• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016 Chapter III VI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei dengan pendekatan potong lintang (cross sectional), yang bertujuan menganalisis tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kemandirian lanjut usia meliputi: usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan fisik, kondisi kesehatan mental dan aktivitas sosial, dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu) (Sugiyono, 2013).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Aek Raru wilayah kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia berjumlah 207 orang di desa Aek Raru wilayah kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara (data puskesmas tahun 2015).

3.3.2 Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis proporsi populasi tunggal sebagai berikut : (Lemeshow,1997)

2

(3)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari sumber datanya dengan cara wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan atau dokumen dari Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara serta data-data lainnya yang mendukung data hasil penelitian.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan, agar layak digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas dalam suatu penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di Desa Sionggoton dengan jumlah 30 orang.

a. Uji Validitas

(4)

ketentuan nilai koefisien korelasi (r) >0,361, maka butir instrumen tersebut dikatakan valid (Hidayat, 2010).

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien cronbach alpha, apabila nilai cronbach alpha > 0,60, maka alat ukur tersebut reliabel.

Tabel 3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

No Item Pertanyaan rtabel rhitung Ket 10 Pertanyaan kesehatn fisik no10 0,3610 0,708 Valid 11 Pertanyaan kesehatn fisik no11 0,3610 0,673 Valid 12 Pertanyaan kesehatn fisik no12 0,3610 0,784 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,953

(5)

14 Pertanyaan kesehatn Mental 14 0,3610 0,751 Valid

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No Item Pertanyaan rtabel rhitung Ket

Cronbach’s Alpha = 0, ,958

1 Pertanyaan aktifitas sosial no 1 0,3610 0,755 Valid 2 Pertanyaan aktifitas sosial no 2 0,3610 0,727 Valid 3 Pertanyaan aktifitas sosial no 3 0,3610 0,678 Valid 4 Pertanyaan aktifitas sosial no 4 0,3610 0,854 Valid 5 Pertanyaan aktifitas sosial no 5 0,3610 0,850 Valid 6 Pertanyaan aktifitas sosial no 6 0,3610 0,775 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,953

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas diperoleh hasil bahwa nilai corrected item total correlation lebih besar dari 0,3610, sehingga pertanyaan

masing-masing variabel dikatakan valid. Selain itu berdasarkan nilai cronbach’s alpha diperoleh nilai > 0,6 sehingga dapat diketahui bahwa pertanyaan reliabel.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel penelitian terdiri dari variabel independen yaitu usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan fisik, kondisi kesehatan mental dan aktivitas sosial dan variabel dependen yaitu kemandirian lansia.

3.5.2 Definisi Operasional

(6)

2. Jenis Kelamin adalah ciri yang membedakan lanjut usia antara laki-laki dengan perempuan.

3. Kesehatan fisik adalah seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal pada lanjut usia.

4. Kesehatan mental adalah kondisi selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan pada lanjut usia.

5. Aktivitas Sosial adalah keaktifan lansia dalam berbagai kegiatan sosial.

6. Kemandirian lansia adalah kemampuan atau keadaan dimana individu (lanjut usia) mampu mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri dalam kehidupan sehari-hari tanpa bergantung dengan orang lain. Kemandirian di ukur menggunakan indeks Katz dalam Kushariyadi (2012) berdasarkan pada evaluasi 6 pertanyaan seperti: makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur dan mengontrol buang air besar/buang air kecil.

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Independen

(7)

1. Usia adalah lama waktu hidup lanjut usia yang dihitung dari sejak lahir sampai ulang tahun terakhir yang dihitung berdasarkan tahun, berdasarkan skala ordinal umur dibagi atas :

0 = 60-74 tahun 1 = 75-90 tahun

2. Jenis kelamin adalah ciri yang membedakan lanjut usia antara laki-laki dengan perempuan, berdasarkan skala nominal jenis kelamin dibagi atas :

0 = Laki-laki 1 = Perempuan

3. Kesehatan fisik, pengukuran variabel kesehatan fisik terhadap kemandirian lanjut usia berdasarkan skala ordinal, dari 12 pernyataan yang diajukan, dengan menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban:

Ya diberi skor 0 Tidak diberi skor 1

Dikategorikan menjadi 2 (baik, tidak baik) dengan skor sebagai berikut : 1 = Baik, jika responden menjawab dengan skor 0-5

0 = Tidak Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-12

4. Kesehatan mental, pengukuran variabel kesehatan mental terhadap kemandirian lanjut usia berdasarkan skala ordinal, dari 14 pernyataan yang diajukan, dengan menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban:

(8)

Tidak diberi skor 0

Dikategorikan menjadi 2 (baik, tidak baik) dengan skor sebagai berikut : 1 = Baik, jika responden menjawab dengan skor 7-14

0 = Tidak Baik, jika responden menjawab dengan skor 0-6

5. Aktivitas Sosial, pengukuran variabel aktivitas sosial terhadap kemandirian lanjut usia berdasarkan skala ordinal, dari 6 pernyataan yang diajukan, dengan menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban:

Ya diberi skor 1 Tidak diberi skor 0

Dikategorikan menjadi 2 (baik, tidak baik) dengan skor sebagai berikut : 1 = Baik, jika responden menjawab dengan skor 3-6

0 = Tidak Baik, jika responden menjawab dengan skor 0-2 3.6.2 Variabel Dependen (Kemandirian Lansia)

Pengkajian menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (mengontrol buang air besar dan buang air kecil),

berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Pengukuran tingkat kemandirian pada kondisi ini mengacu kepada Indeks Katz dalam Kushariyadi (2012) :

1. Mandi (spon, pancuran, bak)

(9)

bantuan lebih dari satu bagian tubuh, bantuan diberikan saat masuk dan keluar dari kamar mandi atau tidak mampu mandi sendiri.

2. Berpakaian

Mandiri : mengambil pakaian dari rak lemari (memakai dan melepaskan pakaian), mengikat (mengatur pengikat dan melepas ikatan). Tergantung/tidak mandiri : tidak mampu memakai pakaian atau sebagian tidak mampu memakai pakaian 3. Ke kamar kecil (toilet)

Mandiri : mampu masuk dan keluar dari kamar kecil, membersihkan organ ekskresi. Tergantung/tidak mandiri : menerima bantuan dari orang lain saat masuk dan keluar dari kamar kecil.

4. Berpindah

Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur secara mandiri serta berpindah tempat duduk dan bangkit dari kursi secara mandiri. Tergantung/tidak mandiri : bantuan dari orang lain saat naik atau turun dari tempat tidur atau kursi.

5. Kontinen ( mengontrol buang air besar dan buang air kecil)

Mandiri : Berkemih (buang air kecil) dan defekasi (buang air besar) dikontrol sendiri. Tergantung/tidak mandiri : Inkontinesia parsial atau total pada perkemihan (buang air kecil) dan defekasi (buang air besar).

6 Makan

(10)

Klasifikasi tingkat kemandirian lansia : 1 = Mandiri : jika skor 6.

0 = Tidak mandiri : jika skor 0-5.

3.7 Metode Analisis Data

Pengolahan data akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui secara deskriptif variabel yang diteliti dan disajikan dalam table distribusi frekuensi untuk mengetahui karakteristik dan distribusi data.

2. Analisis Bivariat dilakukan mengetahui hubungan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menggunakan uji Chi Square ( 2) dengan tingkat kemaknaan p<0,05.

(11)

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Desa Aek Raru berada di kecamatan Simangambat kabupaten Padang Lawas Utara yang memiliki luas 8.547 Ha yang terdiri dari pemukiman, perkebunan, kuburan, luas taman dan prasarana umum lainnya. Batas wilayah desa Aek Raru adalah :

a) Sebelah Timur : Desa Simangambat Jae b) Sebelah Barat : Desa Jabi-jabi

c) Sebelah Selatan : Desa Simangambat Julu d) Sebelah Utara : Desa Mandasip

4.1.2 Kependudukan dan Fasilitas Kesehatan

Jumlah penduduk desa Aek Raru adalah 7.004 orang yang terdiri dari laki-laki 3.517 orang dan perempuan 3.487 orang dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.602. Fasilitas kesehatan yang tersedia di desa ini adalah puskesmas Langkimat dan polindes desa Aek Raru. Jarak dari desa Aek Raru ke Puskesmas Langkimat sejauh 3 Km.

4.2 Analisa Univariat

(12)

4.2.1 Kemandirian Lanjut Usia

Berdasarkan penelitian, kemandirian lanjut usia di desa Aek Raru wilayah kerja puskesmas Langkimat kecamatan Simangambat kabupaten Padang Lawas Utara dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Kemandirian Lanjut Usia Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat

Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kemandirian Lanjut Usia Jawaban Total

Ya % Tidak %

(13)

Tabel 4.2 Distribusi Kategori Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kemandirian Lanjut Usia Jumlah % puskesmas Langkimat kecamatan Simangambat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Karakteristik Responden Jumlah %

1 Umur

(14)

4.2.3 Kesehatan Fisik Lanjut Usia

Tabel 4.4 Distribusi Kesehatan Fisik Lanjut Usia Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kesehatan Fisik Jawaban Total

Ya % Tidak %

1 Mengalami gangguan tekanan darah dalam tiga bulan terakhir

41 66,1 21 33,9 62

2 Mengalami penurunan nafsu makan/malas makan dalam tiga bulan terakhir

16 25,8 46 74,2 62

3 Mengalami gangguan pada kepala dalam tiga bulan terakhir

7 Mengalami gangguan pada dada dalam tiga bulan terakhir

9 Mengalami masalah pencernaan atau sering bab dalam tiga bulan

11 Ketergantungan obat untuk kehidupan sehari-hari dalam tiga bulan terakhir

37 59,7 25 40,3 62

12 Mengalami gangguan tidur dalam tiga bulan terakhir

40 64,5 22 35,5 62

(15)

lansia (25,8%) yang mengalami penurunan nafsu makan/malas makan dalam tiga bulan terakhir. Kemudian sebanyak 40 orang lansia (64,5%) mengalami gangguan pada kepala dalam tiga bulan terakhir, sebanyak 38 orang lansia (61,3%) yang mengalami gangguan pada hidung dalam tiga bulan terakhir, sebanyak 38 orang lansia (61,3%) yang mengalami gangguan pada telinga dalam tiga bulan terakhir.

Selain itu, sebanyak 19 orang lansia (30,6%) mengalami gangguan pada leher dalam tiga bulan terakhir, sebanyak 40 orang lansia (64,5%) mengalami gangguan pada dada dalam tiga bulan terakhir dan sebanyak 35 orang lansia (56,5%) mengalami gangguan pada punggung dalam tiga bulan terakhir. Kemudian, sebanyak 39 orang lansia (62,9%) mengalami masalah pencernaan atau sering bab dalam tiga bulan terakhir. Sebanyak 37 orang lansia (59,7%) mengalami nyeri saat buang air kecil dalam tiga bulan terakhir, sebanyak 37 orang lansia (59,7%) mengalami ketergantungan obat untuk kehidupan sehari-hari dalam tiga bulan terakhir, serta sebanyak 40 orang lansia (64,5%) mengalami gangguan tidur dalam tiga bulan terakhir.

Tabel 4.5 Distribusi Kategori Kesehatan Fisik Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kategori Kesehatan Fisik Jumlah %

1 Baik 24 38,7

2 Tidak Baik 38 61,3

(16)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa lansia yang memiliki kesehatan fisik baik sebanyak 24 orang (38,7%) dan lansia yang memiliki kesehatan fisik yang tidak baik sebanyak 38 orang (61,3%).

4.2.4 Kesehatan Mental Lanjut Usia

Tabel 4.6 Distribusi Kesehatan Mental Lanjut Usia Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kesehatan Mental Jawaban Total

Ya % Tidak %

1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani

7 Memilih tinggal dirumah dari pada melakukan aktifitas diluar

(17)

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat sebanyak 34 orang (54,8%) responden tidak merasa puas dengan kehidupan yang dijalani. Sebanyak 34 orang (54,8%) meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitasnya, sebanyak 35 orang (56,5%) sering merasa bosan, sebanyak 31 orang (50%) diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan, serta sebanyak 34 orang (54,8%) merasa takut sesuatu akan terjadi pada dirinya.

Selain itu, sebanyak 34 orang (54,8%) sering kali merasa tidak berdaya dalam menjalani hidup. Sebanyak 34 orang (54,8%) memilih tinggal dirumah dari pada melakukan aktifitas diluar rumah, kemudian sebanyak 40 orang (64,5%) mempunyai masalah daya ingat, sebanyak 36 orang (58,1%) berpikir bahwa hidup ini tidak menyenangkan sekarang, serta sebanyak 33 orang (53,2%) merasa tidak bahagia dengan kehidupan sekarang. Sebanyak 38 orang (61,3%) merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru, selain itu sebanyak 37 orang (59,7%) seringkali menjadi kesal dengan hal yang sepele. Hanya sebanyak 37 orang (59,7%) sering kali merasa ingin menangis dan sebanyak 36 orang (58,1%) tidak menikmati tidur/istirahat.

Tabel 4.7 Distribusi Kategori Kesehatan Mental Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kategori Kesehatan Mental Jumlah %

1 Baik 25 40,3

2 Kurang Baik 37 59,7

(18)

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sebanyak 25 orang (40,3%) memiliki kesehatan mental baik dan sebanyak 37 orang (59,7%) memiliki kesehatan mental kurang baik.

4.2.5 Aktifitas Sosial Lanjut Usia

Tabel 4.8 Distribusi Aktifitas Sosial Lanjut Usia Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Aktifitas Sosial f %

1 Melaksanakan ibadah wajib secara rutin sesuai kepercayaan masing-masing

a. Ya 33 53,2

b. Tidak 29 46,8

Total 62 100

2 Membaca kitab suci minimal 1 kali sehari

a. Ya 35 56,5

b. Tidak 27 43,5

Total 62 100

3 Melaksanakan ibadah lain selain ibadah wajib

a. Ya 45 85,5

b. Tidak 17 14,5

Total 62 100

4 Dimana bapak/ibu melaksanakan ibadah wajib

a. masjid 21 33,9

b. Gereja 0 0

c. Rumah 21 33,9

d. Tidak Melaksanakan 20 32,3

Total 62 100

5 Dimana bapak/ibu mengikuti ceramah agama

a. Mesjid 21 33,9

b. Gereja 0 0

c. Perwiritan 16 25,8

d. Tidak Pernah 25 40,3

(19)

Tabel 4.8 (Lanjutan)

No Aktifitas Sosial f %

6 Apakah bapak/ibu bersedekah

a. Ya 39 62,9

b. Tidak 23 37,1

Total 62 100

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 33 orang (53,2%) melaksanakan ibadah wajib secara rutin sesuai kepercayaan masing-masing, sebanyak 35 orang (56,5%) membaca kitab suci minimal satu kali sehari, selain itu sebanyak 45 orang (72,6%) melaksanakan ibadah lain selain ibadah wajib. Sebanyak 21 orang (33,9%) melaksanakan ibadah wajib di masjid, sebanyak 16 (25,8%) mengikuti ceramah agama di perwiritan serta sebanyak 39 orang (62,9%) bersedekah.

Tabel 4.9 Distribusi Kategori Aktifitas Sosial Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kategori Aktifitas Sosial Jumlah %

1 Baik 27 43,5

2 Kurang Baik 35 56,5

Total 62 100

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat sebanyak 27 orang (43,5%) memiliki aktifitas sosial baik, sedangkan sebanyak 35 orang (56,5%) memiliki aktifitas sosial kurang baik.

4.3 Analisa Bivariat

(20)

sosial) dan variabel dependen (kemandirian lanjut usia). Untuk mengetahui hubungan antar variabel maka dijelaskan melalui perincian masing-masing kategori faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian lanjut usia dengan tingkat kemandirian lanjut usia disajikan dalam tabel silang (cross-tab) dengan menggunakan uji chi square.

4.3.1 Hubungan Usia dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Analisis hubungan usia dengan kemandirian lanjut usia dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Hubungan Usia dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Usia

(21)

Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan Chi Square pada tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,511 (p > 0,05) sehingga Ho diterima. Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan kemandirian lansia.

4.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Analisis hubungan jenis kelamin dengan kemandirian lanjut usia dapat dilhat pada Tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 30 orang lansia yang berjenis kelamin laki-laki yang mandiri sebanyak 14 orang (46,7%) dan yang tidak mandiri sebanyak 16 orang (53,3%) sedangkan dari 32 orang lansia yang berjenis kelamin perempuan yang mandiri sebanyak 5 orang (15,6%) dan yang tidak mandiri sebanyak 27 orang (84,4%).

(22)

4.3.3 Hubungan Kesehatan Fisik dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Analisis hubungan kesehatan fisik dengan kemandirian lanjut usia dapat dilhat pada Tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12 Hubungan Kesehatan Fisik dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan

Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kesehatan Fisik memiliki kesehatan fisik baik yang mandiri sebanyak 12 orang (50%) dan yang tidak mandiri sebanyak 12 orang (50%) sedangkan dari 38 orang lansia yang memiliki kesehatan fisik tidak baik yang mandiri sebanyak 7 orang (18,4%) dan yang tidak mandiri sebanyak 31 orang (81,6%).

(23)

4.3.4 Hubungan Kesehatan Mental dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Analisis hubungan kesehatan mental dengan kemandirian lanjut usia dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13 Hubungan Kesehatan Mental dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Kesehatan Mental kesehatan mental baik yang mandiri sebanyak 12 orang (48%) dan yang tidak mandiri sebanyak 13 orang (52%), sedangkan dari 37 orang lansia yang memiliki kesehatan mental tidak baik yang mandiri sebanyak 7 orang (18,9%) dan yang tidak mandiri sebanyak 30 orang (81,1%).

(24)

4.3.5 Hubungan Aktifitas Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Analisa hubungan aktifitas sosial dengan kemandirian lanjut usia dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14 Hubungan Aktifitas Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Aktifitas Sosial aktifitas sosial baik yang mandiri sebanyak 13 orang (48,1%) dan yang tidak mandiri sebanyak 14 orang (51,9%), sedangkan dari 35 orang lansia yang memiliki aktifitas sosial tidak baik yang mandiri sebanyak 6 orang (17,1%) dan yang tidak mandiri sebanyak 29 orang (82,9%).

Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan Chi Square pada tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,009 (p < 0,05) sehingga Ho ditolak. Artinya ada hubungan yang bermakna antara aktifitas sosial dengan kemandirian lansia. 4.4 Analisis Multivariat

(25)

hubungannya dengan variabel dependen. Variabel independen yang memenuhi kriteria untuk dimasukkaan dalam analisis multivariat adalah variabel independen yang memiliki nilai p < 0,25. Dalam penelitian ini variabel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam regresi logistik berganda adalah variabel jenis kelamin, kesehatan fisik, kesehatan mental, dan aktifitas fisik . Tahap selanjutnya keempat variabel ini dimasukkan menjadi kandidat untuk dilakukan analisis multivariat.

Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan model terbaik untuk menentukan variabel dominan yang berhubungan dengan kemandirian lansia dengan metode enter seperti pada tabel 4.15 berikut :

Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lanjut Usia Di Desa Aek Raru Wilayah

Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

No Variabel Independen B Sig. Exp (B)

1 Jenis Kelamin -1,526 0,038 0,217

2 Kesehatan Fisik 1,905 0,011 6,722

3 Kesehatan Mental 1,380 0,059 3,974

4 Aktifitas Sosial 1,642 0,024 5,165

Constant -0,971

(26)

Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda, juga dapat diketahui bahwa variabel dominan pada penelitian ini adalah variabel kesehatan fisik, karena variabel ini memiliki nilai Exp(B) yang paling besar, yaitu 6,722. Artinya, lansia yang memiliki kesehatan fisik baik 6,72 kali lebih mandiri dibanding lansia yang memiliki kesehatan fisik kurang baik.

Berdasarkan hasil regresi logistik berganda maka dapat diketahui model persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :

Y = - 4,022 + 1,526 X1 + 1,905 X2 + 1,380 X3 + 1,642 X4

Keterangan : Y : Kemandirian Lansia X1 : Jenis Kelamin

X2 : Kesehatan Fisik

X3 : Kesehatan Mental

X4 : Aktifitas Sosial

Dengan demikian, probabilitas untuk kemandirian lansia adalah sebagai berikut:

P = =

Bila jenis kelamin perempuan, kesehatan fisik kurang baik, kesehatan mental kurang dan aktifitas sosial kurang baik maka probabilitas kemandirian lansia adalah :

Y = - 4,022 + 1,9526 (0)+ 1,905 (0)+ 1,380 (0)+ 1,642 (0) = -0,971

(27)
(28)

5.1 Hubungan Usia dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p= 0,338 hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar usia dengan kemandirian lanjut usia di desa Aek Raru, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Dewi (2013) yang mengatakan ada hubungan antara usia dengan kemandirian lanjut usia. dimana semakin meningkatnya usia maka semakin berkurangnya kemampuan lansia dalam beraktifitas sehari-hari.

Namun hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rinajumita (2011) yang mengatakan tidak ada hubungan antara usia lansia dengan kemandirian lanjut usia di kecamatan Payakumbuh Utara. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Syurandhari (2015). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Komnaslansia (2005) yang mengatakan dengan meningkatnya usia maka secara alamiah akan terjadi penurunan kemampuan fungsi untuk merawat diri sendiri maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, dan akan semakin bergantung pada orang lain.

(29)

kondisi kesehatan fisik lansia yang memang sudah terganggu, keadaan mental lansia yang juga kurang baik, serta aktifitas sosialnya yang masih kurang di masyarakat. Dari 32 lansia yang berumur 60-74 tahun sebanyak 21 lansia tidak mandiri serta dari 30 lansia yang berumur 75-90 tahun sebanyak 22 lansia tidak mandiri. Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh informasi lansia yang brumur 75-90 tahun lebih banyak mengalami gangguan tekanan darah, gangguan pada leher selain itu juga kebanyakan lansia yang berumur 75-90 tahun banyak mengalami gangguan tidur, serta mengalami ketergantungan obat, gangguan punggung.

Lansia yang telah memasuki usia 60 tahun keatas adalah lansia resiko tinggi. Hal ini akan menghalangi penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian lansia. Tidak mandirinya lansia ini disebabkan umur lansia. Masa pensiun lansia yang terjadi saat umur semakin tua menyebabkan menurunnya pendapatan lansia.

Jika dilihat dari umur lansia, sebenarnya lansia masih produktif namun karena keadaan lansia yang tidak mandiri ini disebabkan karena rendahnya pendidikan lansia, pembatasan umur dalam bekerja dan kecakapan/ kecekatan dalam bekerja membuat mereka tidak mencari pekerjaan. Pekerjaan yang bisa dilakukan lansia di desa Aek Raru antara lain memperbaiki kerusakan ringan dirumah, membantu pekerjaan rumah tangga, serta menjaga cucu (Sulandari, 2009).

(30)

5.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan chi square diperoleh nilai p = 0,008, hal ini berarti bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemandirian lanjut usia di desa Aek Raru wilayah kerja puskesmas Langkimat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Dewi (2013) yang juga mengatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemandirian lanjut usia. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rinajumita (2011) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kemandirian lanjut usia.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Darmojo (2004), bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kamandirian lansia. Lansia laki-laki memiliki tingkat ketergantungan lebih besar dibandingkan wanita, dan ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kehidupan dalam susunan keluarga (family living arrangement) dapat dilihat bahwa wanita lebih banyak yang mandiri. Dapat dilihat

dalam masyarakat bahwa lebih banyak wanita yang ditinggalkan suaminya, yang dapat membesarkan anak-anaknya sampai berhasil.

(31)

pekerjaan rumah. Hal ini dipengaruhi oleh tradisi daerah setempat, dimana laki-laki hanya bertugas mencari uang sedangkan untuk pekerjaan yang menyangkut mengurus rumah dan keluarga adalah tanggung jawab istri sebagai ibu rumah tangga.

Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan wanita. Misalnya: lansia laki-laki sering menderita sakit hipertrofi prostat, maka wanita mungkin menghadapi osteoporosis. Berdasarkan hasil

penelitian juga diperoleh bahwa lansia laki-laki cenderung mengalami gangguan pada kepala, hidung, dada, pencernaan, nyeri buang air dan ketergantungan obat dalam tiga bulan terakhir dibanding perempuan. Untuk lansia perempuan, cenderung mengalami gangguan kesehatan berupa tekanan darah, gangguan nafsu makan, gangguan pada telinga, gangguan pada leher, punggung, pencernaan dan gangguan tidur.

Pada lansia perempuan, datangnya menopause bagi perempuan akan menimbulkan perasaan tidak berguna, karena mereka tidak dapat bereproduksi lagi. Inti dari kewanitaan adalah keberhasilan seorang wanita untuk mengisi peranannya sebagai seorang ibu dan seorang istri. Dengan asumsi tersebut menopause merupakan kejadian paling penting dan yang paling banyak menimbulkan masalah bagi wanita.

5.3 Hubungan Kesehatan Fisik dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

(32)

sedangkan responden tidak mandiri dengan kesehatan fisik tidak baik sebanyak 31 orang. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia (p < 0,05). Berdasarkan hasil uji bivariat diperoleh nilai p = 0,009 , hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara kesehatan fisik dengan kemandirian lanjut usia di Desa Aek Raru.

Berdasarkan hasil penelitian secara umum kondisi gangguan kesehatan fisik yang dirasakan oleh responden yaitu tekanan darah (66,1%) dimana responden banyak mengalami penyakit tekanan dara tinggi, gangguan kepala (64,5%) seperti pusing dan sakit kepala, gangguan hidung (61,3%) seperti flu dan sinusitis, gangguan telinga berupa kemampuan pendengaran menurun (61,3%), dada seperti sesak nafas(64,5%), punggung (56,5%) seperti nyeri, masalah pencernaan (62,9%) seperti sering BAB (diare), nyeri saat buang air kecil dan ketergantungan obat (59,7%) serta mengalami gangguan tidur (64,5%).

(33)

Kesehatan fisik orang lanjut usia sangat berpengaruh terhadap kemandirian karena tingkat kesehatan mengalami perubahan yang bersifat sangat umum seperti waktu respon yang lambat yang menyebabkan lanjut usia kurang percaya diri sehingga mereka tergantung pada orang lain. Hal ini disebabkan kemampuan motorik, termasuk perubahan kekuatan fisik dan kecepatan dalam bergerak, bertambahnya waktu yang diperlukan untuk belajar ketrampilan, konsep dan prinsip baru dan ada kecenderungan sikapnya menjadi canggung dan kikuk (Hurlock,1994)

Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Kondisi kesehatan mental lanjut usia menunjukkan bahwa pada umumnya lanjut usia di daerah tersebut tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Lansia merasa tidak senang dan bahagia dalam masa tuanya, karena berbagai kebutuhan hidup dasar tidak terpenuhi, dan merasa sangat sedih, sangat kawatir terhadap keadaan lingkungannya. Dalam sosialisasi terkait urusan di masyarakat kurang aktif (Suryani 1999 diacu dalam Suhartini 2009).

Masalah umum yang dialami lanjut usia berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2010 dimana angka kesakitan penduduk usia 55 tahun keatas masih tinggi yaitu sebesar 31,11% (Depkes RI, 2010).

(34)

melalui keadaan yang diadakan di lingkungan tempat tinggalnya akan merasa dihargai, lebih semangat dan bergairah dalam hidupnya (Suwarti, 2004).

5.4 Hubungan Kesehatan Mental dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Menurunnya kondisi mental ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif. Zainudin (2002). Berdasarkan hasil penelitian mayoritas lanjut usia pada kategori kesehatan mental tidak baik terhadap kemandirian lanjut usia. Hasil uji bivariat dengan uji statistik chi square menunjukkan variabel kesehatan mental berpengaruh terhadap kemandirian lanjut usia (p = 0,015). Dari data penelitian tentang kesehatan mental menunjukkan sebagian besar lanjut usia di desa Aek Raru adalah pada kategori tidak baik (59,7%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Depkes RI (2000) yaitu Kemunduran psikologis pada lanjut usia juga terjadi yaitu ketidakmampuan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain : sindroma lepas jabatan, sedih yang berkepanjangan. Hubungan antara kesehatan mental dengan kemandirian lansia terjadi karena lansia yang memiliki kesehatan mental baik cenderung mandiri jika dibandingkan dengan lansia yang memiliki kasehatan mental tidak baik. Dari 59,7% lansia yang memiliki kesehatan mental yang tidak baik hanya sebesar 18,9% lansia yang mandiri.

(35)

lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini dikenal apa yang disebut disengagement theory, yaitu berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Dulu hal ini diduga dapat mensukseskan proses menua. Anggapan ini bertentangan dengan pendapat-pendapat sekarang, yang justru menganjurkan masih tetap ada social involvement (keterlibatan sosial) yang dianggap lebih penting dan meyakinkan. Masyarakat sendiri menyambut hal ini secara positif.

Masalah mental yang dialami oleh lansia di desa Aek Raru adalah sebagian besar responden merasa tidak puas dengan kehidupan yang dijalani, selain itu para lansia cenderung meninggalkan kesenangan/minta dan aktifitas yang biasa dilakukan hal ini dikarenakan keadaan fisik lansia yang tidak mendukung, sebagian responden juga merasa bosan karena tidak melaksanakan aktifitas yang berarti, diganggu pikiran yang tidak dapat diungkapkan, lansia juga merasa takut sesuatu akan terjadi padanya, merasa tidak berdaya dalam menjalani hidup serta mempunyai masalah daya ingat lansia juga lebih suka untuk tinggal dirumah dari pada keluar rumah.

(36)

perlahan – lahan. Pada masa tua ini manusia akan mengalami perubahan baik fisik, mental dan sosial. Dari segi mental manusia akan mengalami depresi.

Menurut Subini depresi merupakan gangguan mood yang sering terjadi pada lansia. Depresi bisa terjadi pada lansia disebabkan lansia merasa terasing dari keluarganya dan merasa kesepian. Jika seorang lansia tidak mendapat dukungan dari keluarga mereka akan mengalami episode mayor dari depresi yaitu gambaran melankolis, merasa rendah diri, perasaan tidak berdaya, dan hal yang paling mengancam adalah keinginan untuk bunuh diri. Selain itu juga menurut beberapa ahli lainnya bahwa dukungan dari keluarga sangatlah membantu dalam mencegah dan mengatasi depresi pada lansia. Selain itu menurut Freeman keluarga juga mempunyai tugas dalam pemeliharaan para anggotanya dan saling memelihara dan saling mempertahankan hubungan timbal balik (Astuti, 2010).

5.5 Hubungan Aktifitas Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

(37)

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil riset tim dokter Universitas Harvard, bahwa aktivitas sosial dan kegiatan produktif dapat meningkatkan kualitas, kemampuan dan usia hidup seseorang. Mereka yang lebih aktif secara sosial ternyata lebih sedikit yang meninggal dan lebih mandiri dibanding mereka yang kurang aktif (Depkes RI, 2005).

Aktivitas sosial merupakan salah satu dari aktivitas sehari – hari yang dilakukan oleh lansia. Lansia yang sukses adalah lansia yang mempunyai aktivitas sosial di lingkungannya. Contoh aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas sosial yang dikemukan oleh Marthuranath pada tahun (2004) dalam Activities of Daily Living Scale for Elderly People adalah lansia mampu berinteraksi dengan lingkungan

sekitarnya bersama lansia lainnya atau orang-orang terdekat, menjalankan hobi serta aktif dalam aktivitas kelompok. Aktivitas sosial merupakan kegiatan yang dilakukan bersama dengan masyarakat di lingkungan sekitar (Napitupulu, 2010).

(38)

Kondisi hubungan sosial dan komunikasi lansia yang mandiri hampir seluruhnya berada pada kategori aktif. Mereka yang beragama Islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti beribedah solat di masjid dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh orang lansia saja, tetapi juga dihadiri oleh warga setempat yang belum lansia. Mereka berkumpul bersama untuk melakukan kegiatan tersebut. Kegiatan ini didukung oleh teori pertukaran social dimana mereka melakukan kegiatan yang cara pencapaiannya dapat berhasil jika dilakukan dengan berinteraksi dengan orang lain.

Responden beranggapan jika responden aktif dalam kegiatan sosial, mereka merasa masih dianggap dan dihargai jika ikut dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan. Sebaliknya mereka akan merasa tidak berguna lagi dan merasa tersisihkan jika tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan. Harga diri dan rasa percaya diri mereka akan terus muncul dan keinginan untuk hidup lebih lama akan semakin tinggi.

Selain itu, pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan mengacu pada pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain (Suhartini, 2004). Dalam aktifitas sosial juga perlu berkomuniasi. Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal yang sulit karena lanjut usia memiliki ciri yang kusus dalam perkembangan usinya.

(39)

menurunkan resiko kematian. Lansia sering kehilangan kesempatan partisipasi dan hubungan sosial. Interaksi sosial cenderung menurun disebabkan oleh kerusakan kognitif, kematian teman, fasilitas hidup atau home care (Estelle dkk, 2006)

(40)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Lansia yang mandiri sebanyak 19 orang (30,6%) sedangkan lansia yang tidak mandiri sebanyak 43 orang (69,4%).

2. Faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan kemandirian lansia di desa Aek Raru adalah variabel jenis kelamin, kesehatan fisik, kesehatan mental, dan aktifitas sosial.

3. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kemandirian lansia di desa Aek Raru adalah aktifitas fisik diikuti oleh aktifitas sosial.

4. Faktor yang tidak memiliki hubungan dengan kemandirian lansia di desa Aek Raru adalah variabel usia.

6.2 Saran

1. Disarankan kepada lansia untuk melakukan aktifitas fisik minimal 45 menit sehari seperti jalan santai dan meminimalkan menggunakan kursi roda.

2. Disarankan kepada lansia untuk memeriksakan kesehatan secara rutin sehingga kesehatan fisik lansia bisa dikontrol. Selain itu, lansia seharusnya lebih aktif mengikuti program posyandu lansia yang di adakan oleh puskesmas setempat. 3. Keluarga harus memberi perhatian lebih kepada lansia serta menghargai lansia

(41)

mudah menimbulkan perasaan tersinggung, tidak dihargai dan kurang percaya diri.

4. Bagi lansia harus lebih aktif dalam kegiatan sosial masyarakat sehingga harga diri dan rasa percaya diri lansia terus meningkat dan keinginan untuk hidup lebih lama akan semakin tinggi.

5. Diharapkan petugas kesehatan agar membuat peer group (komunitas sebaya) lansia sehingga lansia dapat lebih aktif melakukan aktifitas sosial serta interaksi sosial antar sesama lansia.

Gambar

Tabel 3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Tabel 4.1 Distribusi Kemandirian Lanjut Usia Berdasarkan Jawaban
Tabel 4.3  Distribusi Karakteristik Lanjut Usia di Desa Aek Raru Wilayah Kerja Puskesmas Langkimat Kecamatan Simangambat  Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diketahuinya faktor penurunan fisik yang mempengaruhi aktivitas seksual pada lansia di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 20103. Diketahuinya faktor penyakit

Apakah Bapak/Ibu mendapatkan informasi tentang pelayanan, dan diagnosa dini terhadap keluhan – keluhan yang dialami oleh bapak/ibu pada saat mengikuti posyandu