• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia.L) dan Sari Kulit Buah Nenas (Ananas Comosus L Merr) Sebagai Alternati Koagulan Lateks Karet Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Sari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia.L) dan Sari Kulit Buah Nenas (Ananas Comosus L Merr) Sebagai Alternati Koagulan Lateks Karet Alam"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Karet

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”.Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika Asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dipantul-pantulkan. Bola ini disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.

Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman Hevea. Hasil laporan Ekspedisi Peru ditulis dalam buku olehFreshneau tahun 1749 dengan menyebut nama tersebut, Freshneau juga menyertakan gambar dari tanaman tersebut. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1751, De La Condamine membuat usulan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman Havea ini.

(2)

Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sempat menjadi primadona daerah-daerah perkebunan di beberapa negara tropis. Pada tahun itu Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet. Goodyear mencampur karet dengan belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120-130oC. Dengan cara vulkanisir ini semakin banyak sifat karet yang dapat diketahui dan dimanfaatkan.

Berawal dari penemuan Charles Goodyear, karet mulai banyak dicari orang untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi ban. Menurut beberapa literature, Alexander Parkes ikut pula mengembangkan cara vulkanisasi. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus gagasan dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh Goldrich (Tim Penulis PS, 1999).

Karet alam merupakan suatu rantai hidrokarbon poliisopren yang memiliki rumus empiris (C5H8) dimana n adalah derajat polimerisasi yang besarnya bervariasi dari satu rantai kerantai yang lain, hidrokarbon dalam lateks asli berbentuk bulatan-bulatan kecil yang diameter nya kira-kira 0,5µ ( 5.10-5 cm ) tersuspensi dalam medium berair atau serum, konsentrasi hidrokarbon sekitar 35% dari berat total dari lateks ini, karet padatan dapat diperoleh dengan mengeringkan atau dengan pengendapan menggunakan asam. Perlakuan terakhir menghasilkan karet yang lebih bersih, karena lebih banyak melepaskan unsur bukan karet dalam serum (Treloar,1958).

(3)

beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya (Habibi, 2009).

Klasifikasi botani tanaman karet adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Euphorbiaceae Genus : Hevea

Spesies : Hevea Brasiliensis

(4)

H3C

a.Cis-1,4 Poliisopren (Karet Alam) b.Trans-1,4 Poliisopren (Guta Perca)

Gambar 2.1. karet alam cis 1,4 poliisopren dan Gutta Percatrans 1,4 poliisopren

Berat molekul karet alam rata-rata 10,000 – 40,000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C–C di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis.

Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain. Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks akan menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 – 5,5 maka akan terjadi proses koagulasi.

(5)

2.2 Lateks

Lateks karet alam secara umum didefinisikan sebagai cairan yang keluar dari pembuluh lateks bila dilukai. Lateks itu sendiri adalah suatu sel raksasa yang mempunyai banyak inti sel (multinukleotida). Oleh sebab itu lateks sebenarnya adalah protoplasma. Lateks sewaktu keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi kemudian tercemar oleh mikroorganisme dari lingkungannya (Djumarti, 2010).

Lateks merupakan suatu larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam-macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning. Lateks sendiri sebenarnya adalah semacam getah yang dihasilkan oleh tanaman karet (Hevea brasiliensis). Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32 oF karena terjadi koagulasi (Goutara,1985).

(6)

2.2.1 Sifat Fisik dan Kimia Lateks

Karet alam mengandung seratus persen cis1,4 poliisoprena,yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar dari Kebun dan Karet Kering

Komponen Komponen dalam lateks kering (%)

Komponen dalam lateks segar(%)

Karet hidrokarbon 36 92–94

Protein 1,4 2,5-3,5

Karbohidrat 1,6 -

Lipida 2,5 – 3,2 2,5-3,2

Persenyawaan organik

lain 0,4 -

Persenyawaan anorganik 0,5 0,1-0,5

Air 58,5 0,3-1,0

Sumber : (morton, 1987)

2.2.2 Protein

(7)

karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesama partikel karet dapat dilihat pada Gambar 2.2. sebagai berikut:

1

Gambar 2.2. Partikel karet dengan lapisan pelindung dan molekul air (Khairina, 2010). 1. Partikel karet

2. Lapisan fosfolipid dan protein muatan negatif 3. Molekul air

Namun dengan adanya mikroorganisme maka protein tersebut akan terurai sehingga lapisan pelindung partikel karet akan rusak dan terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan (Khairina, 2010).

2.2.3 Karbohidrat

(8)

2.2.4 Ion-ion logam

Ion-ion logam seperti ca2+ dan Mg2+ yang terdapat di dalam lateks dapat menetralkan muatan negatif dari partikel karet dan menyebabkan terganggunya kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks menggumpal. Oleh karena itu kandungan ion logam dari lateks sebaiknya rendah karena selain dapat mengganggu kemantapan serta kestabilan sistem koloid lateks (Ompusunggu,M dan Darussamin,A,1989).

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis (Rubberines). Namun bahan-bahan itu berbeda sifat dasarnya misalnya kekuatan tensil,daya ulur maksimum, daya lentur (Resilience) dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi. Karet alam merupakan suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang baik untuk karet-karet benang, adapun sifat-sifatnya adalah:

− Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil

− Dapat dibentuk dengan panas yang rendah

− Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik seperti oksidasi dan ozon

− Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak, pelumat sintetis dan cairan hidrolik

− Daya tahan sangat tinggi(Spillane,1989).

(9)

melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakanuntuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi(Suharto,1978).

2.2.5 Penggumpalanlateks

Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena tidak saling berdekatannya muatan partikel karet, sehingga adanya intereaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebasakan bergabung membentuk gumpalan. Penurunan muatan dapat terjadi karena penurunan pH lateks. Penggumpalan karet didalam lateks kebun (pH±6,8) dapat dilakukan dengan penambahan asam, dengan menurunkan pH hingga tercapai titik isoelektrik yaitu pH dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan nol. Hubungan antara pH dengan muatan listrik dapat di lihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut :

Gambar 2.3. Hubungan pH dengan muatan listrik

(10)

Titik isoelektrik karet didalam lateks kebun adalah pada pH 4,5–4,8 tergantung jenis klon. Asam penggumpal yang banyak digunakan adalah asam formiat dengan karet yang dihasilkan bermutu baik. Penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau nitrat dapat merusak mutu karet yang digumpalkan. Penambahan bahan-bahan yang dapat mengikat air seperti alkohol juga dapat menggumpalkan partikel karet, karena ikatan hidrogen antara alkohol dengan air lebih kuat dari pada ikatan hidrogen antara air dengan protein yang melapisi partikel karet, sehingga kestabilan partikel karet didalam lateks akan terganggu dan akibatnya karet akan menggumpal. Penggunaan alkohol sebagai penggumpal lateks secarakomersial jarang digunakan.

Panambahan elektrolit yang bermuatan positif akan dapat menetralkan muatan negatif, sehingga interaksi air dengan partikel karet akan rusak, mengakibatkan karet menggumpal. Petani karet sering menggunakan tawas(Al3+) sebagai bahan penggumpal lateks. Sifat penggumpalan lateks dengan tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar kotoran dan kadar abu karet. Selain itu semakin tinggi konsentrasi logam dapat mempercepat oksidasi karet oleh udara menyebabkan terjadi pengusangan karet dan PRI menjadi rendah.

(11)

2.2.6 Standart Indonesia Rubber (SIR)

Ketentuan tentang SIR didasarkan pada ketentuan Mentri Perindustrian dan Perdagangan dengan SK No.143/KP /V /69. Yang berlaku mulai 18 Juni 1969 menetapkan ketentuan-ketentuan SIR sebagai berikut :

1. SIR adalah karet alam yang dikeluarkan dari daerah-daerah yang termasuk dalam lingkungan Negara Repoblik Indonesia.

2. SIR yang diperdagangkan dalam bentuk bongkahan (balok) dengan ukuran (28x6,5) dalam inci. Bongkahan-bongkahan yang telah dibungkus dengan plastik polyetilen, tebalnya 0,03 mm, dengan titik pelunakan kurang dari 180oC, berat jenis 0,92 dan bebas dari segala bentuk pelapis (couting). Pengepakan selanjutnya dapat dilakukan dalam kantung kertas/krapt 4 ply atau dalam bentuk pallet seberat 0,5 ton atau 1 ton. 3. Mutu untuk SIR ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan cara

visual yang konvensional sebagaimana tercantum dalam International Standart of Quality and packing for Natural Rubber (The Green Book)

4. SIR terdiri dari 3 jenis mutu dengan spesifikasi teknis SIR 5, SIR 10 dan SIR 20. Semua jenis karet yang diperdagangkan dalam bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai plasticity Retention Index (PRI) dengan menggunakan tanda huruf : “ H” untuk PRI lebih besar atau sama dengan 80.

“ M” untuk PRI antara 60 – 79. “ S ” untuk PRI antara 30 – 59.

Karet yang mempunyai nilai SIR lebih rendah dari 30 tidak diperkenankan dimasukkan dalam SIR.

5. Warna karet tidak menjadi bagian Dalam spesifikasi teknis.

(12)

dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai tersebut untuk mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu Produksi

7. Setiap eksport karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang dikeluarkan/disahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian.

8. Setiap pembungkus bongkah dari SIR harus diberi tanda dengan lambing SIR dan menurut ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Departemen Perdagangan.

Eksport dari karet bongkah yang tidak memenuhi syarat-syarat SIR di atas akan dilarang (Omposunggu,1987).

2.2.7 Karet Alam SIR 20

Karet alam SIR 20 berasal dari koagulan (lateks yang mudah menggumpal) atau hasil olahan seperti lum, sit angin, getah keping, sisa dan lain-lain, yang diperoleh dari perkebunan rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum.

Langkah-langkah dalam proses pengolahan karet alam SIR 20 yaitu dengan pemilihan bahan baku yang baik, koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa, dll). Kemudian dilakukan pembersihan dan pencampuran. Proses pengeringan dilakukan selama 10 hari sampai 20 hari. Kemudian dilakukan proses peremahan, pengemasan bandela (setiap bandela 33 kg atau 35 kg) dan karet alam SIR 10 siap untuk diekspor (Ompusunggu, 1987).

2.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi penggumpalanlateks

Prakoagulasi terjadi karena kemampuan bagian koloidal yang terkandung dalam berkurang. Bagian-bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran besar. Komponen koloidal yang leih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya pra koagulasi.

(13)

1) Jenis karet yang ditanam

Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda-beda pula. Otomatis kestabilan dan kemantapan koloidalnya berberbeda-beda.

2) Enzim-enzim

Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan-bahan karet. Akibatnya kemantapan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulan.

3) Mikroorganisme atau jasad-jasad renik

Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. Tetapi pohon yang baru disadap mudah sekali terinfeksi oleh jasad-jasad renik.

4) Faktor cuaca atau musim

Penyadapan jarang dilakukan untuk mencegah terjadinya koagulasi. Akan tetapi bila tindak pencegahan prakoagulasi telah dilaksanakan maka penyadapan pada musim hujan dapat terus dilakukan.

5) Kondisi tanaman

Tanaman karet yang sedang sakit, masih muda atau telah tua bias mempengaruhi koagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap dan menggumpal.

6) Air sadah

(14)

7) Cara pengangkutan

Sarana transportasi baik jalan atau kendaraan yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalanan yang buruk atau angkutan yang berguncang – guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok –kocok sehingga mengakibatkan kerusakan kestabilan koloidal.

8) Kotoran atau bahan lain yang tercampur

Prakoagulasi sering terjadi karena tercampur kotoran atau bahan lain yang mengandung asam atau kapur.

Senyawa-senyawa kimia yang digunakan sebagai bahan anti koagulan adalah : a) Soda (Natrium karbonat, Na2CO3 )

b) Amoniak (NH4OH) c) Natrium sulfit (Na2SO3) Bahan-bahan penggumpalnya :

a) Asam semut (disebut juga asam formiat CHOOH )

Berupa cairan jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang dan masih bereaksi asam pada pengenceran.

b) Asam Asetat (disebut juga asam cuka CH3COOH )

Berupa cairan yang tidak berwarna dan jernih, berbau merangsangdan mudah diencerkan dalam air.

(15)

2.3 Bahan Penggumpal (Koagulan)

1. Asam formiat (asam semut, CHOOH), berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, dan masih bereaksi asam pada pengenceran.berbau tajam, mudah larut dalam air, alkohol, eter yang titik didihnya 100,5oC dan titik leburnya 8oC. Asam formiat terdapat dalam badan semut merah, dalam beberapa macam tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan rasa gatal dan dalam jumlah kecil juga terdapat dalam air keringat manusia (Sanir,I,1997).

Dalam industri asam formiat dibuat dari karbon monoksida dengan uap air yang dialirkan melalui katalis (oksida-oksida logam pada suhu sekitar 200oC dan tekanan besar).

Reaksi kimianya yaitu:

Katalis

CO + H2O HCOOH Pembuatan dalam industri:

NaOH + CO HC

O

ONa

HC

O

OH

+ Na2SO4 H2SO4

120-150oC

Gambar: 2.4 Pembuatan asam formiat

(16)

2.4 Mengkudu(Morinda Citrifolia L)

Mengkudu adalah tanaman perdu dengan tinggi mencapai 6 meter. Batang bulat dan berkulit kasar. Daun bulat telur terletak berselang seling. Helaian daun hijau dan tulang daun menonjol.bunga berwarna putih dan bergerombol di ketiak daun. Buah bulat panjang dengan kulit luar tampak benjolan. Bila sudah matang daging buah melunak dan beraroma khas. Biji kuning kecoklatan dan keras. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter. Perbanyakan dengan biji yang sudah tua (Mursito,B.2007). Mengkudu tergolong tanaman tropis yang Evergreen, yang artinya selalu memiliki daun sepanjang tahun. Buahnya pun tidak mengenal musim. Mengkudu memiliki nama latin Morinda Citrifolia. Marga (genus)meliputi sekitar 50 hingga 80 spesies. Caroluslinnaeus,seorang ahli klasifikasi tanamanmengklasifikasikan mengkudu sebagai berikut:

− Divisi :Spermatophyta (Tumbuhan

berbiji tingkat tinggi karena berbiji dan berbunga

− Sub divisi : Angiospermae

(Tumbuhan berbiji tertutup)

− Kelas : Dicotyledone

− Anak kelas:Sympetale (ciri khas

memiliki daun mahkota yang berlekatan

satu sama lain, sehingga dibagian bawah merupakan pipa atau pembuluh)

− Bangsa : Rubiales

− Suku : Rubiaceae

− Genus : Morinda

(17)

Gambar 2.5 Buah mengkudu

Kandungan kimia buah mengkudu yaitu mengandung skopoletin, rutin, polisakarida, asam askorbat, betakaroten, 1-arginin, proxironin, dan peroxeroninase, iridoid, asperolusid, iridoid antrakinon, asam lemak, kalsium, vitamin B, asam amino, glikosida dan glukosa (sjabana dan bhalwan 2002).

Selain itu juga terkandung senyawa-senyawa seperti morindon, rubiadin, dan flavonoid (Bangun, A.P, 2002). Dapat dilihat komposisi buah mengkudu pada tabel 2.2 sebagai berikut :

2.2. Tabel komposisi buah mengkudu dalam 100 g

NO Komponen Kadar (%)

1 Air 89,10

2 Protein 2,90

3 Lemak 0,60

4 Karbohidrat 2,20

5 Serat 3

6 Abu 1,20

7 Lain-lain 1

(18)

Asam askorbat yang ada didalam buah mengkudu adalah sumber vitamin C yang luar biasa. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang hebat. Antioksidan bermanfaat untuk menetralisir radikal bebas (partikel-partikel berbahaya yang terbentuk sebagai hasil samping metabolisme, yang dapat merusak materi genetik dan merusak sistem kekebalan tubuh). Asam kaproat , asam kaprilat dan asam kaprik termasuk golongan asam lemak. Asam kaproat dan asam kaprik inilah yang menyebabkan bau busuk yang tajam pada buah mengkudu. Selenium adalah salah satu contoh mineral yang bayak terdapat pada mengkudu (waha,M.G.STP, 2010).

Komposisi kimia buah mengkudu mengandung senyawa metabolit skunder dan juga beragam seperti vitamin A, C , niasin, tiamin dan riboflavin, serta mineral seperti zat besi, kalsium, natrium dan kalium. Beberapa senyawa fitokimia dalam buah mengkudu adalah terpen, acubin, alizarin, zat zat antrikuinon, asam askorbat, asam kaproat, asam kaprilat, zat-zat skopoletin dan alkaloid (pohan dan antara 2001).

2.5 Nenas(AnenasComosus L Merr)

Nenas (Anenas comosus L merr)dalam dunia tumbuhan termasuk kedalam Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Monokotiledoneae, Ordo : Farinoseae,

Family : Bromeliaceae, Genus : Anenasdan

Spesies : Anenas comusus L merr (Mulharjo, 1984).

(19)

sampai 120 cm. buah yang dihasilkan dari tanaman nenas berbentuk silidris dengan bobot berkisar antara 0,5 kg sampai 3,0 kg panjang buah nenas berkisar antara 10 cm sampai 14 cm dengan lingkaran buah antara 30 cm sampai 36 cm.

Gambar 2.6 Buah nenas

Terdapat beberapa macam jenis nenas yaitu:

1. Cayenne

Buah nenas jenis ini memiliki mata tidak berduri, buahnya berwarna hijau kekuningan dan rasanya agak asam, baik untuk dikalengkan karena memiliki serat kasar, sehingga tidak mudah hancur. Bobot buah ini berkisar antara 0,75 sampai 1,5 kg per buah (winjadi,1988).

2. Red spanish

Nenas jenis ini memiliki ketahanan terhadap penyakit dan berumur panjang, memiliki bobot antara 0,9 sampai 1,8 kg perbuah. Daging buah berwarna putih kulit buah kuat dan kompak sehingga cocok dikirim ketempat yang jauh dengan pengapalan dalam bentuk segar pada saat matang nenas berwarna kemerah-merahan, kuning dan jingga (Pantastico, 1986).

3. Queen

(20)

daging buah kuning. Varietas queen yang paling terkenal adalah nenas Bogor, nenas Palembang dan nenas Kediri.

Menurut wijana dkk (1991) kulit nenas mengandung 81,72 % air, 20,87 % serat kasar, 17,53 % karbohidrat, 4,41 % protein, 0,02 % lemak, 0,48 % abu, 1,66 % serat basah dan 13,65 % gula reduksi.Asam organik utama yang terdapat dalam buah nenas adalah asam sitrat, yang merupakan asam tidak menguap yang terbanyak dalam buah nenas. Selain asam sitrat juga terdapat asam malat dan asam oksalat. Vitamin yang terdapat dalam buah nenas adalah vitamin C yang besarnya dipengaruhi oleh tingkat kematangan bagian daging buah dan varietas. Pigmen yang terdapat dalam buah nenas adalah karoten dan xantrofil yang keduanya berperan dalam memberikan warna buah.kandungan pigmen karoten dalam buah nenas lebih besar dibandingkan dengan pigmen xantrofil (Dull, 1971).

2.6 pH Meter

pH meter terdiri dari beberapa bagian yaitu sensor pH yang berfungsi sebagai pendeteksi keasaman dan kebasaan, serta transmitasi sebagai alat yang menampilkan hasil dari pendeteksian sensor tersebut supaya dapat dilihat atau dibaca berapa nilai keasaman dan kebasaan suatu larutan atau padatan yang akan dideteksi.Selain lakmus,pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan (Kholilah, 2008).

(21)

yaitu perubahan yang lambat dan berosilasi, yang merupakan masalah penting dalam menentukan skala yang valid (Hatta, 2012).

2.7 Kadar Karet Kering (%KKK)

Menurut Purbaya, (2011) Kadar karet kering adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%). Umumnya lateks kebun hasil penyadapan mempunyai kadar kering karet (KKK) 20–35%. Berdasarkan Maspanger (2005) kualitas karet dinilai dari KKK, yakni mutu 1 dengan kadar kering minimal 28% dan mutu II dengan kadar kering di bawah 28%. Menurut Rivai (1994) metode yang paling sederhana untuk menentukan KKK,yakni metode gravimetri. Hubungan KKK diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut:

KKK = x 100% (2.1)

(22)

2.8. Plasticity Retention Index (% PRI)

Platicity Retention Index adalah nilai dari sifat plastisitas (keliatan/ kekenyalan) karet yang mentah yang masih tersimpan bila karet dipanaskan selama 30 menit pada temperatur 140 oC.Nilai Plasticity Retention Index adalah persentase plasisitas karet setelah dipanaskan dibandingkan plastisitas sebelum dipanaskan yang ditentukan dengan alat Plastimeter Wallace, dengan persamaan:

PRI = x 100% (2.2)

dimana : Pa = Plastisitas karet sesudah dipanaskan selama 30 menit (setelah pengusangan).

Po = Plastisitas karet sebelum dipanaskan (sebelum pengusangan). (Kartowardoyo. 1980)

Tujuan pengujian PRI dilakukan untuk mengukur degrandasi atau penurunan ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi, nilai PRI yang tinggi (lebih dari 80%) menunjukan bahwa nilai ketahanan karet terhadap oksidasi adalah besar. Oksidasi karet oleh udara (O2) terjadi pada ikatan rangkap molekul karet, yang akan berakhir dengan pemutusan ikatan rangkap karbon-karbon sehingga panjang rantai polimer semakin pendek.

(23)

Tinggi rendahnya nilai PRI dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang digunakan dan proses pengolahan crumb rubber. Terdapatnya nilai PRI yang rendah, disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi pada karet. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya oksidasi pada karet antara lain adalah:

a. Sinar Matahari

Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang menggiatkan terjadinya oksidasi pada karet apabila bahan baku lateks dan koagulum tekena langsung oleh sinar matahari, hal ini ditandai dengan mengeringnya kulit permukaan lateks dan koagulum.

b. Pengenceran lateks dan Koagulum (penggumpalan)

Pengenceran lateks dengan penambahan air yang terlalu banyak dan perendaman dengan air yang terlalu lama yang tujuannya untuk mencuci kotoran-kotoran yang melekat pada koagulum. Hal ini akan menurunkan konsentrasi zat-zat nonkaret didalam lateks seperti terlarutnya asam-asam amino yang berfungsi sebagai anti oksidasi dan dapat juga berfungsi sebagai bahan pemacu cepat pada pembuatan barang jadi karet yang selanjutnya menurunkan PRI pada karet.

c. Zat-zat pro-oksidasi (tembaga atau mangan)

Kandungan ion-ion logam seperti Cu, Mg, Mn, dan Ca berkolerasi dengan kadar abu didalam analisa karet. Kadar abu diharapkan rendah karena sifat logam tembaga (Cu) dan mangan (Mn) adalah zat pro-oksidasi yang dalam bentuk ion merupakan katalis reaksi oksidasi pada karet sehingga dalam jumlah yang melewati batas konsentrasinya akan merusak mutu karet, sehingga oksidasi dipercepat dan mengakibatkan nilai PRI karet menjadi rendah.

(24)

Penguraian molekul karet oleh reaksi oksidasi dapat pula terjadi bila karet dikeringkan terlalu lama dan temperatur pengeringan yang dipakai adalah 127oC, dengan waktu pengeringan 2 - 4 jam tergantung pada jenis alat pengeringan.

Nilai PRI akan turun bila terjadi ikatan silang (Storage Hardening) didalam lateks kebun dan diantara butiran-butiran karet hasil pengeringan. Ikatan silang terjadi pada pembentukan gel secara perlahan-lahan sehingga butiran-butiran karet menjadi melendir dan lengket-lengket. Hal ini akan menyebabkan plastisitas karet Po karet, maka akan merubah nilai PRI karet sehingga menjadi turun(Kartowiryo, S. 1970).

e. Nilai Po

Plastisitas awal (Po) menggambarkan kekuatan karet. Kegagalan pemenuhan syarat Po dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Bahan baku yang telah mengalami degradasi akibat perlakuan yang tidak tepat seperti perendaman dalam air, penggunaan formalin sebagai pengawet lateks kebun dan umur bahan olah yang terlalu lama dapat menyebabkan penurunan nilai Po.

Nilai Po rendah juga bisa disebabkan oleh pengeringan pada suhu terlalu tinggi (lebih dari 130oC) dalam waktu yang lama dan pengeringan ulang karet yang kurang matang. Pemeraman dapat menyebabkan karet menjadi keras dengan disertai peningkatan nilai viskositas atau Po, serta penurunan PRI.

(25)

Tabel 2.4. Mutu Crumb Rubber dan penyebabnya

Cacat mutu Faktor penyebab

Vm tinggi • Koagulum asal lateks beraroma tinggi

• Ukuran remah besar

• Suhu rendah

• Remahan menggumpal Po rendah • Blending kurang baik

• Proporsi karet lunak terlalu tinggi

• Suhu terlalu tinggi

• Drying terlalu lama Ash tinggi • Bahan olah mutu rendah

• Tercampur tanah liat

• Burner kurang baik Kadar kotoran

tinggi atau bervariasi

• Blending kurang sepurna

• Pre- cleaning tidak efektif

• Bahan olah kualitas rendah

• Air pencuci kotor

• Jumlah pass di kreper kurang banyak PRI rendah • Maturasi terlalu lama

• Bahan olah mutu rendah

• Karet teroksidasi atau terlalu lama terkena cahaya

(26)

2.9 Uji TGA (Thermal Gravimetric Analysis)

Gambar

Gambar 2.1. karet alam cis 1,4 poliisopren dan Gutta Percatrans 1,4 poliisopren
Tabel 2.1 Komposisi Lateks Segar dari Kebun dan Karet Kering
Gambar 2.2. Partikel karet dengan lapisan pelindung dan molekul air (Khairina, 2010).
Gambar 2.3. Hubungan pH dengan muatan listrik
+4

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL : NYAMUK WOLBACHIA DISEBAR DI KOTA YOGYA MEDIA : REPUBLIKA. TANGGAL : 19

Celik dkk., (2016), melakukan suatu penelitian untuk mengevaluasi asimetri kondilus dan ramus dalam arah vertikal pada pasien ortodonsia dewasa dengan pola pertumbuhan vertikal

Pepino ungu memiliki khasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung vitamin C yang tinggi dan juga kaya akan antioksidan yang mampu mencegah tubuh

Dalam hal ini upaya yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah pembelajaran pada materi IPA ini yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual atau

dimodifikasi oleh Kjellberg dkk., adalah dengan menarik garis dari permukaan yang paling lateral pada kondilus mandibula ke ramus ascenden yang ditandai dengan RL (ramus

Namun, menurut Saparina, dkk (2015) suasana pembelajaran dengan kelas yang menyenangkan sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan otak siswa. Otak adalah salah

Bila titik A didilatasi oleh [C, k] artinya dengan pusat C dan faktor skala k, ba- yangannya adalah G, maka nilai k adalah ….. Koordinat bayangan ketiga titik tersebut oleh

Penelitian ini melakukan pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, kandungan klorofil daun, berat segar bagian tanaman di atas tanah, berat segar bagian