PERSPEKTIF
PANCASILA TERHADAP
ASAS
NON-DISKRIMINASI DALAM
PENANGANAN KASUS
HAM DI INDONESIA
Eko Yuliyanto 8111416011
Pengertian Hak Asasi Manusia menurut Jack
Donnelly
–
“human rights are a special class of rights that one has simply because one is
a human being. They are thus moral rights of the highest order (whether or
not they are recognized in the positive law). As such, they play a special
political role”.
Indonesia memiliki berbagai jenis keragaman, sehingga dengan ragamnya
agama, buadaya, ras, budaya, dan keragaman lain yang menyebabkan
terjadinya konflik dalam kehidupan bermasyarakat merupakan hambatan bagi
hubungan kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, perdamaian , keserasian,
keamanan, dan kehidupan bermata pencaharian di antara warga negara yang
pada dasarnya selalu hidup berdampingan.
Kasus pelanggaran HAM di Indonesia
– Pelanggaran hak asasi manusia dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, adalah setiap perbuatan seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi dan mencabut HAM seseorang atau sekelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini dan tidak mendapat atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
– UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, mendefinisikan pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
Asas non-diskriminasi dalam kasus HAM di Indonesia
–
Asas non-diskriminasi atau
non-discrimination principle
adalah bahwa tidak seorangpun
dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, misalnya ras, warna
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya. Bahwa segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan berhak atas perlindungan
terhadap setiap bentuk diskriminasi ras dan etnis.
–
Secara konstitusional ada beberapa ketentuan sebagai sumber hukum bagi hak untuk
bebas dari diskriminasi dalam pasal 28D ayat 2 UUD 1945 berbunyi “
Setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.
–
Dalam pasal 28I ayat 2 UUD 1945 pun mengatur mengenai non-diskriminasi yang
berbunyi :
– Secara fungsional, non-diskriminasi pada hakikatnya adalah asas dalam rangka implementasi perlindungan HAM terkait dengan kewajiban negara terhadap semua jenis HAM.
Perlindungannya bersifat accessory, yaitu: “it can only be applied when any of those rights or freedoms has been violated.” Pengertian ini mengacu pada Art. 14 the European Convention for the Protection of Human Rights and Fundamental Freedoms Pengertian demikian tercermin
secara inheren dalam Pasal 1 angka 3 jo. Pasal 2 ayat (3) UU No. 39 Tahun 1999, Art. 2
Universal Declaration of Human Rights (UDHR), Art. 2.(1) International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR), dan Art. 2.(2) International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR).
– Ruang lingkup asas non-diskriminasi ada dua, yaitu melarang diskriminasi langsung ( direct discrimination) dan tidak langsung ( indirect discrimination).
Contoh Kausu mengenai Diskriminasi
–
Kasus Hak Politik Eks-PKI
–
Syarat Menjadi Presiden dan Wakil Presiden
–
Kebijakan Legislatif dalam rangka Penyederhanaan
Partai Politik
–
Halangan bagi Bekas Narapidana untuk menjadi
Pejabat Publik
Perspektif Pancasila terhadap penerapan asas non diskriminasi dalam kasus HAM di
Indonesia
– Dalam pandangan Soekarno, bahwa Indonesia (melalui Pancasila) tidak dipimpin dan tidak mengikuti kedua ajaran, yakni baik ajaran liberal maupun komunis. Lima nilai fundamental tersebut digali dan diekstrak dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri
tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok dengan kondisi Indonesia, sesuatu itu kami namakan“PANCASILA”
– Prinsip HAM dalam Sila-sila dari Pancasila yang digali oleh The founding fathers bersumber dari kebudayaan asli Indonesia dan itu merupakan produk dari konsensus bersama yang kemudian dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa, dasar dan ideologi negara yang ditetapkan pada 18 Agustus 1945. Sumber bahan dan nilai Pancasila digali dari nilai-nilai yang lahir dan tumbuh di dalam diri bangsa Indonesia sendiri. Karena itu, sejarah telah menyatakan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
–
Sistem nilai universal dari Pancasila yang melandasi HAM adalah
(a) nilai religius atau ketuhanan, (b) nilai kemanusiaan, (c) nilai
persatuan, (d) nilai kerakyatan, dan (e) nilai keadilan.
–
Salah satu asas yang terkandung dalam Pancasila adalah asas
non-diskriminasi, yakni suatu asas di mana setiap orang memiliki
kedudukan yang sama, tanpa adanya perlakuan yang berbeda
hanya karena ras, warna kulit, pendapat, agama, dan lain
sebagainya. Bahwa salah satu sila pancasila yang kedua adalah
kemanusiaan yang adil dan beradab. Jadi, hal ini jelas
– Pancasila menggambarkan sebagai nilai-nilai yang mencerminkan seseorang dalam bertindak hendaknya bersandar pada martabat setiap orang agar tidak sampai
mencederai hak fundamental yang melekat dalam diri manusia itu. Asas non-diskriminasi adalah bagian dari Pancasila yang menjadi tolok ukur sampai di mana pancasila itu ada ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Pancasila memandang asas non-diskriminasi sebagai asas yang tidak boleh dibaikan, karenanya sangat riskan jika sedikit saja ada isu untuk
menghapus pancasila dan menggantinya dengan ideologi lain.
– Pancasila ini kuat dan benar-benar hidup ketika Pancasila mampu menjadi tongkat ketika ada pelanggaran HAM melalui sila-sila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya untuk
diimplementasikan dengan baik dan diutamakan asas