• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE KALKULASI PARTISIPASI NASIONAL DALAM PEMBANGUNAN PLTN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE KALKULASI PARTISIPASI NASIONAL DALAM PEMBANGUNAN PLTN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

METODE KALKULASI PARTISIPASI NASIONAL DALAM

PEMBANGUNAN PLTN

Mochamad Nasrullah

1

, Arief Tris Yuliyanto

2

1

Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir –BATAN, Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

ABSTRAK.

METODE KALKULASI PARTISIPASI NASIONAL DALAM PEMBANGUNAN

PLTN

.

Ketahanan suatu negara khususnya dalam pengembangan industri memerlukan

partisipasi nasional dalam industri tersebut. Penelitian ini bertujuan menghitung partisipasi

nasional dalam pembangunan PLTN yang menggunakan perhitungan Newjec dan

perhitungan biaya material dan

labor cost

serta perhitungan yang menggunakan

pengalaman partisipasi nasional dari negara lain. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada

penggunaan data kuantitas dan harga material dan labor cost yang diambil dari data

EMWG. Metode perhitungan menggunakan spread sheet dari Newjec dan EMWG serta

pengalaman dari perhitungan partisipasi nasional negara lain dari berbagai jenis PLTN.

Hasil penelitian menunjukkan perhitungan partisipasi nasional yang dihitung Newjec

menunjukkan hasil 25,91%, dengan cara perhitungan yang berbeda berdasarkan data dari

EMWG, hasilnya sama sebesar 25,91%. Hasil perhitungan partisipasi nasional

menunjukkan penggunaan proporsi partisipasi nasional dan jenis PLTN yang berbeda,

maka hasil partisipasi nasional juga berbeda. Penggunaan data partisipasi nasional dari

PLTN PWR 1100 MWe Brazil hasil perhitungannya sebesar 38%, jika dibandingkan PWR

1139 MWe yang juga menggunakan data yang sama, hasilnya relatif sama sebesar 36,7%

selisih sebesar 1,3%, artinya hasil perhitungan ini menunjukkan validitas cukup baik.

PLTN ABWR 1144 MWe dan PHWR 638 MWe, menunjukkan porsi partisipasi nasional

lebih kecil dibandingkan PWR 1139 MWe dan PWR 1100 MWe Brazil yaitu sebesar

32,7% dan 29,3%. Perhitungan partisipasi nasional baik Newjec, EMWG serta pengalaman

dari negara lain dari berbagai jenis PLTN bisa digunakan untuk menghitung partisipasi

nasional PLTN namun harus sesuai jenis PLTN yang akan dibangun.

Katakunci:Partisipasi Nasional, PLTN, Newjec, EMWG

ABSTRACT.

(2)

manner different calculations based on data from EMWG, the result is the same at 25.91%.

The calculation result shows the use of national participation and national participation

proportion of different types of nuclear power plants, the results of national participation is

also different. The use of national enrollment data from 1100 MWe PWR NPP Brazil

calculation result by 38%, when compared to 1139 MWe PWR are also using the same

data, the results were relatively unchanged at 36.7% margin of 1.3%, meaning that the

result of this calculation indicates the validity pretty good. 1144 MWe ABWR nuclear

power plants and 638 MWe PHWR, shows the portion is smaller than the national

participation PWR 1139 MWe and 1100 MWe PWR Brazil that is equal to 32.7% and

29.3%. Calculation of national participation Newjec, EMWG as well as the experience of

other countries of various types of nuclear power plants could be used to calculate the

national participation NPP but should fit the type of nuclear power plants to be built.

Keyword: National Participation, NPP, Newjec, EMWG

1. PENDAHULUAN

Bagian Kebutuhan energi listrik di Jawa-Madura-Bali akan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan rasio elektrifikasi. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) mengasumsikan bahwa selama periode tahun 2005 s.d 2025 Gross Domestic Regional Product (GDRP) tumbuh 6,2% per tahun, jumlah penduduk tumbuh 0,9% per tahun, dan rasio elektrifikasi pada tahun 2025 mencapai 93%. Pertumbuhan permintaan energi listrik untuk periode 2005 – 2025 diperkirakan akan tumbuh rata-rata 7,2% per tahun. Mengingat kebutuhan (demand) listrik dipastikan akan terus meningkat, sementara penyediaan (supply) energi dari sumber sumber konvensional (fossil) di masa mendatang semakin terbatas, maka tenaga nuklir merupakan salah satu opsi untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia [1].

PLTN pada prinsipnya memiliki banyak kesamaan secara teknologi dengan PLT konvensional seperti PLTU minyak dan batu bara, namun komponen-komponen yang berada di primary subsystem memiliki kekhususan yang hanya dimiliki oleh teknologi nuklir seperti teknologi pembuatan komponen-komponen reaktor, pabrikasi bahan bakar, pembuatan alat kontrol reaktor dan system kontrol secara komputer.

Partisipasi nasional dalam pembangunan PLTN adalah penggunaan material dan sumber daya manusia dalam negeri. Partisipasi ini dapat melibatkan berbagai industri Indonesia yang telah berpengalaman dalam pembangunan PLT konvensional. kontribusi industri Indonesia ini dapat dilakukan pada primary subsystem,

secondary subsystem, balance dan protection subsystem maupun construction/civil subsystem dalam menyediakan komponen yang diperlukan dalam pembangunan PLTN.

Peluang Indonesia memiliki kesiapan dalam membangun PLTN dapat diperoleh dengan mengklasifikasikan seberapa besar konstribusi industri Indonesia dalam mendukung pembangunan PLTN. Berbagai Komponen dalam pembangunan PLTN sangat dibutuhkan sehingga diperlukan pemodelan agar dapat mempermudah dalam pengklasifikasiannya. Kendala yang dihadapi industri Indonesia dalam memproduksi komponen PLTN: (1) Ketidakpastian harga bahan dasar. (2) Belum didapatkannya gambar teknik - meski hanya sederhana komponen-komponennya.(3) Kondisi dan persyaratan komponen yang belum terlalu detil disebutkan dalam dokumen PLTN.

Metodologi yang digunakan dalam perhitungan partisipasi nasional adalah menggunakan spread sheet perhitungan yang digunakan Newjec dalam menghitung partisipasi nasional pembangunan PLTN [2]. Selanjutnya akan dibandingkan dengan perhitungan EMWG yaitu total biaya material yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTN berupa harga dan kuantitas komoditi material [3], serta akan dihitung partisipasi nasional dengan cara pengalaman dari operasional berbagai jenis PLTN seperti PWR, PHWR [4] dan APWR [3].

(3)

diperoleh kesiapan industri Indonesia dalam kontribusinya di pembangunan PLTN serta penghematan devisa dari komponen-komponen PLTN yang diproduksi industri Indonesia dan dengan adanya penelitian ini diharapkan industri-industri Indonesia yang dapat terlibat dalam pembangunan PLTN sudah dapat diidentifikasikan secara bertahap sehingga dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan PLTN

1.1.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung partisipasi nasional dalam pembangunan PLTN di Indonesia yang menggunakan perhitungan Newjec dan perhitungan total biaya material yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTN berupa harga dan kuantitas komoditi material, serta dengan cara menggunakan pengalaman perhitungan partisipasi nasional yang digunakan dalam berbagai jenis PLTN seperti PWR, PHWR dan APWR.

1.2.Ruang Lingkup

Penelitian yang dikaji dibatasi ruang lingkupnya seperti penggunaan data kuantitas dan harga material berasal dari data EMWG-GIF (Economic Modeling Working Group Generation IV International Forum). Metode perhitungan menggunakan spread sheet dari Newjec dan EMWG serta pengalaman dari perhitungan partisipasi nasional berbagai jenis PLTN seperti PWR 1139 MWe, ABWR 1144 MWE dan PHWR 638 MWe.

2. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam perhitungan partisipasi nasional adalah dengan berbagai cara, antara lain:

a. Menghitung partispasi nasional dengan menggunakan spread sheet dari Newjec, dengan cara mengidentifikasi dan merinci breakdown structure dalam biaya investasi PLTN. Selanjutnya menghitung tingkat parnas dengan melihat asumsi yang digunakan dalam capaian tingkat partisipasi sektor industri PLTN yang dikalikan dengan standar pembobotan yang ditetapkan pada industri PLTN. Rumusnya [2]adalah

NPR = Ai x Bi / B

Dimana :

NPR = National Participation Rate Ai = Capaian Participation Rate

Bi /B = Standar Pembobotan

b. Menghitung partispasi nasional dengan menggunakan EMWG, yaitu menghitung biaya material dengan menentukan komoditi dan harganya saat pembangunan PLTN tersebut. Kemudian menentukan gaji atau upah tenaga kerja (labor cost) serta menentukan factory equipment.

c. Menghitung partispasi nasional yang menggunakan pengalaman negara lain dengan berbagai jenis PLTN

3. DATA DAN ASUMSI

Sebelum dilakukan perhitungan tingkat partisipasi nasional, maka perlu ditentukan terlebih dahulu komponen utama yang diperlukan untuk membangun PLTN. Data komponen ini selanjutnya akan menjadi masukan untuk menghitung tingkat partisipasi nasional PLTN di Indonesia. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Breakdown Structure Biaya Investasi

Pembangunan PLTN

Akun Komponen Nilai

(10^6) US$ 21 Structures and improvements 482 22 Reactor plant equipment 727 23 Turbine plant equipment 537 24 Electric plant equipment 195 25 Miscellaneous plant equipment 112 26 Heat rejection system 118 Total Direct Costs 2,171  91 Construction Services 545 92 Engineering and Home Office

Services

511 93 Field Supervision and Field

Office Services

267

Total Indirect Costs 1,323 

 Total Overnight Costs  3,494 

(4)

Tabel 2. Tarif Instalasi Bulk Commodity (Jam)

Commodity Unit Kuantitas US$

Structural Commodities

Formwork – substructure SM 6.9 31.2 Formwork – superstructure SM 12.1 31.2

Decking SM 1.7 132.6

Reinforcing steel – substructure MT 29.0 1278.5 Reinforcing steel – superstructure MT 36.3 1278.5

Embedded metal KG 0.2 13.1

Concrete – substructure CM 2.6 208.9 Concrete – superstructure CM 5.2 208.9

Structural steel MT 58.1 4446.7

Miscellaneous steel MT 108.9 10269.5 Piping Commodities

2 in. and under screwed pipe LM 11.4 180.8 2 in. and under CS welded pipe LM 17.0 250.4 2 in. and under CM welded pipe LM 26.4 369.0 2 in. and under SS welded pipe LM 34.0 369.0 4 in. CS sch 40 (0.237 in.) spooled pipe LM 18.7 514.1 4 in. CM sch 40 (0.237 in.) spooled pipe LM 45.0 1295.3 4 in. SS sch 40 (0.237 in.) spooled pipe LM 37.4 1549.9 12 in. CS sch 80 (0.688 in.) spooled pipe LM 44.0 2344.7 12 in. CM sch 80 (0.688 in.) spooled pipe LM 95.2 5980.3 12 in. SS sch 80 (0.688 in.) spooled pipe LM 88.0 9305.3 20 in. CS sch 120 (1.50 in.) spooled pipe LM 139.8 6448.4 Electrical Commodities

2 in. dia. rigid steel exposed conduit LM 4.1 43.8 4 in. dia. non-metallic duct bank conduit LM 1.2 21.1 24 in. x 3 in. aluminum cable tray LM 9.5 94.5 600 volt power and control cable LM 0.4 12.5 600 volt instrumentation cable LM 0.4 6.5

5-15 kV power cable LM 1.8 32.8

600 volt connections EA 0.9 3.6

5-15 kV connections EA 20.8 168.4

Instrumentation

Control panel LM 315.0 32.8

Field-mounted instrument EA 12.8 3.6

Instrument tube LM 3.2 168.4

Keterangan:

Diasumsikan (5 x 8 = 40 jam kerja dalam seminggu).

SM = square meter, LM = linear meter, CM = cubic meter, KG = kilogram, MT = metric ton, EA = each

Data yang dibutuhkan selanjutnya adalah gaji atau upah tenaga kerja labor cost pembangunan PLTN. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Data lain yang digunakan dalam perhitungan partisipasi nasional adalah menggunakan pengalaman negara lain dalam mengoperasikannya. Dalam perhitungan parnasnya

mempunyai perbedaan proporsi pada Factory Equipment Cost, Site Labor Cost dan Site Material Cost tergantung dari jenis PLTNnya

(5)

Tabel 3. Labor Cost

Keterangan Wage Rate

Tabel 4. Proporsi Biaya Investasi PLTN PWR

Tabel 5. Proporsi Biaya Investasi PLTN ABWR

Description Model PWR 1139 MWe

Equip Heat rejection system 2.77 0.81 0.23 Total Direct Costs 39.01 23.49 11.42

Construction Services 3.72 3.43 5.2 Engineering and Home

Office Services

8.68 0 0

Field Supervision and Field Office Services

4.52 0 0.53 Total Indirect Costs 16.92 3.43 5.73

Owner’s cost - - -

Contingency - - -

FOAKE - - -

Total 55.93 26.92 17.15

Description Model PHWR 638 MWe

(6)

Tabel 6. Proporsi Biaya Investasi PLTN PHWR 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perhitungan porsi nasional dapat dilakukan menjadi tiga cara, (1) dikerjakan dengan menggunakan perhitungan Newjec, (2) perhitungan dengan memperhitungkan kuantitas dan harga baik untuk equipment, material maupun labor cost, serta (3) perhitungan dengan menggunakan pengalaman negara lain. Beberapa cara perhitungan untuk menghitung porsi lokal, ini tergantung juga dari jenis PLTN tersebut. Pada perhitungan porsi lokal ini ada tiga jenis PLTN, yaitu dari (1) Model PWR 1139 MWe, (2) % Model ABWR 1144 MWe dan (3) Model PHWR 638 Mwe. Pada Tabel 7 menunjukkan hasil perhitungan partisipasi nasional dengan menggunakan Newjec. Hasil ini memperlihatkan standar rasio (Bi/B) telah ditentukan untuk tiap-tiap komponen. Kemudian hasil (Bi/B) dikalikan dengan porsi dari (Ai) yaitu factory equipment, site labor dan site material. Selanjutnya hasil perkalian (Bi/B) x (Ai) akan menghasilkan porsi lokal atau partisipasi nasional. Hasil perhitungan menunjukkan partisipasi nasional sebesar 25,91%.

Jika menggunakan data EMWG, perhitungan partispasi nasional menggunakan biaya material dengan menentukan komoditi dan harganya saat pembangunan PLTN tersebut. Kemudian menentukan gaji atau upah tenaga kerja (labor cost) serta menentukan factory equipment, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3, maka secara rinci hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Partisipasi Nasional Dengan Menggunakan Newjec

Description Bi/B Factory

Equipment

Partisipasi nasional 25.91%

Description Model ABWR 1144 MWe

Equip Heat rejection system 2.20 1.00 0.20 Total Direct Costs 37.30 15.40 7.10

Construction Services 3.50 5.00 4.50 Engineering and

Home Office Services

6.40 0 0

Field Supervision and Field Office Services

4.30 0.60 0.60 Total Indirect Costs 14.20 5.60 5.10

Owner’s cost - - -

Contingency - - -

FOAKE - - -

(7)

Tabel 8. Hasil Perhitungan Partisipasi Nasional Dengan Menggunakan Data EMWG

Berdasarkan pengalaman Brazil yang menggunakan data porsi lokalnya, yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan partisipasi nasionalnya, dengan menggunakan (1)

Model PWR 1139 MWe, (2) % Model ABWR 1144 MWe dan (3) Model PHWR 638 MWe didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 9. Proporsi Biaya Investasi PLTN PWR, PHWR dan ABWR

Description Investment Structures and improvements 625 42.3 88.7% 554 425 487 37.5 Reactor plant equipment 823 48.5 2.9% 24 21 26 1.4 Engineering and Home Office

Services

303 42.6 - - - - 0.0

Field Supervision and Field Office Services

Hasil perhitungan menunjukkan dengan menggunakan proporsi partisipasi nasional dan jenis PLTN yang berbeda, maka hasilnya juga berbeda. Tabel 9 menunjukkan porsi partisipasi nasional dari Brazil yang menggunakan PLTN jenis PWR sebesar 38% dibandingkan jika menggunakan PWR 1139 yang juga menggunakan porsi partisipasi nasional dari Brazil, hasilnya

menunjukkan relatif sama sebesar 36,7% selisih sebesar 1,3%, hasil ini menunjukkan validitas perhitungannya cukup baik. Untuk jenis PLTN seperti ABWR 1144 MWe dan PHWR 638 MWe, menunjukkan porsi partisipasi nasional yang lebih kecil dibandingkan PWR 1139 MWe dan PWR 1100 MWe Brazil yaitu sebesar 32,7% dan 29,3%. Dengan demikian perhitungan partisipasi nasional

Description Factory

Equipment

Reactor plant equipment 597 172 57 825 0.00% 0

Turbine plant equipment 511 144 33 688 0.56% 4

Electric plant equipment 81 110 53 244 4.3% 11

Miscellaneous plant equipment 44 24 4 73 0.0% 0

Heat rejection system 97 28 8 133 0.0% 0

Total Direct Costs 1367 823 400 2590 628

Construction Services 130 120 182 433 64.8% 280

Engineering and Home Office Services 304 - - 304 0.0% 0 Field Supervision and Field Office Services 158 - 19 177 0.0% 0

Total Direct Costs 593 120 201 914 280

Owner’s cost 0 0 0 0 0 0

Contingency 0 0 0 0 0 0

FOAKE 0 0 0 0 0 0

Total 1,960 943 601 3505 908

(8)

ini bisa digunakan untuk menghitung partisipasi nasional PLTN namun harus menggunakan jenis PLTN sesuai yang akan dibangun

Secara intensif studi tentang potensi industri nasional untuk berpartisipasi dalam pembangunan PLTN dilaksanakan bersamaan dengan dilaksanakannya studi tapak dan studi kelayakan dengan calon tapak Semenanjung Muria, Jepara, Jawa Tengah. Studi dan kajian ini termasuk dalam salah satu lingkup kajian aspek manajemen. Studi dilakukan oleh konsultan pelaksana studi kelayakan, selanjutnya secara berturut-turut dilakukan oleh beberapa vendor PLTN bersama BATAN melakukan survei kemampuan industri nasional untuk memperkirakan tingkat partisipasi industri nasional dalam pembangunan PLTN pertama di Indonesia. Seperti contohnya General

Electric (GEUSA), Westinghouse bersama Mitsubishi Heavy Industry (MHI), Korea Hydro Nuclear Power (KHNP), dan lain-lain. Metodologi yang digunakan dalam studi adalah melakukan studi teknologi sistem PLTN survei potensi industri nasional, dan kemudian memperkirakan tingkat partisipasi industri nasional dalam pembangunan PLTN tipe yang berbeda [6].

Perkiraan Partisipasi Industri Nasional dalam Pembangunan PLTN HTR : 55 – 63 (Nurlaila, dkk.) 58 Studi sebelumnya dilakukan terhadap PLTN tipe Boiling Water Reactor (BWR-GE), dan PWR (MHI-Westinghouse, KHNP) untuk kapasitas daya menengah dan besar (> 600 MWe). Hasil perhitungan studi sebelumnya ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Studi Partisipasi Nasional terhadap PLTN Tipe BWR dan PWR [7].

Studi Tahun Jenis PLTN Tingkat Paartisipasi Nasional (%)

Unit

Perhitungan partisipasi nasional yang dhitung oleh Newjec menunjukkan hasil 25,91%, dengan cara yang berbeda partisipasi nasional dalam pembangunan PLTN di Indonesia dihitung berdasarkan data dari data EMWG dengan menggunakan perhitungan total biaya material yang dibutuhkan dalam pembangunan PLTN berupa harga dan kuantitas komoditi material, gaji atau upah tenaga kerja (labor cost) serta menentukan factory equipment hasilnya sama yaitu 25,91%. Hasil perhitungan menunjukkan dengan menggunakan proporsi partisipasi nasional dan jenis PLTN yang berbeda, maka hasilnya juga

berbeda. Porsi partisipasi nasional dari Brazil yang menggunakan PLTN jenis PWR sebesar 38% dibandingkan jika menggunakan PWR 1139 yang juga menggunakan porsi partisipasi nasional dari Brazil, hasilnya menunjukkan relatif sama sebesar 36,7% selisih sebesar 1,3%, hasil ini menunjukkan validitas perhitungannya cukup baik. Untuk jenis PLTN seperti ABWR 1144 MWe dan PHWR 638 MWe, menunjukkan porsi partisipasi nasional yang lebih kecil dibandingkan PWR 1139 MWe dan PWR 1100 MWe Brazil yaitu sebesar 32,7% dan 29,3%. Dengan demikian perhitungan partisipasi nasional ini bisa digunakan untuk menghitung partisipasi nasional PLTN namun harus menggunakan jenis PLTN sesuai yang akan dibangun

6. DAFTAR PUSTAKA

1. DEPARTEMEN ESDM, “Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional, Jakarta, 25 April 2005”.

(9)

3. EMWG-GIF, Cost Estimating Guidelines For Generation IV Nuclear Energy System Revision 4.2. September 26, 2007

4. J.A. LANE, Domestic Participation In A Nuclear Power Project, Interregional Seminar on Nuclear Power Planning Kingston, Jamaica June 9-20, 1975

5. CHANG HYO KIM, CHANG HYUN

CHUNG, Cost Comparison of PWR and PHWR Nuclear Power Plants in Korea, September 1979

6. SRIYANA, DKK., “Studi Partisipasi Industri

Nasional”, Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, Surabaya, 2010.

7. NURLAILA,  SRIYANA,  Perkiraan

Gambar

Tabel 1. Breakdown Structure Biaya Investasi Pembangunan PLTN
Tabel 2. Tarif Instalasi Bulk Commodity (Jam)
Tabel 3. Labor Cost
Tabel 6. Proporsi Biaya Investasi PLTN PHWR
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh kenaikan pH cairan developer dengan penambahan antara NaOH dan Na2CO3 terhadap densitas citra

Namun pada kenyataanya tidak semua lansia dapat mencapai hal tersebut karena berbagai hal seperti karena faktor kemiskinan, tidak mempunya keturunan ataupun keluarga

Pasal lain yang dapat digunakan sebagai dasar batalnya suatu perjanjian adalah Pasal 1335 KUHPer dan Pasal 1337 KUHPer, Pasal 1335 KUHPer PHQ\DWDNDQ ³V uatu

Sebelumnya penulis tak pernah terpikir bahwa penulis akan membuat karya seperti ini, penulis sangat menyukai musik namun karena tidak mungkin untuk tugas akhir penulis membuat

Salah satu proses penempaan yang ramah lingkungan dan hemat energi serta ekonomis untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pengeringan onggok ini dapat

"Pengaruh Motivasi, Komunikasi, Dan Kepemimpinan Terhadap Efektifitas Kegiatan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Pdpt Di Kabupaten Kotawaringin Barat" yang merupakan salah satu

Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai

fázisú klinikai vizsgálatban neuroendok- rin daganatokban is hatékonynak bizonyult; egy retros- pektív vizsgálat előrehaladott stádiumú neuroendokrin daganatos betegek