 4.8. Es krim
Penambahan serbuk zat warna alami dari kayu secang dengan takaran
apabila diujicobakan pada makanan yang dikukus misalnya memberikan warna merah kecoklatan dan bakpao akan memberikan ng kecoklatan. Pada pembuatan jelly tanpa tambahan perasa buah nampak warna ungu tua, tetapi bila jelly tersebut ditambahkan
fruit acid
r 4.8. Es krim
dengan takaran 1
misalnya bolu akan memberikan rasa buah (fruit ditambahkan dengan
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perasa buah (fruit acid) yang memberi rasa asam (seperti pada nutri jel), warna
jelly tersebut akan berubah menjadi kuning. Penambahan pewarna pada rengginan akan memberikan warna coklat, sedangkan pada pembutan es krim juga akan memberikan warna coklat.
F. Uji Organoleptik
Zat warna dari kayu secang yang telah diujicobakan pada makanan seperti bolu kukus, bakpao, jelly, rengginan, dan es krim, kemudian dilakukan penilaian oleh 21 responden meliputi kategori warna, rasa, dan aroma. Untuk mengetahui hasil uji organoleptik, maka para responden yang telah terlebih dahulu mencicipi rasa dari jenis makanan yang telah disiapkan lalu mengisi polling yang telah disediakan. Hasil uji organoleptik dapat dilihat pada Tabel IV- 4.
Tabel IV- 4. Hasil Uji Organoleptik
Jumlah responden yang memilih berdasarkan kategori
Jenis Makanan
Kategori Warna Kategori Rasa Aroma
Kurang
Dari Tabel IV- 4 dapat dilihat bahwa untuk kategori warna, sebagian besar para responden menilai makanan (jelly yang diberi perasa (fruit acid), jelly tanpa
perasa (fruit acid), rengginan, bolu kukus, dan es krim) tampak menarik kecuali pada bakpao, sebagian besar responden menilai makanan tersebut kurang menarik.
Untuk kategori rasa, sebagian besar responden menilai makanan tersebut enak.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sedangkan untuk kategori aroma, sebagian besar responden menyukai aroma dari
makanan yang diberi pewarna dari kayu secang.
commit to user
Laporan Tugas AkhirPengambilan Zat Warna Alami dari Kayu Secang untuk Pewarna Makanan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan untuk mengambil zat warna alami dari kayu secang dengan cara ekstraksi secara batch.
2. Kondisi operasi yang digunakan pada pengambilan warna alami dari kayu secang agar diperoleh rendemen yang paling banyak adalah 500 gram kayu secang diekstrak dengan 7 liter air dengan pengadukan manual selama 3 jam pada suhu didih larutan (100oC).
3. Rendemen zat warna alami dari kayu secang yang diperoleh dari kondisi optimum yaitu 6,484 %.
B. Saran
1. Perlu alat untuk menghaluskan hasil zat warna agar serbuk zat warna yang dihasilkan lebih halus dan ukuran seragam.
2. Perlu pembuatan alat ekstraksi yang dilengkapi pendingin agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.
3. Perlu analisa lanjutan untuk mengetahui kandungan senyawa-senyawa yang terikut dalam zat warna alami dari kayu secang yang sudah menjadi bubuk.