• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidikan Profesi Guru. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendidikan Profesi Guru. docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pendidikan Profesi Guru

PENDIDIKAN PROFESI GURU Oleh : Nur Liah/Nim : 80100212138

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di pundak pendidik terletak tanggung jawab yang amat basar dalam upaya mengantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini karena pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis ke arah perubahan yang bersifat kontinu, sebagai sasaran vital untuk membangun kebudayaan dan peradaban umat manusia. Dalam hal ini, pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika dan kebutuhan fisik peserta didik.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak secara peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrtis dan bertanggung jawab.[1]

Sejalan dengan hal tersebut di atas pendidikan perspektif islam adalah upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkahlaku manusia baik individu maupun sosial, untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah) maupun ajar yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kehidupan bahagia dunia dan akhirat.[2] Untuk mencapai hal tersebut maka sangat dibutuhkan pendidik atau guru yang sinerjik dan profesional.

Kepercayaan masyarakat umum terhadap salah satu jabatan fungsional guru, mulai dari masyarakat yang paling terbelakang sampai pada masyarakat yang paling maju mengakui bahwa pendidik/guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain hanya menyasikan besarnya tanggungjawab seorang guru dalam masyarakat. Sesuai dengan pernyataan tersebut maka tugas dan tanggungjawab guru dalam menegembangkan profesinya adalah sebagai pengajar, pembimbing, sebagai administrator kelas, pengembang kurikulum, dan bertugas untuk membina hubungan masyarakat.

[3]

Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat memainkan peran penting,

(2)

mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik serta profesional.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada semua jenjang pendidikan. Hal tersubut, sesuai undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen; guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.[4]

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetenasi (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa kompetensi guru meliputi pedgogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.[5] Profesi merupakan pekerjaan, yang dapat terwujud sebagai jabatan seseorang yang ia tekuni berdasarkan keahliannya melaui proses pembelajaran.

Dengan demikian jelaslah bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi yang hanya dapat dilaksanakan secara efektif dan efesian oleh seseorang yang dipersiapkan untuk menguasai kompetensi guru atau pendidikan dan pelatihan husus. Oleh karena pendayagunaan pfofesi guru secara formal dilakukan dilingkungan pendidikan yang bersifat berjenjang dan berbeda jenisnya, maka guru harus memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai jenis dan jenjang sekolah tempatnya bekerja.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas yang menjadi kajian utama dalam makalah ini adalah Pendidikan Profesi Guru maka untuk mengkaji pokok permasalahan tersebut, penulis mem-breakdawn ke beberapa submasalah sebagai berikut:

Bagaiman pengertian pendidikan profesi guru?

Bagaimana tujuan pelaksanaan pendidikan profesi guru? Bagaimana lansadan pelaksanaan pendidikan profesi guru?

Bagaimana manfaat pelaksanaan pendidikan profesi guru?

II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Profesi Guru

Untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam (komprehensip) mengenai pendidikan profesi guru (PPG), maka pembahasan ini diawali dengan pengertian, baik secara etimologi maupun sacara terminologi.

1. Pengertian Pendidikan

(3)

Terjemahnya:

“Berkata (Fir'aun kepada Nabi Musa) "Bukankah kami Telah mengasuhmu (mendidikmu) dalam keluarga kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu”.[7]

Pengertian Pendidikan secara terminologi menurut Omar Mohammad at-Toumy

al-Syaibani(1979:399) memandang bahwa pendidikan sebagai proses membentuk pengalaman dan perubahan yang dikehendaki dalam individu dan kelompok melalui interaksi dengan alam dan lingkungan kehidupan. Sementara Bassam Tibi (1991:113) memandang pendidikan sebagai sistem sosial yang dapat membentuk subsistem-subsistem dalam sistem sosial secara total.[8]

Sementara Hasan Langgulung (1992:3) menyatakan bahwa pendidikan dari segi

kemasyarakatan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Sementarapendidikan sacara individu berarti

pengembangan seluruh potensi yang dimiliki yang terpendam dan tersembunyi. (pewarisan kebudayaan sekaligus pengembangan potensi diri). Namun Napoleon Hill (2007) memaknai pendidikan bukan sekedartindakan menyampaikan pengetahuan (the act of importing

knoledge) atau transfer pengetahuan (transfer of knowledge) semata.[9]

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan ”adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara”.[10]

2. Pengertian Profesi guru

Pengertian Profesi Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills (1996) menyatakan bahwa profesi berarti suatu kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan intelektual tinggi, yang mencakup penguasaan atau didasari pengetahuan tertentu. Selanjutnya dikatakan pula bahwa profesi guru adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain. Dengan mempeoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.[11] Pengertian lain dikemukakan oleh Moh Uzer Usman (1991) bahwa guru merupakan suatu profesi yang diartikan suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian husus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan diluar bidang pendidikan.[12] Selain pengertian diatas dikemukakan pula oleh Makagiansar, M. 1996 profesi guru adalah orang yang Memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.Galbreath, J. 1999 profesi gurtu adalah orang yang Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat dalam mencerdaskan anak

(4)

oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. [13] Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, yaitu:

a. sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih

b. pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan

c. kemanusiaan yang dimiliki,

d. sebagai petugas kemasyarakatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik.[14]

Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.[15]

Dari beberapa pengertian mengenai profesi tersebut di atas maka unsur terpenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efesien serta kemampuan yang tinggi dan kecakapan dalam menjalankan tugas profesi tersebut.

B. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

1.Tujuan Umum

Tujuan dilaksanakannya pendidikan profesi guru adalah untuk menghasilkan calon guru yang mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan umum PPG tersebut tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[16]

2.Tujuan khusus

Tujuan khusus dilaksanakannya pendidikan profesi guru tercantum dalam Permendiknas No 8 Tahun 2009 Pasal 2 yaitu untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, pelatihan peserta didik, dan melakukan penelitian, serta mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.[17] Sedangkan menurut Oemar Hamalik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan mengadakan pelatihan antara lain:

a. Pelatihan berfungsi memperbaiki perilaku atau performance kerja. Hal ini sangat

diperlukan agar pendidik lebih mampu melaksanakan tugas-tugasnya dan diharapkan berhasil dalam upaya pelaksanaan program kerja organisasi atau lembaga.

(5)

c. Pelatihan berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih tinggi. [18]

Penguasaan dan kemampuan melaksanakan kompetensi secara prima dalam arti efektif dan efesien, menempatkan profesi guru sebagai sebuah profesi. Sehubungan dengan itu

Djojonegoro (1998) menyatakan bahwa profesionalisme dalam suatu jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting. Ketiga faktor tersebut disajikan berikut ini.

1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi.

2. Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus yang dikuasai).

3. Penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian khusus yang dimilikinya. [19]

Gagasan pendidikan profesi guru semula dimaksudkan sebagai langkah strategis untuk mengatasi problem mutu keguruan karena perbaikan itu tidak akan terjadi dengan menaikkan remunerasi saja. Oleh sebab itu, pendidikan profesi diperlukan sebagai upaya mengubah motivasi dan kinerja guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dinyatakan bahwa untuk mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu, maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud hendaknya:

a. Mengangkat martabat guru

b. Menjamin hak dan kewajiban guru

c. Meningkatkan kompetensi guru

d. Memajukan profesi serta karir

e. Meningkatkan mutu pembelajaran

f. Meningkatkan mutu pendidikan nasional

g. Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru antar daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik dan kompetensi

h. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah dan

i. Mengurangi kesenjangan pelayanan pendidikan yang bermutu.[20]

(6)

3. Pembentukan profesional

Guru harus mencapai kemampuan pofesional tingkat tinggi. Kemampuan itu dapat tercapai melalui pendidikan persiapan, praktik kerja lapangan, pendidikan profesi, atau

pengembangan profesional berkelanjutan. Secara teoritis dan simultan, simultan kegiatan ini dimaksudkan untuk membentuk guru profesinal sungguhan, yang mampu melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan bermutu. Menurut Vigotsky dimensi yang terkait dalam pembentukan guru profesional disajikan berikut ini:

a. Pembentukan guru sebagai pribadi yang utuh. Kemampuan ini diperlukan agar guru mampu membimbing dan mengarahkan paserta didik dalam setiap aspek pengembangan kepribadian dan dimensi sosialnya.

b. Pembentukan karakter sistemik yang diperlukan untuk memberdayakan siswa, dimulai ketika siswa teregistrasi untuk keperluan studinya dan hingga mereka dinyatakan lulus.

c. Pembentukan karakter pribadi (personalized character) dengan dua jalur referensi, yaitu individualisasi (orientasi pada orang-orang tertentu secara indifidual) dan integrasi (orientasi pada orang secara keseluruhan) dengan mempertimbangkan berbagai sisi pengembangan, termasuk yang terkait dengan tujuan edukatif.

d. Pembentukan karakter preventif, tidak hanya dalam kaitannya dengan pemecahan masalah melainkan juga dalam rangka mengantisipasi kesulitan dan dalam situasi defisit yang dapat menghambat pemenuhan tujuan.[21]

Menurut N. Chacon (2002) dalam rangka pengembangan kemampuan dan keterampilan kepedagogian juga perlu upaya mengembangkan etika profesi guru, dengan mengemas program yang menggamit beberapa dimensi yaitu:

a. Penguasaan subtansi pengajaran dan pembelajaran, meliputi ilmupengetahuan, budaya, keterampilan, nilai, dan sikap dalam integrasi sekolah dan pendidikan

b. Penguasaan dimensi pedagogis, khususnya berkaitan dengan nilai-nilai humanistik dan etika profesi.

c. Penguasaan program pendidikan berbasis proses dan hasil dalam keseluruhan perilaku dan pekerjaan kependidikan.

d. Penguasaan metode proses pengembangan kegiatan belajar mengajar berdasarkan lintas kurikuler secara aksiologis dengan menggunakan perangkat teknologi.[22]

4. Untuk memperoleh sertifikat pendidik

Sesuai Pasal 11 UU Sisdiknas mensyaratkan bahwa untuk memperoleh sertifikat pendidik tidak lain adalah kualifikasi S1/D4 implementasi gagasan pendidikan profesi lebih ditekankan pada uji sertifikasi (terutama untuk guru dalam jabatan). dan menempuh pendidikan profesi guru. Program uji sertifikasi yang tengah dijalankan pemerintah dengan mengandalkan penilaian portofolio, dipilih oleh pemerintah kabupaten/kota pada masa lampau.

(7)

tidak sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran atau satuan pendidikan (TK dan SD) yang diampu, mengikuti pendidikan profesi berdasarkan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran dan atau satuan pendidikan yang diampunya.

C. Landasan Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Dalam pelaksanaan pendidikan profesi guru tentunya memiliki landasan yang digunakan sebagai acuan yang mengatur keseluruhan bagian program tersebut.Landasan tersebut adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-undang tersebut terdapat beberapa pasal yang terkait dengan penyelenggaraan pelaksanaan pendidikan profesi guru, yaitu:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk

meujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang

terakreditasi.[23]

c. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.[24]selanjutnya dikatakan pula

bahwa:1)Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada stuan pendidikan yangdiselenggarrakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. 2)Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya. 3)Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarkat.[25]

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang guru dan dosen mengenai pendidikan profesi guru dinyatakan bahwa:

a. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasamani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tunggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

c. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel.

d. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. [26]

D. Manfaat Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG)

(8)

1. Bagi guru dapat menambah pengalaman dan penghayatan guru tentang proses pendidikan dan proses pembelajaran disekolah

2. Dapat menciptakan guru profesional dibidangnya

3. Dapat meningkatkan kesejahteraan bagi guru

4. Memperoleh pengalaman tentang cara berpikir dan bekerja secara interdisipliner sehingga dapat memahami keterkaitan ilmu dalam mengatasi permasalahan pendidikan yang ada disekolah. Mempertajam daya nalar dalam penelaahan perumusan dan pemecahan masalah pendidikan yang ada disekolah

5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berperan sabagai motivator, dinamisator dalam pembelajaran.

6. Bagi sekolah menemukan penyegaran serta ide baru dalam proses pembelajaran baik sistem pengajarannya maupun tugas kependidikan, sehingga diharapkan model pembelajaran akan menjadi lebih baik.

7. Bagi masyarakat tersedianya calon tenaga pendidik (guru) yang memiliki kualitas yang baik dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk percaya bahwa dunia pendidikan mampu memberikan pelayanan yang cukup memuaskan.[27]

Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik, serta lingkungannya.

Jabatan guru dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru. Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan calon guru untuk

menghasilkan guru yang profesional. Walaupun jabatan profesi guru belum dikatakan penuh, namun kondisi ini semakin membaik dengan peningkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi yang semakin baik, dan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga guru sehingga ada sertifikasi guru melalui Akta Mengajar.

Organisasi profesi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dan untuk meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Hal ini sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 akan jelas bahwa untuk menjadi seorang tenaga pendidik yang profesional tidaklah mudah, mereka harus benar-benar teruji dan memenuhi persyaratan. Setelah diberlakukannya uji sertifikasi yang diikuti dengan mendapatkan tunjangan profesi bagi guru, diharapkan ada peningkatan kesejahteraan yang diikuti dengan peningkatan kinerja.

(9)

Kesimpulan

Profesi guru merupakan suatu bidang pekerjaan khusus yang memerlukan keahlian,

kemampuan, ketelatenan, dan pengetahuan yang digunakan untuk melaksanakan tugas pokok seperti mendidik, mengajar, membimbing melatih, serta mengevaluasi peserta didik, agar memiliki sikap dan prilaku yang diharapkan. Profesi harus memiliki tiga pilar pokok, penting yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik guru yang memenuhi standar mutu (memenuhi kualifikasi) yang dipersyaratkan.

Secara teoritis kegiatan pendidikan profesi guru dimaksudkan untuk membentuk guru profesinal yang mampu melaksanakan proses pembelajaran secara baik dan bermutu. Manfaat tersebut dapat menambah pengalaman dan penghayatan guru tentang proses pendidikan serta proses pembelajaran di sekolah.

Dengan adanya pelatihan profesi guru sangat menguntungkan bagi guru, sekolah, dan masyarakat. Dengan tersedianya calon tenaga pendidik (guru), yang memiliki kualitas yang bermutu dapat menumbuhkan motivasi masyarakat untuk semakin percaya bahwa dunia pendidikan mampu memberikan pelayanan yang cukup memuaskan. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk lebih turut aktif menggalakkan program wajib belajar yang dicanangkan oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan H. Khairil, Profesi Kependidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010

--- Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2013

Darajat, Zakiah Ilmu Pendidikan Islam. Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemagnya. Cet. XIV; Jakarta: Sari Agung.

Getteng, Abd. Rahman. Menuju guru Profesional dan Beretika. Cet. I; yogyakarta: Grha Guru, 2009

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

http:/ ppg-pgsd.blogspot.com/2011/12/manfaat-pendidikan-profesi-guru-ppg.html

http:file:/localhost/D:/PPG/Makalah profesi guru.htm

(10)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009, Tentang Guru.

Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003. Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Republik Indonesia, Undang-undang Guru Dan Dosen. Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Suyudi, M. Pendidikan dalam perspektif al-Quran. Cet. I; Yogyakarta: Mikraj, 2005.

Udin, Syaefuddin Saud. Pengembangan Profesi Guru. Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2011.

Usman, Moh Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. XXVII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 20013.

[1]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 (Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 8

[2]M. Suyudi, Pendidikan dalam perspektif al-Quran (Cet. I; Yogyakarta: Mikraj, 2005), h. 55

[3]Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 32.

[4]Republik Indonesia, Undang-undang Guru Dan Dosen, (Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 3.

[5]Republik Indonesia, Undang-undang Guru dan Dosen, h. 11.

[6]Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. X; Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 25.

[7]Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemagnya (Cet. XIV; Jakarta: Sari Agung), h. 706.

[8]Lihat.Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis problem Sosial (Cet. I; Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 18-19.

[9]Lihat.Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis problem Sosial, h. 19

[10]Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 3

[11]Sudarwan Danim dan H. Khairil, Profesi Kependidikan (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 8

[12]Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Cet. XXVII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 20013), h. 5.

[13]file:/localhost/D:/PPG/Makalah profesi guru.htm (2013-11-25)

(11)

[15]Republik Indonesia, Undang-undang Guru dan Dosen, h. 4

[16]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, h. 7

[17]Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009, Tentang Guru.

[18]Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 13

[19]Sudarwan Danim dan Khairil, Profesi Kependidikan, h. 9

[20]Abd. Rahman Getteng, Menuju guru Profesional dan Beretika (Cet. I; yogyakarta: Grha Guru, 2009), h. 14-15.

[21] Sudarwan Danim, Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi (Cet. II; Bandung: Alfabeta, 2013) hal. 75

[22] Sudarwan Danim, Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi, hal. 74-75

[23]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, h. 33

[24]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, h. 34

[25]Republik Indonesia, Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, h. 34

Referensi

Dokumen terkait

9 Dalam hal ini, dua sel anak yang dihasilkan secara intrinsik sama, tetapi dalam lingkungan mikro yang berbeda menyebabkan mereka menjadi jenis sel yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan koleksi khusus karya tulis ilmiah skripsi, tesis, disertasi oleh pemustaka di Perpustakaan

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :..

Telah diketahui bahwa dalam suatu graph banyaknya vertex dengan degree ganjil adalah genap, sedangkan dalam suatu binary tree setiap vertex ber-degree ganjil kecuali

penulis dalam mengumpulkan sumber baik berupa fakta maupun data yang memiliki keterkaitan dengan kajian mengenai “ Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa

1. Based on the calculation of the performance of Conventional Rural Bank and Islamic Rural Bank using the Data Envelopment Analysis shows that the Bank's financial performance

HUBUNGAN PENGUASAAN NOMINA D ENGAN KEMAMPUAN MEMBACA BAHASA JERMAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFTAR

Deskripsi Kalimat Bahasa Mandarin yang dipakai sederhana dan langsung mewakili pesan yang hendak disampaikan, misalnya bahasa yang digunakan dalam penjelasan materi