• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi, Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kinerja Karyawan di Politeknik Unggul LP3M Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi, Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kinerja Karyawan di Politeknik Unggul LP3M Medan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan

atau komunikasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut

melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang di gunakan dalam percakapan, tetapi

juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus voka dan sebagainya. Dan perpindahan

yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang

mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada

keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara, dan lain-lain)

untuk membuat sukses pertukaran informasi. Komunikasi merupakan suatu proses

pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang (lazim), baik

dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal maupun perilaku atau tindakan. Jadi dalam

komunikasi itu terdapat di dalamnya suatu proses, terdapat simbol-simbol

dan simbol-simbol itu mengandung arti. Arti atau makna simbol disini tentu saja

tergantung pada pemahaman dan persepsi komunikan sehingga ada umpan balik

(feedback) bagi komunikan setelah mendapatkan pesan. Oleh karena itu,

komunikasi akan efektif dan tujuan komunikasi akan tercapai, apabila

masing-masing pelaku yang terlibat di dalamnya mempunyai persepsi yang sama terhadap

(2)

Komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang

menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk

mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses

komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi.

(Purwanto, 2003:20).

Dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat didalamnya ketika

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya baik selaku pimpinan diberbagai

tingkatan maupun para karyawan, agar pekerjaannya dapat terlaksana dengan

lancar dan harmonis untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati dan

ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik.Dengan

terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan sendirinya akan

tercipta dalam sebuah organisasi karena apapun bentuk instruksi, informasi dari

pimpinan ke bawahan maupun sebaliknya, masukan, laporan dari bawahan ke

pimpinan, antara sesama bawahan senantiasa dilakukan melalui proses

komunikasi.

Pentingnya peran komunikasi bagi perusahaan adalah sebagai saluran

untuk melakukan dan menerima pengaruh, dan juga sebagai alat untuk mendorong

atau mempertinggi Kompetensi sebagai sarana yang memungkinkan suatu

organisasi untuk mencapai tujuannya. Komunikasi memiliki peran yang sangat

penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan, dapat terlihat dari beberapa hal

berikut:

a. Fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian,

(3)

b. Meningkatkan gairah dan Kompetensi kerja

c. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan

pengendalian para pemimpin dapat mengetahui keadaan dari setiap bidang

yang menjadi tugasnya.

d. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyaitas antara bawahan dengan

atasan, bawahan dengan bawahan dan antara atasan, karena pengawasan

yang jelas dan mantap.

e. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan,

peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin.

Oleh sebab itu dalam sebuah organisasi setiap orang yang teribat di

dalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawab, agar dapat

terlaksana dengan lancar dan harmonis, maka kerjasama harus senantiasa

tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur

komunikasi pun dengan sendirinya akan tercipta dalam sebuah organisasi,

karena apapun bentuk instruksi, informasi dari pimpinan ke bawahan

maupun sebaliknya senantiasa dilakukan melalui proses komunikasi.

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-

tugas. Informasi harus dikomunikasikan kepada para manajer agar mereka

mempunyai dasar perencanaan, rencana-rencana harus di komunikasikan kepada

pihak lain agar diaksanakan. Pengarahan mengharuskan manajer untuk

berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

(4)

sebagai pesan untuk di sampaikan. Pesan tersebut disampaikan dari seseorang

pengirim kepada seseorang penerima. Ia disandikan (diubah menjadi suatu

bentuk simbolis) dan dialihkan melalui perantara (saluran) kepada penerima, yang

lalu menerjemahkan ulang (membaca sandi) pesan yang diberikan oleh pengirim.

Hasilnya adalah transfer makna dari satu orang kepada orang lain.

(Stephen dan Timothy, 2008:6) Adapun komponen yang terkandung dalam proses

komunikasi yaitu:

1. Pengirim

2. Penyandian

3. Pesan

4. Saluran

5. Penerjemahan sandi

6. Penerima

7. Gangguan dan

8. Umpan balik

Menurut Purwanto(2006:11) Pada prinsipnya dalam proses komunikasi memiliki

6 (enam) tahapan yaitu:

1. Pengiriman mempunyai satu ide atau gagasan.

Sebelum proses penyampaian pesan dilakukan, maka pengirim pesan

harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin di sampaikan pada

pihak lain. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber, ide yang diolah

dalam bentuk pengirim di saring dan disusun kedalam suatu memori daam

(5)

karena penyerapan berbagai informasi dan pengalaman berbeda-beda pada

setiap individu.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.

Pada proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti

dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti dengan

sempurna pengirim pesan harus memperhatikan subjek apa yang ingin

disampaikan, maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan latar

belakang budaya.

3. Pengirim menyampaikan pesan

Pada saat menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai saluran.

Biasanya rangkai komunikasi yang dilakukan relatif pendek, namun ada

juga yang cukup panjang. Hal ini akan berpengaruh terhadap efektifitas

penyampaian pesan. Ketika penyampaian pesan dapat digunakan berbagai

media komunikasi baik media tulis maupun lisan.

4. Penerima menerima Pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila

pengirimmengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut.

5. Penerima menafsirkan pesan

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana

menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah

di mengerti dan tersimpan dalam benak penerima pesan. Selanjutnya

pesan baru bisa di tafsirkan secara benar bila penerima pesan telah

(6)

6. Penerima memberi tanggapan dan memberi umpan balik ke pengirim.

Setelah menerima pesan, penerima akan memberikan tanggapan dengan

cara tertentu dan akan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal

yang diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung

pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam

proses komunikasi karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk

menilai efektifitas suatu pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat

menunjukan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya

perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan

reaksi secara emosional.

2.1.3 Saluran Komunikasi Dalam Organisasi

Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi dapat diperoleh dengan

mempelajari arah-arah dasar gerakkannya yang tampak dengan terbentuknya

salura-saluran komunikasi. Adapun saluran-saluran komunikasi formal yang biasa

terdapat dalam organisasi adalah:

1. Komunikasi Vertikal

Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai

rantai perintah. Komunikasi ke bawah di mulai dari manajemen puncak kemudian

mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai karyawan ini

dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke bawah adalah untuk

memberikan pengarahan, informasi, instruksi, nasehat, sasaran dan penilaian

kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota organisasi

(7)

Berita-berita kebawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya

disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lain, pertemuan atau rapat dan

percakapan serta melalui interaksi. Dan manajemen seharusnya tidak memusatkan

perhatiannya pada usaha komunikasi ke bawah, tetapi juga komunikasi ke atas.

Komunikasi ke atas alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah

(karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan mula-mula

berasal dari karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang ebih tinggi,

yaitu bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke manajer umum. Tipe

komunikasi ini mencakup laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan dan

permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat dipandang sebagai data atau

informasi umpan balik bagi manajemen atas.

2. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal meliputi hal-hal berikut ini:

a. Komunikasi di antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar

dalam suatu organisasi

b. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara

departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama.

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif dan merupakan

hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang

untuk mempermudah koordinasi dan penanganan masalah.Komunikasi horizontal

selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, komunikasi tipe ini

(8)

3. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara

menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil

hubungan-hubungan departemen lini dan staf.Hubungan-hubungan yang ada

antara personalia dan staf dapat berbeda-beda yang akan membentuk beberapa

komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Dalam melaksanakan tugasnya pimpinan perusahaan dihadapkan kepada

dua bidang tugas dan tanggungjawab yang harus dikoordinirnya secara terpadu,

yaitu bidang teknis yang dilakukan oleh para petugas dan bidang administrasi

yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab para staf administrasi. Tidak bisa

dipungkiri kedua bidang yang ada diperusahaan ini dalam kenyataan saling

mendukung dan melengkapi.

Dalam mengkoordinir kegiatan di Perusahaan, pimpinan perusahaan harus

benar-benar dapat memanfaatkan proses komunikasi yang dilakukannya dengan

para staf yang sesuai menurut fungsi komunikasi yaitu menghubungkan semua

unsur yang melakukan interaksi pada semua lapisan, sehingga menimbulkan rasa

kesetia-kawanan dan loyalitas antar sesama, seperti:

1. Pimpinan dapat mengetahui langsung keadaan bidang-bidang yang

dibawah, sehingga berlangsung operasional yang efisien.

2. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan melibatkan

(9)

keterlibatan atau sense of envolvement, dan rasa ikut memiliki, dan sense

if belonging atau rasa satu kelompok.

3. Memunculkan rasa saling pengertian dan saling menghargai tugas

masing-masing sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan spirit

decorps (semangat korps).

2.1.5 Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi adalah vital, tetapi komunikasi sering tidak efektif dengan

adanya kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambatnya.Penghambat

komunikasi dapat dikelompokkan menjadi:

1. Hambatan Organisasional

Ada 3 (tiga) hambatan organisasional yaitu:

a. Tingkatan Hierarki

Bila suatu organisasi tumbuh, strukturnya berkembang dan akan

menimbulkan berbagai masalah komunikasi. Karena berita harus melalui

tingkatan (jenjang) tambahan, yang memerlukan waktu yang lebih lama

untuk mencapai tempat tujuan dan cendrungmenjadi berkurang

ketepatannya.

b. Wewenang Manajerial

Tanpa wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat

mencapai tujuan dengan efektif.

c. Spesialisasi

Meskipun spesialisasi adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga

(10)

memisahkan orang-orang, bahkan bila mereka bekerja saling berdekatan.

Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah pekerjaan dapat membuat

orang-oarang merasa bahwa mereka hidup dalam dunia yang berbeda.

Akibatnya dapat menghalangi perasaan memasyarakat, membuat sulit

memahami, dan mendorong terjadinya kesalahan-kesalahan.

2. Hambatan-Hambatan Antar Pribadi

Seseorang manajer perlu memperhatikan hambatan-hambatan antar pribadi

seperti:

a. Perspektif Selektif

Persepsi adalah suatu proses yang menyeluruh dengan apa seseorang

mensleksi, mengorganisasikan, mengartikan dan mengartikan segala

sesuatu dilingkungannya.

b. Status atau Kedudukan Komunikator

Hambatan-hambatan lainnya adalah kecendrungan untuk menilai,

mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar

kerakteristik-karakteristik pengirim terutama kredibilitasnya, berdasarkan keahlian

seseorang dalam bidang yang sedang dikomunikasikan dan tingkat

kepercayaan seseorang bahwa orang tersebut akan mengkomunikasikan

kebenaran.

c. Keadaan Membela Diri

Perasaan membela diri pada pengirim, penerima berita atau keduanya juga

(11)

d. Pendengaran Lemah

Manajer perlu belajar untuk mendengar secara efektif agar mampu

mengatasi hambatan ini.

e. Ketidaktepatan Penggunaan Bahasa

Salah satu kesalahan besar yang terdapat dalam komunikasi adalah

anggapan bahwa pengertian terletak dalam kata-kata yang digunakan,

sebagai contoh: Perintah Manajer untuk mengerjakan “secepat mungkin”

bisa berarti satu jam, satu hari atau satu minggu.

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang.

Pengetahuan adalah komponen utama kompetensi yang mudah diperoleh dan

mudah diidentifikasi.

Yuniarsih dan Suwatno (2008:23) bahwa : ”Pengetahuan adalah suatu

informasi yang dimiliki seseorang khususnya pada bidang spesifik.”

Pengetahuan karyawan turut menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas

yang dibebankan kepadanyakaryawan yang mempunyai pengetahuan yang cukup

akan meningkatkan efisiensi perusahaan.Namunbagi karyawanyang belum

mempunyai pengetahuan cukup, maka akan bekerja tersendat-sendat. Pemborosan

bahan, waktu dan tenaga serta faktor yang lain akan diperbuat oleh karyawan

berpengetahuan kurang. Pemborosan ini akan mempertinggi biaya dalam

pencapaian tujuan organisasi. Atau dapat disimpulkan bahwa pegawai yang

(12)

berpengetahuan kurang harus diperbaiki dan dikembangkan melalui pelatihan

pegawai, agar tidak merugikan usaha-usaha pencapaian tujuan organisasiyang

sudah ditentukan sebelumnya. Pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :

a) Informasi yang didapatkan dan diletakkan dalam ingatan kita (Deklaratif).

b) Bagaimana informasi dikumpulkan dan digunakan ke sesuatu hal yang

sudahkita ketahui (Procedural).

c) Mengerti tentang how, when dan why informasi tersebut berguna dan dapat

digunakan (Strategic).

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Disamping komunikasi dan pengetahuan karyawan, hal yang perlu

diperhatikan adalah sikap perilaku kerja karyawan. Apabila karyawan mempunyai

sikap yang mendukung pencapaian tujuan organisasi, maka secara otomatis segala

tugas yang dibebankan kepadanya akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Dalam buku Notoadmodjo (2003,124) mengemukakan bahwa sikap

(attitude) adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap timulus atau obyek.

Menurut Notoadmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

(13)

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabiladitanya,

mengerjakan tugas yang diberikan adalah suatu indikasisikap karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan ataumengerjakan tugas yang

diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikandengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikaptingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnyadengan segala

resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

2.4 KinerjaKaryawan 2.4.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui serangkaian kegiatan dan tata

cara tertentu dengan menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai

sasaran perusahaan yang ditetapkan (Mangkunegara, 2005:43). Kinerja

merupakan istilah yang berasal dari kata job performance yang diartikan sebagai

hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai karyawan dalam melaksanakan

tugasnya per satuan periode waktu sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu program kegitan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

(14)

tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja

karyawan dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh

keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karenanya, menurut

mitra- lawyer kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor:

1. Harapan mengenai imbalan

2. Dorongan

3. Kemampuan

4. Kebutuhan dan sifat

5. Persepsi tentang tugas

6. Imbalan internal dan eksternal

7. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.

Dharma (2010:25), Manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk

menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan

pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan

kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu

tertentu baik pendek maupun panjang. Defenisi diatas mengandung unsur-unsur

penting sebagai berikut:

a. Suatu kerangka kerja dari sasaran yang telah direncanakan, standar dan

persyaratan kompetensi yang telah disepakati. Manajemen kinerja adalah

suatu kesepakatan diantara seseorang karyawan dengan manajernya tentang

beberapa harapan. Manajemen kinerja kebanyakkan adalah tentang

(15)

b. Sebuah proses: Manajemen kinerja bukan hanya serangkaian system

formulir dan prosedur, melainkan serangkaian tindakan yang diambil untuk

mencapai suatu hasil dari hari ke hari dan mengelola peningkatan kinerja

diri mereka sendiri dan orang lain.

c. Pemahaman bersama: untuk memperbaiki kinerja, para individu perlu

memiliki pemahaman bersama tentang bagaimana seharusnya bentuktingkat

kinerja dan kompetensi yang tinggi itu dan apa pula yang hendak dicapai.

d. Suatu pendekatan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya

manusia. Manajemen kinerja berfokus dalam tiga hal. Pertama, bagaimana

para manajer dan pemimpin kelompok bekerja secara efektif dengan

orang-orang yang ada disekitar mereka. Kedua, bagaimana peran individu bekerja

sama dengan para manajer dan kelompok. Ketiga, bagaimana individu dapat

dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan kepiawaian

mereka dan tingkat kompetensi dan kinerja mereka. Adapun Dimensi dari

kinerja karyawan yaitu:

1. Kuantitas kerja adalah volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi

normal. Kuantitas juga menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang

dilakukan dalam satu waktu sehingga efektivitas kinerja dapatterlaksana

sesuai dengan tujuan perusahaan. Indikatornya adalah :

a. Target Kerja

(16)

2. Kualitas kerja adalah ketelitian, kerapian, dan keterikatan hasil kerja yang

dilakukan dengan baik agar dapat menghindari kesalahan didalam

menyelesaikan suatu pekerjaan. Indikatornya adalah :

a. Pelaksanaan pekerjaan tepat

b. Minimalisasi tingkat kesalahan dalam bekerja

3. Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan

dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat waktu pada

waktu yang ditetapkan. Indikatornya adalah :

a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan

b. Batas waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik menurut Mathis dan

Jackson(2007:83) adalah “kemampuan, Kompetensi, dukungan yang diterima,

keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan hubungan mereka dengan

organisasi”. Menurut Mangkunegara (2000:67) faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan adalah :

1. Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya karyawan yang

memiliki IQ diatas rata-rata ( IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai

(17)

maka ia akan lebih muda mencapai prestasi yang diharapkan. Oleh sebab itu

karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai keahliannya.

2. Faktor Kompetensi

Kompetensi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam

menghadapi situasi kerja. Kompetensi merupakan kondisi yang menggerakkan

diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Menurut Anogara (2004:178), ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan adalah sebagai berikut :

1. Kompetensi

Pimpinan organisasi perlu mengetahui Kompetensi kerja dari anggota

organisasi. Dengan mengetahui Kompetensi itu maka pimpinan dapat

mendorong bekerja lebih baik.

2. Pendidikan

Pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan

mempunyai kinerja yang lebih baik, hal demikian merupakan syarat yang

penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan,

mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru

dalam cara atau suatu sistem.

3. Disiplin kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang

senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan

yang telah ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat

(18)

dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh

yang positif terhadap kinerja karyawan.

4. Komunikasi

Komunikasi memiliki bnayak pengaruh terhadap kinerja karyawan.

Komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan serta dengan sesama

anggota karyawan lain dalam perusahaan dapat meKompetensikaryawan

untuk melakukan pekerjaan karena komunikasi yang sesuai telah terjalin

dan karyawan mengerti satu sama lain sehingga dapat mencapai tujuan

yang dimaksud. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa komunikasi

verbal maupun komunikasi non verbal.

5. Sikap etika kerja

Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang

serasi, selaras dan seimbang didalam kelompok itu sendiri maupun dengan

kelompok lain. Etika dalam hubungan kerja sangat penting karena dengan

tercapainya hubungan yang seimbang antara prilaku dalam proses

produksi akan meningkatkan kinerja.

6. Gizi dan kesehatan

daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan

yang didapat, hal ini mempengaruhi kesehatan karyawan, dengan semua

itu akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

7. Tingkat penghasilan

Penghasilan yang cukup akan memberikan semangat kerja tiap karyawan

(19)

8. Lingkungan kerja dan iklim kerja

Lingkungan kerja dari karyawan termasuk hubungan atara karyawan,

hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan penerangan dan

sebagainya. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari

perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja, karena tidak ada

kekompakkan dalam kelompok kerja atau ruang kerja yang tidak

menyenangkan. Hal itu tentu menggangu kerja karyawan.

9. Teknologi

Dengan adannya kemajuan teknologi yang meliputi peralatan yang

semakin otomatis dan canggih akan membuat dukungan tingakat produksi

dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.

10. Sarana produksi

Faktor-faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam

proses produksi

11. Jaminan sosial

Perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan, menunjang

kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin

bergairah dan mempunyai semangat untuk bekerja.

12. Manajemen

Dengan adanya manajemen yang baik maka karyawan akan berorganisasi

dengan baik, dengan demikian kinerja akan tercapai.

(20)

Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya,

dengan memberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan akan

meningkatkan kinerja.

2.4.3 Penilaian Kinerja

Menurut Sofyandi (2008:122), Penilaian kinerja (performance appraisal)

adalah proses organisasi dalam mengevaluasi pelaksanaan kerja karyawan. Dalam

penilaian dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama priode tertentu.

Umpan balik kinerja memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik bekerja

jika dibandingkan dengan standar organisasi. Apabila penilaian kinerja

dilakukan secara benar, para karyawan, penyelia, departemen SDM, dan akhirnya

organisasi akan diuntungkan dengan melalui upaya-upaya karyawan memberikan

kontribusi yang memuaskan pada organisasi. Penilaian kinerja berkenaan dengan

seberapa baik seseorang melakukanpekerjaan yang ditugaskannya. Penilaian

kinerja memberikan dasar bagi keputusan-keputusan yang mempengaruhi gaji,

promosi, pemberhentian, pelatihan, transfer, dan kondisi-kondisi kekaryawanan

lainnya. Penilaian kinerja adalah penilaian tentang prestasi kerja karyawan dan

penilaian kerja sangat penting bagi manajemen untuk digunakan dalam

menjelaskan tujuan dan standar kerja. Dalam persaingan global, perusahaan

menuntut kinerja yang tinggi. Seiring dengan itu, karyawan membutuhkan umpan

balik atas kinerja merekasebagai pedoman perilakunya dimasa mendatang.

Penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi

kerja keryawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya (Hasibuan, 2007:87).

(21)

1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi,

demosi, pemberhentian dan penetapan berapa besarnya balas jasa.

2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses

dalam pekerjaannya.

3.Sebagai dasar mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam

perusahaan.

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan dan keefektifan

jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi

kerja dan peralatan kerja.

5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi

karyawan yang berada dalam organisasi.

6. Sebagai alat untuk meningkatkan Kompetensi kerja karyawan sehingga

dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa

hanya sekedar mempunyai sistempenilaian saja, sistemharus efektif, diterima dan

pantas digunakan. Dengan terpenuhinya kondisi-kondisi itu akan menghasilkan

peningkatan yang diperlukan dalam sumber daya manusia.

2.4.4 Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja merupakan salah satu bagian siklus berkelanjutan yang

bisa digunakan oleh manajer untuk mengelola kinerja individu dan tim. Menurut

Paul (2001:5), evaluasi kinerja adalah proses yang mencangkup perencanaan sejak

awal dan memeliharanya secara teratur. Evaluasi kinerja memberi cara untuk

(22)

bagaimana caranya untuk memperbaiki kinerja dimasa yang akan datang sehingga

karyawan, dan perusahaan dapat memperoleh manfaat. Evaluasi kerja juga

memberi peluang untuk bersama-sama menentukan sasaran kerja dan

merumuskan cara mencapainya. Moeheriono (2009:63), mengemukakan bahwa

evaluasi kinerja itu dapat diartikan dalam :

1. Sebagai alat yang baik untuk menentukan apakah karyawan telah memberikan

hasil kerja yang memadai dan sudah melaksanakan aktivitas kinerja sesuai dengan

standar kerja yang telah ditetapka oleh organisasi.

2. Sebagai cara untuk menilai kinerja karyawan dengan melakukan penilaian

tentang kekuatan dan kelemahan keryawan.

3. Sebagai alat yang baik untuk menganalisis kinerja karyawan dan membuat

rekomendasi perbaikan dan pengembangan selanjutnya. Keberhasilan suatu

organisasi dalam berbagai ragam kinerja tergantung kepada kinerja seluruh

anggota organisasi. Unsur individu manusialah yang memegang peranan penting

dan sangat menentukan keberhasilan organisasi ataupun perusahaan.

Menurut Dharma (2010:120), evaluasi kinerja adalah dasar dari penilaian

atas tiga elemen kunci suatu kinerja yaitu: kontribusi, kompetensi dan

pengembangan yang berkelanjutan. Penilaian harus berakar pada realitas

karyawan. Penilaian bersifat nyata, bukan abstrak dan memungkinkan manajer

dan individu untuk mengambil pandangan yang positif tentang bagaimana kinerja

bisa menjadi lebih baik dimasa depan dan bagaimana masalah-masalah yang

timbul dalam memenuhi standardan sasaran kinerja dapat dipecahkan.Evaluasi

(23)

terhadap pimpinan dan bawahan, serta penilai harus mengumpulkan data terlebih

dahulu melalui pengamatannya terhadap kinerja karyawan sebagai bukti awal

dalam memecahkan permasalahan karyawan yang bersangkutan dan dapat

melindunginya. Selain itu, juga pabila diperlukan pelaksanaan pelatihan terlebih

dahulu dalam memberikan penilaian pada evaluasi kinerja agar lebih berhasil,

evaluasi kinerja sebaiknya menggunakan metode yang cocok dan tepat dengan

organisasi yang bersangkutan karena sebuah metode yang tepat di suatu tempat

belum tentu cocok dengen tempat lainnya. Menurut Paul (2001:10), jenis-jenis

evaluasi kerja adalah:

1. Evaluasi Kinerja Pengenalan

Evaluasi kinerja pengenalan sering dilakukan antara satu sampai dengan enam

bulan sejak tanggal pengangkatan karyawan untuk menentukan apakah karyawan

tersebut cocok dengan pekerjaannya.

2. Evaluasi Kinerja Tahunan

Evaluasi kinerja tahunan adalah evaluasi yang hampir diperoleh oleh semua orang

yang bekerja diorganisasi. Dokumentasi formal tahunan mengenai hal-hal yang

menonjol ini sangat mempengaruhi keputusan kepesonaliaan dan akan berakhir

menjadi berkas kinerja karyawan (sekali dan selamanya)

3. Evaluasi Kinerja Khusus

Evaluasi kinerja khusus sama dengan evaluasi kinerja tahunan, pebedaannya

adalah evaluasi ini dilakukan “sesuai kebutuhan” atas permintaan ketua atau

(24)

karyawan, seperti untuk meninjau peran karyawan, perubahan supervisior atau

pengarahan, penyesuaian gaji, promosi, dan sebagainya.

4. Tindakan Koreksi

Tindakan koreksi sering disebut sebagai “peringatan”, evaluasi ini merupakan

bentuk disiplin progresif.

5. Sesi Umpan Balik

Sesi umpan balik merupakan evaluasi merupakan evaluasi kinerja ditempat kerja

yang bersifat informal, dilakukan selama proses pembinaan sehari-hari antara

ketua dengan anggota tim. Catatan yang diperoleh selama sesi ini sering

dimasukkan dalam berkas keryawan yang terus dipelihara oleh ketua tim.

6. Laporan Status

Laporan status adalah laporan periodik (misalnya, mingguan, bulanan, kuartalan)

yang biasanya disampaikan kepada manajemen untuk mendokumentasikan kinerja

penting yang menonjol dari individu dan tim. Untuk dapat memiliki kesempatan

berhasil, sasaran dan metodologi evaluasi kinerja harus berjalan dengan harmonis

dengan budaya organisasi atau diperkenalkan secara sengaja sebagai suatu tujuan

bagi perusahaan, bergerak dari manajemen berdasarkan perintah kearah

manajemen sasaran. Manajemen kinerja dan proses evaluasi kinerja dapat

membantu dalam mencapai perubahan kultural tapi hanya bila perubahan tersebut

dikelolah dengan baik dari atas. Dharma (2010:102), mengemukakan bahwa

sasaran evaluasi kinerja adalah:

a. Kompetensi: untuk merancang orang dalam meningkatkan kinerja dan

(25)

b. Pengembangan: untuk memberitakan dasar untuk mengembangakan dan

memperluas atribut dan kompetensi yang relevan atas peran mereka sekarang

maupun peran dimasa depan terutama karyawan yang memiliki potensi untuk

melakukannya.

c. Komunikasi: untuk berfungsi sebagai saluran komunikasi 2 arah tentang peran,

sasaran, hubungan, masalah kerja dan aspirasi.

Dari uraian ini, dapat dsimpulkan bahawa evaluasi kinerja sangat penting

untuk memfokuskan dan mengarahkan karyawan terhadap tujuan penempatan,

penggantian perencanaan, dan tujuan pengembangan sumber daya manusia.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Jurnal dan Penelitian Terdahulu

No Nama Komunikasi Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Bisnis Pada PT.Bank Rakyat Indonesia

komunikasi dan Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Iskandar Muda Medan, Hal ini didukung oleh teori Purwanto (2003:13) yang menyatakan bahwa apabila cara menyampaikan pesan dan mengembangkan pesan tidak terdapat masalah-masalah dan si penerima juga bisa menerima pesan dan menafsirkan pesan dengan komunikasi yang efektif ini maka kinerja bisnis akan mampu meningkat karena antara karyawan dan atasan juga antar karyawan lebih mudah mengerti dan memahami pesan yang disampaikan, selain itu pesan yang ingin disampaikan mengenai target perusahaan juga dapat disampaikan dengan tepat sasaran.

2 Grace T. Manusia erhadap Efektifitas Kerja Karyawan

Analisis kuantitatif

Adanya pengaruh positif dan signifikan dari kompetensi karyawan terhadap efektifitas kerja karyawan pada Carrefour Citra Garden Padang Bulan Medan. Dan

(26)

Carrefour Citra Garden Padang Bulan Medan”

variabel Skill (keterampilan).

3 Fauzillah

Hubungan Karyawan dengan pimpinan baik sebesar 26 responden 48,15%. Laporan ini menunjukkan bahwa pimpinan memiliki hubungan yang sangat baik dengan karyawan semua masalah yang terkait dengan karyawan secara langsung meningkatkan ke manajemen puncak atau bos memecahkan keadaan dan menjaga kemajuan yang baik dan hubungan dengan karyawan, 26 responden 48,15 % adalah keyakinan bahwa pimpinan sangat baik . Hal ini menunjukkan bahwa karyawan benar-benar percaya & tentang keputusan manajemen puncak.

2.6 Kerangka Konseptual

Karyawan harus memiliki kemampuan yang tepat di dalam melakukan

pekerjaannya untuk mewujudkan kinerja dan keberhasilan kerja karyawan dalam

jangka panjang. Peningkatan kinerja karyawan secara perorangan akan

mendorong kinerja sumber daya manusia secara keseluruha. Pada manajemen

kinerja komunikasi, pengetahuan dan sikap lebih berperan pada dimensi perilaku

individu dalam menyesuaikan suatu pekerjaan dengan baik.

Menurut (Purwanto, 2006) Komunikasi organisasi adalah suatu proses

komunikasi yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang bisa

digunakan untuk mentrasfer pesan –pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan

melalui proses komunikasi. Apabila cara menyampaikan pesan dan

mengembangkan pesan tidak terdapat masalah-masalah dan si penerima pesan

(27)

ini maka kinerja karyawan akan meningkat karena antara karyawan telah mengerti

pesan yang telah disampaikan.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dilakukan

pengkajian terhadap tiga kelompok variabel yaitu: variabelindividu, variabel

organisasi dan variabelpsikologis. Adapun variabel individu terdiri dari kemauan

dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Hal ini berkaitan erat

dengan pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh individu tersebut. Sedangkan

variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur dan desain pekerjaan. Dan terakhir variabel psikologis terdiri dari

persepsi, sikap, kepribadian, belajar, Kompetensi dan semangat. Hal ini berkaitan

erat dengan kemampuan individu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam

perusahaan.

Jadi komunikasi, pengetahuan dan sikap merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja karyawan. Adanya sumber daya manusia yang mampu

berkomunikasi dengan baik dan kompeten akan menghasilkan hasil yang positif

agar meningkatkan kinerja karyawan.

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Sumber : Purwanto (2003), Hutapea dan Thoha (2008), Hasibuan (2007), Ilyas (2002) Data diolah

Pengetahuan (X2) Komunikasi (X1)

Kinerja Karyawan (Y)

(28)

2.7 Hipotesis Penelitian

Menurut Kerlinger (2003:30), hipotesis adalah pernyataan tentang

hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian berdasarkan teori yang

ada.

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah:

1. Komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

di Politeknik Unggul LP3M Medan

2. Pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

di Politeknik Unggul LP3M Medan

3. Sikap berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di

Politeknik Unggul LP3M Medan

4. Komunikasi, Pengetahuan dan Sikap berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan di Politeknik Unggul LP3M Medan

“Komunikasi, pengetahuan dan sikap kerja mempunyai pengaruh positif

Gambar

Tabel 2.1 Jurnal dan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 1 : Daftar nama, jenjang dan kode

Untuk itu kompetensi yang dimiliki oleh lulusan dan kurikulum dari suatu program studi perlu dirumuskan sesuai dengan tujuan pendidikan dan tuntutan kompetensi lulusan, sehingga

[r]

Semula rumah sakit ini adalah rumah salah seorang pejabat, lalu diubah oleh Malik Manshur Saifuddin Qalawun.. Setiap tahun ia mewakafkan untuk rumah sakit tersebut 1000

 Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan

DAFTAR TABEL ... TINJAUAN PUSTAKA ... Sediaan injeksi ... BAH AN, ALAT DAN METODE PENELITIAN ... Pencucian karet tutup vial .... Uji kimiawi karet tutup vial ...

Hasil Perhitungan Regresi Berganda dari Variabel yang Bepengaruh Terhadap Jumlah Penjualan pada Uasaha Industri Meubel Kayu di Kota

Berdasarkan hasil analisis data dapat dikemukakan tiga hasil penelitian ini. Pertama, rangkaian sistem dibangun dari tujuh eleman dasar yaitu: sensor optocoupler ,