• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Gaya Kepemimpinan Manajer Keperawatan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Gaya Kepemimpinan Manajer Keperawatan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif dalam bentuk survei dengan pendekatan explanatory research, untuk menganalisis hubungan gaya kepemimpinan manajer keperawatan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2016. Selama jangka waktu tersebut dilakukan survei awal, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data serta penulisan laporan hasil penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Penelitian

(2)

Padangsidimpuan yaitu berjumlah 97 orang, dengan rincian sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 3.1. Jumlah Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Padangsidimpuan

No. Unit Rawat Inap Jumlah Perawat 1. Ruang Rawat Umum, THT, Saraf 9 Orang 2. Ruang Rawat Anak, Perinatologi 11 Orang 3. Ruang Rawat Penyakit Dalam 10 Orang 4. Ruang Rawat Bedah 12 Orang 5. Ruang Rawat Penyakit Paru 8 Orang 6. Ruang Rawat Intensive Care Unit 6 Orang 7. Ruang Rawat VIP 8 Orang 8. Ruang Rawat VIP Khusus 10 Orang 9. Ruang Rawat Nipas / Kebidanan 17 Orang 10. Ruang Rawat Penyakit Mata 6 Orang Jumlah 97 Orang Sumber : Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan RSUD Kota Padangsidimpuan (2015)

3.3.2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan total populasi dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 97 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

(3)

mengunakan data – data sekunder yaitu data yang diperoleh dari data laporan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.

3.4.1 Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di RSUD Tapanuli Selatan dengan alasan mempunyai karakteristik yang sama dengan tempat penelitian.

Validitas adalah pengukuran yang menunjukkan bahwa alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor yang diperoleh dari masing-masing pertanyaan atau pernyataan dengan skor total. Uji validitas dapat dilakukan dengan uji Pearson, dengan ketentuan nilai koefisien korelasi rhitung > rtabel dinyatakan valid (Sugiono, 2011).

(4)

Pelaksanaan uji validitas dan reliabilitas kuesioner gaya kepemimpinan manajer keperawatan dan motivasi kerja perawat dilakukan terhadap 30 responden dengan standar nilai tabel sebesar 0,361 (r-tabel), dengan hasil sebagai berikut:

1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner gaya kepemimpinan manajer keperawatan menunjukkan seluruh item pertanyaan (20 item) dinyatakan valid, dengan nilai rh>rt. Dimana nilai r berada pada rentang 0,372- 0,648 dan nilai

reliabilitas adalah 0,799 (cronbach alpha > 0,60).

2. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner motivasi kerja perawat pelaksana menunjukkan seluruh item pertanyaan (21 item) dinyatakan valid. Dimana nilai r berada pada rentang 0,379- 0,700 dan nilai reliabilitas adalah 0,854.

3.5.Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat atau dependen yaitu : motivasi kerja perawat pelaksana di Ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan dan variabel bebas atau independen yaitu : gaya kepemimpinan dari manajer keperawatan yaitu kepala bidang keperawatan.

3.5.2. Definisi Operasional Variabel independen:

(5)

1. Gaya kepemimpinan adalah cara manajer keperawatan dalam mengarahkan dan mempengaruhi pikiran perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan.

2. Soft skill merupakan cara manajer keperawatan untuk mempengaruhi

bawahannya dalam berhubungan dengan perawat pelaksana dan dengan

dirinya sendiri.

3. Hard skill merupakan kemampuan teknis manajer keperawatan berhubungan

dengan kemampuan teknis dalam bidang keperawatan.

4. Berperilaku asertif adalah cara manajer keperawatan berinteraksi dengan bawahan yang berhubungan dengan kejujuran, emosi dan mengekspresikan

pikiran secara terus terang.

5. Bertanggung jawab adalah cara manajer keperawatan menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban yang dimiliki.

6. Memotivasi adalah cara manajer keperawatan untuk menggerakkan pegawai agar bertindak sesuai dengan tujuan rumah sakit.

7. Berempati adalah cara manajer keperawatan merasakan dan mengidentifikasi

dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan perawat

pelaksana.

8. Disiplin adalah cara manajer keperawatan dalam mentaati peraturan dalam melakukan pekerjaan menjadi lebih baik.

(6)

10.Perencanaan adalah kemampuan manajer keperawatan menciptakan cara untuk membuat atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

11.Pengendalian adalah kemampuan manajer keperawatan mengecek dan mengarahkan tindakan ketika pekerjaan dimulai dan ketika pekerjaan sedang berlangsung.

12.Pengorganisasian adalah kemampuan manajer keperawatan untuk membentuk satuan yang erat untuk keseluruhan fungsional.

13.Pengevaluasian adalah kemampuan manajer keperawatan mengukur dan menilai pekerjaan perawat pelaksana dalam upaya mencapai tujuan.

Variabel dependen:

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah motivasi kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan. Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri masing – masing perawat pelaksana dalam melakukan suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar karena hal – hal yang ingin diperoleh dari tindakan tersebut, yang meliputi :

1. Prestasi adalah hasil yang dicapai dari pekerjaan yang dilakukan perawat pelaksana dalam bekerja.

2. Tanggung jawab adalah besar kecilnya tanggung jawab yang diemban oleh perawat pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya.

(7)

4. Penghasilan adalah besarnya upah atau imbalan yang diterima sebagai hasil dari pekerjaan.

5. Rekan kerja adalah rekan sejawat yang bekerja di RSUD Kota Padangsidimpuan.

6. Supervisi adalah bentuk pengawasan yang diterima dari atasan yaitu manajer keperawatan dalam hal ini kepala bidang keperawatan terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan.

7. Lingkungan kerja adalah tempat dimana perawat pelaksana melaksanakan aktivitas pekerjaannya, meliputi : ruangan kerja, fasilitas sarana penunjang kegiatan lainnya.

3.6 Metode Pengukuran

Metode pengukuran terhadap variabel-variabel penting ditetapkan agar sesuai dengan metode perhitungan statistik yang dipakai untuk menganalisis pembuktian hipotesa dan pengukuran lain. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan statistik dengan jenis regresi yang memperhitungkan nilai koefisien pengaruh dari variabel-variabel bebas (independent variable) terhadap variabel-variabel terikat (dependent variabel-variabel).

(8)

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian

Hard skill 10 Sangat Buruk

Buruk

Motivasi Kerja 20 Sangat Tidak Setuju

Analisis data untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan dengan melakukan sistem komputerisasi. Data yang telah didapatkan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan perangkat lunak statistik.

a. Analisis Univariat

(9)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan (kemampuan soft skill dan hard skill) dengan motivasi kerja perawat pelaksana dilakukan dengan uji chi square.

Analisis bivariat, yaitu analisa untuk melihat hubungan variabel independen dengan variable dependen dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). Penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : jika nilai p<0,005 maka hipotesis diterima dan jika nilai p>0,05 maka hipotesis ditolak. Selain itu, digunakan juga perhitungan Odd Ratio (OR) yaitu rasio perbandingan pajanan di antara independen terhadap pajanan devenden untuk melihat estimasi resiko terjadinya outcome. Estimasi Confidence Interval (CI) untuk OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

Interpretasinya adalah :

a. Bila OR = 1 berarti variabel yang diduga menjadi faktor risiko ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap kejadian efek/faktor yang diteliti bukan merupakan faktor resiko dengan terjadinya outcome.

(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Kota Padangsidimpuan pertama kali didirikan pada tahun 1937 berlokasi di FL Tobing No.10 Kota Padangsidimpuan yang secara geografis berada dipusat Kota Padangsidimpuan persis diposisi silang jalur lintas Sumatera. Jarak tempuh ke ibukota Provinsi Sumatera Utara sejauh 475 Km dengan lama perjalanan 10 jam. RSUD Kota Padangsidimpuan mempunyai visi “RSU yang diminati masyarakat” dan Misi : memberikan pelayanan kesehatan secara profesional kepada

masyarakat sesuai standart, mengelola administrasi dan keuangan RSU secara transparan dan akuntabel sesuai peraturan perundang – undangan sehingga mendukung pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dengan tujuan menjadikan RS Rujukan diwilayah Pantai Barat Sumatera dan terwujudnya peningkatan kwalitas, disiplin aparatur dan pengelolaan administrasi, keuangan yang dapat mendukung peningkatan pelayanan keesehatan.

(11)

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini menggambarkan gaya kepemimpinan manajer keperawatan dan motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan. Analisis univariat juga menggambarkan karakteristik perawat yang mencakup jenis kelamin, umur, status perkawinan, pendidikan terakhir, dan lama bekerja perawat pelaksana. Semua jenis data pada variabel yang diteliti merupakan data kategorik sehingga penyajian data menggunakan tampilan frekuensi. 4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik perawat berdasarkan jenis kelamin, umur, status perwakinan, pendidikan terakhir, dan lama bekerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan disajikan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden

No Variabel Frekuensi Persentase (%)

1 Jenis Kelamin

Laki- laki 18 18.6

Perempuan 79 81.4

Total 97 100

2 Umur

≤ 30 Tahun 11 11.3

31- 40 Tahun 74 76.3

41- 49 Tahun 12 12.4

Total 97 100

3 Status Perkawinan

Belum Kawin 5 5.2

Kawin 92 94.8

(12)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

No Variabel Frekuensi Persentase (%)

4 Pendidikan Terakhir

SPK 6 6.2

D III 69 71.1

D IV 3 3.1

S 1 19 19.6

Total 97 100

5 Lama Bekerja

4 - 9 Tahun 38 39.2

10 - 15 Tahun 47 48.4

16 - 21 Tahun 6 6.2

22 - 25 Tahun 6 6.2

Total 97 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas didapat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menggambarkan bahwa pada umumnya responden berjenis kelamin perempuan sebesar 81,4%, sedangkan jika melihat karakteristik responden berdasarkan umur sebagian besar berusia antara 31-40 Tahun sebesar 76,3%. Distribusi responden berdasarkan status perkawinan pada umumnya responden berstatus kawin sebesar 94,8%.

(13)

4.2.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Soft Skill Manajer Keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan

Soft skill merupakan cara manajer keperawatan untuk mempengaruhi bawahannya dalam berhubungan dengan perawat pelaksana dan dengan dirinya sendiri. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan mengenai kemampuan soft skill manajer keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Soft Skill Manajer Keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan

Soft skill Manajer Keperawatan Frekuensi Persentase (%)

Tidak Baik 39 40.2

Baik 58 59.8

Total 97 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat distribusi mengenai kemampuan soft skill seorang manajer keperawatan dengan kategori baik lebih banyak sebesar 59,8%, sedangkan dengan kategori tidak baik sebesar 40,2%. Artinya bahwa terdapat lebih banyak responden menyatakan manajer keperawatan memiliki kemampuan soft skill yang baik.

4.2.3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Hard Skill Manajer Keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan

(14)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Hard skill Manajer Keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan

Hard skill Manajer Keperawatan Frekuensi Persentase (%)

Tidak Baik 12 12.4

Baik 85 87.6

Total 97 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat distribusi mengenai kemampuan hard skill seorang manajer keperawatan dengan kategori baik sebesar 87,6%, sedangkan dengan kategori tidak baik sebesar 12,4%. Artinya bahwa terdapat lebih banyak responden yang menyatakan manajer keperawatan memiliki kemampuan hard skill yang baik.

4.2.4. Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Padangsidimpuan

(15)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Faktor-Faktor Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RSUD Kota Padangsidimpuan

No Variabel Frekuensi Persentase (%)

1 Prestasi

(16)

sebagian besar berada pada faktor lingkungan kerja sebesar 68.0%, rekan kerja sebesar 56.7%, supervisi sebesar 55.7%, tanggung jawab sebesar 54,6% dan prestasi sebesar 53,6%. Deskripsi distribusi frekuensi motivasi kerja perawat pelaksana dilihat dari ruang dinas perawat dijelaskan pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat Pelaksana Dilihat dariRuang Dinas Perawat di RSUD Kota Padangsidimpuan

No Variabel Frekuensi Persentase (%)

(17)

Tabel 4.5 (Lanjutan)

No. Variabel Frekuensi Persentase (%)

7 RRB

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa mayoritas responden dengan motivasi kerja perawat pelaksana kategori tinggi berada pada ruang VIP Khusus sebesar 100%, ruang VIP sebesar 100%, ruang penyakit mata sebesar 83,3%, ruang ICU sebesar 83,3%, ruang penyakit paru sebesar 75,0%, ruang penyakit dalam sebesar 60% dan ruang umum/THT/Syaraf sebesar 55,6%. Sementara untuk motivasi kerja perawat pelaksana kategori rendah berada pada ruang RRB sebesar 91,7%, ruang Anak & Perinatologi sebesar 63,6% dan ruang Rawat nifas/ Kebidanan sebesar 52,9%.

(18)

Tabel 4.6 Distribusi Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Padangsidimpuan

Motivasi kerja Frekuensi Persentase (%)

Rendah 39 40.2

Tinggi 58 59.8

Total 97 100.0

Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa motivasi kerja perawat pelaksana dalam kategori tinggi dengan presentase 59,8% dan motivasi kerja perawat dengan kategori rendah dengan presentase 40,2%.

4.3. Analisis Bivariat

(19)

4.3.1. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kemampuan Soft Skill Manajer Keperawatan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

Hubungan gaya kepemimpinan kemampuan soft skill manajer keperawatan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan disajikan dalam Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Hubungan Gaya Kepemimpinan Kemampuan Soft Skill Manajer Keperawatan terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

Gaya

Hasil penelitian terhadap soft skill pimpinan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana menunjukkan bahwa pada kemampuan soft skill manajer keperawatan yang tidak baik dengan motivasi kerja perawat pelaksana yang rendah sebesar 27,8%, pada kemampuan soft skill manajer keperawatan yang tidak baik dengan motivasi kerja perawat pelaksana tinggi sebesar 21,6%, pada kemampuan soft skill manajer keperawatan yang baik dengan motivasi kerja rendah sebesar 12,4%, pada kemampuan soft skill manajer keperawatan baik dengan motivasi kerja perawat pelaksana tinggi sebesar 38,1%.

(20)

hubungan yang signifikan antara kemampuan soft skill manajer keperawatan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan. 4.3.2. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kemampuan Hard Skill Manajer

Keperawatan terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

Hubungan gaya kepemimpinan kemampuan hard skill manajer keperawatan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan disajikan dalam Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Hubungan Gaya Kepemimpinan Kemampuan Hard Skill Manajer Keperawatan terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

(21)
(22)

BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang mencakup gaya kepemimpinan manajer keperawatan dilihat dari kemampuan soft skill dan kemampuan hard skill seorang manajer keperawatan, motivasi kerja perawat pelaksana dan hubungan gaya kepemimpinan manajer keperawatan dengan motivasi kerja perawat pelaksana.

5.1 Hubungan Kemampuan Soft Skill Seorang Manajer Keperawatan terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan soft skill manajer keperawatan memiliki hubungan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana. Soft skill pimpinan yang baik dinilai mampu meningkatkan motivasi kerja bawahanya yang ada di rumah sakit. Hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p= 0,001 (p<0,05) dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan soft skill manajer keperawatan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan.

(23)

kurang jelas dalam memberikan instruksi atau perintah, kurang memfasilitasi kegiatan organisasi, dan kurang efektif mengembangkan tim kerja.

Kemampuan soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (inter-personal skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal skill) yang mampu mengembangkan untuk kerja secara maksimal.

Berdasarkan pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa manajer keperawatan dalam hal tanggung jawab, memotivasi, disiplin, dan berkomunikasi sudah cukup bagus untuk menggerakkan bawahannya. Ini dapat dilihat pada setiap harinya selalu dilakukan apel pagi dan sore yang diharapkan dapat mendisiplinkan perawat diruangan, setiap satu kali seminggu selalu dilakukan rapat bidang keperawatan yang membahas masalah – masalah di ruangan. Disamping itu juga ditemukan bahwa masih ada yang menilai kemampuan soft skill dari manajer keperawatan buruk dalam hal berperilaku asertif dan berempati terhadap perawat pelaksana.

(24)

keteguhan hati, kemampuan untuk dapat bekerjasama, membantu orang lain, dan sebagainya. Dengan memiliki soft skills, setiap individu akan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan tanggap terhadap kondisi dan situasi sekitarnya sehingga dapat berfikir, berucap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dimana seseorang hidup dan juga di lingkungan kerjanya.

Sedangkan sebagian besar responden menyatakan motivasi kerja perawat pelaksana berada pada kategori tinggi sebesar 92.8%. Dengan nominasi motivasi perawat pelaksana dalam kategori sedang pada faktor prestasi, tanggung jawab, supervisi, rekan kerja dan lingkungan kerja, sedangkan dominasi motivasi perawat pelaksana dengan kategori tinggi pada faktor penghasilan dan pengembangan diri.

Hasil analisis distribusi responden berdasarkan lama kerja lebih banyak pada kategori 10 – 15 tahun sebesar 48,4%. Menurut Siagian (1999), bahwa seseorang yang sudah lama bekerja pada satu organisasi tidak identik dengan produktivitas yang tinggi. Orang yang masa kerjanya lama tidak berarti bahwa yang bersangkutan memiliki tingkat kemangkiran yang rendah, dimana perawat pelaksana cenderung pada rutinitas pekerjaan yang telah lama dijalani, dan kurang termotivasi dalam menerima suatu perubahan.

(25)

oleh Islami dan Ferdinand (2012) yang menyatakan soft skill berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penjualan, semakin tinggi soft skill maka semakin tinggi pula kinerja yang dihasilkan. Hal ini sesuai juga dengan penelitian Diana (2006) yang meneliti tentang faktor kepuasan kerja dan kepemimpinan dengan motivasi kerja karyawan, didapatkan hasil cukup baik atau mempunyai hubungan cukup baik artinya mempunyai korelasi atau hubungan positif.

Menurut Tomatala (2006), bahwa salah satu upaya yang dapat memotivasi seseorang adalah melalui sentuhan psikologi, pemimpin dapat membuat gerakan motivasi dengan sentuhan psikologis kepada orang – orang yang dipimpinnya. Sentuhan psikologis dapat berupa pujian atau teguran sesuai kondisi langsung yang ditemukan pemimpin pada setiap pegawainya. Motivasi psikologis yang diberikan dengan tulus akan memberi dorongan yang kuat bagi bawahan untuk bergerak maju, memperbaiki diri dan bekerja dengan lebih baik.

Penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan dapat mempengaruhi karyawan untuk melakukan pekerjan sesuai dengan apa yang diinginkan (Rivai dkk, 2008). Pengaruh yang diberikan oleh seorang pemimpin kepada bawahanya dapat dilihat dari pendekatan perilaku, sikap dan keterampilan yang dimiliki (Ilyas, 2012).

(26)

baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta berhubungan dengan Sang Pencipta. Soft skills sangat diperlukan untuk kecakapan hidup seseorang. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Kaipa dan Milus (2005) bahwa soft skills adalah kunci untuk meraih kesuksesan, termasuk di dalamnya kepemimpinan, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik, komunikasi, kreativitas, kemampuan presentasi, kerendahan hati dan kepercayaan diri, kecerdasan emosional, integritas, komitmen, dan kerjasama.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa soft skills merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan-kemampuan ini hanya dapat dilihat jika orang tersebut mau menerapkannya dalam kehidupannya. Kemampuan - kemampuan yang dimaksud bukan kemampuan akademis yang tinggi, tetapi kemampuan interaksi sosial yang baik, kemampuan untuk bergaul, mampu berbicara di depan umum, dan lain-lain.

5.2Hubungan Kemampuan Hard Skill Seorang Manajer Keperawatan terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana

(27)

Kemampuan hard skill manajer keperawatan di RSUD Kota Padangsidimpuan dinilai sudah cukup baik, ini dapat dilihat dilapangan bahwa manajer keperawatan sudah menjalankan tugas – tugasnya secara tekhnis, seperti menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan secara keseluruhan baik dalam jumlah maupun kualifikasi, menyusun program pengembangan staf keperawatan sesuai kebutuhan pelayanan di rumah sakit, menyusun program mutasi tenaga keperawatan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan jadwal dinas telah terjadwal dengan baik dan disusun oleh bidang keperawatan bekerja sama dengan kepala ruangan. Dilapangan juga ditemukan bahwa masih ada yang menilai hard skill dari manajer keperawatan buruk dalam hal pengawasan, yaitu proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusunnya.

Kemampuan hard skill adalah semua hal yang berhubungan dengan pengayaan teori yang menjadi dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan. Hard skill dapat dinilai dari technical test atau practical test, Menurut Utomo (2010) Hard skill adalah kemampuan teknis yang dimiliki oleh seorang pimpinan dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. Hard skill seorang pemimpin berhubungan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai dengan bidang ilmunya.

(28)

dalam mengidentifikasi, menumbuhkan dan mengarahkan motivasi perawat agar mau antusias dalam bekerja, karena pimpinan yang mengalami kontak langsung dengan staf di ruangan dan yang akan mengarahkan pekerjaan sesuai tugas dan fungsi staf di ruangan.

Menurut peneliti kemampuan hard skill seorang manajer keperawatan sangat dibutuhkan dalam membangun motivasi kerja perawat pelaksana, karena dengan kemampuan hard skill yang dimiliki seorang manajer dapat merencanakan, mengorganisasikan, menyediakan informasi, mengatasi konflik, mengawasi, membimbing, mengevaluasi dan memberikan penghargaan kepada bawahannya. Dengan demikian, memungkinkan para bawahan meningkatkan semangat kerjanya untuk mencapai kebutuhan akan prestasi, afiliasi dan kekuasaan yang diinginkan. Hal ini merupakan daya penggerak untuk memotivasi karyawan dalam mengerahkan semua potensi yang dimilikinya.

(29)

adalah lulusan Diploma Keperawatan, pihak manajemen perlu mengalokasikan dana sekaligus memberi izin tugas belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Wursanto (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan semangat kerja pegawai agar bekerja lebih giat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rohmawati (2006), ada hubungan signifikan antara pelaksanaan asuhan keperawatan yang baik dengan fungsi perencanaan kepala ruangan yang efektif (p value=0,001). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Islami dan Ferdinand (2012), dimana hasil penelitian menyatakan bahwa hard skill berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penjualan. Semakin tinggi hard skill yang dimiliki maka semakin tinggi pula kinerja yang dihasilkan.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat membina hubungan antar manusia, meliputi kemampuan bekerja sama dengan orang lain, termasuk memotivasi dan menerapkan kepemimpinan yang efektif. Hasibuan (2010) dalam bukunya menguraikan bahwa motivasi harus diberikan pimpinan terhadap bawahannya karena sering kali ada bawahan yang mampu mengerjakan pekerjaanya tetapi ia malas atau kurang bergairah untuk mengerjakannya.

(30)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian, rumusan hipotesis dan uraian hasil. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan soft skill (motivasi, komunikasi, disiplin, kreativitas, inisiatif) seorang manajer keperawatan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan hard skill (keterampilan teknis) seorang manajer keperawatan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Kota Padangsidimpuan.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada beberapa pihak yang terlibat dalam upaya meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana, yaitu:

1. Rumah Sakit

(31)

bagi yang berprestasi, memberlakukan sistem jenjang karir dan meningkatkan pendidikan secara formal maupun non formal.

2) Manajer keperawatan hendaknya lebih meningkatkan motivasi bagi perawat pelaksana dengan rincian tugas yang jelas serta pemberian tanggung jawab masing – masing pada bawahannya.

2. Peneliti selanjutnya

Gambar

Tabel 3.1. Jumlah Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden
Tabel 4.1 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan harga pokok sewa kamar Hotel Pelangi Malang adalah dengan cara mengidentifikasikan biaya sumber daya dan aktivitas, membebankan biaya sumber daya pada

Upaya guru dalam mengembangkan potensi nilai moral peserta didik di kelas I MI. Irsyaduth Thullab Tedunan dan MI. Mabda’ul Huda Kedungkarang dengan melalui metode observasi,

Kedua, Menganalisis setiap sub bab yang terkandung dalam buku teks, (3) menyajikan hasil analisis, (4) Interpetasi temuan hasil analisis dengan menggunakan kriteria

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (uji signifikansi simultan) dapat disimpulkan bahwa pergantian manajemen, financial distress , ukuran KAP, dan opini audit

Acute Kidney Injury Following Cardiac Surgery - Incidence, Risk Factors, Association With Other Perioperative Complications, Survival, and Renal Recovery..

Dari hasil analisis, perancangan, dan implementasi program aplikasi untuk menentukan bantuan dana rekonstruksi gempa menggunakan logika kabur dengan inferensi metode Tsukamoto,

”Windor GlassCo”, merupakan suatu perusahaan kaca yang memproduksi kusen alumunium dan kusen kayu dengan berbagai ukuran. Untuk menghasilkan produk itu diperlukan 3 macam

Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan minyak kelapa