• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN DIIT UNTUK PASIEN INFEKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENATALAKSANAAN DIIT UNTUK PASIEN INFEKS"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PELAYANAN GIZI KLINIK (PKL-PGK)

PENATALAKSANAAN DIIT UNTUK PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DAN GLOMERULONEFRITIS AKUT (GNA) DI BANGSAL ANGGREK

RSUD SALATIGA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Praktek Kerja Lapang Pelayanan Gizi Klinik (PKL-PGK)

Disusun Oleh:

INA SHOLIHAH J310120005

PROGAM STUDI ILMU GIZI STRATA SATU FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus mendalam dengan judul “Penatalaksanaan Diit untuk Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA)

di Bangsal Anggrek RSUD Kota Salatiga” Oleh:

INA SHOLIHAH J310120005

Telah Mendapat Persetujuan dan Dipresentasikan pada Tanggal 12 November 2015

Mengetahui

Kepala Instalasi Gizi Pembimbing Lapang

Sri Budiharti, S.G z Sukarti, AMG

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan Pelayanan Gizi Klinik (PKL-PGK) di Instalasi Gizi RSUD Kota Salatiga.

Laporan ini disusun guna melengkapi tugas Praktek Kerja Lapangan Pelayanan Gizi Klinik (PKL-PGK) di Instalasi Gizi RSUD Kota Salatiga. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Agus Sunaryo, Sp.PD, selaku Direktur RSUD Kota Salatiga yang telah memberikan ijin untuk PKL.

2. Ibu Setyaningrum Rahmawaty, A., M.Kes., Ph.D, selaku Ketua Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Sri Budi Harti, S.Gz, selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD Kota Salatiga. 4. Ibu Sukarti, AMG, selaku Pembimbing Lapang.

5. Kedua Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan materil dan moril sehingga dapat terselesaikan laporan ini.

6. Teman-teman yang telah bekerja sama dengan baik dalam pembuatan laporan ini dalam suka maupun duka.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesainya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna walaupun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya.

Salatiga, 21 November 2015

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN………

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Manfaat... 3

D. Waktu dan Tempat... 3

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1. Pengertian ... 5

2. Klasifikasi ... 5

(5)

4. Patofisiologi... 7

5. Komplikasi ... 10

B. Glomerulonefritis Akut

1. Definisi... 10

2. Etiologi ... 10

3. Gejala... 11

4. Patofisiologi... 11

C. Penatalaksanaan

1. Tujuan Diet Rendah Garam... 13

2. Syarat Diet... 14

3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian... 14

4. Bahan Makanan yang Dianjurkan... 15

5. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan... 15

6. Bahan Makanan yang Dianjurkan untuk Pasien ISK... 16

7. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan untuk Pasien ISK... 16

8. Pedoman untuk Mengatasi Masalah Makan... 16

9. Bila ada Mual dan Muntah... 16

(6)

A. Skrinng Gizi... 18

B. Identitas Pasien ... 20

C. Assesment... 22

D. Diagnosis Gizi... 25

E. Intervensi Gizi... 26

F. Implementasi... 29

G. Monitoring, Evaluai dan Tndak Lanjut dan Tempat... 36

BAB IV PEMBAHASAN MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring dan Evaluasi Antropometri ... 38

B. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik dan Klinis ... 39

C. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Biokimia... 40

D. Monitoring dan Evaluasi Dietary... 40

E. Perubahan Diet Selama Studi Kasus……….. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 42

B. Saran... 44

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Formulir Skrining dengan SGA... 18

Tabel 2. Identitas Pasien... 20

Tabel 3. Riwayat Penyakit... 20

Tabel 4. Riwayat Gizi... 21

Tabel 5. Antropometri... 22

Tabel 6. Biokimia... 23

Tabel 7. Pemeriksaan Klinik/ Fisik... 23

Tabel 8. Hasil Recall 24 jam... 24

Tabel 9. Pemeriksaan Penunjang... 24

Tabel 10. Terapi Medis... 25

(8)

Tabel 12. Rencana Monitoring dan Evaluasi... 28

Tabel 13. Rencana Konsultasi Gizi... 29

Tabel 14. Kajian Diet Tanggal 5 November 2015... 29

Tabel 15. Rekomendasi Diet Tanggal 5 November 2015... 30

Tabel 16. Kajian Diet Tanggal 6 November 2015... 30

Tabel 17. Rekomendasi Diet Tanggal 6 November 2015... 31

Tabel 18. Kajian Diet Tanggal 7 November 2015... 32

Tabel 19. Rekomendasi Diet Tanggal 7 November 2015... 32

Tabel 20. Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut... 36

Tabel 21. Data Monitoring Pemeriksaan Fisik Selama Studi Kasus... 39

Tabel 22. Monitoring Pemeriksaan Biokimia... 40

Tabel 23. Hasil Pengamatan Asupan Energi dan Zat Gizi Pasien... 41

(9)

Lampiran 1. Implementasi hari pertama Lampiran 2. Implementasi hari ke dua Lampiran 3. Implementasi hari ke tiga

Lampiran 4. Recall 24 jam tanggal 5 November 2015 Lampiran 5. Recall 24 jam tanggal 6 November 2015 Lampiran 6. Recall 24 jam tanggal 7 November 2015

(10)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari sistem pelayanan rumah sakit yang mempunyai peranan penting dalam mempercepat tingkat kesehatan baik bersifat sebagai promotif, preventif, maupun rehabilitative. Kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit meliputi pengadaan dan pengolahan makanan, pelayanan gizi rawat inap, konsultasi dan penyuluhan gizi serta penelitian dan pengembangan bidang gizi terapan (PGRS, 2005).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK) pada anak sering ditemukan dan merupakan penyebab kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, sesudah infeksi saluran nafas. Prevalensi pada anak perempuan berkisar 3-5% dan pada laki-laki sekitar 1% (Rusdidjas, 2002).

Secara umum, penyakit Infeksi Saluran Kemih ditandai dengan rasa panas atau nyeri ketika Buang Air Kecil, rasanya ingin Buang Air Kecil, urine berbau busuk dan rasa sakit yang menetap di perut bagian bawah. Mengingat adanya komplikasi jangka panjang yang merugikan jika anak dengan ISK tidak segera diobati, maka deteksi dan penanggulangan dini dari ISK tersebut akan sangat dibutuhkan (Tessy, 2001).

Infeksi saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan menjadi dua yaitu ISK uncomplicated dan ISK complicated. Infeksi Saluran Kemih complicated sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebabnya sulit diberantas, kuman penyebab sering resistensi terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan kelainan abnormal saluran kencing, kelainan faal ginjal seperti GNA, GGA maupun GGK, gangguan daya tahan tubuh dan infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang memproduksi urease (Tessy, 2001).

(11)

kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain (Price, 1995).

Glomerulonefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Glomerulonefritis Akut mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis. Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) sering kali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal (Price, 1995).

Asuhan gizi merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien. Pelayanan rawat inap sering disebut juga terapi gizi medik. Tujuan utama asuhan gizi adalah untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara optimal berupa pemberian makanan pada pasien yang di rawat jalan maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan (PGRS, 2013).

Studi kasus merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan seorang calon ahli gizi dalam melakukan asuhan gizi pasien rawat inap. Salah satu terapi yang diberikan untuk penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA) dengan terapi diit. Kasus yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien penyakit ISK dengan GNA yang di rawat di bangsal Anggrek ruang I2 RSUD Kota Salatiga. Terapi diit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu menerapkan Nutritional Care Process pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA).

(12)

a. Mahasiswa mampu melakukan Assesment Gizi pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA).

b. Mahasiswa mampu melakukan Diagnosis Gizi pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA).

c. Mahasiswa mampu melakukan Intervensi Gizi pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA).

d. Mahasiswa mampu melakukan Monitoring dan Evaluasi Gizi pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA).

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengetahui penerapan penatalaksanaan diit secara langsung di Rumah Sakit dengan penerapan teori yang telah didapatkan selama kuliah khususnya penatalaksanaan diit pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan Glomerulonefritis Akut (GNA).

2. Bagi Institusi

Menambah informasi yang dijadikan bahan masukan dan evaluasi dalam memberikan pelayanan gizi yang tepat di Rumah Sakit.

3. Bagi Pasien

Pasien dan keluarga pasien mengetahui dan memahami diet yang diberikan sesuai dengan penyakit pasien, sehingga pasien termotivasi untuk memenuhi dan menjalani diet yang telah diberikan saat di Rumah Sakit untuk mempercepat proses penyembuhan.

D. Waktu dan Tempat 1. Waktu Studi Kasus

Studi kasus dilakukan pada tanggal 3 – 7 November 2015. 2. Tempat Studi Kasus

Studi kasus dilakukan di Bangsal Anggrek kelas I2 RSUD Kota Salatiga.

(13)

1. Jenis Data a. Data Primer

Data primer adalah data data yang diperoleh secara langsung. Data primer meliputi :

1) Antropometri (Berat Badan dan Tinggi Badan) 2) Kebiasaan makan (FFQ)

3) Asupan makan (Recall 24 jam) pasien sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit.

4) Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. b. Data Sekundar

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data sekunder meliputi :

1) Identitas pasien : nama, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan. 2) Diagnosa Penyakit

3) Data pemeriksaan fisik, klinis, dan laboratorium 4) Terapi medis

2. Cara Pengambilan Data a. Pengukuran

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui antropometri. b. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pasien dan keluarganya, untuk mengambil data asupan makan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Data asupan makan diambil dengan metode food recall 24 jam.

c. Pengamatan

Cara pengamatan data yang dilakukan dengan melihat langsung keadaan pasien untuk mengetahui keadaan fisik dan asupan makan pasien. Pengamatan dilakukan selama empat hari.

d. Pencatatan

Pencatatan dilakukan untuk mencari data hasil pemeriksaan fisik, klinis, tes laboratorium. Data diperoleh dari rekam medik pasien.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Kemih

1. Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih (Rani, 2006). Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai ISK :

- ISK uncomplicated (sederhana), yaitu ISK pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih (Tessy, 2001).

- ISK complicated (rumit), yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomis atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika (Tessy, 2001).

- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang - kurangnya 6 bulan bebas dari ISK (Purnomo, 2003). - Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah

sebelumnya dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada re-re-infeksi kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria persisten bakteri penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri (Rani, 2006).

- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna tanpa disertai gejala (Rani,2006).

2. Klasifikasi

ISK diklasifikasikan berdasarkan : a. Anatomi

- ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender. 1) Perempuan

(15)

presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril) (Sukandar, 2006).

2) Laki-laki

Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis (Sukandar, 2006).

- ISK atas

1) Pielonefritis Akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2006). 2) Pielonefritis Kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari

infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik (Sukandar, 2006).

b. Klinis

- ISK Sederhana atau tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.

- ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil (Rani, 2006).

3. Etiologi

Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :

(16)

Gejala Infeksi Saluran Kemih, secara umum gejala yang mugkin menyertai adalah:

a. Demam yang tidak disertai flu atau penyakit lainya b. Menurunya nafsu makan

c. Muntah

d. Urin berbau tak seperti biasa

e. Lebih rewel dari biasa (Sukandar, 2006)

4. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :

a. Ascending b. Hematogen c. Limfogen

d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen (Tessy, 2001).

Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) – buli-buli – ureter dan sampai ke ginjal (Tessy, 2001).

Menurut Tessy (2001), Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :

a. Hematogen

(17)

atau pada pasien yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen (Gardjito, 2005).

Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.

b. Infeksi Ascending

Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu : - Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus

vagina

- Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli

- Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih

- Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih.(1)kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2)masuknya kuman melaui uretra ke buli-buli, (3)penempelan kuman pada dinding buli-buli, (4)masuknya kuman melaui ureter ke ginjal (Purnomo, 2003).

(18)

1) Faktor host

Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

- Pertahanan lokal dari host

- Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral (Purnomo, 2003).

Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat dan mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika : - Jumlah urin cukup

- Tidak ada hambatan di dalam saluran kemih (Purnomo, 2003).

Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out adalah adanya :

- Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula, dan adanya dilatasi atau refluk sistem urinaria.

- Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai tempat persembunyian kuman (Purnomo, 2003).

2) Faktor Agent (Mikroorganisme)

(19)

melalui reseptor yang ada di permukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda, yaitu :

- Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.

- Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut (Purnomo, 2003).

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa (Purnomo, 2003).

5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu saluran kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem, gangguan fungsi ginjal (Rani, 2006).

B. Glomerulonefritis Akut (GNA) 1. Definisi

Glomerulonefritis Akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (Glomerulonefritis Akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis (Wahab, 2000).

2. Etiologi

(20)

a. Bakteri : Streptokokus grup C, Meningococcocus, Sterptoccocus Viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella typhi dll.

b. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis epidemika dll.

c. Parasit : malaria dan toksoplasma (Price, 1995).

3. Gejala

Gejala yang sering ditimbulkan adalah : a. Hematuri

b. Edema c. Hipertensi

d. Peningkatan suhu badan e. Mual , tidak nafsu makan f. Gatal- gatal (Price, 1995).

4. Patofisiologi

Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina, diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita (Price,1995).

(21)

imunologis. Pembentukan kompleks-imunin situ diduga sebagai mekanisme patogenesis glomerulonefritis pascastreptokokus (Price,1995).

Hipotesis lain yang sering disebut adalah neuraminidase yang dihasilkan oleh streptokokus, merubah IgG menjadi autoantigenic. Akibatnya, terbentuk autoantibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut. Selanjutnya terbentuk komplek imun dalam sirkulasi darah yang kemudian mengendap di ginjal (Price,1995).

Streptokinase yang merupakan sekret protein, diduga juga berperan pada terjadinya GNAPS. Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen menjadi plasmin. Plasmin ini diduga dapat mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadi cascade dari sistem komplemen. Pada pemeriksaan imunofluoresen dapat ditemukan endapan dari C3 pada glomerulus, sedang protein M yang terdapat pada permukaan molekul, dapat menahan terjadinya proses fagosistosis dan meningkatkan virulensi kuman. Protein M terikat pada antigen yang terdapat pada basal membran dan IgG antibodi yang terdapat dalam sirkulasi (Price,1995).

Pada GNAPS, sistem imunitas humoral diduga berperan dengan ditemukannya endapan C3 dan IgG pada subepitelial basal membran. Rendahnya komplemen C3 dan C5, serta normalnya komplemen pada jalur klasik merupakan indikator bahwa aktifasi komplemen melalui jalur alternatif. Komplemen C3 yang aktif akan menarik dan mengaktifkan monosit dan neutrofil, dan menghasilkan infiltrat akibat adanya proses inflamasi dan selanjutnya terbentuk eksudat. Pada proses inflamasi ini juga dihasilkan sitokin oleh sel glomerulus yang mengalami injuri dan proliferasi dari sel mesangial. Dari hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut. Beberapa ahli mengajukan hipotesis sebagai berikut :

a.

Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.

(22)

c.

Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal (Price,1995).

Kompleks imun atau anti Glomerular Basement Membrane (GBM) antibodi yang mengendap atau berlokasi pada glomeruli akan mengaktivasi komplemen jalur klasik atau alternatif dari sistem koagulasi dan mengakibatkan peradangan glomeruli, menyebabkan terjadinya : a. Hematuria, Proteinuria, dan Silinderuria (terutama silinder eritrosit). b. Penurunan aliran darah ginjal sehingga menyebabkan Laju Filtrasi

Ginjal (LFG) juga menurun. Hal ini berakibat terjadinya oligouria dan terjadi retensi air dan garam akibat kerusakan ginjal. Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema, hipervolemia, kongesti vaskular (hipertensi, edema paru dengan gejala sesak nafas, rhonkhi, kardiomegali), azotemia, hiperkreatinemia, asidemia, hiperkalemia, hipokalsemia, dan hiperfosfatemia semakin nyata, bila LFG sangat menurun.

c. Hipoperfusi yang menyebabkan aktivasi sistem renin-angiotensin. Angiotensin 2 yang bersifat vasokonstriktor perifer akan meningkat jumlahnya dan menyebabkan perfusi ginjal semakin menurun. Selain itu, LFG juga makin menurun disamping timbulnya hipertensi. Angiotensin 2 yang meningkat ini akan merangsang kortek adrenal untuk melepaskan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan garam ginjal dan akhirnya terjadi hipervolemia dan hipertensi (Price, 1995).

C. Manajemen Terapi Gizi

1. Tujuan Diet Rendah Garam

a. Mengganti kehilangan protein terutama albumin.

b. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. c. Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigliserida. d. Mengontrol hipertensi.

(23)

2. Syarat Diet

a. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, yaitu 35 kkal/kg BB per hari.

b. Protein cukup, yaitu 1,0 g/kg BB atau 0,8 g/kg BB. Utamakan penggunaan protein bernilai biologik tinggi.

c. Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.

d. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan karbohidrat kompleks.

e. Natrium dibatasi, yaitu 600-800 mg/hari.

f. Kolesterol dibatasi < 300 mg, begitu pula gula murni, bila ada peningkatan trigliserida darah.

g. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan pernapasan.

3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Diet Garam Rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat Diet Rendah Garam.

a) Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)

Diet Garam Rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

b) Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)

(24)

c) Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diet Garam Rendah III diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam dapur (4 gram).

4. Bahan Makanan yang Dianjurkan

Makanan yang dianjurkan dalam diet rendah garam ini adalah semua makanan yang segar dan tidak diawetkan menggunaan garam dapur atau jenis natrium lainnya.

5. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan

Diet Rendah Garam relatif banyak makanan yang harus dibatasi karena rata-rata produk olahan khususnya mengandung banyak sekali garam atau natrium. Berikut makanan yang harus dibatasi, diantaranya: a. Sumber karbohidrat: Roti, biskuit dan kue-kue yang dibuat

menggunakan garam dapur dan soda.

b. Sumber makanan hewani: jeroan, keju, sarden, bahan makanan yang diawetkan seperti ikan asin, dendeng, abon, daging asap, ikan kaleng, telur asin, jeroan, otak, lidah, dan sebagainya

c. Sumber protein nabati: pindakas dan semua kacang-kacangan yang diolah dengan garam dapur.

d. Sayuran dan buah-buahan: sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur seperti: sawi asin, asinan, sayuran kaleng dan acar.

e. Lemak: margarin, mentega, cream dan sebgaianya f. Minuman: minuman ringan dan beralkohol

g. Bumbu: garam, baking powder, soda kue, MSG, kecap, terasi, ketchup, sambal botol, petis, tauco, bumbu instan, dan sebagainya

(25)

a) Vitamin C yang berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin C hingga 3000 mg per hari.

b) Bahan makanan yang kaya mineral dan zinc seperti salad, kacang-kacangan, sereal, keju.

c) Bahan makanan yang mengandung serat.

d) Mengkonsumsi buah Cranberries. Buah ini mengandung proanthocyanidins yang mengeluarkan E-coli yang menempel pada dinding saluran kemih.

e) Yoghurt dapat membantu menjaga bakteri baik dalam tubuh. f) Buah-buahan dan sayur-sayuran (kecuali buah dan sayur yang

tidak boleh dimakan atau dianjurkan seperti di bawah ini).

7. Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk pasien Infeksi Saluran Kemih

a) Makanan yang asam dan pedas.

b) Menghindari makanan atau minuman berikut: kopi, teh, cokelat, minuman ringan, jambu biji, jeruk, nanas, stroberi, tomat, anggur, minuman berkarbonasi, hati ayam, kornet daging (sapi, ayam), steak, jagung, telur, dan krim asam.

8. Pedoman untuk Mengatasi Masalah Makan

a) Dianjurkan makan makanan yang disukai atau dapat diterima walaupun tidak lapar.

b) Hindari minum sebelum makan.

c) Tekankan bahwa makanan adalah bagian penting dalam program pengobatan.

d) Olahraga sesuai dengan kemampuan penderita.

9. Bila ada Mual dan Muntah a) Berikan makanan kering

b) Hindari makanan yang berbau merangsang dan berlemak tinggi. c) Makan dan minum perlahan.

(26)

f) Tidak tiduran setelah makan.

BAB III

(27)

A. Skrining Gizi

Ruang Rawat : Anggrek I2 No. RM : 315817

Nama OS : B.A Tanggal MRS : 2 November 2015 Umur : 2 tahun 2 bulan Tanggal Skrining: 3 November 2015 Jenis Kelamin : Wanita Diagnosis : ISK dan GNA

Tabel 1. Formulir Skrining dengan SGA

DESKRIPSI JAWABAN

SKOR SGA

A B C

1. Berat badan: BB biasa

BB awal MRS/saat ini BBK

11 kg 11 kg 8,75 kg TB = 78,5 cm Kehilangan BB selama 6

bulan terakhir

minggu terakhir. Bila pasien tidak yakin, tanyakan : 1. Perubahan ukuran ikat

pinggang

2. Perubahan ukuran pakaian

3. Asumsi teman terlihat “lebih kurus”

Perubahan dan jumlah asupan akhir-akhir ini dibandingkan dengan kebiasaan.

1. ( ) asupan cukup dan tidak ada perubahan, kalaupun ada perubahan hanya sedikit dan atau dalam waktu yang singkat

2. ( ) asupan menurun dari pada sebelum sakit tapi tahap ringan

3. (√) asupan rendah tapi ada peningkatan 4. ( ) asupan sangat tidak cukup dan

menurun tahap berat dari pada sebelumnya.

Lamanya dan derajat

perubahan asupan

makanan

(28)

2.( ) TDK 2.( )tiap hari

 Jika beberapa gejala atau tidak ada gejala, sebentar-sebentar  Jika ada beberapa gejala > 2 minggu

 Jika > 1 semua gejala setiap hari/ teratur > 2 minggu 4. Kapasitas fungsional

*Deskripsi keadaan fungsi tubuh

1.( )aktivitas normal, tidak ada kelainan, kekuatan/stamina tetap

2.( √ )aktivitas ringan, mengalami hanya sedikit penurunan (tahap ringan) 3.( )tanpa aktivitas/ ditempat tidur,

penurunan kekuatan/stamina (tahap buruk)

5. Penyakit dan hubungan dengan kebutuhan gizi 1. Kehilangan lemak

subkutan (trisep, bisep)

1.( √)tidak ada

2.( )salah satu tempat 3.( )kedua tempat 2. Kehilangan massa otot

(tl.selangka, scapula /tl.belikat, tl.rusuk, betis

1.(√)tidak ada

(29)

3.Edema

(bisa ditanyakan ke dokter /perawat

A = Gizi baik / normal (skor “A” pada >50% kategori atau ada peningkatan signifikan)

B = Gizi kurang / sedang (skor “B” pada >50% kategori)

C = Gizi buruk (skor “C” pada >50% kategori, tanda-tanda fisik signifikan) Berdasarkan status gizi pasien dengan metode Screening Global Assesment (SGA) dapat diketahui status gizi kurang dengan score B >50%.

B. Identitas Pasien 1. Identitas Pasien

Tabel 2. Identitas Pasien

Nama : B.A No RM :315817 Umur : 2 tahun 2 bulan Ruang : Anggrek I2 Jenis Kelamin : Perempuan Tgl masuk : 2-11-2015 Agama : Islam Tgl kasus : 3-11-2015 Pekerjaan/

penghasilan : - Alamat

: Banjaran, Cengklik, Cukilan, Suruh, Semarang Pendidikan : - medis Diagnosis :ISK dan GNA

Aktivitas fisik : Ringan Suku/Bangsa : Jawa

2. Riwayat Penyakit

Tabel 3. Riwayat Penyakit

Keluhan Utama Bengkak kaki dan tangan mulai 4 hari yang lalu, bengkak bertambah di lengan kiri, muntah, tidak panas, nafsu makan berkurang

(30)

Alergi/pantangan makanan

Tidak ada Diet yang pernah

dijalankan

Sebutkan jenis dan frekuensi

-Kebiasaan makan Sebutkan jenis dan frekuensi

Nasi soto ½ mangkok / hari @50gram

Teh gelas 6 gls/hari, kadang tambah air putih ± 300 ml Asupan makan di rumah :

- Energi = 441,5 kkal (39,2 % dari kebutuhan) - Protein = 1,7 gram (6,53 % dari kebutuhan) - Lemak = 0,2 gram (0,4 % dari kebutuhan)

- Karbohidrat = 110,4 gram(71,22% dari kebutuhan) - Na=9,9 mg (0,99 % dari kebutuhan)

- Kalium= 82,1 mg (2,7 % dari kebutuhan) - Fe= 0,2 mg (0,025 % dari kebutuhan) - Cairan =1250 ml (104,1 % dari kebutuhan)

Makanan kesukaan Lele, kepala ayam, sayur (wortel), makanan yang gurih Suplementasi gizi Sebutkan jenis/nama dan frekuensi

Cara pengolahan

Perubahan pengecapan/penciuman : Gangguan mengunyah :

(31)

Tabel 5. Antropometri Berat Badan (BB)

Aktual

BB koreksi : 11-11(25%) : 11-2,75 : 8,25 kg

: 11 Kg BB idaman/ideal: = (Ux2) + 8 = (2x2) + 8 = 4 + 8 = 12 kg Tinggi Badan (TB) : 78,5 cm Z-Score

BB/U = 8,25 – 12,1 = - 3,85 = -2,75 SD 12,1 – 10,7 1,4

BB/TB = 8,25 – 9,9 = -1,65 = -2,06 SD 9,9 – 8,25 0,8

TB/U = 78,5 – 87,4 = -8,9 = -2,6 SD 87,4 - 84,1 3,3

Tinggi Lutut : cm Rumus estimasi TB berdasar tinggi lutut: Rentang Lengan : cm Rumus estimasi TB berdasar rentang

lengan: Lingkar Lengan Atas

(LLA)

: cm % LLA :

Lingkar Pinggang : cm Rasio lingkar pinggang/ pinggul: Lingkar Pinggul : cm

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri:

Berdasarkan pengukuran antropometri BB dan TB status gizi pasien termasuk kurus (BB/TB) = -2,06 SD. Klasifikasi pengukuran Z-Score berdasarkan indeks BB/TB menurut Depkes (2004), dibagi menjadi empat yaitu :

- Gizi sangat kurus : < -3 SD

- Gizi kurus : -3 SD s/d < -2 SD - Gizi normal : -2SD s/d + 2 SD - Gizi Gemuk : > +2 SD

2. Biokimia

(32)

Pemeriksaan urin/darah Kadar Rentang Normal Keterangan

Leukosit 17.99 4.5 -11. 10^3/UL Tinggi

Hemoglobin 10.7 12-16 g/dL Rendah

MCV 74.4 86 – 108 fL Rendah

MCH 24.6 28 – 31 pg Rendah

Trombosit 588 150 – 450 10^3/UL Tinggi

Laju Endap Darah I 14 6 – 11 mm Tinggi

Laju Endap Darah II 35 6 – 20 mm Tinggi

Eosinofil 0,3 1 – 5 % Rendah

Protein Total 5,7 6,6 – 8,7 g/dl Rendah

Urobilinogen (+2)/4 0,2 – 1 mg/dl Tinggi

Keton + / 10 < 5 mg/dl Tinggi

Blood (+3)/ 250 < 5/mikro Tinggi

Leukosit (+2)/ 75 < 10/ mikro Tinggi

Epithel 0-2 5-15 / LPK Rendah

Leukosit 5-8 1-4 /LPB Tinggi

Erythrosit 3-5 0-1 /LPB Tinggi

Bakteri + - Ada

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia : 1. Pasien mengalami anemia dibuktikan dengan hasil kadar

hemoglobin, MCV, MCH rendah dan trombosit tinggi.

2. Pasien mengalami infeksi dibuktikan dengan hasil kadar leukosit, Laju Endap Darah I dan Laju Endap Darah II tinggi, eosinofil rendah dan keton tinggi.

3. Pasien mengalami gangguan ginjal yang dibuktikan dengan hasil kadar blood tinggi dan protein total rendah.

4. Pasien mengalami Infeksi Saluran Kemih yang dibuktikan dengan hasil kadar urobilinogen tinggi, erythrosit tinggi,leukosit tinggi, ephithel rendah dan adanya bakteri di dalam urin.

3. Fisik

Tabel 7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Kesan Umum Composmentis, lemah

Vital sign:1. Tensi 2. Respirasi 3. Nadi

4. Suhu : 37, 60C

Kepala/ abdomen/ ekstrimitas dll Odema tungkai +/+ Odema lengan -/+ Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan klinik/fisik :

Pasien dengan kesan umum composmentis dan lemah memiliki odema di kedua tungkai dan di lengan sebelah kiri.

4. Dietary History

(33)

Pasien memiliki pola makan yang tidak baik dibuktikan dengan pasien banyak mengkonsumsi teh gelas sebanyak 6 gelas/hari dan nasi soto.

b. Hasil Recall 24 jam diet : di Rumah Sakit Tanggal : 3 November 2015

Diet RS : TD I (Bubur saring) Rendah Garam Tabel 8. Hasil Recall 24 jam Implementasi Energi

(kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

KH (g)

Na (mg)

Cairan (ml)

K (mg)

Asupan oral 270,6 4,8 7,3 48,2 23,3 300 194,6

Asupan Enteral 432

Parrenteral

Kebutuhan 808 30,3 17,95 131,3 600 1600 308

% asupan 33,4 15,84 40,66 36,7 3,8 45,75 63,18

Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam:

Klasifikasi tingkat konsumsi zat gizi menurut Depkes RI (2003), dibagi menjadi tiga kategori dengan cut of points masing-masing sebagai berikut:

Kurang : <60% Cukup : 60% – 70 % Baik : ≥80%

Berdasarkan perhitungan recall 24 jam, asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien tergolong kurang (<60%). Kalium cukup.

5. Medical History

a. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 9. Pemeriksaan Penunjang

-b. Terapi Medis

Tabel 10. Terapi Medis

(34)

Inj furosemid 1x10 mg

Sebagai obat diuretik yang digunakan untuk membuang cairan yang berlebih di dalam tubuh

Mengatasi mual, muntah, meredakan infeksi dan odema Infus KaEN 3B Untuk menambahkan cairan

dan elektrolit

D. DIAGNOSIS GIZI

Tabel 11. Diagnosis Gizi

NI - 2.1 Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan menurunnya nafsu makan dibuktikan dengan hasil recall asupan energi 33,4 %, protein 15,84%, lemak 40,66% dan karbohidrat 36,7%.

NI - 5.4 Pembatasan kebutuhan cairan berkaitan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan adanya odema.

NI – 5.4 Pembatasan kebutuhan kalium berkaitan dengan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan suka mengkonsumsi teh.

NI – 5.4 Pembatasan kebutuhan natrium berkaitan dengan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan adanya odema

NC – 1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih dan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan adanya mual, muntah dan anoreksia

NC – 2.2 Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan disfungsi ginjal dibuktikan dengan hasil nilai kadar blood tinggi dan protein total rendah

NC – 2.2 Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan anemia dibuktikan dengan hasil laboratorium kadar hemoglobin, MCV rendah, MCH rendah dan trombosit tinggi

NC - 2.2 Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan infeksi dibuktikan dengan hasil laboratorium kadar leukosit tinggi, Laju Endap Darah I dan II tinggi, dan keton tinggi.

NC -2.2 Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih dibuktikan dengan hasil pemeriksaan kadar urobilinogen tinggi, erythrosit tinggi, leukosit tinggi dan ada bakteri di dalam urin.

NC – 3.1 Berat badan kurang berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih dan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan hasil perhitungan Z-score BB/TB kurus

NB – 1.5 Keliruan pola makan berkaitan dengan pengetahuan kurang dibuktikan dengan kelebihan mengonsumsi tehh gelas

(35)

a. Memberikan makanan yang adekuat yang tidak memberatkan fungsi ginjal.

b. Meningkatkan status gizi.

c. Mencegah terjadinya komplikasi.

d. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.

2. Syarat/Prinsip Diet :

a. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhannya yaitu 25-35 %, sebesar 808,038 kkal

b. Protein cukup, yaitu 15% dari kebutuhan energi total sebesar 30,3 gram. Utamakan asupan protein biologis tinggi.

c. Lemak cukup, yaitu 20% dari kebutuhan energi total sebesar 17,95 gram

d. Kerbohidrat sesuai dengan sisa perhitungan energi, protein dan lemak yaitu 60 % dari kebutuhan total sebanyak 131,3 gram.

e. Cairan sesuai dengan kebutuhan, yaitu vol urin tampung ditambah 500 ml.

f. Rendah garam/ Natrium, yaitu 600-800 mg/hari atau ½ sdt garam karena ada odema.

g. Rendah Kalium, yaitu 1600-2800 mg/hari.

h. Makanan diberikan dalam bentuk dicerna, porsi kecil tapi sering. i. Bahan makanan yang boleh diberikan

1) Sumber Karbohidrat : Nasi, mie, bihun, kentang, tepung-tepungan, singkong, ubi dan makroni.

2) Sumber protein : Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan bahan makanan yang protein dengan nilai biologi tinggi.

3) Sumber lemak : minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, margarine dan mentega rendah garam.

4) Sumber vitamin dan mineral: semua sayuran dan buah yang rendah kalium.

(36)

Sumber Protein Nabati : Tahu, tempe, oncom, kacang, kacang kedelai dan sebagainya.

k. Bahan makanan yang tidak boleh diberikan

1) Sumber karbohidrat : Roti, biskuit dan kue-kue yang dibuat menggunakan garam dapur dan soda.

2) Sumber makanan protein : jeroan, keju, sarden, bahan makanan yang diawetkan seperti ikan asin, dendeng, abon, daging asap, ikan kaleng, telur asin, jeoran, otak, lidah, dan sebagainya 3) Makanan yang mengandung kalium tinggi seperti bayam, pisang 4) Bahan makanan yang diawetkan dengan Na sepperti kecap, ikan

sarden, telur asin, kecap.

3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi: a. MB : 60 x 8,25 = 495 kal (a) b. Pertumbuhan : 12% x 495 = 59,4 kal (b) +

554,4 kal

c. Aktivitas : 25% x 554,4 = 138,6 kal (c) +

693 kal

d. SDA : 6% x 693 = 41,58 kal (d) +

734,58 kal

e. Terbuang melalui feses

10% x 734,58 = 73,458 kal (e) + 808,038 kal - Energi = 808,038 kkal

- Protein = 15% x 808,038 kal = 121,20 kal = 30,3 gram

4

- Lemak = 20% x 808,038 kal = 161,6076 kal = 17,95 gram

9

- Karbohidrat= 808,038 – (121,20 + 161,6076) = 525,2304 kkal 4 = 131,3 gram - Infus KaEN 3B 6 tpm

(37)

= 240 + 500 - 432 = 308 ml

4. Jenis Diet, Bentuk Makanan dan Cara Pemberian Jenis Diet : Diet Rendah Garam Bentuk Makanan : Biasa

Cara Pemberian : Oral

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Tabel 12. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Yg diukur Pengukuran Evaluasi/target Anamnesis Mual, muntah,

anoreksia

Wawancara setiap hari

Mual, muntah, anoreksia hilang Antropometri Berat badan Setiap 3

hari sekali

BB/TB = -2 SD s/d (+) 2 SD Biokimia Leukosit,

hemoglobin, MCV, MCH, trombosit, Laju Endap Darah I dan II, protein total, eosinofil, urobilinogen, keton, blood, bakteri pada urin

Kolaborasi Nilainya normal

Klinik/ fisik Suhu, odema Setiap hari Mempertahankan suhu (36-370C), dan odema berkurang Asupan zat

gizi

Energi, protein, lemak, karbohidrat

Recall setiap hari

Energi 808,038 kkal Protein 30,3 gram Lemak 17,95 gram Karbohidrat 131,3 gram

(38)

Tabel 13. Rencana Konsultasi Gizi

Masalah gizi Tujuan Materi Konseling Keterangan

Pola makan yang sehat dan makanan bergizi porsi kecil tapi sering. Memodifikasi bentuk makanan.

Status gizi Menaikkan atau mengidealkan Berat Badan

Memberikan

pengetahuan tentang makanan sumber energi, protein, lemak dan karbohidrat.

F. IMPLEMENTASI

1. Implementasi tanggal 5 November 2015

a. Kajian Terapi Diet tanggal 5 November 2015

Jenis diet/bentuk makanan/cara pemberian : Nasi Rendah Garam / biasa/ Oral

Tabel 14. Kajian Diet tanggal 5 November 2015

Menu ke 5 Energi

(kal) Rencana Implementasi 768,6 27,1 20,8 126 39,7 350 355,8

Standar Diet RS 2250,5 90,4 65,4 312,3 712,1 690 1491

Infus 342

Kebutuhan (planning) 808,038 30,3 17,95 131,3 600 740 1600 % kebutuhan dari implementasi 95,11 89,43 115,87 95,96 6,6 105,67 22,2 % kebutuhan dari Standar Diet RS 278,5 298,3 364,34 237,8 118,6 134 93,1

Pembahasan diet :

Diet RS yang diberikan adalah rendah garam karena adanya penyakit GNA yang disertai adanya odema. Bentuk makanan biasa (nasi) yang seharusnya diberikan bubur nasi, karena pasien tidak mau makan bubur nasi dan diberikan secara oral, standar RS masih berlebih untuk energi, protein, lemak dan karbohidrat. Maka dari itu dapat direkomendasikan ke rencana implementasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

(39)

Tabel 15. Rekomendasi Diet tanggal 5 November 2015

Menu ke 5 Standar Diet RS Rekomendasi Standar Diet Makan pagi Nasi 200 gram

Rica-rica ayam 75 gram

Sbl. Goreng kc tolo+ kentang 55 gram Acar wortel, labu siam 75 gram

Tehh manis 200 cc

Nasi 100 gram

Semur daging giling 15 gram

Acar wortel, labu siam 30 gram

Selingan pagi Kacang hijau 200 cc -Makan siang Nasi 200 gram

Semur daging 60 gram Tempe kemul 40 gram Soto santan 50 gram Buah pear 100 gram Air putih

Nasi 50 gram

Semur daging 20 gram Soto santan 40 gram Buah pear 100 gram

Selingan siang - Susu peptisol 200 cc

Makan malam Nasi 200 gram

Gadon ayam 50 gram Bacem takua 50 gram Sop sawi, wortel 75 gram

Nasi 50 gram

Gadon ayam 15 gram Sop sawi, wortel 30 gram

Komposisi E : 2250,5 kkal

2. Implementasi tanggal 6 November 2015

a. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit tanggal 6 November 2015

Jenis diet/bentuk makanan/cara pemberian : Nasi Rendah Garam / biasa/ Oral

Tabel 16. Kajian Diet Rumah Sakit tanggal 6 November 2015

Menu ke 6 Energi

(kkal)

Rencana Implementasi 962,8 33,6 19 150,4 278,6 400 501

Standar Diet RS 1825,3 50,7 22,1 338,4 789,5 840 815

Infus 432

Kebutuhan (planning) 808,038 30,3 17,95 131,3 600 740 1600 % kebutuhan dari implementasi 119,1 110,89 105,8 114,4 55,7 112,4 31,3 % kebutuhan dari Standar Diet RS 261,5 167,32 123,1 312,5 131,5 113,3 50,9

(40)

Diet RS yang diberikan adalah rendah garam karena adanya penyakit GNA yang disertai adanya odema. Bentuk makanan biasa (nasi) yang seharusnya diberikan bubur nasi, karena pasien tidak mau makan bubur nasi dan diberikan secara oral, standar RS masih berlebih untuk energi, protein, lemak, karbohidrat dan natrium. Maka dari itu dapat direkomendasikan ke rencana implementasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

b. Rekomendasi diet :

Tabel 17. Rekomendasi Diet tanggal 6 November 2015

Menu ke 6 Standar Diet RS Rekomendasi Standar Diet

Makan pagi Nasi 200 gram

Bacam putih telur 50 gram Tumis wortel utren 100 gram Tehh manis 200 cc

Nasi 100 gram

Bacam putih telur 50 gram Sop wortel kapri 45 gram Selingan pagi Susu 200 cc

Agar – agar 30 gram

Agar – agar 30 gram Makan siang Nasi 200 gram

Galantin Ayam 60 gram

Sop wortel, kembang kol, kapri 100 gram Buah Pear

Air putih 240 cc

Nasi 80 gram

Galantin ayam 30 gram Sop wortel, kembang kol, kapri 50 gram

Buah pear 100 gram Air putih 150 cc

Selingan siang Tehh manis 200 cc Ekstra Putih telur 50 gram Makan malam Nasi 200 gram

Tim putih telur 50 gram Sop wortel, misoa 70 gram

Nasi 80 gram

Tim putih telur 50 gram Sop wortel misoa 35 gram Komposisi : E : 1825,3 kkal

(41)

a. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit tanggal 7 November 2015

Jenis diet/bentuk makanan/cara pemberian : Nasi Rendah Garam / biasa/ Oral

Tabel 18. Kajian Diet Rumah Sakit tanggal 7 November 2015

Menu ke 7 Energi Rencana Implementasi 864,2 35,2 18,7 136,2 185 350 564,6

Standar Diet RS 1940,1 71,7 46,9 302,3 184 840 1502,9

Infus 432

Kebutuhan (planning) 808,038 30,3 17,95 131,3 600 740 1600 % kebutuhan dari implementasi 106,9 116,17 104,17 103,73 30,8 105,6 35,2 % kebutuhan dari Standar Diet RS 247,2 302,9 301,9 229,2 59,6 171,8 93,93

Pembahasan Diet:

Diet RS yang diberikan adalah rendah garam karena adanya penyakit GNA yang disertai adanya odema dengan bentuk makanan biasa (nasi) yang seharusnya diberikan bubur nasi, karena pasien tidak mau makan bubur nasi dan diberikan secara oral, standar RS masih berlebih untuk energi, protein, lemak dan karbohidrat. Maka dari itu dapat direkomendasikan ke rencana implementasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

b. Rekomendasi diet :

Tabel 19. Rekomendasi Diet tanggal 7 November 2015

Menu hari ke 7 Standar Diet RS Rekomendasi Standar Diet Makan pagi Nasi 200 gram

Daging bb. Kalem 60 gram Kare Sayuran 80 gram Teh manis 200 cc

Nasi 80 gram

Daging bb. Kalem 20 gram Kare Sayuran 30 gram Teh manis 200 cc Selingan pagi Aqua 240 cc

Kue bolu kukus 30 gram

Kue bolu kukus 30 gram Makan siang Nasi 200 gram

Pepes ayam jamur 60 gram Sayur Asem Jakarta 80 gram

Nasi 80 gram

Pepes ayam jamur 30 gram Sup wortel, gambas 25 gram Semangka 30 gram

Selingan siang Teh manis 200 cc Ekstra putih telur 50 gram Makan malam Nasi 200 gram

Daging ayam cetak sakura 60 gr Capcay 50 gram

Nasi 40 gram

Daging ayam cetak sakura 35 gr Capcay 50 gram

(42)

P : 71,7 gram L : 46,9 gram KH : 302,3 gram Na : 184 mg Cairan : 840 cc K : 1502,9 mg

P : 35,2 gram L : 18,7 gram KH : 136,2 gram Na : 185,1 mg Cairan : 350 cc K : 564,6 mg

Pembahasan Diet:

Diet RS yang diberikan adalah rendah garam karena adanya penyakit GNA yang disertai adanya odema dengan bentuk makanan biasa (nasi) yang seharusnya diberikan bubur nasi, karena pasien tidak mau makan bubur nasi dan diberikan secara oral, standar RS masih berlebih untuk energi, protein, lemak dan karbohidrat. Maka dari itu dapat direkomendasikan ke rencana implementasi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

4. Penerapan Diet Berdasarkan Rekomendasi

a. Pasien diberikan diet rendah garam II (600-800 mg), tinggi albumin dengan kebutuhan kalori 808,038 kkal, protein 30,3 gram, lemak 17,95 gram dan karbohidrat 131,3 gram.

b. Pemberian kebutuhan protein hewani dalam sehari, 3 kali pada menu makan utama dan tidak ada pemberian untuk protein nabati.

c. Pemberian sayuran 3 kali sehari pada makanan utama dan pemberian buah 1 kali sehari.

d. Pemberian cairan harus dibatasi.

5. Penerapan Konseling

a. Topik : Diet Rendah Garam b. Waktu : 10 menit

c. Hari/tanggal : Sabtu dan minggu, 7-8 November 2015 d. Tempat : Anggrek I2

e. Sasaran : orang tua atau keluarga pasien

(43)

1) Infeksi Saluran Kemih : menjelaskan bahan makanan yang boleh dikonsumsi serta bahan makanan yang tidak dibolehkan.

2) Glomerulonefritis Akut : menjelaskan bahan makanan yang boleh dikonsumsi serta bahan makanan yang tidak dibolehkan.

3) Pembatasan cairan dan natrium karena adanya odema di tangan dan di kaki.

4) Bahan makanan yang boleh diberikan

a) Sumber Karbohidrat : Nasi, mie, bihun, kentang, tepung-tepungan, singkong, ubi dan makroni.

b) Sumber protein : Daging sapi, ayam, ikan, telur, susu dan bahan makanan yang protein dengan nilai biologi tinggi. c) Sumber lemak : minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak

kelapa sawit, minyak kedelai, margarine dan mentega rendah garam.

d) Sumber vitamin dan mineral: semua sayuran dan buah yang rendah kalium.

5) Bahan makanan yang dibatasi

Sumber Protein Nabati : Tahu, tempe, oncom, kacang, kacang kedelai dan sebagainya.

6) Bahan makanan yang tidak boleh diberikan

a) Sumber karbohidrat : Roti, biskuit dan kue-kue yang dibuat menggunakan garam dapur dan soda.

b) Sumber makanan protein : jeroan, keju, sarden, bahan makanan yang diawetkan seperti ikan asin, dendeng, abon, daging asap, ikan kaleng, telur asin, jeoran, otak, lidah, dan sebagainya

c) Makanan yang mengandung kalium tinggi seperti bayam, pisang

d) Bahan makanan yang diawetkan dengan Na sepperti kecap, ikan sarden, telur asin, kecap.

(44)

8) Motivasi pasien agar meningkatkan asupan. g. Metode : Ceramah dan diskusi

(45)

G. MONITORING, EVALUASI DAN TINDAK LANJUT Tabel 20. Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut

TGL DIAGNOSIS

MEDIS

MONITORING ASSESMEN GIZI MONITORING DIAGNOSIS

GIZI

EVALUASI DAN

TINDAK LANJUT ANTRO

POMETRI

BIOKIMIA FISIK DAN

KLINIS

a. Leukosit 17,99.10^3/ UL

b. Hemoglobin 10,7 g/dL

c. MCV 74,4 fL d. MCH 24,6 pg

e. Trombosit 588.10^3/ UL

f. LED I 14 mm g. LED II 35 mm h. Eosinofil 0,3 % i. Protein total 5,7 g/dl j. Urobilinogen (+2)/4

mg/dl

k. Keton +/10 mg/dl l. Blood (+3)/250 mikro m. Leukosit (+2)/75

mikro

n. Epithel 0-2/LPK o. Leukosit 5-8 /LPB p. Erythrosit 3-5/ LPB q. Bakteri +

1.Intake asupan energi, protein, lemak tidak adekuat berkaitan dengan pola makan pasien dan pengetahuan yang kurang dibuktikan dengan recall 24 jam asupan energi 58,95 %, protein 15,842 %, lemak 56,27 %.

2.Intake cairan kelebihan berkaitan dengan pola makan yang salah dibuktikan dengan recall 24 jam cairan sebesar 166,5 %.

(46)

6

1. Intake energi dan protein tidak adekuat berkaitan dengan pola makan pasien dibuktikan dengan recall 24 jam energi sebanyak 68 % dan protein 31,41 %.

2. Intake Lemak dan cairan berlebihan berkaitan dengan pola makan yang salah dibuktikan dengan recall 24 jam lemak

1. Intake energi, protein dan karbohidrat tidak adekuat berkaitan dengan pola makan pasien dibuktikan dengan recall 24 jam energy 62,35 %, protein 17,162%, karbohidrat 67,71%

2. Intake cairan berlebihan berkaitan dengan pola makan yang salah dibuktikan dengan recall 24 jam yaitu cairan 149,6 %.

(47)

BAB IV

PEMBAHASAN MONITORING DAN EVALUASI

Pasien An. B.A berusia 2 tahun 2 bulan, berjenis kelamin perempuan . Pasien datang dengan keluhan bengkak kaki dan tangan, muntah, tidak panas, nafsu makan berkurang pada awal kasus tanggal 3 November 2015 pasien masih dalam keadaan lemas dengan diagnosis Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan GNA.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pasien, pola makan pasien di rumah masih kurang semua dari hasil FFQ (Food Frequency Quesioner) asupan energi, lemak, baik dan protein kurang. Sedangkan asupan cairannya kelebihan. Status gizi pasien berdasarkan perhitungan Z-score menunjukkan status gizi kurang dengan hasil perhitungan BB/TB -2,06 SD. Pada studi kasus ini dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi pasien selama 3 hari dan hasil dari monev tersebut ialah :

A. Antropometri

(48)

B. Pemeriksaan Fisik dan Klinis

Pemeriksaan fisik dan klinis selama pengamatan 3 hari yaitu sebagai berikut:

Tabel 21. Data Monitoring Pemeriksaan Fisik Selama Studi Kasus

Keadaan Awal masuk Tanggal pemeriksaan

5/11/2015 6/11/2015 7/11/2015 Odema Di tangan dan

di kaki (+)

Pemeriksaan fisik klinis pasien saat awal masuk terlihat lemas dan pucat dan mengalami odema di bagian tungkai dan lengan. Pasien mengalami gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah dan anoreksia.

(49)

C. Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan biokimia pasien awal masuk, yaitu sebagai berikut:

Tabel 22. Monitoring Pemeriksaan Biokima

Pemeriksaan urin/darah Kadar Rentang Normal Keterangan

Leukosit 17.99 4.5 -11. 10^3/UL Tinggi

Hemoglobin 10.7 12-16 g/dL Rendah

MCV 74.4 86 – 108 fL Rendah

MCH 24.6 28 – 31 pg Rendah

Trombosit 588 150 – 450 10^3/UL Tinggi

Laju Endap Darah I 14 6 – 11 mm Tinggi

Laju Endap Darah II 35 6 – 20 mm Tinggi

Eosinofil 0,3 1 – 5 % Rendah

Protein Total 5,7 6,6 – 8,7 g/dl Rendah

Urobilinogen (+2)/4 0,2 – 1 mg/dl Tinggi

Keton + / 10 < 5 mg/dl Tinggi

Blood (+3)/ 250 < 5/mikro Tinggi

Leukosit (+2)/ 75 < 10/ mikro Tinggi

Epithel 0-2 5-15 / LPK Rendah

Leukosit 5-8 1-4 /LPB Tinggi

Erythrosit 3-5 0-1 /LPB Tinggi

Bakteri + - Ada

Dari hasil pemeriksaan laboratorium dari awal masuk pasien, blood di atas normal dan protein total pasien di bawah normal hal ini menunjukan pasien mengalami gangguan fungsi ginjal. Kadar urobilinogen tinggi, erythrosit tinggi, leukosit tinggi, ephithel rendah dan adanya bakteri di dalam urin menunjukkan adanya Infeksi Saluran kemih pada pasien. kadar leukosit, Laju Endap Darah I dan Laju Endap Darah II tinggi, eosinofil rendah dan keton tinggi juga menunjukkan adanya infeksi. Selain itu, kadar hemoglobin, MCV, MCH rendah dan trombosit tinggi yang menunjukkan pasien juga mengalami anemia. Pemeriksaan hasil laboratorium pasien tidak diperiksa ulang sehingga perubahan tidak dapat dipantau atau diamati lagi.

D. Dietary

(50)

pasien. Asupan makan yang dihitung yaitu asupan dari makanan rumah sakit. Asupan makan pasien diketahui melalui wawancara recall 24 jam. Berdasarkan pemantauan asupan makan pasien yang dilihat dari hasil recall selama tiga hari hasilnya adalah :

Tabel 23. Hasil Pengamatan Asupan Energi dan Zat Gizi Pasien Asupan

E 808,038 476,3 551,9 503,8 510,6 58,95 68 62,35 63,19

P 30,3 4,8 9,52 5,2 6,5 15,842 31,41 17,162 21,47

L 17,95 10,1 21,86

5

20 17,321 56,27 121, 8 109,7 96,49

KH 131,3 94,9 100,5 89 94,8 72,28 77 67,71 72,20

Na 600 5,4 139,4 21,8 55,53 1,08 23,2 4,36 9,25

Cairan 740 800 975 675 816,66 166,5 131,76 149,6 110

K 1600 374,6 356 563,2 431,2 23,41 22,25 35,2 26,95

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, asupan energi dan protein pasien masih tergolong kurang. Selama pengamatan pasien masih dalam keadaan lemas tetapi nafsu makan pasien tetap baik, karena makanan yang diberikan bukan dari Rumah Sakit melainkan permintaan pasien.

Hasil anamnesis menunjukkan pasien mengalami Infeksi Saluran Kemih dan Glomerulonefritis Akut. Untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan keadaan dan penyakit makan pasien diberikan Diet Rendah Garam. Diet pasien diberikan dalam bentuk makanan lunak, pertimbangan pemberian bentuk diet ini dikarenakan pasien tidak mau makan bubur nasi yang seharusnya bentuk makanannya nasi.

E. Perubahan Diet Selama Studi Kasus

(51)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Assesment gizi pasien Infeksi Saluran Kemih dan Glomerulonefritis Akut memiliki pola makan asupan untuk energi, protein dan lemak kurang, karbohidrat cukup dan kelebihan cairan waktu di rumah.

2. Assesment gizi pasien Infeksi Saluran Kemih dan Glomerulonefritis Akut untuk :

a. Antropometri : status gizi pasien kurang b. Biokimia

1) Anemia karena terjadi

penurunan kadar hemoglobin, MCV, MCH rendah dan trombosit rendah.

2) Kenaikan kadar leukosit, Laju

Endap Darah I dan II tinggi, eosinofil rendah dan keton tinggi karena adanya infeksi.

3) Kenaikan kadar urobilinogen,

erythrosit , leukosit tinggi, dan epithel rendah serta adanya bakteri dalam urin karena adanya Infeksi Saluran Kemih.

4) Kenaikan kadar blood dan

turunnya kadar protein total karena adanya gangguan fungsi ginjal.

c. Klinik : Composmentis, lemah, odema di tangan dan kaki. d. Dietory History: Asupan makan sebelum masuk rumah sakit kurang

dan pola makan salah. 3. Diagnosis Gizi

-Kekurangan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan menurunnya nafsu makan dibuktikan dengan hasil recall asupan energi, protein, dan lemak kurang (NI-2.1)

-Pembatasan kebutuhan cairan berkaitan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan adanya odema (NI-5.4)

-Pembatasan kebutuhan kalium berkaitan dengan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan suka mengkonsumsi teh.

(52)

(GNA) dibuktikan dengan adanya odema (NI-5.4)

-Perubahan fungsi gastrointestinal berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih dan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan adanya mual, muntah dan anoreksia (NC-1.4)

-Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan disfungsi ginjal dibuktikan dengan hasil nilai kadar blood tinggi dan protein total rendah (NC-2.2) -Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan anemia dibuktikan

dengan hasil laboratorium kadar hemoglobin, MCV rendah, MCH rendah dan trombosit tinggi(NC-2.2)

-Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan infeksi dibuktikan dengan hasil laboratorium kadar leukosit tinggi, Laju Endap Darah I dan II tinggi, dan keton tinggi (NC-2.2)

-Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih dibuktikan dengan hasil pemeriksaan kadar urobilinogen tinggi, erythrosit tinggi, leukosit tinggi dan ada bakteri di dalam urin (NC-2.2) -Berat badan kurang berkaitan dengan Infeksi Saluran Kemih dan

Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan hasil perhitungan Z-score BB/TB kurus (NC-3.1)

-Keliruan pola makan berkaitan dengan pengetahuan kurang dibuktikan dengan kelebihan mengonsumsi tehh gelas (NB-1.5)

4. Intervensi gizi yang dilakukan pada pasien adalah dengan memberikan diet rendah garam.

5. Monitoring dan evaluasi

a. Hasil pemeriksaan fisik dan klinis selama 3 hari ternyata pada hari kedua pasien sudah tidak pucat, namun masih lemas, composmentis dan odema di tangan dan di kaki. Odema pada tanggal 6 November 2015 mengalami pertambahan.

b. Hasil monitoring dan evaluasi asupan makan pasien selama tiga hari recall 24 jam yaitu ada peningkatan asupan secara bertahap namun pola makannya salah.

c. Antropometri dan biokimia tidak bisa dievaluasi karena tidak dilakukan pemeriksaan ulang.

(53)

1. Pasien diharapkan tetap menjalankan terapi dietnya setelah pulang dari rumah sakit, untuk mempercepat proses penyembuhan.

(54)

LAMPIRAN

(55)

Jam Hidangan

Jumlah Total 768,6 27,1 20,8 126

39, 7

355,

8 350

infus 432

kebutuhan 808 30,3 17,95 131,3 600 1600 740

% jml kebutuhan 95,1 89,4

(56)

Implementasi Hari ke 2 Menu ke 6 B.A

JUMLAH TOTAL 962,8 33,6 19

150, 4

278,

6 400 501

INFUS 432

KEBUTUHAN 808 30,3 17,95

131,

(57)

% JML KEBUTUHAN 119,1 110,89 105,8

114,

5 55,7 112,4 31,3

Implementasi Hari ke 3 menu ke 7 Jam Hidangan

Buah Semangka 30 9,6 0,2 0,1 2,2 0,6 34,8

(58)

Infus 432

Kebutuhan 808 30,3 17,95 131,3 600 1600 740

% jml Kebutuhan

106,

recall tanggal 5 nov 2015 jam

JUMLAH TOTAL 476,3 4,8 10,1 94,9 5,4 800 374,6

INFUS 432

KEBUTUHAN 808 30,3 17,95 131,3 500 740 1600

(59)

Recall tanggal 6 November 2015

kembang kol 10 2,5 0,24 0,02 0,49 2,6

Kapri 10 8,4 0,5 0 1,6 0,3 1.9

JUMLAH TOTAL 551,9 9,52 21,865 100,5 139,4 975 356

INFUS 432

KEBUTUHAN 808 30,3 17,95 131,1 600 740 1600

(60)

recall tanggal 7 nov 2015 jam hidangan bahan makanan berat

Energi

(g) Na Cairan K(mg)

pagi

jeruk manis 100 47,1 0,9 0,1 11,8 0 181

air putih

kerupuk kerupuk udang 10 54,9 0,6 2,8 6,7 7,4 5,7

minyak kelapa 5 43,1 0 5 0 0 0

JUMLAH TOTAL 503,8 5,2 20 89 21,8 675 563,2

(61)

KEBUTUHAN 808 30,3 17,95 131,3 500 740 1600

% JML KEBUTUHAN 62,35 17,162 109,7 67,71 4,36 149,6 35,2

REKAM MEDIS Diagnosis medis : ISK dan GNA

Diit Saat ini : TD I RG Pengkajian Gizi:

a. Antropometri: BB = 11 kg TB =78,5 cm

BB koreksi : 9,75 cm b. Biokimia

Pemeriksaan urin/darah

Kadar Rentang Normal Keterangan

Leukosit 17.99 4.5 -11. 10^3/UL Tinggi

Hemoglobin 10.7 12-16 g/dL Rendah

MCV 74.4 86 – 108 fL Rendah

MCH 24.6 28 – 31 pg Rendah

Trombosit 588 150 – 450 .10^3/UL Tinggi

Laju Endap Darah I 14 6 – 11 mm Tinggi

Laju Endap Darah II 35 6 – 20 mm Tinggi

Eosinofil 0.3 1 – 5 % Rendah

Protein Total 5.7 6.6 – 8.7 g/dl Rendah

Reduksi Negative < 15 mg/dl Bilirubin Negative < 0,2mg/ dl

Urobilinogen (+2)/4 0,2 – 1 mg/dl Tinggi

Keton + / 10 < 5 mg/dl Tinggi

Blood (+3)/ 250 < 5/mikro Tinggi

Leukosit (+2)/ 75 < 10/ mikro Tinggi

Epithel 0-2 5-15 / LPK Rendah

Leukosit 5-8 1-4 /LPB Tinggi

Erythrosit 3-5 0-1 /LPB Tinggi

Bakteri + - Ada

c. Fisik/ Klinik:

- Odema di tungkai +/+ - Odema di lengan -/+ - Suhu : 370C

- Kesan Umum: composmentis, panas d. Riwayat Gizi:

Sebelum masuk Rumah Sakit dari 4 hari yang lalu tidak mau makan, tehh gelas 6x/ hari. Sebelumnya asupan makannya masih baik, seperti ukuran orang dewasa. e. Riwayat Personal:

Kesan Umum : Composmentis

Keluhan umum: tidak panas, mual, muntah, nafsu makan berkurang Dewasa

Penilaian score Risiko Malnutrisi

IMT Risiko berat skor ≥ 2

Proses kehilangan BB yang tidak diharapkan

(62)

Efek dari yang diderita, 5 hari tidak mendapat asupan nutrisi

Risiko ringan skor 0 Total

Anak

Umur 0-60 bulan Gizi Buruk Skor < -3SD

Gizi Kurang Skor -3SD s/d -2 SD Gizi Baik Skor – 2SD s/d + 2 SD Gizi Lebih Skor > 2SD

Umur 61 tahun–18 tahun Sangat Kurus Skor < -3SD

Kurus Skor -3SD s/d -2 SD Normal Skor – 2SD s/d + 1 SD Gemuk Skor > 2SD s/sd +2 SD Obesitas Skor > 2 SD

Masalah yang berhubungan dengan nutrisi:

Mual/ Muntah kehilangan nafsu makan Sulit mengunyah

Sulit menelan Malnutrisi Usia Lanjut

Penurunan BB Obesitas

Intake cairan : 1250 cc/hari Gangguan Metabolik :

Hipertensi Gagal ginjal pancreas berat diabetes terkontrol tidakterkontrol

Ulkus Gangguan/ pendarahan sal cerna

sepsis

Penyakit jantung kongestiv dehidrasi trauma multiple

Masalah keperawatan: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi:………

Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan: ………

Diagnosis Gizi:

- Pembatasan kebutuhan cairan berkaitan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan adanya odema (NI-5.4)

- Pembatasan kebutuhan kalium berkaitan dengan Glomerulonefritis Akut (GNA) dibuktikan dengan suka mengkonsumsi teh.

Gambar

Tabel 1. Formulir Skrining dengan SGA
Tabel 2. Identitas Pasien
Tabel 5. Antropometri
Tabel 7. Pemeriksaan Fisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Riwayat infeksi saluran kemih, hipertensi dan batu berulang merupakan faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik pada pasien batu saluran kemih. Kata

Penyakit yang menyertai pada kejang demam yaitu tonsilo faringitis akut, diare tanpa tanda dehidrasi, ISPA, infeksi saluran kemih, demam dengue.. Penyakit tonsilo

infeksi saluran kemih (ISK) pada anak. 2) Untuk mengetahui hasil kultur urin pada pasien infeksi saluran. kemih (ISK)

Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP dr. Kariydi Semarang Tahun

Kesimpulan dari pengertian tentang penyakit infeksi saluran kemih di atas yaitu dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang bertumbuhnya kuman di saluran kemih

ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik/struktur saluran kemih, atau. adanya

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik