BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini mengambil pemilik atau pemimpin UKM sebagai subjek penelitian. Melalui metode ini diharapkan dapat menjelaskan apakah suatu variabel dipengaruhi oleh variabel lainnya.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU yang terletak di Jl. Dr. Mansyur No. 9 B, Kampus Universitas Sumatera Utara (USU), Padang Bulan, Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April 2017.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pemilik atau pemimpin UKM yang terdaftar di Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU sebanyak 160 pelaku usaha/ UKM.
3.3.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode probabilitas (random) dengan teknik snowball sampling
yaitu dengan mengumpulkan sampel dari responden yang berasal dari referensi Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU.
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi keseluruhan
e = persentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel (1%, 5 %, atau 10%)
= 44, 93
Maka jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 45 pelaku usaha/ UKM.
3.4. Hipotesis
Yang menjadi hipotesis penelitian ini yaitu:
Ha :Kapabilitas inovasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perbaikan produk.
Ho :Kapabilitas inovasi tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perbaikan produk.
3.5. Defenisi Konsep
Defenisi konsep yaitu suatu defenisi yang masih berupa konsep dan maknanya masih sangat abstrak walaupun secara intuitif masih bisa dipahami maksudnya. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini peneliti mengemukakan defenisi konsep dari penelitian, yaitu:
Innovation capabilites merupakan kapabilitas yang diperlukan untuk menciptakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan konfigurasi teknologi produk dan proses baru dan mengimplementasikan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan teknologi yang sudah digunakan. Bell (2009) dalam Nugroho, Rizki Adithya. Et, al., (2013).
2. Perbaikan Produk
Service product merupakan sebuah aktifitas timbal-baik (interaksi) dari orang-ke-orang (person-to-person) antara konsumen dan perusahaan. Gustafson dan Johnson (2003) dalam Dhewanto. et,al,. (2015:131).
3.6. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Varia bel
Defenisi Indikator Skala
Kapa bilitas Inovasi
Kapabilitas inovasi merupakan kemampuan atau keahlian yang dimiliki perusahaan dalam
mempertahankan dan
mengembangkan keunggulan perusahaan dengan memformulasikan dan mengimplementasikan suatu strategi inovasi dalam menciptakan atau melakukan perbaikan-perbaikan produk yang inovatif.
1. Kapabilitas sumber daya manusia
2. Penggunaan teknologi 3. Interaksi dengan pihak
luar,
4. Kapabilitas pemasaran,
5. Riset dan
pengembangan.
6. Kapabilitas produksi dan operasi dan,
Likert
Perbai kan Produk
Perbaikan suatu produk adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk memperbaiki, meningkatkan kualitas suatu produk yang digunakan sebagai strategi perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya.
1. Mutu produk 2. Sifat produk 3. Rancangan produk 4. Merek
5. Pengemasan 6. Pembuatan label
Likert
Sumber: Data diolah penulis, 2016 3.7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang mendukung penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagi berikut:
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berasal dari jawaban responden yaitu pemilik atau pimpinan UKM dalam kuesioner maupun wawancara.
Data sekunder diperoleh dari Pusat Inkubator Bisnis UKM Cikal USU dan literatur-literatur pendukung lainnya.
3.8. Teknik Pengukuran Skor
Teknik pengukuran skor dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yang digunakan untuk mengukur respon subyek ke dalam 5 poin skala dengan interval yang sama.
Jawaban setiap item instrument memiliki penentuan skor dari setiap instrumennya, yakni:
Tabel 3.2
Instrument Skala Likert
o
Alternative Jawaban Sk or
SS (Sangat Setuju) 5
S (Setuju) 4
N (Netral) 3
TS (Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
3.9. Teknik Analisis Data
3.9.1. Uji Instrumen
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari para responden yang dilakukan dengan menggunakan pola ukur yang sama. Untuk dapat dikatakan instrumen penelitian yang baik, minimal memenuhi dua uji yaitu uji validitas dan reabilitas.
a. Uji Validitas
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyinggung dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menentukan tingkat keandalan atau keabsahan suatu alat ukur.
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai korelasi adalah korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut
r = ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = jumlah responden uji coba x = skor-skor pada item ke - i y = skor seluruh item uji coba
nilai sig < a 0,05, maka suatu item instrument yang diuji korelasinya adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan (Kurniawan, 2014: 102). Untuk menguji reliabilitas dapat digunakan rumus Spearman Brown, yaitu mengorelasikan skor genap dengan skor ganjil kemudian memasukkan nilai korelasi (r) yang diperoleh kedalam rumus Spearman Brown.
ri =
ri = nilai koefisien reliabilitas r = nilai korelasi
Jika nilai korelasi reliabilitas > 0,6 maka instrument memiliki reliabilitas yang terpercaya
3.9.2. Metode Analisis Data 1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana adalah analisis untuk mengetahui pengaruh variabel bebas, yaitu kapabilitas inovasi terhadap variabel terikat, yaitu perbaikan produk. Adapun persamaan umum regresi linear sederhana adalah :
Y = a+b.X Keterangan :
b = koefisien regresi
x = nilai dari variabel kapabilitas inovasi 2. Pengujian Hipotesis
a. Koefisien Parsial (T)
Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas (X) yaitu kapabilitas inovasi dan variabel terikat (Y) yaitu perbaikan produk secara parsial. Dan hasil perhitungan korelasi dengan SPSS akan memperlihatkan kemungkinan sebagai berikut:
1) Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (r = 0) berarti hubungan kedua variabel yang diuji tidak ada.
2) Koefisien yang diperoleh negative (r = +), berarti kedua variabel negatif dan menunjukan meningkatnya variabel yang satu diikuti menurunnya variabel yang lain. Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut :
Tabel 3.3
Penafsiran atau Interpretasi Angka
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.80 - 1.000 Sangat Tinggi
0.60 - 0.799 Tinggi
0.40 - 0.599 Sedang
0.20 - 0.399 Rendah
Dengan nilai r yang diperoleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui table korelasi. Table korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja atau alternative dapat diterima.
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1. Ho ditolak jika nilai t hitung < t tabel pada tingkat kepercayaan α = 0,05
2. Ha diterima jika nilai t hitung > t tabel pada tingkat kepercayaan α = 0,05
b. Koefisien Determinasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Umum Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU
Universitas Sumatera Utara melalui Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU sejak 1997, berperan membina UKM dengan menggunakan metode „inkubasi‟ UKM yang menjadi binaan disebut UKM „tenant‟. Keberadaan Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU yang merupakan perpanjangan tangan LPPM USU, berfungsi untuk memberikan daya dorong kepada UKM dan sesama lembaga pembinaan UKM lainnya agar mampu melakukan percepatan pengembangan UKM, baik pembinaan secara teknis maupun majerial. Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU merupakan unit pusat layanan yang ditugaskan mengaplikasikan garis besar tugas pokok dari Universitas Sumatera Utara, yaitu „tridharma‟
perguruan tinggi, yang melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdia pada masyarakat.
pengabdian kepada masyarakat. Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU dibangun berdasarkan SK rektor dengan landasan kegiatan inovasi dan teknologi serta bisnis yang dilakukan oleh perguruan tinggi secara berkelanjutan untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat Universitas Sumatera Utara. Kegiatan ini pada awalnya dilakukan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas teknologi tepat guna pada tahun 1997 sampai dengan 2010. Namun pada tahun 2010 berdasarkan SK rektor USU No.2985A/H5.1.R/SK/SDM/2010. Pada poin b, yaitu membuat dan melaksanakan agenda dan topik pengabdian kepada masyarakat, sehingga indikator yang ingini dicapai adalah Pemberdayaan UKM binaan Cikal USU sebanyak 320 pada tahun 2019. Tahun 2010 Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU memfokuskan pembinaannya pada sektor penguatan kapasitas Pembinaan Aspek Legalitas Usaha. Sebagai salah satu unit teknis dari Universitas Sumatera Utara dapat lebih berfungsi melakukan berbagai pembinaan UKM di Sumatera Utara dalam memperkuat daya saing produk UKM.
4.1.2 Kegiatan Layanan dan Produksi
Pelayanan dan produksi yang diberikan Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU serta alumni USU diberikan pada UKM Tenant Binaan, calon wirausahawan baru, dan layanan ini juga tidak tertutup bagi masyarakat yang membutuhkan informasi dan lain sebagainya. Layanan yang akan diberikan Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU adalah meliputi:
1. Bidang Manejemen
b. Fasilitasi manajemen usaha c. Diklat keterampilan usaha d. Diklat kewirausahaan
2. Bidang Produksi/ Teknologi Tepat Guna a. Informasi teknologi tepat guna b. Pelatihan penerapan teknologi c. Fasilitasi penerapan teknologi d. Standart kualitas mutu produksi e. Kemitraan penerapan teknologi. 3. Bidang Keuangan/Pemodalan
a. Informasi akses pemodalan
b. Kemitraan dengan BUMD, BUMN dan pegusaha besar. c. Penyusunan “business plan”
d. Strategi pemanfaatan modal
e. Networking dengan lembaga keuangan dan pemodalan 4. Bidang Pemasaran‟
a. Informasi pemasaran b. Pameran/promosi c. Kemitraan pemasaran d. Manajemen pemasaran
4.1.3 Struktur Lembaga
Gambar 4.1
Struktur Lembaga Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU
Sumber: Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU, 2017 4.1.4 Visi dan Misi
Visi dan Misi merupakan tuntunan jalannya program-program baik secara internal dan eksternal lembaga.
Visi Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU:
“Menjadi Pusat Inkubator Bisnis yang menciptakan industri kreatif andalan dengan integritas tinggi.”
Misi Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU Ketua LPPM USU Prof. Dr. Ir. Edison Purba
Staf Profesional:
Roni Gunawan SKM, M.Kes Afrinal SE
Aidilla Fitrah, A.md. j
Pusat Inkubator Bisnis dan Teknologi Cikal USU
Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi
SDM dan Manajemen Rizky Putra, SE, MSi Sekretaris/Admin
Amalia Akita, SKM, M.Kes
Pemasaran dan Teknologi
1. Mewujudkan pelayanan yang mudah, cepat, mandiri dan profesional yang memanfaatkan SDM handal USU
2. Mempercepat pertumbuhan dan pengembangan UKM 3. Mewujudkan UKM yang kreatif dan handal
4. Mewujudkan usaha yang memiliki legalitas. 4.1.5 Prestasi Yang Dicapai
Berkaitan penguatan kelembagaan Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU, berbagai prestasi yang telah diterima, baik dalam konteks pengembangan maupun pemberdayaan UKM, diantaranya:
1. Inkubator Terbaik Se-Indonesia dari Kementerian Koperasi dan UKM RI tahu 2013
2. Menjadi peserta dalam acara commision on the status of women di Badan PBB New York-Amerika
3. Terpilih menjadi Pengembang Kewirausahaan Indonesia Terbaik Tahun 2014 oleh Indonesia Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA)
4.1.6 Mitra Kerja Sama
Berkaitan dengan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pengembangan UKM. Pusat Inkubator Bisnis Teknologi Cikal USU selalu menggandeng mitra-mitra kerja lain, seperti:
1. Kementerian Koperasi dan UKM – Jakarta 2. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 3. Bappeda Provinsi Sumatera Utara
4. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten/Kota
5. Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara 6. Balitbangda Provinsi Sumatera Utara 7. Bank Indonesia
8. Dirjen Industri Kecil 9. Bank BTN
10. Bank Sumut 11. PT Telkom Tbk
12. ILO mampu (Internasional Labour Organization) 13. NGO Surf Aid (Non Goverment Organization)
14. P3ED Kementrian Perindustrian Jakarta (Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah)
15. Lembaga BSDI (Business Development Services Indonesia) 16. LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir)
18. Poltekkes Kemenkes RI 19. I Radio
20. Inkubator Biru STIE Harapan 21. MUI (Majelis Ulama Indonesia)
22. HIPMI Kota Medan (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) 4.2 Penyajian Data
4.2.1 Identitas Responden
Data umum identitas responden dimaksudkan untuk mengidentifikasi responden. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah pemilik atau pemimpin Usaha Kecil Menengah (UKM) yang terdaftar di Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU sebanyak 45 pelaku usaha atau Usaha Kecil Menengah (UKM). Idenitas responden meliputi nama, jenis usaha, usia dan alamat usaha.
Tabel 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Usia
o.
Rentang Usia
Fre kuensi
Presentas e (%)
20-30 6 13,33%
31-40 18 40%
41-50 18 40%
51-60 2 4,44%
61-70 1 2,22%
Total 45 100%
Sumber: Data diolah penulis, 2017
yaitu sebanyak 18 orang (40%) dan rentang usia 41-50 sebanyak 18 orang (40%) atau rentang usia 31-50 sebanyak 36 orang (80%). Hal ini dikarenakan para pelaku usaha atau pemimpin usaha pada rentang usia 31-50 tahun merupakan rentang usia produktif yang sudah memiliki cukup pengalaman dan berani mengambil resiko dan juga pada rentang usia ini kebanyakan sudah memiliki pekerjaan tetap dan mendirikan usaha kecil menengah sebagai pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan.
4.2.2 Variabel Kapabilitas Inovasi (X)
Tabel 4.2
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Pembagian Tugas serta Kerja yang Tepat
Terhadap Karyawan. Sumber: data diolah penulis, 2017
merasa bahwa kapabilitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan pengembangan usaha. Kapabilitas sumber daya manusia merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh pelaku Usaha Kecil Menengah untuk menjalankan usahanya karena setiap pelaku usaha harus memiliki kemampuan dalam memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber daya manusianya.
Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Mengadakan Pelatihan Secara Bertahap Terhadap Karyawan.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU sudah memberikan pelatihan secara bertahap kepada karyawan namun masih cukup banyak yang tidak melakukan pelatihan secara bertahap kepada karyawan, hal ini dikarenakan sebahagian pelaku usaha mempekerjakan karyawan yang berada disekitarnya (biasanya keluarga) atau sudah mengerti dengan apa yang harus dikerjakan sehingga tidak terlalu dibutuhkan pelatihan secara bertahap.
Tabel 4.4
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Menggunakan Teknologi Sebagai Sarana Pendukung
Pengembangan Usaha. Sumber: Data diolah penulis, 2017
(44,4%), responden yang menyatakan netral sebanyak 0 orang (0%) dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 10 orang (22,2%) sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU menggunakan teknologi sebagai sarana pendukung teknologi usaha, mengingat bahwa dewasa ini teknologi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap pelaku usaha. Namun masih ada pelaku usaha yang tidak menggunakan teknologi sebagai sarana pengembangan usaha, hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan merupakan produk yang tidak memerlukan teknologi sebagai pendukung usahanya, dan juga karena pelaku usaha kurang memahami penggunaan teknologi.
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Menggunakan Teknologi Sebagai Sumber Inspirasi Dalam
Melakukan Inovasi Produk.
otal 0.0 0.0 Sumber: Data diolah penulis, 2017
Tabel 4.6
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Interaksi Dengan Pihak Luar Untuk Menambah
Wawasan Dalam Melakukan Pengembangan Usaha.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
setuju memiliki faktor lain selain interaksi dengan pihak luar untuk menambah wawasannya dalam melakukan pengembangan usaha.
Tabel 4.7
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Memiliki Kemampuan Inovasi Melalui Interaksi Dengan Pihak
Luar. Sumber: Data diolah penulis, 2017
pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU memiliki kemampuan inovasi melalui interaksi pelaku usaha dengan pihak luar. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju memiliki kemampuan inovasi melalui faktor lainnya.
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Memiliki Kemampuan Dalam Mendistribusikan Produk Ke Pasar.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU memiliki kemampuan dalam mendistribusikan produknya ke pasar. Pelaku usaha yang memilih netral atau tidak setuju disebabkan pelaku usaha memberikan tanggung jawab distribusi produk secara khusus kepada pihak lain yang lebih memahami atau sudah pada bidangnya (profesional).
Tabel 4.9
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Promosi Untuk Meningkatkan Pemasaran
Produk. Sumber: Data diolah penulis, 2017
(62,2%), responden yang menyatakan netral sebanyak 3 orang (6,7 %) dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang (2,2%) sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU memiliki kemampuan dalam melakukan promosi usaha untuk meningkatkan pemasaran produk. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju disebabkan pelaku usaha memberikan tanggung jawab promosi kepada pihak lain yang sudah ahli dalam bidangnya (profesional).
Tabel 4.10
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Pelaku Usaha Melakukan Riset dan Pengembangan Terhadap Usaha dan
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa dari total 45 responden pada penelitian ini, responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 orang (17,8%), responden yang menyatakan setuju sebanyak 29 orang (64,4%), responden yang menyatakan netral sebanyak 5 orang (11,1 %) dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 3 orang (6,7%) sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU melakukan riset dan pengembangan terhadap usaha dan lingkungan usahanya. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju adalah karena faktor lain yang tidak diketahui penulis.
Tabel 4.11
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Pengembangan Usaha Dengan Inovasi Produk.
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari total 45 responden pada penelitian ini, responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 11 orang (24,4%), responden yang menyatakan setuju sebanyak 28 orang (62,2%), responden yang menyatakan netral sebanyak 5 orang (11,1 %) dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang (2.2%) sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU melakukan pengembangan usaha dengan inovasi produk. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju disebabkan oleh usaha yang dijalankan adalah usaha yang sudah umum atau merupakan usaha yang dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya.
Tabel 4.12
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Memiliki Kemampuan Dalam Mengendalikan Kualitas
T
Sumber: Data diolah penulis, 2017
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari total 45 responden pada penelitian ini, responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 14 orang (31,1%), responden yang menyatakan setuju sebanyak 26 orang (57,7%), responden yang menyatakan netral sebanyak 4 orang (8,9 %) dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang (2.2%) sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU memiliki kemampuan dalam mengendalikan kualitas produk. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju disebabkan oleh pelaku usaha sudah memberikan tanggung jawab kepada pihak lain yang lebih ahli atau sudah terlatih dibidangnya (profesional).
Tabel 4.13
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Memiliki Kemampuan Dalam Perencanaan dan Penjadwalan Dalam
Proses Produksi UKM.
.7 7
5 9 20
.0
20. 0
100.0
T otal
45 10
0.0
10 0.0 Sumber: Data diolah penulis, 2017
4.2.2 Variabel Perbaikan Produk (Y) Tabel 4.14
Distribusi Jawaban Responden tentang Mutu Produk Menjadi Penawaran Utama Yang Diberikan Oleh Usaha
Kecil Menengah (UKM).
Freq Sumber: Data Diolah penulis, 2017
Pelaku usaha yang memilih netral dipengaruhi oleh faktor yang tidak diketahui penulis.
Tabel 4.15
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Perbaikan Pada Mutu Produk Secara Bertahap.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
Perbaikan pada mutu produk secara bertahap dilakukan adalah untuk meningkatkan kualitas produk yang berguna bagi perkembangan usaha. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju disebabkan oleh usaha yang dijalankan masih baru sehingga belum pernah dilakukan perbaikan usaha atau karena perbaikan produk dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi, jadi tidak secara bertahap.
Tabel 4.16
Distribusi Jawaban Responden tentang Terdapat Perbedaan Antara Produk yang Ditawarkan Dengan Produk Pesaing Lainnya.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 1 orang (2,2%) sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU menempatkan perbedaan antara produk yang ditawarkan dengan produk pesaing lainnya. Pada usaha kecil menengah memang diperlukan hal yang membedakan suatu produk dengan produk pesaingnya, hal ini akan memberikan kesan tersendiri pada suatu produk sehingga konsumen lebih tertarik terhadap produk dan juga dapat mengenali produk lebih baik. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju berarti menjalankan usaha yang sudah umum dan dibutuhkan oleh masyarakat umum sehingga tidak terlalu diperlukan perbedaan dengan produk pesaing.
Tabel 4.17
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Perbaikan Produk dengan Membandingkan Produk
Usaha dengan Produk Pesaing.
.1 1 T
otal
45 10
0.0
10 0.0 Sumber: Data diolah penulis, 2017
Tabel 4.18
Distribusi Jawaban Responden tentang Rancangan Produk Memperhatikan Penampilan Produk, Produk yang
Mudah, dan Keamanan Produk Untuk Dipergunakan dan Diperbaiki.
Sumber: Data diolah penulis, 2017
dalam menunjang keberhasilan suatu produk, hal ini karena rancangan produk menjadi salah satu faktor penting yang diminati oleh konsumen dalam penggunaan suatu produk. Pelaku usaha yang memilih netral dan tidak setuju disebabkan oleh produk yang tidak membutuhkan rancangan karena sudah merupakan rancangan tetap atau tidak dapat diubah dan, atau rancangan dikondisikan dengan situasi dari usaha, permintaan dan produk.
Tabel 4.19
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Selalu Melakukan Perbaikan pada Rancangan Produk.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
Tabel 4.20
Distribusi Jawaban Responden tentang Merek Menjelaskan Produk Secara Garis Besar.
Freq
Sumber: Data diolah penulis, 2017
usaha yang memilih netral dan tidak setuju disebabkan oleh penggunaan merek produk masih menggunakan nama pribadi yang tidak berkaitan dengan produk.
Tabel 4.21
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Perbaikan pada Merek Produk.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU melakukan perbaikan produk, namun bukan merupakan faktor utama yang harus diperbaiki. Perbaikan pada merek dilakukan jika terdapat kesalahan pada penulisan atau makna dari merek, namun pada umumnya perbaikan pada merek jarang dilakukan.
Tabel 4.22
Distribusi Jawaban Responden tentang Pengemasan Menjadi Suatu Hal yang Sangat Penting Dalam Menunjang Keberhasilan
Produk. Sumber: Data diolah penulis, 2017
Tabel 4.23
Distribusi Jawaban Responden tentang Produk Menawarkan Kualitas Melalui Kemasan Produk.
Freq
Sumber: Data diolah penulis, 2017
setuju disebabkan produk yang ditawarkan merupakan produk asli dan tidak perlu dikemas lagi.
Tabel 4.24
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku usaha Melakukan Perbaikan pada Kemasan Produk Secara Bertahap.
Freq Sumber: Data diolah penulis, 2017
USU melakukan perbaikan pada kemasan produk secara bertahap. Perbaikan kemasan dilakukan untuk meningkatkan keamanan dan kualitas produk. Pelaku usaha memilih netral dan tidak setuju disebabkan produk yang tidak memerlukan kemasan atau merupakan bentuk asli produk.
Tabel 4.25
Distribusi Jawaban Responden tentang Terdapat Keterangan yang Transparan pada Label Usaha.
Freq Sumber: Data diolah, 2017
sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU mencantumkan keterangan yang transparan pada label usaha. Keterangan yang transparan pada label usaha akan meningkatkan kepercayaan konsumen. Pelaku usaha memilih netral dan tidak setuju disebabkan terdapat beberapa keterangan yang tidak dipunlikasikan oleh pelaku usaha karena merupakan strategi atau bahan rahasia yang menjadikan keunggulan suatu produk.
Tabel 4.26
Distribusi Jawaban Responden tentang Pelaku Usaha Melakukan Upgrade Terhadap Label Usaha Secara
Berdasarkan tabel 4.27 diketahui bahwa dari total 45 responden pada penelitian ini, responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 7 orang (15,6%), responden yang menyatakan setuju sebanyak 22 orang (48,9%), responden yang menyatakan netral sebanyak 8 orang (17,8%) dan responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 8 orang (17,8%) sementara untuk responden yang menyatakan sangat tidak setuju adalah sebanyak 0 orang (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pelaku usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU melakukan upgrade terhadap label usaha secara bertahap. Label usaha didapatkan dari suatu badan yang bertugas untuk memeriksa kelayakan suatu produk. Pemeriksaan secara bertahap dilakukan untuk menghindari segala kemungkinan yang dapat merugikan konsumen atau pihak manapun. Pelaku usaha memilih netral dan tidak setuju disebabakan masih ada usaha yang baru buka dan belum melakukan pengurusan atau dalam pengurusan label usaha, atau sudah memiliki label usaha namun belum pernah melakukan perbaikan.
4.3 Teknik Analisis Data 4.3.1 Uji Instrumen 4.3.1.1 Uji Validitas
r-tabel pada α = 0,05 dengan derajat bebas df = n-2 = 45-2 = 43 pada uji dua arah adalah 0,2940.
1. Uji Validitas Kapabilitas Inovasi (X)
Tabel 4.27
Hasil Uji Validitas Variabel Kapabilitas Inovasi (X)
Pernyataa n
Corrected Item-Total
Pernyata an 12
0.390 Valid
Sumber: Data diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.28 dapat dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan pada variabel karakteristik kapabilitas inovasi telah valid. 2. Uji Validitas Perbaikan Produk (Y)
Tabel 4.28
Hasil Uji Validitas Variabel Perbaikan Produk (Y)
Pernyataa
an 22
Pernyata an 23
0.625 Valid
Pernyata an 24
0.740 Valid
Pernyata an 25
0.596 Valid
Sumber: Data diolah penulis, 2017
Berdasarkan tabel 4.29 dapat dinyatakan bahwa seluruh item pernyataan pada variabel karakteristik perbaikan produk telah valid.
4.3.1.2 Uji Reliabilitas
Tabel 4.29 Hasil Uji Reliabilitas
Cronba
Sumber: Data diolah penulis, 2017
Berdasarkan tabel 4.30 diketahui bahwa nilai r-alpha sebesar 0,939. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai r-alpha positif dan lebih besar dari r-tabel (0,939>0,60) maka seluruh pernyataan kapabilitas inovasi (X) dan perbaikan produk (Y) dinyatakan reliabel.
4.3.2 Uji Analisis Linear Sederhana
Uji analisis linear sederhana dalam penelitian ini dilakukan dengan program SPSS 21, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.30
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana
Coefficientsa
Berdasarkan hasil pengolahan regresi sederhana yang ditunjukkan dalam tabel 4.31 maka diperoleh persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut:
Y = 17,936 + 0,613X
Konstanta (a) = 17936 artinya nilai konstanta positif menunjukkan pengaruh positif variabel independen, dimana jika kapabilitas inovasi (X) = 0, maka perbaikan produk pada usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU maka nilainya positif yaitu sebesar 17,963 satuan. B = 0,613 artinya, jika kapabilitas inovasi mengalami peningkatan sebesar 1%, maka tingkat perbaikan produk akan mengalami peningkatan sebesar 0,61%. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara kapabilitas inovasi dengan perbaikan produk, semakin baik kapabilitas inovasi maka semakin meningkatkan perbaikan produk.
4.3.3 Uji Hipotesis
4.3.3.1 Uji Koefisien Parsial (t)
Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas (X) kapabilitas inovasi dan variabel terikat (Y) perbaikan produk secara parsial.
Tabel 4.31
Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standard
ized
Coefficients
T S
B Std.
a. Dependent Variable: Perbaikan Produk Sumber: Data diolah penulis, 2017
Berdasarkan tabel 4.32 dapat diketahui nilai t-hitung kapabilitas inovasi adalah 6,669 dan dari nilai t-tabel adalah 2,016 sehingga t hitung > t tabel (6,669 > 2,016), maka dapat disimpulkan bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh positif dan signifikan (0,00 < 0,05) secara parsial terhadap perbaikan produk usaha kecil menengah (UKM) Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU. Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
4.3.3.2 Uji Koefisen Determinasi (R²)
Uji koefisen determinasi (R²) diukur untuk melihat besarnya pengaruh variabel kapabilitas inovasi (X) terhadap variabel perbaikan produk (Y). Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Semakin kecil nilai R² maka semakin terbatas kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat.
Tabel 32
Hasil Uji Koefisen Determinasi (R²)
Model Summary
odel Square ted R
Square
Error of
the
Estimate
1 .
713a
.5 08
.497 4.801
a. Predictors: (Constant), TotalY Sumber: Data diolah penulis, 2017. Berdasarkan tabel 4.35 dapat disimpulkan bahwa:
1. R = 0,713 menunjukkan hubungan antara variabel kapabilitas inovasi (X) terhadap variabel perbaikan produk (Y) adalah sebesar 71,3%. Hal ini berarti bahwa kapabilitas inovasi (X) dan perbaikan produk (Y) memiliki hubungan yang erat.
4.4 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kapabilitas inovasi terhadap perbaikan produk usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU.
Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai
chronbach alpha dari setiap variabel lebih besar dari 0,60 yang berarti bahwa kuisioner yang merupakan indikator-indikator dari variabel tersebut adalah reliabel atau handal. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.30, nilai chronbach alpha sebesar 0,939 > 0,60.
Hasil uji validitas pada tabel 4.28 dan tabel 4.29 menunjukkan bahwa r hitung dari masing-masing variabel lebih besar dari r tabel sebesar 0,2940 dan tingkat signifikansi dari variabel kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing butir pernyataan adalah valid.
kapabilitas inovasi dengan perbaikan produk, semakin baik kapabilitas inovasi maka semakin meningkatkan perbaikan produk.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai t-hitung kapabilitas inovasi adalah 6,669 lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 2,016 (6,669 > 2, 016) serta nilai signifikansi adalah 0,00 (0,00 < 0,05) maka dapat penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis pertama yang menyatakan “Kapabilitas inovasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
perbaikan produk usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU”.
Inkubator Bisnis Cikal USU sebagai suatu aktivitas yang dapat mendukung program pemberdayaan usaha kecil menengah (UKM) dan peningkatan kompetensi SDM pengelola Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi dan mendukung usaha kecil menengah (UKM) dengan melakukan pendampingan terhadap usaha kecil menengah (UKM) sehingga dapat mengembangkan kewirausahaan dan serta meningkatkan kinerja usaha kecil menengah (UKM).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yanuarto, dkk (2012) dengan judul “Peran Kapabilitas
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Pengaruh Kapabilitas Inovasi Terhadap Perbaikan Produk Usaha Kecil Menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU” maka
kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini yaitu hasil penelitian menunjukkan bahwa kapabilitas inovasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perbaikan produk. Hal ini berarti pada penelitian ini Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kapabilitas inovasi (X) memberikan pengaruh terhadap perbaikan produk (Y) dengan kategori sedang artinya kapabilitas inovasi dapat mempengaruhi perbaikan produk namun memberikan pengaruh yang tidak terlalu dominan, hal ini disebabkan banyaknya pengaruh dari faktor lain diluar kapabilitas inovasi yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor atau variabel lain yang mempengaruhi perbaikan produk usaha kecil menengah (UKM) Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
5.2 Saran
menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU yaitu sebagai berikut:
1. Kapabilitas inovasi pada usaha kecil menengah (UKM) pada Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU sudah dapat dikatakan baik, namun usaha kecil menengah (UKM) harus lebih memanfaatkan keberadaan Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU sebagai lembaga yang menyediakan layanan bagi usaha kecil menengah (UKM) untuk meningkatkan kinerja usaha dan mengembangkan kewirausahaan. Contohnya dengan memanfaatkan seluruh fasilitas yang disediakan oleh Pusat Inkubator Bisnis Cikal USU