Perkembangan
Psikososial Usia 1-3
Tahun
Apakah yang dimaksud
Perkembangan Psikososial?
suatu perkembangan yang melibatkan kepribadian individu
dan hubungan sosial
Karakteristik perasaan, pemikiran, dan perilaku, yang
mempengaruhi cara anak berespon dengan dengan orang lain serta cara beradaptasinya dengan dunianya.
Kepribadian:
Perasaan
adalah reaksi subyektif terhadap pengalaman yang terkait
dengan perubahan fsik dan perilaku
Pola karakteristik emosi mulai berkembang sejak individu bayi
dan perasaan merupakan elemen dasar kepribadian
Dapat dipengaruhi oleh peristiwa, budaya (contoh budaya Cina
dan Amerika yang berbeda dalam pengekspresian perasaan
marah)
ekspresi perasaan tidak senang adalah yang pertama kali
tampak pada bayi yang baru lahir, yaitu melalui tangisan,
menendang dan menggerakan tangan dan kaki, serta
mengakukan tubuhnya
Lanjutan
Orangtua yang tanggap dan peka terhadap tangisan bayi menyebabkan bayi bertumbuh menjadi pribadi yang memiliki kompetensi sosial dan
penyesuaian diri yang positif.
Senyum tampak sejak bayi lahir. Senyum yang tidak bertujuan ini tampil saat bayi tidur
Pada usia 2 bulan, pengenalan visual bayi sudah berkembang, sehingga bayi dapat tersenyum lebih pada stimulus visual, misal: wajah yang
dikenalnya.
Senyum sosial: terjadi saat bayi yang baru lahir melihat orangtuanya dan tersenyum
Bayi mulai tertawa pada usia 4-12 bulan.
Pada usia 6 bulan, bayi sudah bisa tersenyum untuk merefeksikan
pertukaran emosi dengan seseorang. Misal: bayi tersenyum saat diajak bermain cilukba seprai dengan mamanya.
Usia 8-10 bulan: anticipatory smiling( bayi tersenyum thd benda, lalu terhadap orang lain)
Temperamen
Adalah kecenderungan biologis yang konsisten, yang tampil sejak bayi lahir, untuk berespon terhadap lingkungannya, dan dapat diperkirakan
Mempengaruhi bagaimana anak mendekati dan bereaksi terhadap dunia di luar dirinya, seperti bagaimana mereka mengatur fungsi mental,
perasaan, dan perilakunya 3 pola temperamen:
1. easy child: senang, fungsi biologisnya teratur, dan mudah menerima pengalaman baru
2. difcul child: mudah terganggu dan sulit merasa senang, memiliki pola biologis yang tidak teratur, dan lebih sering mengekspresikan perasaan 3. slow-to-warm-up child: (agak) lambat beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru.
Peran Orangtua
Anak memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar mereka
dapat bertumbuh normal
Salah satu kebutuhannya adalah seorang ibu yang dapat
berespon hangat dan menguatkan bayi.
Jadi peran ibu bukan semata sebagai pemberi makan, tetapi
juga termasuk kontak fsik dengan bayi.
Seiring dengan perkembangan zaman, peran ayah bukan
semata pencari nafkah dan penegak disiplin untuk anak, tetapi
juga ayah juga semakin memiliki kedekatan hubungan dengan
anak, terutama dengan anak laki-laki
Gender
Merupakan identifkasi perempuan atau laki-laki berdasarkan penampilan, cara menggerakan tubuh, cara bekerja, berpakaian, dan bermain
Mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir mengenai dirinya dan bagaimana orang lain berpikir mengenai dirinya
Mulai tampak saat anak berusia 1-2 tahun, melalui pemilihan permainan, aktivitas bermain, dan teman bermain dari jenis kelamin yang sama.
Anak laki-laki berusia 17 bulan umumnya bermain lebih agresif dibanding anak perempuan
Pada usia 2-3 tahun umumnya anak mengucapkan lebih banyak kata-kata yang mengarah pada identitas gendernya (misal: anak laki-laki lebih
banyak mengucapkan traktor, perempuan: kalung).
Perkembangan pada Masa Bayi
(0-18 bulan)
Teori Erik Erikson (1950): basic trust vs basic mistrust (tahap perkembangan psikososial ke-1)
Jika berhasil, anak akan merasa percaya pada manusia dan obyek di dunia, merasa aman dan dicintai modal dasar membentuk hubungan dekat dengan lingkungan, anak dapat mengembangkan harapan dan
yakin bahwa mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai keinginannya
Jika tidak berhasil, anak akan merasa tidak percaya , dan merasa bahwa lingkungannya tidak dapat diandalkan saat ia memerlukan bantuan
anak akan selalu melindungi dirinya sendiri, memandang dunia tidak
bersahabat, dan umumnya memiliki masalah dalam menjalin hubungan yang berkualitas
Attachment
(Kelekatan)
Adalah ikatan perasaan antara bayi dan pengasuh yang timbal balik, yang berkontribusi terhadap kualitas hubungan mereka.
Teori evolusioner: Kelekatan memiliki nilai adaptif untuk bayi untuk memastikan kebutuhan psikososialnya terpenuhi seperti kebutuhan fsiknya.
Teori etologis: bayi dan orangtua memang seharusnya saling lekat satu sama lain, dan kelekatan ini mendukung terbentuknya kemampuan bayi untuk bertahan dalam situasi sulit.
4 macam kelekatan:
Secure attachment: bayi feksibel dan jarang stres
Avoidant attachement: kurang peduli saat caregiver pergi meninggalkannya
Ambivalent/ resistant attachment: mudah merasa cemas, bahkan saat caregiver belum pergi meninggalkannya, dan menempel pada caregiver saat bertemu orang yang baru dikenal
Lanjutan
Stranger anxiety: anak merasa cemas terhadap orang yang dirasanya asing untuk dirinya. Umumnya mulai terjadi saat bayi berusia 8-9 bulan Separation anxiety: anak merasa cemas ketika caregiver
meninggalkannya. Dimulai saat bayi berusia sekitar 9 bulan
Apabila bayi merasakan kelekatan yang aman dengan caregiver-nya, umumnya bayi akan membentuk hubungan baik dengan orang lain
Pada usia 3-5 tahun, anak yang ‘aman’ akan lebih tumbuh perasaan ingin tahunya, kompeten, dapat berempati, percaya diri, lebih mudah bergaul dengan teman sebaya dan menjalin hubungan dekat
Toddlerhood
Dimulai sejak anak berusia 2 tahun
Perkembangan fsik dan kognitif sudah lebih kelihatan, seperti berjalan dan berbicara, dan anak juga sudah dapat mengemukakan kepribadiannya dan berinteraksi dengan orang lain.
Konsep diri anak sudah bertumbuh
Konsep diri: gambaran mengenai diri seseorang, gambaran utuh mengenai kemampuan dan sifat kita. Perasaan dan pengetahuan mengenai diri kita memandu perilaku kita.
Pembentukan konsep diri sudah dimulai saat bayi lahir (masa menyusui)
Perkembangan Otonomy (18
bln-3 thn)
Erikson (1950): autonomy vs shame and doubt
Ditandai dengan perubahan kontrol, yaitu dari yang semula berasal dari luar diri menjadi kontrol dari dalam diri
Nilai-nilai yang berkembang dalam diri anak: keinginan
Contoh aktivitas yang berkembang: toilet training dan bahasa Pada masa ini, toddler sudah memiliki keinginan dari dalam dirinya, tetapi mereka memerlukan orang dewasa untuk
menetapkan batasan yang diperlukan, dan perasaan malu serta ragu-ragu menolong anak untuk menyadari kebutuhan akan
Perkembangan Moral
Sosialisasi: proses anak mengembangkan kebiasaan, keterampilan, nilai-nilai, dan tujuan, yang dapat membentuk mereka menjadi anggota
masyarakat yang tanggung jawab dan produktif.
Proses sosialisasi tergantung pada internalisasi. Anak yang sudah sukses dalam proses sosialisasi tidak lagi memerlukan pengarahan untuk
menghindari hukuman, karena standard perilakunya sudah berasal dari dalam dirinya sendiri
Pada usia sekitar 2 tahun anak sudah dapat melakukan self regulation
(mengatur perilaku agar sesuai dengan harapan dan permintaan caregiver, meskipun caregiver tidak ada bersama anak
Self regulation adalah dasar sosialisasi, dan menghubungkan semua area perkembangan yaitu perkembangan fsik, kognitif, emosional, dan sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sosialisasi: cara orangtua menerapkan sosialisasi dan kualitas hubungan orangtua-anak
Kelekatan yang aman, respon timbal balik yang setara, hubungan