• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - BAB II"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan, dan perumpamaan. Sosiologi ialah ilmu kategori objektif yang membatasi diri pada apa yang seharusnya terjadi atau suatu telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang sosial serta proses sosial. Sedangkan sastra dari kata sas (sansakerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi, petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana.merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama,yaitu manusia dan masyarakat.

Sebuah karya sstra berlandaskan sebuah teori yang dirangkumkan pada Strukturalisme Genetik, karya sastra merupakan sebuah struktur, akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyrakat karya sastra yang bersangkutan.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Dalam mempelajari strukturalisme genetik, kita akan menemukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan teori sebuah karya sastra. Apa saja yang menjadi komponen atau strukturalisme genetik, berkaitan dengan kemunculan teori strukturalisme genetik. Selain itu kita juga harus mengetahui konsep dasar strukturalisme genetik. Serta terakhir kita akan mengetahui rumusan metoder kerja strukturalisme genetik.

1.3 RUMUSAN MASALAH

1.3.1 Apakah pengertian strukturalisme genetik? 1.3.2 Darimanakah strukturalisme genetic muncul?

1.3.3 Apa sajakah konsep dasar pada strukturalisme genetik? 1.3.4 Apa sajakah rumusan kerja pada strukturalisme genetic?

1.4 TUJUAN DAN KEGUNAAN

1.4.1 Untuk mendeskripsikan strukturalisme genetik.

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Strukturalisme Genetik

Strukturalisme genetik didirikan oleh Taine dan dikembangkan oleh Goldmann, menyebutkan teorinya sebagai strukturalisme genetik. Artinya, dia percaya bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur, akan tetapi, struktur itu bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyrakat karya sastra yang bersangkutan. Sebagai sebuah teori, strukturalisme genetik merupakan sebuah pernyataan yang dianggap sahih mengenai kenyataan. Pernyataan itu dikatakan sahih jika di dalamnya terkandung gambaran mengenai tata kehidupan yang bersistem dan terpadu, yang didasarkan pada sebuah landasan ontologis yang berupa kodrat keberadaan kenyataan itu, dan pada landasan epistemologis yang berupa perangkat gagasan yang sistematis mengenai cara memahami atau mengetahui kenyataan yang bersangkutan. Keseluruhan peryataan di atas tercakup dalam konsep enam dasar yang membangun teori termaksud, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Jadi, strukturalisme genetik adalah pandangan bahwa sastra merupakan unsur yang tidak statis (tetap), melainkan dinamis (berkembang). Azwinarko dan Mirza Ghulam Ahmad, Pegantar Sosiologi Sastra : 2014

2.2 Sejarah Kemunculan Teori Strukturalisme Genetik

Strukturalisme genetik merupakan teori di bawah payung sosiologi sastra. Strukturalisme genetik lahir dari seorang sosiolog Perancis, Lucien Goldmann. Kemunculannya disebabkan, adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme, yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya.

Strukturalisme genetik mencoba untuk memperbaiki kelemahan pendekatan Strukturalisme, yaitu dengan memasukkan faktor genetik di dalam memahami karya sastra.

(3)

2.3 Konsep Dasar Strukturalisme Genetik

Faruk (1999:12) mengatakan bahwa untuk menopang teorinya, Goldmann membangun seperangkat katerrogi yang saling bertalian satu sama lain sehingga membentuk strukturalisme tersebut. Kategori tersebut di antaranya : Azwinarko dan Mirza Ghulam Ahmad, Pegantar Sosiologi Sastra : 2014

2.3.1 Fakta Kemanusiaan

Fakta kemanusiaan merupakan landasan ontologi dari strukturalisme genetik. Adapun yang dimaksud dengan fakta tersebut adalah segala hasil aktifitas atau perilaku manusia baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan. Fakta itu dapat berwujud aktifitas sosial tertentu seperti sumbangan bencana alam, aktifitas politik tertentu. Seperti pemilu, maupun kreasi cultural sepert filsafat, seni rupa, seni musik, seni patung, dan seni sastra. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Goldmann (1970:588; 1981:40) menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti. Yang dimaksudkannya adalah bahwa fakta-fakta itu sekaligus mempunyai struktur tertentu dan arti tertentu, oleh karena itu, pemahaman mengenai fakta-fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan artinya.

Goldmann (1970:583) dengan kata lain, fakta-fakta itu merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam hubungannyaa dengan dunia sekitarnya.

Goldmann (1981:40) dengan meminjam toeri psikologi Piaget, Goldmann menganggap bahwa kecenderungan di atas merupakan perilaku yang alamiah dari manusia pada umumnya. Menurut Piaget (Goldmann, 1981:61), manusia dan lingkunga sekitarnya selalu berada dalam proses strukturasi timbale balik yag saling bertentangan, tetapi sekaligus isi-megisi.

Tetapi di lain pihak usahanya itu tidak selalu berhasil, karena berhadapan dengan rintangan-rintangan berikut :

1. Kenyataan bahwa sektor-sektor kehidupan tertentu tidak menyadarkan dirinya pada integrasi dalam struktur yang dielaborasikan.

2. Kenyataan bahwa semakin lama penstrukturan dunia eksternal itu semakin sukar dan bahkan semakin tidak mungkin dilakukan.

(4)

proses yang mengganggu keseimbangan dalam proses strukturasi itu. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

2.3.2 Subjek Kolektif

Fakta kemanusiaan merupakan hasil aktivitas manusia sebagai subjeknya. Dalam hal ini perlu diperhatikan perbedaan atara subjek individual dan subjek kolektif. Perbedaan itu sesuai dengan perbedaan jenis fakta kemanusiaan. Subjek individual merupakan subjek fakta imdividual (libidinal). Sedangkan subjek kolektif merupakan subjek fakta sosial (historis). Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Subjek kolektif bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Akan tetapi, subjek kolektif merupakan konsep yang sangat kabur. Subjek kolektif itu berupa kelompok kekerabatan, kelompok bekerja, kelompok territorial, dan sebagainya. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

2.3.3 Pandangan Dunia : Homologi, Struktural dan Struktur

(5)

sama kelas yang sama dan membedakannya dari anggota-anggota dari kelas sosial yang lain. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang dengan hasil dari situasi sosial dan ekonomik tertentu yang dihadapi dari subjek kolektif yang memilikinya (Goldman,1977:18; 1981:112). Karena merupakan produk interaksi antara subjek kolektif dengan situasi sekitarnya, pandangan dunia tidak lahir secara tiba-tiba. Transformasi mentalitas yang lama secara perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang lama secara perlahan-lahan dan bertahap diperlukan demi terbangunnya mentalitas yang baru dan teratasinya mentalitas yang lama itu (Goldman ,1981:112). Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Menurut strukturalisme genetik, proses yang panjang itu merupakan kesadaran yang mungkin yang tidak setiap orang dapat memahaminya. Dalam hal ini kesadaran yang mungkin dibedakan dari kesadaran yang nyata (Goldmann,1981:64-68). Kesadaran yang nyata adalah kesadaran yang dimiliki oleh individu-individu yang ada dalam masyarakat. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Strukturalisme genetic mengatakan bahwa kesadaran yang nyata itu hanya dapat muncul dengan jelas atau hanya dapat ditangkap oleh individu yang khusus, yaitu, antara lain , pencipta karya-karya cultural yang besar, termasuk karya sastra. Pandangan dunia itu adalah sebuah pandangan dengan koherensi menyeluruh merupakan perspektif yang koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan antar manusia, dan alam semesta secara keseluruhan. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

2.3.4 Struktur Karya Sastra

(6)

perhatiannya adalah relasi antara tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Sifat tematik dari konsep struktur Goldmann itu terlihat pula pada konsepnya mengenai novel (Goldmann,1977). Dengan mendasarkan diri pada Lukacs dan Girard, Goldman mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Sesuai dengan teori Lukacs, Goldmann (1977a:2) membagi novel menjadi tiga jenis, yaitu novel “idealisme abstrak”, “romantisme keputusasaan”, dan novel “pendidikan”. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

2.3.5 Dialektika Pemahaman Penjelasan

Untuk mendpatkan pengetahuan mengenai karya sastra dngan kodrat keberadaan (ontologi) semacam itu Goldmann kemudian mengembangkan sebuah metode yang disebutkannya sebagai metode dialektik. Menurutnya ()977:8), metode ini merupakan metode yang khas yang berbeda dari metode positivistik, metode intuitif, dan metode biografis yang psikologis. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Meurut Goldmann sudut pandang dialektik mengukuhkan perihal tidk pernah adanya titik awal yang secara mutlak sahih, tidak adanya persoalan yang secara fial pasti terpecahkan. Metode dialektik mengembangkan du pasangan konsep, yaitu “keseluruhan bagian” dan “pemahaman penjelasan”. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

2.3.6 Hidden God : Sebuah Terapan

Hidden God adalah judul buku Goldmann yang memuat hasil penelitiannya mengenai karya filsafat pascal dan drama racine. Didalam buku tersebut goldamann memulai laporan penelitiannya dengan uraian megenai dasr teori dan metode yang digunakan. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

(7)

2.3.7 Novel Malraux : Terapan Lanjut

Sebelum memaparkan hasil penelitiannya mengenai teks novel Malraux itu, Goldmann terlebih dahulu memaparkan hal penting. Yang pertama masalah jenis-jenis novel, yang kedu masalah struktur pertukaran dalam system ekonomi liberal ang pada gilirannya berhubungan dengan masalah pandangan dunia. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Perihal novel Malraux objek yang ditawarkan berbeda dengan objek yang pernah ditelitinya. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

Goldmann melakukan penelitiannya dengan satu hipotesis bahwa terdapat homologi antara struktur novel klasik dengan struktur dalam ekononmi liberal di satu pihak dan adanya kesejajaran dalam evolusi antara keduanya. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

2.3.8 Novel Baru : Terapan Lanjut

Goldmann mengatakan dalam pembukaan pembicaraanya, novel baru memiliki dua dasar anggapan, yaitu :

a. Novel baru cenderung memodifikasi kesatuan hubungan antara karakter dengan objek kearah proses lenyapnya karakter dan semakin lenyapnya otonomi objek.

b. Bentuk novel berhubungan secara lebih langsung dengan struktur pertukaran dan produksi pasar.

(8)

2.4 Rumusan Metode Kerja Goldmann

Goldmann membatasi penyelidikannya kepada novel yang dikatakannya mempunyai wira yang bermasalah yang berhadapan dengan kondisi sosial yang memburuk dan berusaha mendapatkan nilai yang sahih, (Junus,1986:25). Adapan metodenya sebagai berikut (1926:26), yaitu :

1. Penelitian dilakukan terhadap satu novelyang dilihat sebagai satu kesatuan tanpa tokoh tambahan didalamnya. Apalagi seseorang penulis lebih dari satu novel, dan dihubungkan dengan perbedaan masa, akan memperlihatkan satu perkembangan, seperti yang diperlihatkan dalam karyanya Malraux.

2. Novel yang dianalisis harus novel yang mempunyai nilai sastra, dan biasanya mengandung ketegangan antara keragaman dan kesatuan yang menjalin keagamaan ini kedalam suatu keseluruhan yang padat.

3. Oleh sebab itu dia bekerja sebagai berikut :

a. Seseorang harus memulai melalui hipotesis yang menyeluruh tentang hubungan antara unsure dan keseluruhan

b. Hiipotesis ini diperiksa berdasarkan keadaan dalam novel yang diselidiki itu, sehingga dapat ditemui suatu model, yang mungkin berbeda dari hipotesis awal.

4. Sesudah mendapatkan kesatuan dari keragaman sebuah novel, baru mungkin dibuat hubungan dengan latar belakang sosial. Sifat hubungan itu ialah :

a. Yang berhubungan dengan latar belakang sosial hanyalah unsur kesatuan, bukan unsure keragaman.

(9)

BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Strukturalisme genetik didirikan oleh Taine dan dikembangkan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog Rumania-Perancis. Strukturalisme genetic dikembangkan atas dasar penolakan terhadap analisis strukturalisme murni, analisis terhadap unsure-unsur intrinsic. Strukturalisme genetic ini merupakan gerakan penolakan strukturalisme murni, yang hanya menanalisis unsur-unsur intrinsik saja tanpa mengindahkan hal-hal diluar teks sastra itu sendiri. Gerakan ini juga menolak peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas, bahasa sastra

Konsep enam dasar yang membangun teori termaksud, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan. Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra : 2013

3.2 SARAN

Sebuah karya sastra berlandaskan teori yang dirangkumkan pada Strukturalisme Genetik dan disimpulkan dari berbagai penelitian rumit. Oleh karena itu jadikanlah karya sastra sebagai bacaan sehari-hari karena itu adalah suatu bentuk apresiasi terhadap karya sastra.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Faruk.2013. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Ahmad,Mirza Ghulam & Aswinarko. 2014. Jakarta. Unindra Press

https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/teori-strukturalisme-genetik/

Referensi

Dokumen terkait

Tinjauan Bangunan Kolonial sebagai Preseden yang Kontekstual dengan Kawasan St Purwosari dan Menciptakan Koneksitas.. dengan Kawasan Pusat kota

Prinsip wewenang dan tanggung jawab merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, karena dalam suatu organisasi setiap pegawai telah dilengkapi dengan wewenang

Sasaran dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track) adalah: • MDG 1

Gambaran ini mengisyaratkan bahwa temuan uang kuno dan pecahan keramik memiliki arti penting bagi penelitian arkeologi, khususnya berkaitan dengan konteks data arkeo l ogi

Pada penelitian ini digunakan pelarut yang diperkirakan dapat meningkatkan kelarutan minyak dalam gliserol supaya reaksi gliserolisis bisa dilakukan pada suhu

Langkah awal yang penulis lakukan dalam penyusunan Usulan Mekanisme Pengawasan dan Pengendalian Pekerjaan Fisik Lingkup SUbdit Wilayah III adalah membuat rencana dan jadwal

Yang muncul dengan jelas dari penelitian kami adalah: dialek Rawas dan Kebanagung yang paling penting dalam perekonstruksian bahasa Rejang Purba, sedangkan dialek Lebong, Pesisir

o Kirakan juga kuantiti alum dan klorin Kirakan juga kuantiti alum dan klorin Kirakan juga kuantiti alum dan klorin Kirakan juga kuantiti alum dan klorin yang diperlukan dalam