Kuliah ke - 1
SISTEMATIKA
UNDANG-UNDANG
KUP
(KETENTUAN UMUM DAN
TATACARA PERPAJAKAN)
Sekilas Reformasi
Perpajakan
Institusi pemungut pajak sudah
ada sejak berdirinya Republik
Indonesia.
Pada tahun 1945
urusan
bea/pajak
ditangani
Departemen Keuangan Bahagian
Padjak.
Tahun 1950 institusi
tersebut berganti nama menjadi
Djawatan
Padjak.
Nama
Sekilas Reformasi
Perpajakan..
Dari awal berdiri sampai saat ini DJP telah
beberapa
kali
menjalankan
agenda
perubahan. Perubahan pertama yang cukup
besar terjadi pada tahun 1983. Saat itu
beberapa undang-undang baru di bidang
perpajakan disahkan untuk mengganti
undang-undang lama peninggalan Belanda.
Sistem pemungutan pajak diubah dari
Sekilas Reformasi
Perpajakan…
Seiring berjalannya waktu terlihat bahwa
perubahan saat itu belum cukup. Apalagi
pada tahun 1997/1998 krisis moneter
melanda Indonesia. Yang terjadi kemudian
pemungutan
pajak,
yang
semestinya
merupakan
bentuk
pelayanan
publik,
menjadi
kegiatan transaksional.
Akibatnya
penerimaan pajak menjadi tidak optimal
dan fungsi pelayanan terabaikan.
Hal itu
terjadi untuk waktu yang tidak sebentar.
Sekilas Reformasi
Perpajakan….
Reformasi Perpajakan berawal dari kesepakatan pemerintah dengan IMF di akhir tahun 2001. Isi dari kesepakatan itu adalah untuk memperbaharui paket program kebijakan ekonomi dan keuangan. Salah satunya perbaikan administrasi perpajakan. Reformasi Perpajakan dilakukan bertahap.
Tahap pertama dilakukan antara tahun 2002-2009.
Pada periode tersebut DJP melakukan dua buah perubahan mendasar. Yang pertama adalah
Reformasi Administrasi yang meliputi restrukturisasi organisasi, perbaikan proses bisnis, dan penyempurnaan sistem manajemen sumber daya manusia.
Sekilas Reformasi
Perpajakan…..
Tahap kedua
reformasi perpajakan
dilakukan antara tahun 2009-2012.
Pada tahap ini perubahan DJP
difokuskan kepada pengembangan
sumber
daya
manusia
dan
penggunaan
teknologi
informasi
dalam
administrasi
perpajakan.
Pengelolaan terhadap sumber daya
manusia
merupakan
sebuah
Menurut Prof Romli Atmasasmita: UU merupakan hukum yang tertulis (written law), artinya: ketentuan mengenai hal-hal yang dibolehkan atau dilarang dilakukan atau merupakan perintah yang disusun dalam bentuk tulisan yang bermakna sebagaimana diperoleh dari penjelasan umum atau penjelasan pasal demi pasal.
Bentuk lainnya adalah hukum yang tidak tertulis atau dikenal sebagai hukum adat atau “unwritten law”.
Selain itu, dalam praktik penerapan hukum dimungkinkan berlakunya sumber hukum baru, yang disebut, “yurisprudensi” yakni suatu putusan pengadilan atas suatu perkara tertentu yang telah memperoleh kekuatan hukum
yang tetap.
Membaca UU berarti mempelajari juga struktur perundang-undangan. Sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, struktur sebuah UU terdiri dari:
Judul, Pembukaan, Batang Tubuh, Penutup, Penjelasan (jika diperlukan), dan Lampiran (jika diperlukan).
Bagian Pembukaan meliputi: Frase Dengan Rahmat Tuhan YME; Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan; Konsiderans; Dasar Hukum; dan Diktum.
Batang Tubuh meliputi: Ketentuan Umum; Materi Pokok yang diatur; Ketentuan Pidana (jika diperlukan); Ketentuan Peralihan (jika diperlukan); Ketentuan Penutup.
Teknik membaca suatu UU dapat dilakukan
secara sistematis mulai dengan memahami
uraian mengenai:
penjelasan umum
materi muatan pasal demi pasal beserta
penjelasan (jika ada)
sinkronisasi antara uraian penjelasan
umum dan materi muatan dimaksud
menimbang dan mengingat
Dalam membaca UU juga perlu diketahui latar belakang diperlukan UU dimaksud baik dari aspek filosofis yaitu cita hukum yang terkandung di balik keberadaan UU dimaksud; aspek yuridis yaitu kesesuaian UU dimaksud dengan seluruh ketentuan UUD 1945 dan sinkronisasi UU dimaksud dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Selain kedua aspek tersebut, juga harus mengetahui aspek sosiologis, yaitu kebutuhan aspirasi masyarakat dalam kurun waktu tertentu di mana UU tersebut ditetapkan.
Pada bagian Penjelasan Umum lazimnya
diuraikan
ketentuan
pasal-pasal
yang
dianggap sebagai ciri khas dari suatu UU
yang dipandang sebagai ketentuan kunci
(key articles).
PENGERTIAN PAJAK
APA SICH PAJAK
ITU ??? UNTUK
APA PAJAK ITU ??
PAJAK ADALAH :
•
Iuran kepada Negara
•
Berdasarkan
Undang-undang
•
Dapat dipaksakan
•
Tidak memberikan
imbalan secara
langsung
•
Dipergunakan untuk
Untuk apa saja uang pajak itu?
Pembangunan sarana umum, seperti
rumah sakit/puskesmas, sekolah, kantor
polisi, kantor pemerintah, pemadam
Untuk apa saja uang pajak itu?
Sumber pembiayaan penyelenggaraan
negara, seperti pembayaran gaji
Untuk apa saja uang pajak itu?
Fungsi Pajak, yaitu :
1.Fungsi anggaran (
budgetair
)
Fungsi anggaran (
budgetair
)
Pajak digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan dan fungsi mengatur ini banyak ditujukan terhadap sektor swasta
SISTEM PERPAJAKAN INDONESIA
Sebelum reformasi
Official assesment
Reformasi Perpajakan
Self-assessment System:
Wajib Pajak diberikan
kepercayaan untuk
mendaftarkan diri,
menghitung,
memperhitungkan
membayar dan
melaporkan pajaknya
sendiri.
Hukum Pajak (Hukum Fiskal)
• ialah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat dengan melalui kas Negara, sehingga ia
merupakan bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-badan
(hukum) yang berkewajiban membayar pajak.
• A. Hukum pajak materiil
HUKUM
PAJAK
HUKUM
PAJAK
MATERIAL
Hukum Pajak Material
•
adalah hukum pajak yang
memuat ketentuan-ketentuan
tentang siapa-siapa yang
dikenakan pajak, dan siapa-siapa
dikecualikan dari pengenaan
pajak, apa saja yang dikenakan
pajak dan berapa yang harus
dibayar.
Contoh:Undang-undang Pajak PenghasilanHukum Pajak Formal
• Berisi ketentuan-ketentuan tentang siapa, apa
dan berapa.
• Ketentuan-ketentuan yang mengatur bagaimana
mewujudkan hukum pajak materiil menjadi kenyataan.
• Misalnya hukum pajak materiil menetapkan,
bahwa seseorang yang bertempat tinggal di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, dan mempunyai penghasilan
yang jumlahnya di atas PTKP, maka orang yang bersangkutan telah mempunyai kewajiban untuk membayar pajak dan statusnya telah menjadi
HUBUNGAN SERTA PENGARUH HUKUM
PAJAK TERHADAP HUKUM PERDATA
Hukum Pajak mencari dasar kemungkinan pemungutan pajak atas dasar peristiwa (kematian, kelahiran), keadaan (kekayaan), perbuatan (jual beli, sewa menyewa) , pailit, likuidasi yang diatur dalam Hukum Perdata
Lex specialis derogat lex generale
PENAFSIRAN HUKUM
PAJAK
Penafsiran hukum ialah suatu
Syarat objektif Syarat
objektif Syarat Subjektif Syarat Subjektif
Wajib Pajak
Wajib Pajak NPWP/PKPNPWP/PKP Pembukuan & pencatatan Pembukuan & pencatatan Pelaporan pajak Pelaporan pajak Pembayaran pajak
Pembayaran pajak Pemeriksaan pajak Pemeriksaan pajak Ketetapan Ketetapan Restitusi Restitusi Imbalan bunga
Imbalan bunga Penagihan pajak Penagihan pajak Upaya Hukum Upaya Hukum Tindak pidana perpajakan Tindak pidana perpajakan Ketentuan khusus Ketentuan khusus Ketentuan Penutup Ketentuan Penutup
CIRCUMNAVIGATION
UU
KUP
CIRCUMNAVIGATION
UU
KUP
objekt if Subjekt if Wajib Pajak NPWP/ PKP Pembuku an & pencatata n Pelaporan pajak Pembayaran pajak Pemeriksaan pajak Ketetapa n Restitusi
Imbalan bunga Upaya Hukum Penagihan pajak Tindak pidana
perpajakan Ketentuan
khusus
32, 34, 35, 35A, 36, 36A, 36B, 36C, 36D,
37, 37A
Ketentua n Penutup48, 49, 50
CIRCUMNAVIGATION UU KUP CIRCUMNAVIGATION UU KUP 2, 2A 28
3, 4, 5, 6, 7, 8 9, 10, 11
29, 29A, 30, 31
12, 13, 13A, 14,
15, 16
16, 25, 26, 26A, 27, 36
38, 39, 39A, 40, 41, 41A, 41B, 41C, 43, 43A, 44, 44A
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
Informasi, Data Laporan Perpajakan Informasi, Data Laporan Perpajakan Peng Negeri Peng Negeri Kejaksaan Kejaksaan Kanwil/KP DJP Kanwil/KP DJP KPP KPP Konseli ng Konseli
ng RiksusRiksus Buper Bupe
r SidikSidik Penuntutan Penuntut an AR AR Pemerik sa Pemerik
sa PPNSPPNS JPUJPU HakimHakim Verifka
si Verifka
si Putusan
Terbukt i Terbukt i Tidak Terbukt i Tidak Terbukt i Alpa -1 Alpa -1 Sengaj a Sengaj a Peng Tinggi Peng Tinggi Hakim T Hakim T MA MA Hakim A Hakim A PK PK Bandin g Bandin g Sidang Sidang Kasasi Kasasi SKPLB
SKPLB SKPKBTSKPKBT STP
Siklus Pajak
•
Fase
self assessment
•
Fase Pengawasan
•
Fase sengketa
•
Fase Penyelesaian
Tentang UU KUP
Undang-undang KUP telah mengalami beberapa kali perubahan sejak:
1. Diundangkan pertama kali dengan UU Nomor 6 Tahun 1983 yang berlaku 1 Januari 1984.
2. Perubahan pertama dilakukan dengan UU Nomor 9 Tahun 1994 yang mulai berlaku 1 Januari 1995.
3. Perubahan kedua dilakukan dengan UU Nomor
16 Tahun 2000 yang mulai diberlakukan tanggal 1 Januari 2001.
4. Perubahan ketiga dilakukan dengan UU Nomor 28 Tahun 2007 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 2008.
DEFINISI PAJAK
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
(Pasal 1 angka 1 UU KUP)
ASPEK
EKONOMI
ASPEK HUKUM
UU KUP
Mengatur HAK dan
KEWAJIBAN
UU KUP
KEWAJIBAN
KAPAN KEWAJIBAN ITU TIMBUL?
BAGI SIAPA?
UU KUP
HAK
KAPAN DAN UNTUK APA HAK ITU ADA?
BAGI SIAPA?