• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Laporan DADAN rev 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Laporan DADAN rev 3"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1 LAPORAN KERJA PRAKTIK

PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAT JEMBATAN CISARONGGE PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN BEBAS HAMBATAN

CISUMDAWU PHASE 1

Oleh:

DADAN DERI GUSMAWAN H1D011004

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PURWOKERTO

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proyek

Ruas jalan Bandung-Cirebon merupakan jalan nasional yang menjadi jalur utama perekonomian dari wilayah Bandung menuju kota-kota di pantai utara Pulau Jawa atau pun sebaliknya. Seiring meningkatnya pertumbuhan kendaraan, ruas jalan Bandung-Cirebon ini semakin padat sehingga waktu tempuh menjadi bertambah.

Oleh karena itu, dibutuhkan ruas jalan yang baru untuk melayani lalu lintas dari Kota Bandung menuju kota-kota di pantai utara Pulau Jawa dan sebaliknya. Untuk meningkatkan kapasitas jalan dari Kota Bandung menuju pantai utara Pulau Jawa dan sebaliknya, maka dicanangkan pembangunan jalan bebas hambatan atau jalan tol yang menghubungkan Kota Bandung dan Kota Cirebon yaitu jalan bebas hambatan Cisumdawu (Clileunyi-Sumedang-Dawuan). Jalan bebas hambatan ini sekaligus melengkapi jaringan jalan tol Jakarta – Bandung – Cirebon : Jakarta – Cikampek – Purwakarta – Padalarang – Cileunyi – Sumedang – Dawuan. Jalan bebas hambatan ini juga akan menjadi akses Bandara Internasional Jawa Barat dengan kota Bandung.

1.2. Tujuan Proyek

Tujuan Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu antara lain:

1) Meningkatkan perekonomian Provinsi Jawa Barat khususnya Bandung, Cileunyi, Sumedang dan Cirebon.

2) Meningkatkan kapasitas jalan yang menghubungkan Bandung dan Cirebon.

3) Melengkapi Jaringan Jalan Tol Jakarta – Bandung – Cirebon : Jakarta – Cikampek – Purwakarta – Padalarang – Cileunyi – Sumedang – Dawuan.

4) Membangun akses menuju Bandara Internasional Jawa Barat.

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik

(3)

3 BAB II

MANAJEMEN PROYEK

2.1. Unsur Pengelola Proyek

Pengelola Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 terdiri dari Pemilik Proyek (Owner), Pelaksana (Kontraktor), Konsultan Pengawas (Supervisor).

1) Pemilik Proyek (Owner)

Kementrian Pekerjaan Umum Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bina Marga merupakan pemilik proyek (owner) pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu ini.

Adapun tugas dan wewenang owner yaitu: a. Tugas

(1) Mengeluarkan Surat Perintah Kerja, Surat perjanjian dengan kontraktor. (2) Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).

(3) Memberikan fasilitas terhadap penyedia jasa, berupa sarana dan prasaran untuk kelancaran pekerjaan.

(4) Menyediakan lahan untuk pelaksanaan pekerjaan.

(5) Mengeluarkan semua instruksi kepada kontraktor melalui konsultan pengawas. b. Wewenang

(1) Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor yang mengikuti lelang (tender).

(2) Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi.

(3) Mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan. (4) Mengganti tenaga penyedia jasa jika dinilai tidak mampu melaksanakan

pekerjaan.

(5) Mengenakan sanksi apabila penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban.

(6) Menolah bahan atau hasil kerja penyedia jasa yang tidak memenuhi persyaratan teknis.

2) Pelaksana (Kontraktor)

(4)

4 ditetapkan oleh owner sebagai pelaksana proyek yang telah direncanakan. Kontraktor Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu ini adalah Shanghai Construction Group Co., Ltd, Consortium of PT. Wijaya Karya - PT. Waskita Joint Operation.

Tugas dan wewenang kontraktor:

a. Memiliki kantor cabang yang berdomisili di daerah lokasi pekerjaan yang dilaksanakan.

b. Menunjuk wakil tetap dari perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaan.

c. Menyusun kembali metode pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

d. Membuat Shop Drawing dan As-Built Drawing untuk diteruskan kepada bagian pelaksana kegiatan dan pengawas konstruksi.

e. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan menerima ijin tertulis dari pemilik proyek yaitu dari pengawas konstruksi.

f. Memiliki dan menyediakan satu set dokumen kontrak untuk digunakan sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan dan tidak boleh melaksanakan pekerjaan tanpa kelengkapan dokumen kontrak.

g. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang telah ditetapkan.

h. Melakukan pemeriksaan dan memproses berita acara kemajuan pekerjaan di lapangan.

i. Mengupayakan efisiensi dan efektivitas pemakaian bahan, tenaga dan alat di lapangan.

j. Bertanggungjawab atas perawatan, pengawasan maupun keamanan fisik dan teknis selama masa pelaksanaan pekerjaan.

k. Melakukan perbaikan-perbaikan atas kerusakan atau kekurangan akibat kelalaian selama pelaksanaan dan biaya perbaikan ditanggung kontraktor.

3) Konsultan Pengawas (Supervisor)

Konsultan pengawas adalah orang/badang yang ditunjuk pengguna jasa (owner) untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari awal hingga akhir pekerjaan tersebut. Konsultan pengawas pada proyek ini adalah PT. Wahana Mitra Amerta (JO) – Hi-Way Indotek Konsultant – PT. Diantama Rekanusa.

(5)

5 a. Tugas

(1) Mengawasi kualitas atau mutu–mutu bahan yang digunakan.

(2) Menyetujui/menolak pekerjaan tambahan yang diusulkan kontraktor.

(3) Memeriksa/menyetujui gambar–gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

(4) Memberikan pertimbangan terhadap usul-usul yang diajukan di lapangan oleh kontraktor pada saat pelaksanaan pekerjaan.

(5) Membuat laporan pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek. b. Wewenang

(1) Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.

(2) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.

(3) Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan.

(4) Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.

2.2. Hubungan Kerjasama Pengelola dalam Proyek

Struktur proyek merupakan salah satu hal penting untuk mengatur koordinasi dan hubungan yang dilakukan dalam proyek. Struktur organisasi proyek ini berfungsi untuk memperjelas kedudukan pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek.

Hubungan kerja pada Proyek Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 digambar oleh diagram di bawah:

Garis Komando Garis Koordinasi Keterangan:

Gambar 1 Hubungan Kerja pada Proyek Cisumdawu Owner

Kontraktor

(6)

6 BAB III

TINJAUAN UMUM PROYEK

3.1. Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 sebagai berikut:

1) Pekerjaan struktur main bridge

2) Pekerjaan struktur overpass

3) Pekerjaan struktur interchange

4) Pekerjaan retaining wall sungai 5) Pekerjaan akses jalan lokal 6) Pekerjaan box culvert

7) Pekerjaan perkerasan kaku

Adapun ruang lingkup pekerjaan pada Section WIKA sebagai berikut: 1) Pekerjaan main bridge Cisarongge

2) Pekerjaan retaining wall sungai Cipaneon 3) Pekerjaan struktur overpass Pamulihan 4) Pekerjaan struktur overpass Cimasuk 5) Pekerjaan box culvert

6) Pekerjaan perkerasan kaku 7) Pekerjaan akses jalan lokal

3.2. Data-data Proyek

3.2.1. Data Umum Proyek

Data umum adalah data-data yang menggambarkan proyek secara umum. Data-data tersebut antara lain:

1) Nama Proyek : Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu

Phase 1

2) Lokasi : Sta. 9+750 – Sta. 12+000 dan Sta. 13+100 – Sta. 17+200, Kecamatan Pamulihan dan Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat

(7)

7 melalui Direktorat Jenderal Bina Marga

4) Konsultan Perencana : PT. Perentjana Djaja

5) Konsultan Pengawas : PT. Wahana Mitra Amerta (JO) – PT. Hi-Way Indotek Konsultan – PT. Diantama Rekanusa

6) Kontraktor Pelaksana : SCG – CWW JO (Shanghai Construction Group – Consortium WIKA-WASKITA JO)

7) Volume Pekerjaan : Main Road 6,350 Km 8) Nomor Kontrak : KU.08.08/P JBHC/228

9) Nilai Kontrak : Rp. 1.022.998.753.214,90 (Multi years)

10) Share : Job Location (SCG 70% - WIKA 20% - WASKITA 10%)

11) Tanggal kontrak : 8 Nopember 2011 12) Jenis Kontrak : Unit Price

13) Sistem pembayaran : Monthly progress

14) Waktu Pelaksanaan : 24 Bulan 15) Waktu Pemeliharaan : 12 Bulan

3.2.2. Lokasi Proyek

Lokasi Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 terletak di Kecamatan Pamulihan dan Kecamatan Ranca Kalong. Adapun lokasi Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Phase 1 berada di Kecamatan Pamulihan dan lokasi pekerjaan retaining wall sungai Cipaneon berada di Desa Pamulihan Kecamatan Pamulihan.

(8)

8 3.2.3. Data Teknis Proyek

Data teknis proyek menjelaskan keadaan struktur yang dikerjakan pada suatu proyek. Data teknis Jembatan Cisarongge pada Proyek Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 Section WIKA sebagai berikut:

1) Main bridge Cisarongge

 Tipe struktur : Jembatan

 Jumlah jalur : 2 Jalur

 Panjang struktur : 2 x 340,804 meter

 Lebar struktur : 2 x 17,050 meter

 Lebar jalur lalu lintas : 2 x 15,300 meter

 Superelevasi horizontal : ± 0,1% - 0,3%

 Superelevasi vertikal : ± 1,0% - 4,0%

 Konfigurasi fondasi : Total spun pile 1.447 pile 60 cm

Spun pile : Kedalaman bervariasi

A1 = 110 pile, P1 = 152 pile, P2 = 152 pile, P3 = 180 pile, P7 = 152 pile, A2 = 132 pile

 Jumlah pile cap, kolom : pile cap = 9 kolom = 14

pier head = 7

 Karakteristik penulangan : tulangan baja ulir (steel deformed) BJTD-40

Precast girder : I Girder variasi panjang ± 40,6 meter

8 span, tinggi I Girder = 2,1 meter, ketebalan web

= 0,7 meter

 Tipe pier : Double pier

3.2.4. Fasilitas Proyek

PT. Wijaya Karya (WIKA) menyediakan berbagai fasilitas penunjang kelancaran setiap pekerjaan yang dilaksanakan dalam proyek. Berikut fasilitas proyek yang terdapat pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1

Section WIKA: 1) Kantor

(9)

9 3) Workshop

4) Batching Plant

5) Mess Karyawan & Pekerja

BAB IV

TINJAUAN KHUSUS

PELAKSANAAN PEKERJAAN PELAT

4.1. Tinjauan Desain

Terdapat dua tipe slab pada proyek Jembatan Cisarongge, yaitu tipe menerus dan tidak menerus. Tipe menerus antara slab satu dengan slab lainnya yang dipisahkan dengan pier dicor bersamaan contohnya untuk slab yang ada pada bentang pier 3 (P3) – P4 – P5 – P7. Pada slab jembatan dari abutment 1 (A1) menuju pier 1 (P1), P1 – P2 dan dari abutment 2 (A2) menuju pier 7 (P7) menggunakan slab tipe tidak menerus. Slab

tipe ini tidak dicor bersamaan dengan pier head jembatan. Jadi pengecorannya dilakukan setelah pier head sudah ada.

Pemilihan kedua jenis slab tersebut tergantung pada jenis girder yang dipakai. Sama halnya dengan slab, girder juga mempunyai dua jenis yang dipakai di proyek Jembatan Cisarongge ini yaitu menerus dan tidak menerus. Untuk letak penggunaannya juga sama dengan slab.

Gambar 3. General View Jembatan Cisarongge

Ketebalan pelat Jembatan Cisarongge adalah 25 cm dengan concrete cover

(10)

10

deform diameter 16 mm dengan jarak pemasangan 150 mm (BJTD 16 - 150). Tulangan arah memanjang slab jembatan menggunakan baja tulangan deform diameter 16 mm dengan jarak pemasangan 200 mm (BJTD 16 - 200). Tulangan tumpuan menggunakan baja tulangan deform diameter 13 mm dengan jarak pemasangan 200 mm (BJTD 13 – 200).

Gambar 4. Potongan Memanjang Slab

4.2. Peralatan dan Material

4.2.1. Peralatan

Berikut peralatan yang digunakan dalam Pekerjaan Pelat Jembatan Cisarongge pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1:

1) Peralatan Pengukuran a. Global Total Station

b. Tripod

c. Prisma/Reflector

d. Stick Reflector

e. Roll meter

f. Kalkulator g. Handy Talkie

h. Alat tulis

2) Peralatan Persiapan Lantai Kerja a. Bondek

b. Las Blender c. Ember

(11)

11 e. Cangkul

3) Peralatan Pemasangan Sistem Kantilever Parapet a. Dynabolt

b. Bor Beton

c. Climbing

d. Tenolid (multiplek) e. Tangga

4) Peralatan Pekerjaan Pembesian a. Bar Cutter

b. Bar Bender

c. Tang/Gegep d. Kawat Bendrat e. Truk

5) Peralatan Pengecoran a. Concrete Pump

b. Cangkul c. Truk Mixer d. Vibrator

e. Kawat Ayam f. Penyangga Pipa g. Pipa dan Balok Kayu h. Pipa PVC dan Papan Kayu i. Alat Penerangan

j. Sendok Perata

k. Sterofoam

l. Siku Galvanis

m. Alat Pembuat Alur/Grouver

n. Beton Decking

6) Peralatan Perawatan (Curing) a. Pompa Air

b. Truk c. Tangki Air

(12)

12 e. Antisol E 125

4.2.2. Material

Material yang digunakan dalam Pekerjaan Pelat Jembatan Cisarongge pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 adalah sebagai berikut:

1) Beton

Beton yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran slab Jembatan Cisarongge adalah beton tipe B-1 yaitu setara dengan K-350. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Standar Proporsi Campuran untuk Struktur

2) Besi Tulangan

Besi tulangan yang digunakan untuk slab Jembatan Cisarongge adalah besi tulangan deform (BJTD) dengan diameter 16 mm dan diameter 13 mm.

4.3. Pelaksanaan

4.3.1 Pelaksanaan Pengukuran

(13)

13

slab itu sendiri selain dipengaruhi oleh elevasi juga dipengaruhi oleh chamber

(kelengkungan) pada girder. Semakin besar chamber pada girder, maka semakin tipis ketebalan slab.

Pengukuran dilakukan setiap interval 2,5 m panjang bentang girder dari sisi

abutment 1 (A1) menuju pier 1 (P1) dan dimulai pada girder sisi dalam menggunakan

Total Station. Alat Total Station ditempatkan pada titik Benchmark (BM). Titik

benchmark ditempatkan pada lokasi yang terbuka sehingga dapat melihat prisma/reflector dengan jelas. Prisma/reflektor ditempatkan di atas girder yang akan diukur. Dari pengukuran tersebut didapatkan data elevasi aktual slab yang akan dibandingkan dengan elevasi rencana slab.

4.3.2 Pelaksanaan Persiapan Lantai Kerja

Lantai kerja yang digunakan pada proyek ini adalah bondek. Bondek dengan ukuran utuh sebelum dipotong adalah 1 x 7 m dengan tebal 0,75 mm dipotong-potong menggunakan las blender dengan ukuran 135 x 103 cm.

Pada saat pemasangan ternyata tinggi bondek hanya 4 cm sedangkan dudukan pada girder menyediakan tinggi 6 cm. Sehingga mengakibatkan permukaan atas bondek tidak sejajar dengan permukaan pier head. Oleh karena itu dudukan pada girder ditinggikan dengan cara menambah adukan mortar.

Setelah semua bondek terpasang selanjutnya untuk mencegah beton ready mix

nantinya keluar dari celah antara bondek dengan girder ketika pengecoran berlangsung, maka celah-celah tersebut ditutupi dengan menggunakan mortar.

4.3.3 Pelaksanaan Pemasangan Sistem Kantilever Parapet

Penahan kantilever pada umumnya akan ditopang dengan perancah kantilever yaitu terdiri dari susunan PD8 atau sejenis scaffolding akan tetapi lebih besar dan mampu menahan beban hingga 6 ton. Akan tetapi dikarenakan medan yang sulit yaitu berada di ketinggian yang cukup tinggi, yaitu pada ketinggian 15,2 m dari permukaan tanah maka proses pelaksanaan pemasangan kantilever parapet Jembatan Cisarongge ini menggunakan climbing. Climbing adalah sejenis penyangga yang terbuat dari besi tulangan yang dirangkai sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti siku.

(14)

14 dapat mengembang dan mengunci sehingga tidak dapat terlepas. Panjang dynabolt yang digunakan adalah 20 cm.

Girder dilubangi menggunakan bor beton sedalam 16 ± 1 cm. Setelah dilubangi

maka climbing dipasangkan dengan dikunci menggunakan balok kayu dan dynabolt. Dynabolt dikencangkan dengan memutar searah jarum jam.

Gambar 5 Pemasangan Climbing

Climbing dipasangkan pada kedua sisi jembatan, dengan jarak antar climbing± 1

m sepanjang bentang girder. Pada Pemasangan climbing ini diperlukan data denah tendon dari pihak Adhimix sebagai produsen PCI girder. Hal tersebut dimaksudkan agar ketika pengeboran pada girder untuk pemasangan dynabolt tidak mengenai tendon

girder.

Tenolid atau sejenis multiplek dipasangkan di atas climbing setelah pemasangan

climbing selesai. Tenolid dengan ukuran 2,44 m x 1,22 m dipasang memanjang searah bentang girder.

4.3.4 Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian

Besi yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut: Tabel 2 Tegangan Leleh Baja Sesuai dengan Tipe dan Kelasnya

Grade Type Yield Stress or 0,2 Percent Proof

Stress (MPa)

BJTP24 Plain Round 235

BJTD30 Deformed 294

BJTD40 Deformed 392

Sumber: Toll Road Construction – Specifications, Section 10 Concrete Structures.

Setelah selesai dibentuk sesuai dengan keinginan dengan bantuan alat bar cutter

(15)

15 tulangan D16 - 150 dan tulangan memanjang menggunakan D16 – 200.

Pada ujung-ujung slab ditambahkan tulangan tumpuan dengan menggunakan tulangan D13 – 200, dengan panjang 190 cm dan panjang tekukan 15 cm. Tulangan ini dipasang pada bagian atas dan bawah. Tulangan tumpuan juga dipasang di atas

diafragma.

Tulangan tambahan/ekstra pada pinggir slab dipasang menggunakan tulangan D13 – 200 dengan panjang 110 cm dan panjang tekukan 10 cm. Pemasangan hanya dilakukan pada bagian atasnya saja.

Kawat bendrat digunakan untuk mengikat antar tulangan yang telah dirangkaikan. Ikatan dilakukan hanya satu sisi (tidak bersilangan). Ikatan tulangan yang digunakan pada proyek ini adalah ikatan 1-4 sampai 1-5. Spacer sejenis tulangan yang dibentuk khusus sebagai penahan agar tulangan atas tidak bergerak dari posisi yang telah ditentukan diletakkan dengan jarak 1 m. Tulangan atas dan bawah diikatkan dengan menggunakan kawat bendrat pada spacer.

4.3.5 Pelaksanaan Pengecoran

Terdapat beberapa persiapan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu yaitu memasang marking yang terbuat dari besi tulangan. Pemberian marking ini bertujuan untuk menandai batas atas permukaan slab atau top slab. Besi marking ini diberi tanda putih yang terbuat dari semacam kertas dan dipasang 25 cm dari pangkal bawah besi. Besi marking ini dipasang pada tulangan slab yang sudah ada dengan menggunakan las.

Pemasangan besi penyangga pipa yang berbentuk seperti huruf “Y” juga

dilakukan bersamaan dengan pemasangan besi marking. Besi penyangga pipa ini berfungsi untuk menyangga pipa galvanis yang nantinya akan menjadi tumpuan balok kayu sebagai tempat pijakan pekerja saat meratakan beton redy mix.

Persiapan selanjutnya adalah pemasangan kawat ayam di tulangan pinggir slab

yang dibatasi oleh tulangan parapet. Kawat ayam ini berfungsi sebagai pembatas atau penahan agar nantinya beton ready mix ketika dilakukan pengecoran tidak meluber ke pinggir.

(16)

16 diikatkan pada tulangan slab dengan menggunakan kawat bendrat dan dipasangkan hanya pada sisi yang memiliki elevasi terendah sebanyak 10 buah (sisi kiri).

Setelah semua persiapan selesai maka dilakukan pengecoran. Pengencoran menggunakan beton tipe B yaitu setara dengan K-350 dengan bantuan alat concrete pump. Pengecoran dilakukan dari pukul 10 pagi sampai dengan pukul 10 malam secara terus menerus. Hal ini dimaksudkan agar beton ready mix dapat menyatu atau monolid.

Alat concrete pump yang digunakan memiliki spesifikasi loong boom dengan panjang jangkauan boom-nya adalah 25 m. Proses pengecoran dimulai dengan setting

alat concrete pump. Setting dilakukan dengan mengatur hidraulic jack yang berfungsi sebagai penjaga keseimbangan concrete pump.

Sebelum melakukan pengecoran, pipa concrete pump diberi mortar. Mortar ini terdiri dari campuran semen, pasir dan air kurang lebih 1m3 yang berfungsi sebagai pengisi ruang kosong (sirkulasi) yang berada di sepanjang pipa agar ketika dilakukan pengecoran, beton ready mix dapat terpompa ke atas.

Setelah concrete pump terisi oleh mortar kemudian beton ready mix dari truk

mixer dituangkan pada concrete pump. Berdasarkan perhitungan, volume beton ready mix yang dibutuhkan adalah sebanyak 167,89 m3. Dengan bantuan concrete pump inilah beton ready mix dapat dipompa ke atas menuju tempat pengecoran setinggi kurang lebih 15,2 m.

Setelah beton ready mix terpompa ke atas, para pekerja bersiap untuk meratakan beton ready mix tersebut dengan menggunakan cangkul dan alat perata lainnya. Tidak lupa para pekerja juga menggunakan alat vibrator agar beton dapat padat dan tidak berongga.

Proses selanjutnya adalah proses finishing. Proses ini dilakukan dengan meratakan permukaan slab menggunakan sendok perata. Pekerjaan ini dilakukan secara khusus pada daerah permukaan slab yang kurang rata setelah digunakan alat perata yang ditarik. Jika terdapat lubang maka dapat ditambahkan dengan beton ready mix dari daerah lain yang kelebihan menggunakan sendok perata.

(17)

17 4.3.6 Pelaksanaan Perawatan (Curing) Beton

Curing beton pada Proyek Pembangunan Jembatan Cisarongge ini dilakukan selama satu minggu (7 hari) pasca pengecoran. Curing dilakukan dengan cara penyemprotan curing compound dengan mengunakan antisol E 125. Antisol

disemprotkan setelah slab selesai finishing.

Kemudian dilanjutkan dengan menghamparkan geoteks non woven. Geoteks

yang telah digelar di atas slab kemudian dibasahi dengan menggunakan air dari tangki air yang diangkut oleh truk. Penyiraman dilakukan 3 kali dalam sehari yaitu pada pagi, siang dan sore.

4.4. Evaluasi Pekerjaan

4.4.1 Permasalahan

Dalam suatu pekerjaan pasti kita tidak akan luput dari suatu permasalahan. Permasalahan yang timbul pada Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Slab

Jembatan Cisarongge adalah sebagai berikut:

a. Material bondek yang datang memiliki tinggi 4 cm, sedangkan pada PCI girder dudukan untuk bondek disediakan dengan kedalaman 6 cm. Oleh karena itu jika bondek dipasangkan maka permukaan bondek dengan girder tidak rata karena selisih 2 cm.

b. Terjadi keterlambatan untuk jadwal pengecoran slab.

c. Bondek dipasangkan pada celah-celah antara girder. Sedangkan jarak antara celah-celah girder tersebut bervariasi di lapangan. Maka dibutuhkan potongan bondek yang sesuai dengan lebar celah yang tersedia.

4.4.2 Solusi

a. Untuk solusi poin pertama yaitu dengan cara menambah mortar pada dudukan untuk bondek di girder setebal 2 cm. Hal tersebut bertujuan untuk menaikkan dudukan bondek sehingga jika bondek dipasang maka permukaan atas girder akan sama dengan permukaan atas girder.

(18)

18 cepat dilaksanankan. Sementara pekerjaan pengecoran slab tidak dapat dilakukan sebelum erection girder P1-P2 minimal setengah dari jumlah girdernya sudah naik.

c. Untuk mengatasi keberagaman jarak antara girder maka dilakukan pengukuran kembali, kemudian diambil lebar bondek yang mewakili semua data lebar yang diketahui.

BAB V

PENGENDALIAN PROYEK

Sistem pengendalian suatu proyek dimaksudkan untuk mencapai target yang maksimal, baik secara kualitati maupun kuantitatif. Berikut beberapa pengendalian pada proyek:

5.1. Pengendalian Waktu

Pengendalian waktu dilakukan dengan time schedule. Time schedule yaitu suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan masing-masing bagian pekerjaan permulaan sampai bagian pekerjaan akhir.

(19)

19 Untuk mengejar keterlambatan tersebut dari pihak kontraktor melakukan penambahan alat serta menggunakan metode baru pada pekerjaan erection girder. Penambahan alat dan perubahan metode yang dilakukan diharapkan akan mempercepat pekerjaan erection girder sehingga pekerjaan pengecoran pelat nantinya tidak akan terlambat.

5.2. Pengendalian Biaya

Pada Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Phase 1 ini dilakukan beberapa kebijakan pengendalian biaya. Beberapa kebijakan yang diterapkan antara lain pencatatan penggunaan dan biaya untuk material, pemanfaatan material waste

atau sisa.

Pencatatan ini menggunakan nota penggunaan yang dihimpun dalam suatu file album atau odner. Sehingga semua biaya dan aktivitas penggunaan material tercatat dengan lengkap. Selanjutnya material-material waste, seperti besi tulangan digunakan kembali sebagai bahan penyusun bekisting sehingga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan bekisting dan mengurangi tumpukan material waste.

Selain itu, dilakukan pengukuran ulang setiap pekerjaan yang akan dilakukan untuk membandingkan keadaan lapangan dengan shop drawing dengan cara tersebut kelebihan biaya akibat salah memperhitungkan volume pekerjaan dapat dihindari.

5.3. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu yang dilaksanakan pada proyek ini mengacu pada spesifikasi umum dan gambar rencana. Pengendalian mutu pada proyek ini antara lain:

a. Penyimpanan

Setiap material yang akan digunakan dalam pekerjaan proyek disimpan pada tempat penyimpanan atau gudang untuk material kecil dan workshop untuk material besar. Penyimpanan material disimpan dengan pelindung, seperti besi tulangan dan sling baja dilindungi dengan terpal.

b. Pengujian

Pengendalian mutu bahan-bahan yang digunakan di proyek dilaksanakan oleh bagian

Quality Control. PT. Wijaya Karya memiliki laboratorium uji di lokasi Batching Plant

(20)

20 umur beton 28 hari adalah sebesar 30 MPa. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada umur beton 28 hari, didapatkan kuat tekan beton sebesar 34,23 MPa. Maka dapat disimpulkan bahwa beton tersebut sudah memenuhi spesifikasi dan dapat digunakan c. Pengukuran

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui posisi suatu struktur. Pada proyek ini dilakukan survey pengukuran secara rutin untuk membandingkan posisi struktur dengan shop drawing. Sehingga tidak terjadi kesalahan posisi struktur yang telah dan akan dikerjakan. Selain itu, pengukuran rutin dilakukan untuk mengetahui apakah struktur tersebut mengalami perubahan posisi atau tidak.

5.4. Pengendalian K3L

Pada Proyek Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu ini, PT. Wijaya Karya menetapkan K3L sebagai salah satu program wajib ditambah dengan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin). Program tersebut dilaksanakan melalui pembentukan staf Safety yang menjadi penanggungjawab pelaksanaan program K3L & 5R tersebut.

Beberapa contoh pengendalian K3L dan 5R adalah sebagai berikut: a. Pemasangan rambu-rambu proyek

b. Penyiraman air di daerah proyek c. Safety Morning

d. Safety Induction

e. Pengadaan Peralatan Safety

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tinjauan pada pelaksanaan pekerjaan pelat Jembatan Cisarongge selama masa Kerja Praktik yang berlangsung dari tanggal 5 Agustus sampai November 2014 dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Terdapat dua tipe slab yang dikerjakan pada Proyek Jembatan Cisarongge ini yaitu

slab menerus dan tidak menerus. Tipe menerus antara slab satu dengan slab lainnya yang dipisahkan dengan pier dicor bersamaan. Sedangkan untuk slab tidak menerus proses pengecorannya dilakukan pada pier terlebih dahulu.

(21)

21 beton tipe B-1 yang setara dengan mutu K-350 dengan tipe slab tidak menerus. 3. Pada pelaksanaan kerja praktek ini tidak meninjau hingga pekerjaan pengecoran

dinding parapet dan pelapisan aspal dikarenakan waktu pelaksanaan yang masih cukup lama.

4. Pengecoran dapat dilakukan setelah minimal setengahnya jumlah girder (8 girder) pada segmen P1-P2 telah terpasang. Tujuannya agar beban beton ready mix untuk pengecoran slab dapat diimbangi dengan berat beban girder pada segmen P1-P2. 5. Komunikasi meskipun sering dianggap hal yang sepele namun sangat berpengaruh

terhadap kelancaran kegiatan suatu proyek. Tanpa komunikasi yang lancar, baik itu antar owner dengan kontraktor atau dengan konsultan tidak akan menghasilkan out put yang diinginkan. Oleh karena itu komunikasi mutlak harus diperhatikan dengan seksama oleh berbagai pihak yang terlibat baik itu secara langsung ataupun tidak.

6.2. Saran

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, didapatkan beberapa saran demi mencapai pekerjaan yang lebih baik. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Meninggkatkan komunikasi antar owner, perencana, konsultan, dan pelaksana, supaya terjalin kerjasama yang baik dan menghasilkan out put pekerjaan yang diharapkan.

2. Tetap menjaga kondisi nyaman dan kondisi kekeluargaan saat bekerja. Karena dengan kita bekerja dalam kondisi nyaman maka hasil yang kita dapatkan akan maksimal, tetapi dengan tidak menghiraukan kaidah/ aturan – aturan yang telah disepakati bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Alumudin, Aam. “Bondek dan Atap Beton”. 14 Oktober 2014. http://beton-readymix.blogspot.com/2011_07_27_archive.html#ixzz3G5NrancO

Faradila, Keuis. 2013. Pelaksanaan Pemasangan Balok Girder Pada Proyek Jembatan Sampang Ruas 156 Kebumen. Purwokerto: Program Studi Teknik Sipil Unsoed.

Ilmusipil.com. “Manajemen Proyek”. 29 Agustus 2014.

(22)

22

Kementerian Pekerjaan Umum. 2008. “Spesifikasi Pilar dan Jembatan Beton Sederhana Bentang 5m sampai dengan 25 m dengan Fondasi Tiang Pancang.” Jakarta: Badan

Standardisasi Nasional.

Reza, Iqbal. “Jembatan I Girder”. 10 Oktober 2014.

https://id.scribd.com/doc/61454790/Jembatan-i-Girder

Wikipedia.“Manajemen Proyek”.29 Agustus 2014.

Gambar

Gambar 1 Hubungan Kerja pada Proyek Cisumdawu
Gambar 2. Lokasi Sungai Cipaneon
Gambar 3. General View Jembatan Cisarongge
Gambar 4. Potongan Memanjang Slab
+3

Referensi

Dokumen terkait

Inti dari pengamatan yang hendak dikemukakan disini adalah pergeseran tanah yang terjadi akan teramati sebagai penurunan intensitas keluaran cahaya yang melewati serat optik

Ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 menyatakan bahwa, Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum

Pengambilan Tinggi weir diambil berdasarkan range yang ada pada tabel 2.4 dan 2.5 diatas yang didasarkan pada jenis entrainment yang terjadi apakah entrainment jet

Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian asam oksalat, Na + , NH 4+ , dan Fe 3+ terhadap ketersediaan K tanah, serapan N, P, dan K, serta produksi

Cahaya yang dapat dimasukkan ke dalam serat optik harus disuntikkan pada sudut yang lebih kecil daripada.

Sepuluh orang dosen vokasional, yang mewakili empat pilar administrasi perhotelan (Products, Human Resources, Marketing dan Accounting) dan terkait dengan silabus, Satuan Acara

Orlich (1989) menyatakan bahawa latihan dalam perkhidmatan kepada pentadbir atau pun guru-guru biasa adalah satu aktiviti atau program yang dirancang berdasarkan keperluan

Prinsip dasar dari reaksi Jaffe adalah reaksi antara kreatinin dengan pikrat dalam suasana alkali tanpa deproteinasi, membentuk kompleks kreatinin pikrat berwarna jingga