51 4.1.1 Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi dimana belum adanya tindakan perbaikan
sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil
observasi awal terhadap pembelajaran IPS pada kelas 3 SDN 02 Genengadal
Purwodadi, ditemukan beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar siswa. Permasalahan tersebut diantaranya: (1) siswa kurang antusias
dan aktif dalam pembelajaran, sehingga mereka kurang bahkan tidak memahami
materi yang disampaikan oleh guru; (2) penggunaan metode pembelajaran yang
masih bersifat konvensional, sehingga membuat siswa bosan. Beberapa
permasalahan itulah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang didapat
siswa. Hasil belajar IPS siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi pada
kondisi awal dibagi menjadi 3, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
4.1.1.1Hasil Belajar Kognitif Siswa
Berikut ini adalah data hasil belajar kognitif siswa yang didapat pada saat
melakukan observasi awal.
Tabel 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Kondisi Awal
Kriteria
Frekuensi Presentase Angka Ketuntasan
Belajar
≥ 63 Tuntas 2 12,50%
< 63 Tidak Tuntas 14 87,50%
Jumlah 16 100%
Rata-Rata 53,06
Nilai Tertinggi 63
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mampu
memenuhi KKM atau tuntas hanya 2 anak atau 12,50% dari 16 siswa. Sementara
itu, siswa yang belum mampu memenuhi KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak
14 anak atau 87,50% dari 16 siswa. Selain itu, dari tabel di atas juga dapat dilihat
nilai rata-rata pada kondisi awal ini yaitu 53,06 dengan nilai tertinggi 63 dan nilai
terendah 30. Ketuntasan hasil belajar Kognitif siswa pada kondisi awal juga
disajikan secara visual pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Kondisi Awal
Berdasarkan diagram ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada kondisi
awal, dapat diketahui dari 16 siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
sebanyak 2 siswa tuntas dengan persentase 65,5% dan 6 siswa belum tuntas
dengan persentase 37,5%.
4.1.1.2Hasil Belajar Afektif Siswa
Selain mendapatkan data hasil belajar kognitif, peneliti juga mendapat data
berupa hasil belajar afektif siswa. Hasil belajar afektif pada kondisi awal ini
merupakan data hasil belajar afektif siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
pada kondisi awal.
Tabel 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar Afektif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Kondisi Awal
Kriteria
Frekuensi Presentase Angka Ketuntasan
Belajar
≥ 63 Tuntas 10 62,50%
< 63 Tidak Tuntas 6 37,50%
Jumlah 16 100%
Rata-Rata 62,69
Nilai Tertinggi 94
Nilai Terendah 42
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar afektif siswa mata
pelajaran IPS siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi masih rendah. Hal itu
dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang belum mampu memenuhi kriteria
ketuntasan minimal. Dari 16 siswa, yang dinyatakan tuntas hanya 10 siswa
dengan presentase 62,50%. Sedangkan yang siswa yang belum tuntas sebanyak 6
siswa dan mencapai presentase 37,50%. Artinya, presentase nilai belum tuntas
lebih besar jika dibandingkan presentase nilai yang tuntas. Selain itu, nilai
tertinggi pada kondisi awal ini mencapai 94 dan nilai terendah yaitu 94. Dilihat
dari nilai rata-rata juga cukup rendah. Nilai rata-rata siswa kelas 3 SDN 02
Genengadal Purwodadi pada kondisi awal ini hanya mencapai angka 62,69.
Gambaran mengenai ketuntasan hasil belajar afektif siswa kelas 3 SDN 02
Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Afektif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Kondisi Awal
Melalui diagram ketuntasan hasil belajar afektif siswa pada kondisi awal
yang penulis sajikan di atas, dapat diketahui dari 26 siswa kelas 3 SDN 02
Genengadal Purwodadi sebanyak 10 siswa tuntas dengan persentase 65,5% dan 6
siswa belum tuntas dengan persentase 37,5%.
4.1.1.3Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
Selain mendapatkan data hasil belajar kognitif dan afektif, peneliti juga
mendapat data berupa hasil belajar psikomotorik siswa. Sama dengan hasil belajar
kognitif dan afektif, hasil belajar psikomotorik pada kondisi awal ini didapat
melalui hasil penilaian guru dalam pembelajaran sehari-hari. Berikut akan
disajikan dalam bentuk tabel yang data yang didapat oleh penulis mengenai hasil
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotorik Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Kondisi Awal
Kriteria
Frekuensi Presentase
Angka Ketuntasan Belajar
≥ 63 Tuntas 3 18,75%
< 63 Tidak Tuntas 13 81,25%
Jumlah 16 100%
Rata-Rata 49,94
Nilai Tertinggi 63
Nilai Terendah 35
Hasil belajar psikomotorik siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
pada kondisi awal juga bisa dikatakan cukup rendah. Masalahnya, dari 16 siswa
yang mampu mencapai KKM atau tuntas hanya 3 siswa dan siswa yang belum
mampu memenuhi KKM yaitu sebanyak 6 siswa. Adapun dari tabel di atas,
diketahui bahwa presentase nilai yang tuntas hanya mencapai 18,75% sedangkan
presentase ketidaktuntasan mencapai 81,25%. Gambaran mengenai hasil belajar
psikomotorik siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi pada kondisi awal
juga disajikan oleh penulis melalui gambar berikut:
Gambar 4.3
Sama halnya dengan hasil belajar kognitif dan afektif, hasil belajar
psikomotorik siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi pada kondisi awal
juga masih rendah. Dari diagram lingkaran yang telah penulis sajikan di atas,
terlihat jelas bahwa presentase nilai yang tidak tuntas lebih besar jika
dibandingkan dengan presentase nilai yang tuntas. Pada kategori tidak tuntas,
yakni mencapai 81,25% dan ditandai dengan belahan warna merah. Pada kategori
tuntas, mencapai 18,75% dan ditandai dengan belahan berwarna biru.
Berdasarkan ketiga data hasil belajar yang telah penulis uraikan, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
masih rendah. Maka dari itu, perlu adanya perbaikan sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar siswa baik itu dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar dari 3 (tiga) ranah tersebut, peneliti
akan menerapkan pembelajaran dengan metode bermain peran dengan media
kantin sekolah.
4.1.2 Siklus I
Pada bagian ini, akan diuraikan pembelajaran siklus I yang dilaksanakan
dalam 2 pertemuan. Pada pertemuan Ke-2 akan dilakukan pengukuran hasil
belajar pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pengukuran dilakukan
dengan alat ukur/instrumen yang telah dikonsultasikan dosen pembimbing.
Adapun pelaksanaan siklus I dengan Kompetensi Dasar 2.3 Memahami Kegiatan
Jual Beli di Lingkungan Rumah dan Sekolah. Berikut akan dibahas setiap
pertemuan yang ada dalam siklus I ini.
4.1.2.1Pertemuan Ke-1
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, yang dilakukan peneliti yaitu meliputi beberapa
perancangan dan perencanaan guna melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan metode bermain peran dengan media kantin sekolah.
1) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Kompetensi
Dasar 2.3 Memahami Kegiatan Jual Beli di Lingkungan Rumah dan
dosen pembimbing yang mencakup langkah-langkah pembelajaran
menggunakan metode bermain peran dengan media kantin sekolah.
2) Merumuskan indikator pembelajaran. Indikator pembelajaran pada
pertemuan pertama ini yaitu Menjelaskan pengertian jual beli. dan Menilai
kegiatan jual beli di lingkungan rumah.
3) Merancang lembar observasi untuk mengukur aktivitas guru maupun siswa
dalam pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media
kantin sekolah. Lembar observasi pada penelitian ini dibagi menjadi 2,
yaitu lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta lembar observasi
untuk mengamati sikap dan keterampilan siswa.
4) Merencanakan hari dan tanggal pelaksanaan tindakan dengan berdiskusi
bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan bertindak sebagai
observer. Setelah berdiskusi, disepakatai bahwa pelaksanaan tindakan
pertemuan Ke-1 siklus I akan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26Juli
2017.
5) Mengidentifikasi segala sesuatu yang dibutuhkan guru lebih khususnya
siswa dalam pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah.
b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai kesepakatan bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan
berperan sebagai observer, maka pelaksanaan tindakan pertemuan Ke-1 siklus I
pada hari Rabu, tanggal 26Juli 2017. Pada pertemuan Ke-1 siklus I dihadiri oleh:
1. Peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di SDN 02 Genengadal
Purwodadi. Selain itu, peneliti juga akan berperan sebagai guru/pengajar
dalam pelaksanaan tindakan pertemuan ke-1 siklus I ini.
2. Guru kolaborator, yaitu guru kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi.
Selain itu, guru kolaborator nantinya juga akan berperan sebagai observer
atau pengamat yang bertugas mengamati aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media kantin
Pada kegiatan awal, peneliti yang saat itu bertindak sebagai guru tidak
langsung memulai kegiatan belajar mengajar seperti apa yang dilakukan oleh guru
kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi. Karena pertemuan Ke-1 ini merupakan
pertama kali bertatap muka, peneliti lebih dulu memperkenalkan diri di depan
kelas serta memberikan penjelasan kepada para siswa untuk apa dan mengapa
peneliti hadir dalam pembelajaran siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi.
Setelah merasa cukup memperkenalkan diri, guru mulai mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a bersama. Selesai melakukan do’a bersama, guru mulai menghafal satu persatu nama dari siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi melalui kegiatan absensi kehadiran siswa.
Kemudian, guru melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan adalah dengan cara mengajak siswa bernyanyi lagu “Lihat Kebunku”. Selesai bernyanyi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat menyebutkan pengertian jual beli dengan
benar dan siswa dapat menyebutkan 3 kegiatan jual beli dilingkungan rumah.
Memasuki kegiatan inti, guru memberikan handout materi tentang
pengertian jual beli dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca
serta mempelajarinya. Kemudian, guru menjelaskan materi tentang jual beli
kepada siswa untuk kemudian bertanya jawab dengan siswa tentang apa yang
telah dijelaskan oleh guru. Memperlihatkan video tentang jual beli adalah kegiatan
setelah bertanya jawab. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran
mengenai cara melakukan jual beli yang nantinya akan diperankan oleh siswa.
Setelah itu, guru menginformasikan kepada siswa, bahwa pembelajaran akan
dilaksanakan dengan metode bermain peran dengan media kantin sekolah. Guru
mulai membagikan naskah yang nantinya akan digunakan dalam bermain peran
dan menunjuk beberapa siswa untuk berlatih di depan kelas. Pada pertemuan ke-1
ini, siswa berlatih peran dengan memegang naskah karena guru belum
mengharuskan siswa menghafalkan naskah tersebut. Setelah itu, guru bersama
siswa menyimpulkan materi pembelajaran maupun jalannya pembelajaran yang
Pada kegiatan akhir, guru melakukan refleksi pembelajaran diikuti dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami. Kemudian, guru memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya para
siswa akan dibentuk menjadi 2 kelompok. Untuk itu, guru meminta para siswa
mempelajari dan menghafal naskah yang telah dibagikan sebelumnya. Selain
tugas menghafal, guru juga memberikan tugas berupa PR dan menginformasikan
kepada siswa bahwa PR yang diberikan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran pada hari itu ditutup dengan do’a bersama yang dipimpin
oleh ketua kelas dan diakhiri oleh salam penutup dari guru.
c. Observasi
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan
pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi dilakukan oleh pengamat untuk
mengamati proses pembelajaran melalui penerapan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah tentang jual beli. Pengamat atau observer menggunakan
lembar observasi untuk memperoleh data dari siswa dan guru yang berkaitan
dengan aktivitas pembelajaran. Adapun hasil observasi aktivitas guru dan siswa
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Dalam Pembelajaran Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah
pada Pertemuan Ke-1 Siklus I 8. Guru mengingatkan materi sebelumnya dan
mengaitkan dengan materi yang akan diajarkan.
√
9. Guru menyiapkan skenario bermain peran dengan rapi.
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
10. Guru membagi siswa dalam 2 kelompok besar. √ 11. Guru memberikan penjelasan mengenai penerapan
metode pembelajaran role playing (bermain peran) dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
√
12. Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai indikator yang telah ditetapkan
√
13. Guru meminta siswa untuk mempelajari skenario dan naskah jalannnya bermain peran.
√
14. Guru memfasilitasi siswa mempelajari naskah untuk bermain peran membahas jalannya cerita yang diperankan oleh kelompok lain
√
18. Guru membimbing siswa melakukan diskusi tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan
√
19. Guru meminta siswa dalam kelompok untuk maju dan mempresentasikan hasil diskusinya.
√
20. Guru meminta siswa yang tidak maju mempresentasikan, untuk memperhatikan dan menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya
√
21. Guru bersama siswa merumuskan kesimpulan dari materi yang telah dibelajarkan.
aktvitas guru pada pertemuan ke-1 siklus I masuk dalam kategori cukup.
Selanjutnya, hasil observasi aktivitas siswa akan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Dalam Pembelajaran Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah
pada Pertemuan Ke-1 Siklus I
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
1. Siswa mengawali kegiatan belajar mengajar dengan menjawa salam dari guru 7. Siswa memperhatikan guru menginformasikan
tujuan pembelajaran.
√
8. Keterlibatan siswa dalam pembentukan kelompok belajar.
√
9. Perhatian siswa pada saat guru memberikan penjelasan mengenai penerapan metode pembelajaran role playing (bermain peran).
√
10. Memperhatikan guru menyampaikan materi pelajaran.
√
11. Siswa mempelajari naskah bermain peran dengan serius.
√
12. Siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari naskah bermain peran
√
13. Antusiasme siswa pada saat guru menetapkan siswa yang akan terlibat dalam bermain peran.
√
14. Siswa memainkan peran sesuai dengan skenario dan naskah.
√
15. Secara berkelompok, siswa melakukan diskusi tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan oleh kelompok lain.
√
16. Keberanian siswa meminta bimbingan guru jika ada yang mengalami kesulitan
√
17. Keberanian siswa dalam kelompok untuk maju dan mempresentasikan hasil diskusinya.
√
18. Siswa memperhatikan dan menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya
√
19. Keterlibatan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran.
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
20. Memperhatikan guru melakukan refleksi pembelajaran.
√
21. Memperhatikan guru memberikan tindak lanjut (PR, evaluasi)
kategori cukup. Berdasarkan hasil observasi, siswa mendapat skor 44. Namun
masih ada beberapa aspek pengamatan yang masih harus diperbaiki. Dalam
penelitian ini, observasi tidak hanya digunakan untuk mengukur aktivitas guru
dan siswa dalam pembelajaran. Observasi juga dilakukan untuk mengukur sikap
dan keterampilan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang mengimplementasikan
metode bermain peran dengan media kantin sekolah. Adapun hasil dari observasi
dari kedua aspek tersebut dapat dilihat pada beberapa tabel dibawah ini.
Tabel 4.6
Penilaian Sikap Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi dalam Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran dengan
Media Kantin Sekolah Pertemuan Ke-1 Siklus I Penilaian Sikap
No Kriteria Skor Frekuensi Presentase 1. D (Kurang Baik) < 7 0 0%
Kategori Penilaian C/ Cukup Baik
Penilaian sikap siswa pada pembelajaran pertemuan pertama siklus I ini
berada pada kategori cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor yang
didapat siswa. Rata-rata skor penilaian sikap pada pembelajaran pertama siklus I
pada angka 15 dan skor terendah 10. Adapun dari tabel tersebut dapat dilihat
bahwa 15 atau 94% dari jumlah siswa secara keseluruhan mendapatkan skor 8–14
dengan kategori cukup. Kemudian 1 siswa atau 6% dari jumlah siswa secara
keseluruhan mendapatkan skor 15-21 dengan kategori baik.
Selain menilai sikap siswa dalam kelompok, peneliti juga menilai
keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan metode bermain peran. Berikut
ini penulis menyajikan data hasil penilaian keterampilan siswa kelas 3 SDN 02
Genengadal Purwodadi. Perlu penulis jelaskan bahwa data ini didapat melalui
pengamatan pada siswa berlatih maupun memerankan tokoh dalam kegiatan jual
beli. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.7
Penilaian Keterampilan Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi dalam Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran dengan
Media Kantin Sekolah Pertemuan Ke-1 Siklus I Penilaian Keterampilan
No Kriteria Skor Frekuensi Presentase
1. D (Kurang Baik) < 5 0 0%
2. C (Cukup) 6 – 10 10 62,50%
3. B (Baik) 11 – 15 6 37,50%
4. A (Sangat Baik) 16 – 20 0 0%
Skor Tertinggi 13
Skor Terendah 10
Skor Rata-Rata 10,25
Kategori Penilaian C/Cukup
Keterampilan siswa pada pertemuan pertama siklus I mendapat penilaian
kurang memuaskan. Hal itu terbukti dari 16 siswa, 10 diantaranya hanya
memperoleh nilai 6-10 dengan presentase 62,50%. Kemudian, 6 diantaranya
mendapatkan nilai 11-15 dengan presentase 37,50%. Adapun skor tertinggi pada
pertemuan pertama siklus I yaitu 13 dan skor terendah 10 dengan rata-rata 10,25.
Artinya, keterampilan siswa dalam memerankan suatu tokoh pada pembelajaran
pertama siklus I ini hanya mendapat kategori C atau cukup. Menurut guru kelas 3
SDN 02 Genengadal Purwodadi, para siswa masih terlihat malu-malu dalam
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah pada pertemuan ke-1 siklus I ini diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Kinerja guru sudah baik dalam melaksanakan kegiatan belajar dalam
menerapkan metode bermain peran dengan media kantin sekolah.
2. Guru belum jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru belum mampu kebingungan siswa pada saat pembentukan kelompok
belajar.
4. Guru dalam melaksanakan pembimbingan pada saat kegiatan diskusi
kelompok.
5. Siswa masih kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar karena
perlu adanya adaptasi bagi siswa untuk belajar.
6. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembentukan kelompok belajar.
7. Siswa masih malu-malu dalam bermain peran.
4.1.2.2Pertemuan Ke-2
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada pertemuan ke-2 siklus I sebenarnya sama dengan
pertemuan ke-1, yang dilakukan peneliti yaitu meliputi beberapa perancangan dan
perencanaan guna melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode
bermain peran dengan media kantin sekolah.
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perlu penulis
jelaskan bahwa pada pertemuan ke-2 siklus I ini penulis hanya
menyiapkan RPP tidak lagi merancangnya. Hal itu dikarenakan RPP telah
disetujui pembimbing, dimana RPP mencakup langkah-langkah
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media kantin
sekolah.
2) Merumuskan indikator pembelajaran. Indikator pembelajaran pada
pertemuan pertama ini yaitu Mencontohkan kegiatan jual beli di sekolah
3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengukur aktivitas guru maupun
siswa dalam pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah. Sama halnya dengan RPP, penulis tidak lagi
merancang melainkan hanya menyiapkan. Sebab, lembar observasi telah
dikonsultasikan oleh dosen pembimbing pada perencanaan pertemuan
sebelumnya.
4) Menyiapkan soal evaluasi guna mengukur hasil belajar siswa pada ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Direncanakan bahwa pengukuran hasil
belajar dari ketiga ranah tersebut akan dilakukan di akhir kegiatan
pembelajaran.
5) Merencanakan hari dan tanggal pelaksanaan tindakan dengan berdiskusi
bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan bertindak sebagai
observer. Setelah berdiskusi, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan
pertemuan Ke-2 siklus I akan dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27
Juli 2017.
b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai kesepakatan bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan
berperan sebagai observer, maka pelaksanaan tindakan pertemuan Ke-2 siklus I
pada hari Kamis, tanggal 27 Juli 2017. Pada pertemuan Ke-2 siklus I dihadiri
oleh:
1. Peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di SDN 02 Genengadal
Purwodadi. Selain itu, peneliti juga akan berperan sebagai guru/pengajar
dalam pelaksanaan tindakan pertemuan ke-2 siklus I ini.
2. Guru kolaborator, yaitu guru kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi.
Selain itu, guru kolaborator nantinya juga akan berperan sebagai observer
atau pengamat yang bertugas mengamati aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media kantin
sekolah dengan instrumen yang telah dirancang sebelumnya.
Pada kegiatan awal, peneliti yang saat itu bertindak sebagai guru langsung
memulai kegiatan belajar mengajar seperti apa yang dilakukan oleh guru kelas 3
maka dari itu peneliti tidak perlu lagi memperkenalkan diri di depan kelas serta
memberikan penjelasan kepada para siswa untuk apa dan mengapa peneliti hadir.
Memulai kegiatan pembelajaran, guru mulai mengucapkan salam dan meminta ketua kelas untuk memimpin do’a bersama. Selesai melakukan do’a bersama, guru melaksanakan kegiatan absensi kehadiran siswa. Kemudian, guru melakukan
apersepsi dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. Apersepsi
yang dilakukan adalah dengan cara mengajak siswa bernyanyi lagu “Balonku”.
Selesai bernyanyi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat
menyebutkan 3 contoh kegiatan jual beli di sekolah dan siswa dapat melakukan
kegiatan jual beli di sekolah.
Dalam kegiatan inti, guru membahas PR yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya dan meminta siswa mengumpulkan PR masing-masing setelah selesai
dibahas. Kegiatan selanjutnya yaitu siswa kembali mempelajari handout dan
gambar-gambar tentang materi kegiatan jual beli di sekolah yang diberikan oleh
guru. Memperlihatkan video tentang jual beli di sekolah adalah kegiatan setelah
mempelajari handout dan gambar-gambar tentang materi kegiatan jual beli di
sekolah. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai cara
melakukan jual beli di sekolah yang nantinya akan diperankan oleh siswa. Selesai
memperlihatkan video, guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar dimana 1
kelompok terdiri dari 8 orang karena jumlah siswa genap, yaitu 16 orang. Selesai
membuat kelompok, guru menunjuk salah satu kelompok untuk sedikit
mempraktikkan peran di dalam kelas terlebih dahulu. Namun latihan kali ini
berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Siswa tidak lagi diperbolehkan
memegang naskah. Hal itu dikarenakan pada pertemuan sebelumnya, guru telah
memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari naskah yang telah diberikan.
Selesai berlatih, guru mengajak siswa ke kantin sekolah untuk memerankan
kegiatan jual beli di lingkungan sekolah. Di kantin sekolah, dengan bimbingan
dari guru, kedua kelompok saling bergantian dalam memerankan kegiatan jual
beli di sekolah. Selesai memerankan jual beli di sekolah, siswa kembali ke ruang
kelas untuk kemudian menyimpulkan tentang materi pelajaran maupun jalannya
Sesuai dengan tahap perencanaan, bahwa pada akhir kegiatan pembelajaran
akan dilakukan pengukuran hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam tahap ini, guru meminta para siswa untuk duduk di tempat
duduk masing-masing dan membagikan soal evaluasi sebagai alat ukur hasil
belajar dari 3 (tiga) ranah tersebut. Para siswa dengan tenang mengerjakan soal
evaluasi dan guru berkeliling untuk mengawasi sekaligus memberikan bimbingan
kepada siswa yang mengalami kesulitan. Selesai mengerjakan soal evaluasi, guru
melakukan hal yang sama dengan pertemuan sebelumnya. Yaitu memberikan
tugas berupa PR dan menginformasikan kepada siswa bahwa PR tersebut akan
dibahas dan dikoreksi pada pertemuan selanjutnya. Tidak lupa, guru juga
mengkonfirmasi kepada siswa apakah masih ada yang belum paham mengenai
materi yang telah dipelajari pada hari itu. Setelah itu, guru meminta ketua kelas
untuk melakukan do’a bersama sebelum pulang dan guru menutup pembelajaran
pada hari itu dengan salam.
c. Observasi
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan
pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi dilakukan oleh pengamat untuk
mengamati proses pembelajaran melalui penerapan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah tentang jual beli. Pengamat atau observer menggunakan
lembar observasi untuk memperoleh data dari siswa dan guru yang berkaitan
dengan aktivitas pembelajaran. Adapun hasil observasi aktivitas guru dan siswa
Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Dalam Pembelajaran Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah
pada Pertemuan Ke-2 Siklus I
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
1. Guru membuka pelajaran dengan salam √
2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama.
√
3. Guru melakukan absensi siswa √
4. Mengkondisikan peserta didik kedalam situasi belajar √
5. Guru melakukan apersepsi √
6. Memotivasi siswa √
7. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. √
8. Guru mengingatkan materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan diajarkan.
√
9. Guru menyiapkan skenario bermain peran dengan rapi.
√
10. Guru membagi siswa dalam 2 kelompok besar. √
11. Guru memberikan penjelasan mengenai penerapan metode pembelajaran role playing (bermain peran) dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
√
12. Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai indikator yang telah ditetapkan
√
13. Guru meminta siswa untuk mempelajari skenario dan naskah jalannnya bermain peran.
√
14. Guru memfasilitasi siswa mempelajari naskah untuk bermain peran membahas jalannya cerita yang diperankan oleh
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
kelompok lain
18. Guru membimbing siswa melakukan diskusi tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan mempresentasikan, untuk memperhatikan dan menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya
√
21. Guru bersama siswa merumuskan kesimpulan dari materi yang telah dibelajarkan.
√
22. Melakukan refleksi, dan memberikan pesan moral. √
23. Melakukan tindak lanjut (PR, evaluasi) √
24 Menyampaikan salam penutup. √
Skor 34 21
Total Skor 53
Kategori Penilaian Baik
Aktivitas guru pada pertemuan ke-2 siklus I ini berjalan cukup baik dan
menunjukkan adanya peningkatan. Berdasarkan hasil observasi, guru
mendapatkan skor 53. Dengan demikian, aktvitas guru pada pertemuan ke-2 siklus
I masuk dalam kategori baik. Selanjutnya, hasil observasi aktivitas siswa akan
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Dalam Pembelajaran Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah
pada Pertemuan Ke-2 Siklus I
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
1. Siswa mengawali kegiatan belajar mengajar dengan menjawab salam dari guru
√
2. Sikap siswa dalam doa bersama. √
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
mengangkat tangan
4. Kesipan siswa untuk belajar. √
5. Keaktifan siswa dalam kegiatan apersepsi √
6. Siswa menunjukkan motivasi tinggi untuk belajar. √
7. Siswa memperhatikan guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
√
8. Keterlibatan siswa dalam pembentukan kelompok belajar.
√
9. Perhatian siswa pada saat guru memberikan penjelasan mengenai penerapan metode pembelajaran role playing (bermain peran).
√
10. Memperhatikan guru menyampaikan materi pelajaran.
√
11. Siswa mempelajari naskah bermain peran dengan serius.
√
12. Siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari naskah bermain peran
√
13. Antusiasme siswa pada saat guru menetapkan siswa yang akan terlibat dalam bermain peran.
√
14. Siswa memainkan peran sesuai dengan skenario dan naskah.
√
15. Secara berkelompok, siswa melakukan diskusi tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan oleh kelompok lain.
18. Siswa memperhatikan dan menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya
√
19. Keterlibatan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran.
√
20. Memperhatikan guru melakukan refleksi pembelajaran.
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
21. Memperhatikan guru memberikan tindak lanjut (PR, evaluasi)
√
22. Menjawab salam penutup. √
Skor 1 30 18
Total Skor 49
Kategori Penilaian Baik
Aktivitas siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi juga menunjukkan
adanya peningkatan dan masuk dalam kategori baik. Berdasarkan hasil observasi,
siswa mendapat skor 49. Dalam penelitian ini, observasi tidak hanya digunakan
untuk mengukur aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Observasi juga
dilakukan untuk mengukur sikap dan keterampilan siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang mengimplementasikan metode bermain peran dengan media
kantin sekolah. Adapun hasil dari observasi dari kedua aspek tersebut dapat dilihat
pada beberapa tabel dibawah ini.
Tabel 4.10
Penilaian Sikap Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi dalam Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran dengan
Media Kantin Sekolah Pertemuan Ke-2 Siklus I
Penilaian Sikap
No Kriteria Skor Frekuensi Presentase 1. D (Kurang Baik) < 7 0 0%
2. C (Cukup) 8 – 14 0 0%
3. B (Baik) 15 – 21 16 100%
4. A (Sangat Baik) 22 – 28 0 0%
Skor Tertinggi 16
Skor Terendah 14
Skor Rata-Rata 15,38
Kategori Penilaian B/ Baik
Penilaian sikap siswa pada pembelajaran pertemuan kedua siklus I ini
menunjukkan adanya peningkatan dan mendapat kategori baik. Hal tersebut dapat
pembelajaran pertama siklus I yaitu 15,38 dan masuk dalam kategori baik.
Sementara itu, skor tertinggi berada pada angka 16 dan skor terendah 14. Adapun
dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 16 atau 100%% dari jumlah siswa secara
keseluruhan mendapatkan skor 15-21 dengan kategori baik.
Selain menilai sikap siswa dalam kelompok, peneliti juga menilai
keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan metode bermain peran. Berikut
ini penulis menyajikan data hasil penilaian keterampilan siswa kelas 3 SDN 02
Genengadal Purwodadi. Perlu penulis jelaskan bahwa data ini didapat melalui
pengamatan pada siswa berlatih maupun memerankan tokoh dalam kegiatan jual
beli. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11
Penilaian Keterampilan Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi dalam Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran dengan
Media Kantin Sekolah Pertemuan Ke-2 Siklus I
Penilaian Keterampilan
No Kriteria Skor Frekuensi Presentase 1. D (Kurang Baik) < 5 0 0%
2. C (Cukup) 6 – 10 0 0%
3. B (Baik) 11 – 15 9 100%
4. A (Sangat Baik) 16 – 20 0 0%
Skor Tertinggi 14
Skor Terendah 11
Skor Rata-Rata 12,75
Kategori Penilaian B/ Baik
Keterampilan siswa pada pertemuan kedua siklus I mendapat penilaian
baik. Hal itu terbukti dari semua siswa 16 mendapatkan nilai 11-15 dan masuk
dalam kategori baik. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa rata-rata skor yang
didapat juga meningkat. Pada pertemuan kedua siklus I siswa mendapat rata-rata
skor 12,75 dan masuk dalam kategori baik. Sementara itu, skor tertinggi yaitu 14
dan skor terendah 11. Menurut guru kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi, para
siswa sudah tidak terlihat malu-malu dalam bermain peran serta tidak ada lagi
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah pada pertemuan ke-2 siklus I ini diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Kinerja semakin baik dalam melaksanakan kegiatan belajar dalam
menerapkan metode bermain peran dengan media kantin sekolah.
2. Guru sudah jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
3. Guru mampu mengatasi kebingungan siswa pada saat pembentukan
kelompok belajar.
4. Guru telah melaksanakan pembimbingan pada saat kegiatan diskusi
kelompok. Namun, pembimbingan belum dilakukan secara menyeluruh atau
kepada semua siswa.
5. Siswa lumayan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
6. Siswa terlibat aktif dalam pembentukan kelompok belajar.
4.1.3 Hasil Tindakan Siklus I
Hasil tindakan pada siklus I ini berupa hasil belajar pada 3 (tiga) ranah, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Berikut ini merupakan uraian hasil belajar
siswa dari ketiga ranah tersebut.
4.1.3.1Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus I
Berikut ini adalah data hasil belajar kognitif siswa yang didapat pada setelah
adanya tindakan pada siklus I.
Tabel 4.12
Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Siklus I
Kriteria
Frekuensi Presentase
Angka Ketuntasan
Belajar
≥ 63 Tuntas 9 56,25%
< 63 Tidak Tuntas 7 43,75%
Jumlah 16 100%
Rata-Rata 67,63
Nilai Tertinggi 79
Hasil belajar siswa mulai menunjukkan adanya peningkatan setelah
adanya tindakan yang dilakukan dalam 2 (dua) pertemuan pada siklus I ini. Hal
tersebut dibuktikan oleh siswa yang mampu memenuhi KKM atau tuntas
sebanyak 9 anak atau 56,25% dari 16 siswa. Sementara itu, siswa yang belum
mampu memenuhi KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 7 anak atau 43,75%
dari 16 siswa. Selain itu, dari tabel di atas juga dapat dilihat nilai rata-rata pada
siklus I lebih meningkat yaitu 67,63 dengan nilai tertinggi 79 dan nilai terendah
53. Ketuntasan hasil belajar Kognitif siswa pada siklus I juga disajikan secara
visual pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.4
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Siklus I
Berdasarkan diagram ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I
ini cukup baik. Dapat diketahui dari 26 siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal
Purwodadi sebanyak 9 siswa tuntas dengan persentase 56,25% dan 7 siswa belum
tuntas dengan persentase 43,75%.
4.1.3.2Hasil Belajar Afektif Siswa pada Siklus I
Selain mendapatkan data hasil belajar kognitif, peneliti juga mendapat data
berupa hasil belajar afektif siswa. Hasil belajar afektif pada siklus ini didapat
Tabel 4.13
Ketuntasan Hasil Belajar Afektif Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Siklus I
Kriteria
Frekuensi Presentase
Angka Ketuntasan Belajar
≥ 63 Tuntas 8 50%
< 63 Tidak Tuntas 8 50%
Jumlah 16 100%
Rata-Rata 70,94
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 50
Peningkatan hasil belajar tidak hanya terjadi pada ranah kognitif saja.
Setelah adanya tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, hasil belajar afektif
siswa juga mengalami penigkatan. Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar afektif siswa mata pelajaran IPS siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal
Purwodadi sudah meningkat. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa
yang mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Dari 16 siswa, yang
dinyatakan tuntas 8 siswa dengan presentase 50%. Sedangkan siswa yang belum
tuntas sebanyak 8 siswa dan mencapai presentase 50%. Gambaran mengenai
ketuntasan hasil belajar afektif siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi pada
siklus I juga disajikan melalui diagram berikut ini:
Gambar 4.5
Melalui diagram ketuntasan hasil belajar afektif siswa pada siklus I yang
penulis sajikan di atas, dapat diketahui dari 16 siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal
Purwodadi sebanyak 8 siswa tuntas dengan persentase 50% dan 8 siswa belum
tuntas dengan persentase 50%. Artinya presentase nilai tuntas dengan belahan
pada siklus I ini masih sama dengan nilai belum tuntas, 50%.
4.1.3.3Hasil Belajar Psikomotorik Siswa pada Siklus I
Pada siklus I, selain mendapatkan data hasil belajar kognitif dan afektif,
peneliti juga mendapat data berupa hasil belajar psikomotorik siswa. Sama dengan
hasil belajar kognitif dan afektif, hasil belajar psikomotorik pada siklus I ini
didapat melalui evaluasi pada pertemuan ke-2 pembelajaran siklus I. Berikut akan
disajikan dalam bentuk tabel yang data yang didapat oleh penulis mengenai hasil
belajar psikomotorik.
Tabel 4.14
Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotorik Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Siklus I
Kriteria
Frekuensi Presentase
Angka Ketuntasan Belajar
≥ 63 Tuntas 13 81,25%
< 63 Tidak Tuntas 3 18,75%
Jumlah 16 100%
Rata-Rata 69,5
Nilai Tertinggi 78
Nilai Terendah 60
Hasil belajar psikomotorik siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
pada kondisi awal juga bisa dikatakan meningkat. Terbukti, dari 16 siswa yang
mampu mencapai KKM atau tuntas sebanyak 13 siswa dan siswa yang belum
mampu memenuhi KKM yaitu sebanyak 3 siswa. Adapun dari tabel di atas,
diketahui bahwa presentase nilai yang tuntas mencapai 81,25% sedangkan presentase ketidaktuntasan mencapai 18,75%. Gambaran mengenai hasil belajar psikomotorik siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi pada siklus I juga
Gambar 4.6
Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotorik Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Pada Siklus I
Sama halnya dengan hasil belajar kognitif dan afektif, hasil belajar
psikomotorik siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi pada siklus I juga
mengalami peningkatan. Dari diagram lingkaran yang telah penulis sajikan di
atas, terlihat jelas bahwa presentase nilai yang tuntas lebih besar jika
dibandingkan dengan presentase nilai yang tidak tuntas. Pada kategori tuntas,
yakni mencapai 81,25% dan ditandai dengan belahan warna biru. Pada kategori
tidak tuntas 18,75% dan ditandai dengan belahan berwarna merah.
Berdasarkan ketiga data hasil belajar yang telah penulis uraikan, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
sudah menunjukkan adanya peningkatan. Dari ketiga ranah hasil belajar siswa
yang dijaring, hasil psikomotorik sudah mampu memenuhi indikator keberhasilan
dengan presentase ketuntasan 81,25%.
Pada ranah kognitif, ketuntasan hanya mencapai 56,25%. Padahal metode
bermain peran dengan media kantin sekolah dikatakan berhasil apabila apabila
80% dari jumlah siswa secara keseluruhan mendapat nilai ≥ KKM. Adapun KKM
Untuk ranah afektif, ketuntasan hanya mencapai 50%. Padahal metode
bermain peran dengan media kantin sekolah dikatakan berhasil apabila 80% dari
jumlah siswa secara keseluruhan mampu mencapai kategori sangat baik.
Berbeda dengan hasil belajar kognitif dan afektif, hasil belajar psikomotorik
siswa telah memenuhi indikator keberhasilan. Karena dikatakan, metode bermain
peran dengan media kantin sekolah dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah
siswa mampu mencapai KKM hasil belajar psikomotorik yaitu 63. Pada siklus I
ini yang mampu memenuhi ketuntasan hasil belajar psikomotorik mencapai
81,25% dari 16 siswa.
Karena hasil belajar kognitif dan afektif belum mampu mencapai indikator
keberhasilan. Maka, penulis akan melanjutkan penelitian pada siklus II guna
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Sebab, metode bermain
peran dengan media kantin sekolah dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah
siswa secara keseluruhan mampu memenuhi KKM dari masing-masing ranah
hasil belajar yang telah ditentukan. Namun, walaupun hasil belajar psikomotorik
siswa telah mencapai indikator keberhasilan akan tetap dilakukan pengukuran
hasil belajar pada ranah tersebut guna mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
4.1.4 Siklus II
Pada bagian ini, akan diuraikan pembelajaran siklus II yang dilaksanakan
dalam 2 pertemuan. Pada pertemuan Ke-2 akan dilakukan pengukuran hasil
belajar pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pengukuran dilakukan
dengan alat ukur/instrumen yang telah dikonsultasikan dosen pembimbing.
Adapun pelaksanaan siklus II dengan Kompetensi Dasar 2.4 Mengenal sejarah
uang. Berikut akan dibahas setiap pertemuan yang ada dalam siklus II ini.
4.1.4.1Pertemuan Ke-1
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada pertemuan ke-1 siklus II sebenarnya sama dengan
pertemuan ke-1 dan ke-2 siklus I, yang dilakukan peneliti yaitu meliputi beberapa
perancangan dan perencanaan guna melaksanakan pembelajaran dengan
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perlu penulis
jelaskan bahwa pada pertemuan ke-2 siklus II ini penulis hanya
menyiapkan RPP tidak lagi merancangnya. Hal itu dikarenakan RPP telah
disetujui dosen pembimbing, dimana RPP mencakup langkah-langkah
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media kantin
sekolah.
2) Merumuskan indikator pembelajaran. Indikator pembelajaran pada
pertemuan kedua ini yaitu Menjelaskan sejarah awal sebelum munculnya
uang, Mengidentifikasi fungsi uang dan Mengidentifikasi jenis-jenis uang.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengukur aktivitas guru maupun
siswa dalam pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah. Sama halnya dengan RPP, penulis tidak lagi
merancang melainkan hanya menyiapkan. Sebab, lembar observasi telah
dikonsultasikan oleh dosen pembimbing pada perencanaan pertemuan
sebelumnya.
4) Merencanakan hari dan tanggal pelaksanaan tindakan dengan berdiskusi
bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan bertindak sebagai
observer. Setelah berdiskusi, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan
pertemuan Ke-1 siklus II akan dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 28
Juli 2017.
b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai kesepakatan bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan
berperan sebagai observer, maka pelaksanaan tindakan pertemuan Ke-1 siklus II
pada hari Jum’at, tanggal 28 Juli 2017. Pada pertemuan Ke-1 siklus II dihadiri
oleh:
1. Peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di SDN 02 Genengadal
Purwodadi. Selain itu, peneliti juga akan berperan sebagai guru/pengajar
dalam pelaksanaan tindakan pertemuan ke-1 siklus II ini.
2. Guru kolaborator, yaitu guru kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi.
Selain itu, guru kolaborator nantinya juga akan berperan sebagai observer
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media kantin
sekolah dengan instrumen yang telah dirancang sebelumnya.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru masih sama dengan beberapa
pertemuan yang telah dilakukan pada siklus I. Kegiatan itu ialah memulai
kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, meminta ketua kelas untuk memimpin do’a, melaksanakan kegiatan absensi kehadiran siswa, melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti
pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan adalah dengan cara mengajak siswa bernyanyi lagu “Anak Gembala”. Selesai bernyanyi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat menyebutkan 3 contoh kegiatan jual beli di
lingkungan rumah dan sekolah.
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah membahas PR yang diberikan
kepada siswa pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk
duduk kembali dengan kelompok yang pada pertemuan sebelumnya telah dibuat.
Tujuan pengelompokan siswa tersebut adalah untuk memberikan tugas kepada
setiap kelompok untuk membuat kliping dari gambar-gambar yang sudah
disediakan oleh guru tentang jual beli di lingkungan rumah dan sekolah. Setelah
tugas tersebut diselesaikan, guru kembali memberikan tugas berupa setiap
kelompok memilih satu kegiatan jual beli boleh di lingkungan rumah atau sekolah
kemudian membuat percakapan drama/bermain peran mengenai kegiatan yang
dipilih kelompok. Naskah yang telah dibuat oleh kelompok tersebut selanjutnya
akan dipresentasikan melalui kegiatan bermain peran oleh setiap kelompok di
depan kelas secara bergantian. Setelah itu, guru bersama siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari.
Memasuki kegiatan akhir pembelajaran, guru melakukan refleksi
pembelajaran. Tidak lupa guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya apabila mereka masih belum baham mengenai materi pelajaran. Guru
juga memberikan tugas berupa PR dan menginformasikan kepada siswa bahwa
c. Observasi
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan
pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi dilakukan oleh pengamat untuk
mengamati proses pembelajaran melalui penerapan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah tentang jual beli. Pengamat atau observer menggunakan
lembar observasi untuk memperoleh data dari siswa dan guru yang berkaitan
dengan aktivitas pembelajaran. Adapun hasil observasi aktivitas guru dan siswa
pada pertemuan ke-1 siklus II disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.15
Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Dalam Pembelajaran Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah
pada Pertemuan Ke-1 Siklus II
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
1. Guru membuka pelajaran dengan salam √
2. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa bersama.
√
3. Guru melakukan absensi siswa √
4. Mengkondisikan peserta didik kedalam situasi belajar √
5. Guru melakukan apersepsi √
6. Memotivasi siswa √
7. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. √
8. Guru mengingatkan materi sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang akan diajarkan.
√
9. Guru menyiapkan skenario bermain peran dengan rapi.
√
10. Guru membagi siswa dalam 2 kelompok besar. √
11. Guru memberikan penjelasan mengenai penerapan metode pembelajaran role playing (bermain peran) dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
√
12. Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai indikator yang telah ditetapkan
√
13. Guru meminta siswa untuk mempelajari skenario dan naskah jalannnya bermain peran.
√
No Aspek yang Diamati Skor membahas jalannya cerita yang diperankan oleh kelompok lain
√
18. Guru membimbing siswa melakukan diskusi tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan mempresentasikan, untuk memperhatikan dan menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya
√
21. Guru bersama siswa merumuskan kesimpulan dari materi yang telah dibelajarkan.
√
22. Melakukan refleksi, dan memberikan pesan moral. √
23. Melakukan tindak lanjut (PR, evaluasi) √
24 Menyampaikan salam penutup. √
Skor 16 27 28
Total Skor 71
Kategori Penilaian Baik
Aktivitas guru pada pertemuan ke-1 siklus II ini berjalan lebih baik jika
dibandingkan dengan beberapa pertemuan sebelumnya. Selain itu, aktivitas guru
juga menunjukkan adanya peningkatan. Berdasarkan hasil observasi, guru
II masuk dalam kategori baik. Selanjutnya, hasil observasi aktivitas siswa akan
disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.16
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Dalam Pembelajaran Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah
pada Pertemuan Ke-1 Siklus II
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
1. Siswa mengawali kegiatan belajar mengajar dengan menjawa salam dari guru
4. Kesipan siswa untuk belajar. √
5. Keaktifan siswa dalam kegiatan apersepsi √
6. Siswa menunjukkan motivasi tinggi untuk belajar. √
7. Siswa memperhatikan guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
√
8. Keterlibatan siswa dalam pembentukan kelompok belajar.
√
9. Perhatian siswa pada saat guru memberikan penjelasan mengenai penerapan metode pembelajaran role playing (bermain peran).
√
10. Memperhatikan guru menyampaikan materi pelajaran.
√
11. Siswa mempelajari naskah bermain peran dengan serius.
√
12. Siswa tidak merasa kesulitan dalam mempelajari naskah bermain peran
√
13. Antusiasme siswa pada saat guru menetapkan siswa yang akan terlibat dalam bermain peran.
√
14. Siswa memainkan peran sesuai dengan skenario dan naskah.
√
15. Secara berkelompok, siswa melakukan diskusi tentang jalannya bermain peran maupun materi cerita yang disimulasikan oleh kelompok lain.
No Aspek yang Diamati Skor
1 2 3 4
16. Keberanian siswa meminta bimbingan guru jika ada yang mengalami kesulitan
√
17. Keberanian siswa dalam kelompok untuk maju dan mempresentasikan hasil diskusinya.
√
18. Siswa memperhatikan dan menanggapi kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya
√
19. Keterlibatan siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran.
√
20. Memperhatikan guru melakukan refleksi pembelajaran.
√
21. Memperhatikan guru memberikan tindak lanjut (PR, evaluasi)
√
22. Menjawab salam penutup. √
Skor 4 48 16
Total Skor 68
Kategori Penilaian Baik
Sama halnya dengan aktivitas guru, aktivitas siswa pada pertemuan ke-1
siklus II ini semakin meningkat jika dibandingkan dengan beberapa pertemuan
sebelumnya. Selain itu, aktivitas siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
juga menunjukkan adanya peningkatan dan masuk dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil observasi, siswa mendapat skor 68. Dalam penelitian ini,
observasi tidak hanya digunakan untuk mengukur aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran. Observasi juga dilakukan untuk mengukur sikap dan keterampilan
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang mengimplementasikan metode bermain
peran dengan media kantin sekolah. Adapun hasil dari observasi dari kedua aspek
Tabel 4.17
Penilaian Sikap Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi dalam Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran dengan
Media Kantin Sekolah Pertemuan Ke-1 Siklus II
Penilaian Sikap
No Kriteria Skor Frekuensi Presentase
1. D (Kurang Baik) < 7 0 0%
2. C (Cukup) 8 – 14 0 0%
3. B (Baik) 15 – 21 5 31%
4. A (Sangat Baik) 22 – 28 11 69%
Skor Tertinggi 25
Skor Terendah 17
Skor Rata-Rata 21,81
Kategori Penilaian B/ Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sikap siswa dalam
pembelajaran semakin meningkat. Ditinjau dari skor, 5 siswa memperoleh skor
15-21 dan masuk kategori baik dengan presentase 31%. Kemudian, 11 siswa
memperoleh skor 22-28 dan masuk dalam kategori sangat baik dengan presentase
69%. Berdasarkan skor rata-rata, siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi
mendapat skor 21,81 dengan skor tertinggi 25 dan skor terendah 17. Jika melihat
nilai rata-rata yang mencapai 21,81 maka dapat disimpulkan bahwa sikap siswa
dalam pembelajaran mendapatkan kategori baik.
Selain menilai sikap siswa dalam kelompok, peneliti juga menilai
keterampilan siswa dalam pembelajaran dengan metode bermain peran. Berikut
ini penulis menyajikan data hasil penilaian keterampilan siswa kelas 3 SDN 02
Genengadal Purwodadi. Perlu penulis jelaskan bahwa data ini didapat melalui
pengamatan pada siswa berlatih maupun memerankan tokoh dalam kegiatan jual
Tabel 4.18
Penilaian Keterampilan Siswa Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi dalam Pembelajaran dengan Metode Bermain Peran dengan
Media Kantin Sekolah Pertemuan Ke-1 Siklus II
Penilaian Keterampilan
No Kriteria Skor Frekuensi Presentase 1. D (Kurang Baik) < 5 0 0%
2. C (Cukup) 6 – 10 0%
3. B (Baik) 11 – 15 6 38%
4. A (Sangat Baik) 16 – 20 10 63%
Skor Tertinggi 17
Skor Terendah 12
Skor Rata-Rata 15
Kategori Penilaian B/Baik
Keterampilan siswa pada pertemuan pertama siklus II juga menunjukkan
adanya peningkatan. Berdasarkan sajian data di atas, diketahui bahwa siswa yang
mendapat skor 11-15 sebanyak 6 orang dengan presentase 38% dan masuk dalam
kategori baik. Selanjutnya, siswa yang mendapatkan skor 16-20 sebanyak 10
siswa dengan presentase sebesar 63% dan masuk dalam kategori sangat baik.
ditinjau dari skor rata-rata, siswa memperoleh skor rata-rata sebesar 15. Artinya,
keterampilan siswa kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi masuk dalam kategori
baik.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah pada pertemuan ke-1 siklus II ini diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Guru sudah terbiasa dan mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
RPP.
2. Siswa mulai terbiasa berdiskusi dan bekerja sama dengan teman
sekelompok.
3. Siswa mulai terbiasa memerankan suatu tokoh dalam pembelajaran.
4.1.4.2Pertemuan Ke-2
a. Perencanaan
Tahap perencanaan pada pertemuan ke-2 siklus II sebenarnya sama dengan
pertemuan ke-1 siklus II, yang dilakukan peneliti yaitu meliputi beberapa
perancangan dan perencanaan guna melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan metode bermain peran dengan media kantin sekolah.
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perlu penulis
jelaskan bahwa pada pertemuan ke-2 siklus II ini penulis hanya
menyiapkan RPP tidak lagi merancangnya. Hal itu dikarenakan RPP telah
disetujui dosen pembimbing, dimana RPP mencakup langkah-langkah
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media kantin
sekolah.
2) Merumuskan indikator pembelajaran. Indikator pembelajaran pada
pertemuan kedua ini yaitu Memberikan penilaian terhadap keberadaan
uang dalam kehidupan sehari-hari dan Melakukan transaksi dengan uang.
3) Menyiapkan lembar observasi untuk mengukur aktivitas guru maupun
siswa dalam pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah. Sama halnya dengan RPP, penulis tidak lagi
merancang melainkan hanya menyiapkan. Sebab, lembar observasi telah
dikonsultasikan oleh dosen pembimbing pada perencanaan pertemuan
sebelumnya.
4) Menyiapkan soal evaluasi guna mengukur hasil belajar siswa pada ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Direncanakan bahwa pengukuran hasil
belajar dari ketiga ranah tersebut akan dilakukan di akhir kegiatan
pembelajaran.
5) Merencanakan hari dan tanggal pelaksanaan tindakan dengan berdiskusi
bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan bertindak sebagai
observer. Setelah berdiskusi, disepakati bahwa pelaksanaan tindakan
pertemuan Ke-2 siklus II akan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 29
b. Pelaksanaan Tindakan
Sesuai kesepakatan bersama guru kolaborator yang nantinya juga akan
berperan sebagai observer, maka pelaksanaan tindakan pertemuan Ke-2 siklus II
pada hari Sabtu, tanggal 29 Juli 2017. Pada pertemuan Ke-2 siklus II dihadiri
oleh:
1. Peneliti, yaitu orang yang melaksanakan penelitian di SDN 02 Genengadal
Purwodadi. Selain itu, peneliti juga akan berperan sebagai guru/pengajar
dalam pelaksanaan tindakan pertemuan ke-2 siklus II ini.
2. Guru kolaborator, yaitu guru kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi.
Selain itu, guru kolaborator nantinya juga akan berperan sebagai observer
atau pengamat yang bertugas mengamati aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan media kantin
sekolah dengan instrumen yang telah dirancang sebelumnya.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru masih sama dengan beberapa
pertemuan yang telah dilakukan pada beberapa pertemuan sebelumnya. Kegiatan
itu ialah memulai kegiatan belajar mengajar dengan mengucapkan salam, meminta ketua kelas untuk memimpin do’a, melaksanakan kegiatan absensi kehadiran siswa, melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa agar siap
mengikuti pembelajaran. Apersepsi yang dilakukan adalah dengan cara mengajak siswa bernyanyi lagu “Naik ke Puncak Gunung”. Selesai bernyanyi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat memberikan penilaian
terhadap keberadaan uang dalam kehidupan sehari-hari serta siswa dapat
melakukan transaksi dengan uang dengan baik dan benar.
Dalam kegiatan inti, guru membahas PR yang diberikan pada pertemuan
pertama siklus II dan meminta siswa mengumpulkan PR masing-masing setelah
selesai dibahas. Selesai membahas PR, guru membagi siswa menjadi 2 kelompok
besar dimana 1 kelompok terdiri dari 8 orang karena jumlah siswa genap, yaitu 16
orang. Selesai membuat kelompok, guru meminta salah satu dari setiap kelompok
menjadi ketua kelompok dan maju kedepan kelas untuk mengambil undian.
Setelah itu, guru menanyakan kelompok siapa yang mendapatkan kegiatan jual
beli di lingkungan sekolah. Untuk menentukan giliran memainkan peran, ketua
kelas melakukan suit dan yang kalah dalam adu suit akan mendapatkan giliran
pertama kali. Siswa yang mendapat tugas untuk melakukan kegiatan jual beli di
sekolah melakukannya di kantin sekolah. Sementara itu, kelompok yang
mendapatkan tugas untuk melakukan kegiatan jual beli di lingkungan rumah
melakukannya di halaman sekolah yang sudah di atur untuk melakukan kegiatan
jual beli seperti di warung. Setelah sesi bermain peran selesai, guru mengajak
siswa kembali ke ruang kelas. Selanjutnya, guru bersama siswa menympulkan
materi pelajaran yang telah dibahas pada hari itu.
Sesuai dengan tahap perencanaan, bahwa pada akhir pembelajaran akan
dilakukan pengukuran hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk mengukur hasil belajar pada 3 (tiga) ranah tersebut, guru memberikan soal
berupa uraian. Selama siswa mengerjakan soal evaluasi, guru berkeliling untuk
melakukan pengawasan sekaligus pembimbingan. Pembimbingan dilakukan untuk
membantu siswa jika ada yang kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal evaluasi habis, guru memberikan tugas
berupa PR dan memberitahukan kepada siswa bahwa PR akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya. Sebelum menutup pembelajaran, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang masih belum mengerti
tentang materi yang telah dipelajari. Para siswa sangat antusias dalam bertanya.
Untuk memancing keaktifan siswa, guru melemparkan pertanyaan siswa yang
bertanya kepada siswa lain. Siswa tersebut pun mampu menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh temannya tersebut. Kemudian guru memberikan salam
penutup untuk menutup pembelajaran pada hari itu.
c. Observasi
Observasi dilakukan guna memperoleh data yang berhubungan dengan
pelaksanaan tindakan. Kegiatan observasi dilakukan oleh pengamat untuk
mengamati proses pembelajaran melalui penerapan metode bermain peran dengan
media kantin sekolah tentang jual beli. Pengamat atau observer menggunakan
dengan aktivitas pembelajaran. Adapun hasil observasi aktivitas guru dan siswa
pada pertemuan ke-2 siklus II disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.19
Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas 3 SDN 02 Genengadal Purwodadi Dalam Pembelajaran Metode Bermain Peran dengan Media Kantin Sekolah
pada Pertemuan Ke-2 Siklus II 8. Guru mengingatkan materi sebelumnya dan
mengaitkan dengan materi yang akan diajarkan.
√
9. Guru menyiapkan skenario bermain peran dengan rapi.
√
10. Guru membagi siswa dalam 2 kelompok besar. √ 11. Guru memberikan penjelasan mengenai penerapan
metode pembelajaran role playing (bermain peran) dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
√
12. Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai indikator yang telah ditetapkan
√
13. Guru meminta siswa untuk mempelajari skenario dan naskah jalannnya bermain peran.
√
14. Guru memfasilitasi siswa mempelajari naskah untuk bermain peran membahas jalannya cerita yang diperankan oleh kelompok lain