7 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang biasa disingkat dengan IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar mulai dari
kelas 1 sampai dengan kelas 6. IPS merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya
terdapat berbagai bidang ilmu yang diajarkan secara terpadu. Dalam (Sapriya,
2009: 194) dijelaskan bahwa,
Untuk jenjang SD/MI, pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristuk usia, tingkat perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya.
Dari penjelasan tersebut dapat diidentifikasi bahwa dalam jenjang SD/MI mata
pelajaran IPS yang memuat berbagai bidang ilmu diajarkan secara terpadu dan
disajikan sesuai dengan kehidupan nyata yang dialami siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
Definisi IPS dikemukakan oleh Widarto, Tri dan Suwarso, (2007: 1)
yaitu IPS merupakan program pendidikan yang mengintegrasikan secara
interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Dari pengertian tersebut
maka dapat ditelaah bahwa dalam pendidikan IPS terdapat penggabungan antara
disiplin ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan. Sedangkan Buchari, A (2010: 143)
menjelaskan bahwa IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang
mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam
masyarakat. Dengan demikian maka IPS diharapkan mampu mendidik siswa
untuk dapat berinteraksi serta bermasyarakat dengan baik.
Definisi IPS juga dikemukakan oleh NCSS (National Council for the
Social Studies is the integrated study of social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, religion, and sociology, as well as appropriate content from humanities, mathematics, and natural sciences
Definisi IPS oleh NCSS tersebut apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut: IPS adalah studi sosial yang didalamnya terintegrasi
ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan.
Dalam program sekolah, IPS dikembangkan dengan sistematis berdasarkan pada
disiplin ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum,
filsafat, agama, dan sosiologi, serta disiplin ilmu lain seperti humaniora,
matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Jadi IPS merupakan ilmu pengetahuan
yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang dipadukan sehingga menjadi suatu
bidang ilmu pengetahuan.
Dari berbagai pengertian tentang IPS yang telah disampaikan para pakar,
maka dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora serta masalah-masalah
sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS di SD
Suatu ilmu pengetahuan yang diajarkan tentunya memiliki tujuan tertentu
yang ingin dicapai, demikian juga dengan pembelajaran IPS juga memiliki
berbagai berbagai tujuan yang akan dicapai. Dalam Lampiran Permendiknas
No.24 tentang Standar Isi (2006: 417) disampaikan bahwa tujuan pembelajaran
mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan yang disampaikan oleh BNSP dapat dijabarkan bahwa tujuan
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengajarkan kepada peserta
didik untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam berbagai disiplin
ilmu seperti geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi serta diharapkan dapat
menjadi warga negara yang memiliki kemampuan dalam hidup bermasyarakat,
memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, memiliki komitmen
terhadap nilai sosial, dan mampu bekerja sama serta berkompetisi dalam dunia
lokal, nasional, dan global.
Pembelajaran IPS diharapkan dapat memberi bekal kepada peserta didik
untuk dapat menghadapi kehidupan di masa mendatang, karena Indonesia akan
menghadapi pasar global. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Lampiran Permendiknas
No.22 tentang Standar Isi, 2006: 417).
Dalam Lampiran Permendiknas No.22 tentang Standar Isi, (2006: 417)
juga disajikan ruang lingkup dalam pembelajaran IPS. Ruang lingkup mata
pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Di bawah ini pada tabel 2.1 akan dijelaskan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan
ekonomi, dan kemajuan
teknologi di lingkungan
kabupaten/kota dan
provinsi
2.1Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya alam dan potensi lain di
daerahnya
2.2Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2.3Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya
2.4Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
Sumber: Sapriya, (2009: 198)
2.1.2 Pendekatan Inkuiri dan Pembelajaran Langsung pada Pembelajaran IPS
1) Pendekatan Inkuiri
Salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
IPS adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah
satu pendekatan pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat berpikir kritis.
Dalam pendekatan pembelajaran inkuiri guru hanya berperan sebagai fasilitator
mengarahkan siswa agar aktif dan kreatif dalam pembelajaran, sehingga siswa
mampu merumuskan masalah hingga menarik kesimpulan pada suatu materi
pelajaran. Menurut Hamruni (2012: 88) pembelajaran inkuiri adalah rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
secara kritis dan analitis, melalui proses berpikir tersebut siswa diharapkan dapat
menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dimunculkan dalam pembelajaran.
Proses untuk menemukan jawaban yang dilakukan peserta didik dalam
pembelajaran inkuiri dapat dilakukan melalui kerja kelompok. Hal ini
disampaikan oleh Kourilsky (1978: 68) dalam Hamalik, Oemar (2001: 220), yang
menjelaskan bahwa pengajaran inkuiri adalah suatu pembelajaran yang berpusat
pada siswa yang terdiri dari sekelompok siswa yang bertugas untuk mencari
jawaban-jawaban terhadap pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan
secara jelas dan struktural di dalam kelompok. Sekelompok siswa yang terlibat
dalam pembelajaran inkuiri harus mencari jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh guru melalui prosedur yang sudah ditetapkan, sehingga dalam
proses mencari jawaban sekelompok siswa tersebut tidak boleh asal menentukan
jawaban semaunya sendiri. Sedangkan Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana
(2009: 77) memiliki pendapat yang lain tentang pembelajaran inkuiri yaitu
merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.
Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil dari proses berfikir secara
sistematis, logis dan kritis yang dilakukan siswa dalam mencari dan menemukan
jawaban, sehingga melalui pembelajaran inkuiri siswa dapat mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya.
Dari beberapa pengertian pendekatan pembelajaran inkuiri yang
disampaikan oleh para pakar, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
pembelajaran inkuiri merupakan rangakaian kegiatan pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk aktif mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan melalui proses berpikir ilmiah yang logis, kritis, dan
Pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk dapat mengembangkan
potensi dirinya, siswa bebas bereksplorasi melalui pemikirannya yang dituangkan
dalam langkah kerja ilmiah. Berdasarkan kadar inkuirinya, menurut Hidayati, dkk
(2010: 6-4) pembelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Free inquiry yaitu siswa memiliki kebebasan penuh dalam menetapkan
tujuan, isi, dan cara belajar. Fungsi guru hanya mengawasi
pelaksanaannya.
2) Modified free inquiry yaitu siswa tidak lagi bebas sepenuhnya, karena
dalam beberapa hal siswa mendapatkan pengarahan dan pengawasan guru.
3) Guided inquiry yaitu kebebasan siswa semakin berkurang, dengan kata
lain peran guru semakin besar.
Guru dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri dapat memilih salah satu cara
pelaksanaan pembelajaran inkuiri tersebut, tetapi dalam pemilihan hendaknya
disesuaikan dengan kondisi kelas yang sedang dihadapi.
Diantara berbagai pendekatan pembelajaran tentunya memiliki ciri khas
sendiri-sendiri yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran yang lain,
demikian juga dengan pendekatan inkuiri memiliki ciri tersendiri. Adapun
menurut (Hamruni, 2012: 89) ciri utama pendekatan pembelajaran inkuiri yaitu:
Pertama, pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.Artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Pendekatan pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.Ketiga, tujuan penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pendekatan inkuiri terdapat beberapa
prinsip yang yang menjadi acuan dalam melaksanakan proses
merupakan pendekatan yang menekankan kepada intelektual siswa.Perkembangan
mental (intektual) menurut Piaget, dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu
maturation, physical experience, social experience, dan equilibration. Keempat
hal tersebut yang menjadi prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran inkuiri,
oleh (Hamruni, 2012: 91) prinsip-prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses pertumbuhan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem syaraf. Physical experience,adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Social experience, adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.Equilibration, adalah proses penyesuaian antra pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya.
Dengan adanya prinsip-prinsip dalam pendekatan pembelajaran inkuiri, maka
guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis pendekatan inkuiri harus
berdasarkan prinsip-prinsip tersebut.
Sintaks Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Dalam suatu pendekatan pembelajaran tentunya terdapat
langkah-langkah atau sintaks pelaksanaannya, berikut akan dijabarkan sintaks pelaksanaan
pembelajaran inkuiri. Menurut Bruce Joyce dan Marssha Weil dalam Hidayati,
dkk (2010: 6-10), ada 5 tahap pelaksanaan inkuiri yang berangkat dari fakta
sampai terjadinya teori, yaitu:
1) Tahap pertama, guru memberikan permasalahan dan menjelaskan prosedur
pelaksanaan inkuiri kepada siswa. Tahap pertama ini guru menjelaskan tujuan
dan proses pelaksanaan pembelajaran inkuiri, selanjutnya guru bisa
memberikan pertanyaan kepada siswa dengan jawaban ya atau tidak (yes and
no questoins) yang bertujuan agar siswa dapat berpikir lebih teliti. Tahap
awal untuk membawa siswa ke dalam pemikiran inkuiri dapat dilakukan
dengan memberikan permasalahan, ide, pemikiran atau gagasan yang
2) Tahap kedua, adalah verifikasi yaitu siswa mengumpulkan data atau
informasi tentang masalah yang dimunculkan dalam tahap pertama. Siswa
dapat mengajukan pertanyaan kepada guru dengan jawaban ya atau tidak.
3) Tahap ketiga, adalah tahap eksperimen, pada tahap ini siswa dapat
mengajukan faktor atau unsur baru ke dalam permasalahan untuk melihat
apakah unsur tersebut berpengaruh terhadap permasalahan yang
dimunculkan. Selanjutnya guru dapat memfasilitasi siswa untuk menyusun
dan menguji hipotesis.
4) Tahap keempat, guru dapat memfasilitasi siswa untuk mengorganisir data
yang didapat, selanjutnya siswa dapat menyusun deskripsi atau penjelasan
dari temuan yang mereka dapat dari proses yang telah dilakukan sehingga
diperoleh kesimpulan.
5) Tahap kelima, siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri. Pada tahap
ini merupakan tahap refleksi dimana siswa boleh mengevaluasi terhadap
masalah yang dimunculkan oleh guru, sehingga guru dapat menganalisis
proses inkuiri yang telah dilaksanakan dan mengembangkan proses inkuiri
agar lebih efektif.
Sintaks pembelajaran inkuiri yang berbeda disampaikan oleh Hamruni,
(2012: 95) yaitu sebagai berikut:
1) Orientasi, adalah langkah awal untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini, guru mengkondisikan siswa
dengan melakukan tanya jawab tentang permasalahan yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari agar siap melaksanakan proses pembelajaran.
Selanjutnya guru dapat menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang
diharapkan dari siswa, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan siswa, dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa.
2) Merumuskan Masalah, merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki dan menantang siswa untuk
di dalam masalah tersebut pasti ada jawabannya dan siswa didorong untuk
menemukan sendiri jawaban tersebut. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri
oleh siswa agar siswa termotivasi untuk menemukan jawabannya. Guru dapat
memfasilitasi siswa untuk menemukan permasalahan yang mengandung
teka-teki dan hendaknya konsep-konsep yang terkandung dalam masalah tersebut
merupakan konsep yang sudah diketahui siswa.
3) Mengajukan Hipotesis, hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji, sebagai jawaban sementara maka hipotesis
perlu diuji kebenarannya. Pada tahap ini siswa dapat mengembangkan
pemikirannya untuk dapat menentukan apakah hipotesis yang diajukan dapat
memberikan jawaban atas masalah yang diajukan.
4) Mengumpulkan Data, merupakan aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam tahap ini siswa
dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dengan
masalah yang dimunculkan. Informasi dapat diperoleh dari narasumber, buku,
internet atau sumber lain yang relevan.
5) Menguji Hipotesis, merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya
untuk menentukan jawaban berdasarkan data yang atau informasi yang
diperoleh.
6) Merumuskan Kesimpulan, merupakan proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Guru dapat memfasilitasi
siswa agar kesimpulan yang dirumuskan siswa tidak salah, dalam hal ini guru
dapat menunjukkan informasi yang relevan agar siswa dapat merumuskan
kesimpulan yang tepat.
Filsuf pendidikan Amerika terkenal, John Dewey, dalam Sapriya (2009:
81) menyarankan langkah-langkah pembelajaran inkuiri dalam buku klasiknya
1) Menggambarkan indikator-indikator masalah atau situasi, pada tahap ini guru
dapat menyajikan masalah yang sesuai dengan situasi atau konsep yang telah
diketahui oleh siswa.
2) Memberikan kemungkinan jawaban atau penjelasan, kemungkinan jawaban
biasa dikenal dengan istilah hipotesis. Siswa diarahkan untuk menyusun
hipotesis terhadap pokok permasalahan yang disajikan.
3) Mengumpulkan bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menguji kebenaran
jawaban atau penjelasan, dalam tahap ini dikenal dengan tahap
mengumpulkan data. Siswa mengumpulkan data atau informasi yang relevan
terhadap pokok permasalahan, data tersebut harus dicari dari sumber yang
dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan kebenarannya.
4) Menguji kebenaran jawaban sesuai dengan bukti-bukti yang terkempul, pada
tahap ini siswa menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan berdasarkan
data dan informasi yang telah didapat dari tahap sebelumnya.
5) Merumuskan kesimpulan yang didukung oleh bukti yang terbaik, dari hasil
menguji hipotesis maka didapat jawaban atas permasalahan yang kemudian
digunakan untuk merumuskan kesimpulan.
Sintaks pembelajaran yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat
disimpulkan sebagai sintaks pembelajaran inkuiri yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1) Siswa menerima masalah dari guru dan melakukan tanya jawab seputar
masalah yang diberikan.
2) Merumuskan masalah, dalam tahap ini guru memfasilitasi siswa untuk
merumuskan masalah.
3) Mengajukan hipotesis, siswa menyusun jawaban sementara terhadap masalah
yang dimunculkan pada tahap awal.
4) Mengumpulkan data, siswa mencari data dan informasi yang relevan terhadap
5) Menguji hipotesis, siswa melakukan verifikasi terhadap hipotesis yang
diajukan dengan data yang telah dikumpulkan untuk menentukan jawaban
yang tepat.
6) Merumuskan kesimpulan, siswa mendeskripsikan hasil temuan yang
diperoleh dari tahap demi tahap yang telah dilakukan.
7) Melakukan refleksi terhadap pembelajaran, siswa mengevaluasi terhadap
masalah yang dimunculkan oleh guru, sehingga guru dapat meganalisis dan
mengembangkan proses inkuiri yang dilaksanakan dan siswa dapat
melakukan tanya jawab mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa.
2) Pembelajaran Langsung
Menciptakan suasana pembelajaran aktif di dalam kelas salah satu yaitu
dapat dilakukan melalui pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung sering
disebut juga dengan Direct Instruction. Menurut Silbernam dalam Amri Shofan
dan Iif Khoiru A (2010: 39) pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan
secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi yang akan
diajarkan. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan materi apapun. Dengan
demikian pembelajaran langsung sangat fleksibel untuk digunakan dalam berbagai
mata pelajaran.
Definisi lain menurut Amri, Shofan dan Iif Khoiru A (2010: 42),
pembelajaran langsung merupakan salah satu pengajaran yang dirancang khusus
untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Dari definisi tersebut diketahui bahwa pembelajaran
langsung mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang
berbagai prosedur, proses, atau tahapan suatu materi pembelajaran, sedangkan
pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan tentang berbagai konsep dalam
berbagai materi pembelajaran. Sehingga melalui pembelajaran langsung
diharapkan siswa dapat mengetahui berbagai konsep dan prosedur suatu materi
Pembelajaran langsung memiliki lima fase penting, hal ini dikemukakan
oleh Amri, Shofan dan Iif Khoiru A (2010: 43), yaitu sebagai berikut:
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
Fase pertama ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa tahu
mengapa mereka harus mempelajari materi tersebut, sehingga siswa dengan
jelas dapat mengerti keseluruhan tahap pembelajaran. Selanjutnya guru
mempersiapkan siswa agar perhatian siswa terpusat pada materi pembelajaran.
2) Mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan.
Pada fase ini guru guru menyampaikan informasi dan mendemonstrasikan
materi kepada siswa dengan jelas. Dalam hal ini guru harus benar-benar
menguasai materi serta melakukan pengecekan terhadap pemahaman siswa
apakah informasi yang disampaikan guru sudah jelas atau belum.
3) Menyediakan latihan terbimbing.
Fase ketiga ini merupakan tahap yang penting dalam pembelajaran langsung,
dalam latihan terbimbing diharapkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam
pembelajaran.
4) Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik.
Fase ini dilakukan untuk memberikan umpan balik kepada siswa terhadap
latihan terbimbing yang telah dilaksanakan.
5) Memberikan kesempatan latihan mandiri.
Kesempatan latihan mandiri yang diberikan dalam pembelajaran langsung
biasanya adalah pekerjaan rumah.
Langkah kegiatan pembelajaran langsung yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa.
2) Guru mendemonstrasikan pengetahuan kepada siswa.
3) Guru memberikan latihan terbimbing.
4) Guru menganalisis pemahaman siswa dan memberikan umpan balik.
2.1.3 Motivasi Belajar IPS
Seorang pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab yaitu mendidik
siswanya agar menjadi seseorang baik dalam budi pekerti, pandai dalam berbagai
macam mata pelajaran, serta berguna bagi nusa dan bangsa. Salah satu komponen
utama dari tugas tersebut yaitu mengajarkan berbagai materi pelajaran, seorang
pendidik tentu tidak mudah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
tersebut. Untuk mencapai hal tersebut tentunya tidak mudah dan pasti banyak
kendala yang dialami, salah satunya yaitu kendala dari dalam diri siswa sendiri
yaitu motivasi untuk belajar. Motivasi untuk belajar IPS setiap siswa tentu
bervariasi, ada yang tinggi, ada yang sedang, bahkan ada yang rendah. Untuk itu,
para pendidik khususnya guru memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar IPS.
Seorang guru yang ingin meningkatkan motivasi belajar siswanya
terhadap suatu mata pelajaran tertentu, tentu harus memahami pengertian dari
motivasi itu sendiri. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 80) motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dorongan mental yang dimiliki
siswa berpengaruh besar terhadap perilaku belajar siswa. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989; Siagian
1989; Schein 1991; Biggs & Tefler; 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013:
80). Sorang siswa yang termotivasi untuk belajar, maka sikap dan perilaku siswa
tersebut akan cenderung terarah dan tergerak untuk belajar dengan tekun.
Seorang siswa akan termotivasi untuk belajar karena siswa tersebut
memiliki tujuan tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Mc. Donald dalam A.M,
Sardiman (2014: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Jadi motivasi muncul berawal dari ketertarikan terhadap suatu hal
kelas 6 SD memiliki motivasi yang tinggi untuk dalam kegiatan belajar karena
siswa tersebut memiliki tujuan agar lulus dalam ujian nasional.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (A.M, Sardiman, 2014: 75).
Jadi seorang siswa yang sedang melakukan aktifitas belajar dibutuhkan dorongan
dan kemauan untuk melakukan aktifitas belajar tersebut demi tercapainya tujuan
belajar yang diharapkan.
Dari beberapa pengertian tentang motivasi, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan memberi
arahan kepada seseorang dalam melakukan sesuatu, sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai dengan baik. Dalam melakukan kegiatan belajar,
apabila siswa tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki apakah siswa tersebut sedang sakit, sedang ada masalah, atau memang
tidak suka dengan pelajaran itu sendiri. Hal ini perlu diselidiki apakah sebab yang
menimbulkan kedaan demikian pada siswa. Jika sudah diketahui sebab yang pasti,
maka guru dapat melakukan tindak lanjut dengan memberikan motivasi kepada
siswa tersebut agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.
Indikator motivasi yang diberikan kepada siswa atau
komponen-komponen penting yang terdapat dalam motivasi itu sendiri, menurut Dimyati dan
Mudjiono (2013: 80) ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu: kebutuhan,
dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Sebagai
contoh seorang siswa merasa bahwa hasil belajarnya rendah, pada siswa tersebut
memiliki berbagai buku atau sumber belajar yang sangat lengkap, sehingga siswa
tersebut memiliki kebutuhan untuk mengubah cara belajarnya agar hasil
belajarnya meningkat. Komponen yang kedua yaitu dorongan, menurut Dimyati
dan Mudjiono (2013: 81) dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Sebagi contoh seorang siswa kelas 6 SD
memiliki harapan untuk diterima di SMP favorit di kotanya, sedangkan siswa
tersebut memiliki hasil belajar yang cukup rendah pada mata pelajaran tertentu,
maka siswa tersebut akan terdorong untuk mengikuti les pada bimbingan belajar
agar dapat masuk pada sekolah yang diharapkan. Selanjutnya yaitu tujuan, tujuan
adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan
perilaku dalam hal ini adalah perilaku belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 81).
Seorang siswa kelas 6 SD yang mengikuti bimbingan belajar tadi dapat masuk
pada SMP yang diharapkan sehingga tujuan belajarnya tercapai.
Unsur-unsur penting yang terkandung dalam motivasi juga diungkapkan
oleh Mc. Donald dalam A.M, Sardiman (2014: 74), yaitu sebagi berikut:
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia. Setiap siswa yang termotivasi untuk belajar IPS, maka siswa
tersebut akan memiliki energi atau kekuatan lebih untuk mau mengikuti dan
mempelajari pelajaran IPS.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Sehingga
seorang siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar IPS akan
memiliki perasaan suka yang lebih terhadap pelajaran IPS. Dalam hal ini
dapat dipengaruhi faktor eksternal dari dalam diri siswa seperti model atau
pendekatan yang digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran.
3) Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Sebagi contoh seorang
siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar IPS karena siswa tersebut
memiliki tujuan agar lulus ujian.
Sedangkan menurut Hamalik, Oemar (2013: 159) ada dua komponen- komponen
motivasi yaitu komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer
component). Komponen dalam merupakan perubahan diri seseorang, keadaan
tidak puas, dan ketegangan psikologis. Sebagai contoh seorang siswa yang yang
tidak puas terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS, maka siswa tersebut akan
merubah cara belajarnya serta meningkatkan motivasinya untuk belajar IPS.
kelakuannya. Sebagi contoh seorang siswa mengikuti bimbingan belajar karena
siswa tersebut memiliki tujuan ingin mendapatkan hasil ujian nasional yang baik.
Jadi, komponen dalam adalah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan,
sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai. Dari beberapa
penjelasan menurut para pakar, maka dalam penelitian ini akan memakai
unsur-unsur yang terkandung dalam motivasi menurut Mc. Donald karena unsur-unsur-unsur-unsur
yang terkandung dalam motivasi menurut Mc. Donal lebih operasional sehingga
lebih mudah dilaksanakan. Unsur-unsur tersebut yaitu:
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia. Perubahan energi tersebut memberi dorongan dan kekuatan yang
lebih kepada manusia untuk mau melakukan sesuatu, sehingga apabila
seorang siswa termotivasi untuk belajar IPS maka dapat didentifikasi melalui
indikator sebagai berikut:
1) Mau mengikuti pelajaran IPS.
2) Mau menyimak pelajaran IPS.
3) Mau merumuskan masalah dalam pembelajaran IPS
4) Mau mengajukan hipotesis dalam pembelajaran IPS
5) Mau mengumpulkan data dalam pembelajaran IPS
6) Mau menguji hipotesis dalam pembelajaran IPS
7) Mau merumuskan kesimpulan dalam pembelajaran IPS
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling. Dengan adanya motivasi
yang tumbuh dalam diri seseorang untuk melakukansuatu hal maka akan
timbul rasa suka terhadap hal tersebut. Begitu juga seorang siswa yang
termotivasi untuk belajar IPS, maka dapat diidentifikasi melalui indikator
sebagai berikut:
1) Suka mata pelajaran IPS.
2) Suka mengerjakan tugas IPS.
3) Suka mempelajari materi IPS.
4) Suka membaca buku mata pelajaran IPS.
5) Suka mencatat hal penting dalam pelajaran IPS.
7) Suka merespon pertanyaan yang diberikan guru dalam pelajaran IPS.
3) Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Seorang siswa memiliki
motivasi yang tinggi dalam belajar IPS karena siswa tersebut memiliki tujuan
dalam belajar IPS. Tujuan belajar yang ingin dicapai siswa diwujudkan
melalui:
1) Memiliki buku materi IPS untuk belajar.
2) Memiliki buku catatan yang rapi untuk memudahkan belajar IPS.
3) Belajar IPS penting untuk kehidupan sehari-hari.
4) Belajar IPS untuk mendapatkan tantangan baru dalam belajar.
5) Belajar IPS untuk memperoleh pengetahuan baru.
6) Belajar IPS untuk mendapat skor minimal 80 dalam ulangan.
7) Belajar IPS untuk meningkatkan semangat belajar.
Motivasi dapat diukur yaitu dengan melakukan pengukuran yang
menggunakan instrumen (alat ukur). Pengukuran pada dasarnya merupakan
kegiatan penentun angka dari suatu objek yang diukur, Pengukuran motivasi
menggunakan instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran.
Skala pengukuran yang sering digunakan adalah:
Skala Guttman Dalam Arikunto, Suharsimi, (2012: 196) dijelaskan bahwa,
Skala Guttman sama dengan yang disusun Borgadus, yaitu berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju pernyataan nomor 2 , diasumsikan setuju nomor1. Selanjutnya juka responden setuju dengan pernyataan nomor 3 berarti setuju pernyataan nomor 1 dan 2.
Skala Thurstone dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012: 207)
dijelaskan bahwa,
kategori, yang paling banyak bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1.
Skala Likert dalam Wardani, Naniek Sulistya, dkk (2012: 207) dijelaskan
bahwa,
Skala Likert dikembangkan oleh Rensis Likert, banyak digunakan dalam penelitian moral (sikap, pendapat, dan persepsi) seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert kompetensi yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Marsudiatmi pada tahun 2013 yang
berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
terhadap Pemahaman Konsep IPA Materi Cahaya Ditinjau dari Motivasi Belajar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pengaruh antara
model pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan model
pembelajaran Langsung (Direct Instruction) terhadap pemahaman konsep IPA
materi cahaya pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus Anggrek Kecamatan
Wonogiri Kabupaten Wonogiri karena Fhit = 26.16 > Ftab = 4.08; (2) terdapat
perbedaan pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan tingkat motivasi belajar
rendah terhadap pemahaman konsep IPA materi cahaya pada siswa kelas V SD
Negeri Se-Gugus Anggrek Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri karena
Fhit = 10.60 > Ftab = 4.08; (3) tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
dan tingkat motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA materi cahaya
pada siswa kelas V SD Negeri Se-Gugus Anggrek Kecamatan Wonogiri
Kabupaten Wonogiri karena Fhit = 0.02 < Ftab = 4.08. Dari hasil tersebut maka
dapat dilihat bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan
tingkat motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA.
Kelebihan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan
artinya pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing bermakna terhadap
peningkatan motivasi. Kekurangan dari penelitian ini adalah analisis interaksi
antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar menggunakan uji T,
padahal interaksi merupakan korelasi atau hubungan yang teknik analisisnya
menggunakan korelasi product moment. Dalam penelitian yang akan dilakukan
tidak menganalisis interaksi antara pendekatan inkuiri dengan motivasi.
Penelitian kedua yaitu oleh Mertiana, I Ketut M. pada tahun 2011, yang
berjudul Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPA di Kelas VI SD
Santo Yoseph I Denpasar. Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa 1)
terdapat perbedaan secara signifikan motivasi belajar pada mata pelajaran IPA
antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung (F = 9,127
dan sig = 0,003; p < 0,05). (2) terdapat perbedaan hasil belajar pada mata
pelajaran IPA antara peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran langsung
(F= 29,293 dan sig = 0,000; p < 0,05). dan (3) terdapat perbedaan motivasi
belajar dan hasil belajar secara simultan terhadap pelajaran IPA antara peserta
didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta
didik yang mengikuti model pembelajaran langsung, (harga F hitung lebih kecil
dari 0,05). Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa 1) motivasi
belajar peserta didik yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing
lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran langsung. 2) hasil
belajar IPA peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang mengikuti model
pembelajaran langsung. 3) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan
model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar dan hasil
belajar IPA kelas VI SD Santo Yoseph I Denpasar.
Kelebihan dari penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan motivasi
artinya pembelajaran inkuiri bermakna terhadap peningkatan motivasi.
Sedangkan kekurangannya yaitu pada hasil penelitian terdapat perbedaan hasil
belajar pada mata pelajaran IPA antara peserta didik yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik yang mengikuti model
pembelajaran langsung, sedangkan pada penelitian ini hanya akan mengukur
perbedaan motivasi belajar siswa saja tidak dengan hasil belajar siswa.
Penelitian ketiga yaitu oleh Ni Luh Reny Ristiani yang dilakukan pada
tahun 2014 berjudul pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
lingkungan terhadap minat dan hasil belajar IPA. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan perbedaan minat dan hasil belajar IPA peserta
didik yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dan
yang mengikuti model pembelajaran kovensional. Penelitian ini merupakan
penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan postest only control group design.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus VIII Se-JAS (Jagapati Angantaka
Sedang) Abiansemal Badung dengan jumlah populasi 175 peserta didik. Jumlah
sampel yang diteliti adalah 48 orang,terdiri dari 24 orang kelompok eksperimen
dan 24 orang kelompok kontrol.Teknik pengumpulan data menggunakan
kuesioner minat belajar dan tes hasil belajar IPA. Metode analisis data digunakan
analisis deskriptif dan analisis statistik multivariate MANOVA. Hasil penelitian
menemukan bahwa (1) Terdapat perbedaan secara signifikan minat belajar antara
peserta didik yang mengikuti model inkuiri terbimbing berbasis lingkungan
dengan peserta didik yang mengikuti model pembelajaran konvensional, (2)
Terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar IPA antara peserta didik yang
mengikuti model inkuiri terbimbing berbasis lingkungan dengan peserta didik
yang mengikuti pembelajaran Konvensional, dan (3) Terdapat perbedaan
signifikan minat belajar dan hasil belajar IPA secara simultan antara peserta didik
yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan peserta didik
yang mengikuti pembelajaran Konvensional. Dengan demikian berarti bahwa
pembelajaran IPA menghasilkan minat belajar dan hasil belajar IPA yang lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran Konvensional.
Kelebihan dari penelitian ini adalah perbedaan minat belajar secara
simultan terhadap siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri, artinya
pembelajaran inkuiri bermakna terhadap peningkatan minat. Kekurangan dari
penelitian ini adalah analisis interaksi antara model pembelajaran dan tingkat
minat belajar menggunakan uji manova, padahal interaksi merupakan korelasi
atau hubungan yang teknik analisisnya menggunakan korelasi product moment.
Dalam penelitian yang akan dilakukan tidak menganalisis interaksi antara
pendekatan inkuiri dengan motivasi. Berdasarkan perbedaan kesimpulan pada
penelitian yang telah dilakukan peneliti tersebut maka akan dilakukan penelitian
sejenis untuk menghasilkan temuan-temuan baru di bidang pendidikan yang
dapat digunakan sebagi acuan dalam proses pembelajaran.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini memilih judul pengaruh pendekatan inkuiri terhadap
peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas 4 SD N Plumbon 01 Suruh
Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2014/2015 karena hasil observasi yang
dilakukan pada pada saat pembelajaran IPS di kelas tersebut nampak bahwa guru
menyajikan pembelajaran secara langsung, artinya dalam pembelajaran tersebut
siswa mendengarkan penjelasan langsung dari guru, selain itu siswa di dalam
tersebut juga terlihat tidak tertarik mengikuti alur pembelajaran yang
disampaikan guru. Siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru,
kebanyakan siswa di kelas tersebut berbicara sendiri dengan sebangkunya. Dari
hasil observasi itu, maka muncul pemikiran untuk merubah situasi yang ada,
yaitu dengan cara meningkatkan motivasi belajar siswa pada kelas tersebut.
Pemikiran itu direalisasikan melalui eksperimen yang akan dilakukan
pada kelas tersebut. Hal pertama yang dilakukan adalah mengganti alur proses
pembelajaran dari pembelajaran langsung dengan pembelajaran menggunakan
menekankan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses penemuan suatu
pengetahuan baru bagi siswa. Dengan demikian melalui proses penemuan
tersebut, siswa diharapkan siswa akan memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi
lagi terhadap sesuatu yang belum diketahui dalam pembelajaran. Proses
penemuan dalam pembelajaran inkuiri melalui proses sebagai berikut:
a) Menerima masalah tentang perkembangan teknologi produksi beras.
b) Merumuskan masalah tentang perkembangan teknologi produksi beras.
c) Mengajukan hipotesis tentang perkembangan teknologi produksi beras.
d) Mengumpulkan data tentang perkembangan teknologi produksi beras.
e) Menguji hipotesis tentang perkembangan teknologi produksi beras.
f) Merumuskan kesimpulan tentang perkembangan teknologi produksi beras.
g) Melakukan refleksi pembelajaran perkembangan teknologi produksi beras.
Motivasi belajar siswa dalam kelas tersebut perlu ditingkatkan karena
dengan motivasi belajar yang tinggi siswa diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan yang bermakna dalam proses pembelajaran. Indikator yang
digunakan untuk mengukur besarnya motivasi tersebut adalah:
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia. Perubahan energi tersebut memberi dorongan dan kekuatan yang
lebih kepada manusia untuk mau melakukan sesuatu, sehingga apabila seorang
siswa termotivasi untuk belajar IPS maka dapat didentifikasi melalui indikator
sebagai berikut:
a) Mau mengikuti pelajaran IPS.
b) Mau menyimak pelajaran IPS.
c) Mau merumuskan masalah dalam pembelajaran IPS
d) Mau mengajukan hipotesis dalam pembelajaran IPS
e) Mau mengumpulkan data dalam pembelajaran IPS
f) Mau menguji hipotesis dalam pembelajaran IPS
g) Mau merumuskan kesimpulan dalam pembelajaran IPS
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling. Dengan adanya motivasi
yang tumbuh dalam diri seseorang untuk melakukansuatu hal maka akan
termotivasi untuk belajar IPS, maka dapat diidentifikasi melalui indikator
sebagai berikut:
a) Suka mata pelajaran IPS.
b) Suka mengerjakan tugas IPS.
c) Suka mempelajari materi IPS.
d) Suka membaca buku mata pelajaran IPS.
e) Suka mencatat hal penting dalam pelajaran IPS.
f) Suka cara mengajar guru kelas terhadap mata pelajaran IPS.
g) Suka bertanya terhadap sesuatu hal yang berkaitan dengan IPS.
3) Motivasi akan dirangsang dengan adanya tujuan. Seorang siswa memiliki
motivasi yang tinggi dalam belajar IPS karena siswa tersebut memiliki tujuan
dalam belajar IPS. Tujuan belajar yang ingin dicapai siswa diwujudkan
melalui:
a) Memiliki buku materi IPS untuk dipelajari.
b) Memiliki buku catatan yang rapi untuk memudahkan belajar IPS.
c) Belajar IPS penting untuk kehidupan sehari-hari.
d) Belajar IPS untuk mendapatkan tantangan baru dalam belajar.
e) Belajar IPS untuk memperoleh pengetahuan baru.
f) Belajar IPS untuk mendapat skor minimal 80.
g) Belajar IPS untuk meningkatkan semangat belajar.
Pembelajaran IPS dengan pendekatan inkuiri pada dasarnya digunakan
untuk mengetahui adakah pengaruh pendekatan inkuiri terhadap peningkatan
motivasi belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Plumbon 01 Suruh Kabupaten
Semarang Semester II Tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan
Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan
transportasi serta pengalaman menggunakannya. Adapun pertimbangan dalam
pemilihan KD tersebut adalah waktu penelitian akan dilakukan sekitar
pertengahan bulan Maret sehingga sesuai dengan waktu pembelajaran materi
Gambar 2.1
Pengaruh pendekatan inkuiri terhadap peningkatan motivasi belajar IPS Pembelajaran IPS
KD: 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
Pembelajaran langsung
Pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri
Menerima masalah
Merumuskan masalah
Mengajukan hipotesis
Mengumpulkan data
Menguji hipotesis
Merumuskan kesimpulan
Melakukan refleksi Menyampaikan tujuan
pembelajaran
Motivasi:
a) Mau mengikuti pelajaran IPS. b) Suka mata pelajaran IPS.
c) Memiliki buku materi IPS untuk dipelajari.
Motivasi:
1) Mau mengikuti pelajaran IPS. 2) Suka mata pelajaran IPS.
3) Memiliki buku materi IPS untuk dipelajari.
Mendemonstrasikan pengetahuan
Memberikan latihan terbimbing
Memberikan kesimpulan Menganalisis
2.4Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut, terdapat pengaruh yang signifikan
pendekatan inkuiri terhadap peningkatan motivasi belajar IPS siswa kelas 4 SD
Negeri Pumbon 01 Suruh Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran