• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan

pendekatan explanatory atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh mutu pelayanan yang meliputi bukti langsung (tangible),

kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan

kepedulian (simpathy) terhadap tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat

inap pada RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan

Kabupaten Padang Lawas mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni

tahun 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Menurut Sugiyono

(2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempuanyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh pasien rawat inap yang dirawat di RSUD Sibuhuan Kabupaten

(2)

rawat inap yang di rawat minimal 2 hari, karena di anggap telah mengetahui

keadaan pelayanan kesehatan selama penelitian berlangsung.

Kriteria pasien adalah :

1. Pasien rawat inap sudah mendapatkan pelayanan rawat inap minimal 2

(dua) hari.

2. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.

3. Pasien menilai mutu pelayanan berdasarkan pelayanan yang telah ia

dapatkan

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2010), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Slovin dalam

Notoatmodjo (2010), pengambilan sampel menggunakan rumus dengan

perhitungan sebagai berikut :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

d = Nilai Persen Tingkat Kesalahan (0,10)

Jumlah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan

Kabupaten Padang Lawas pada bulan Oktober sebanyak 300 orang, bulan

November 327 orang, bulan Desember 412 orang sehingga rata-rata perbulan

adalah sebanyak 346 orang, sehingga jumlah yang dijadikan sebagai sampel

(3)

n = 78 orang

Dari hasil perhitungan diatas didapat sampel yang di ambil sebanyak 78

pasien rawat inap. Teknik pengambilan sampel yang akan dilaksanakan dalam

penelitian ini adalah dengan cara sampling insidental (accidental sampling) yaitu

sampel diambil pada pasien yang kebetulan dirawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas pada waktu tertentu.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada responden

yang berisi daftar pernyataan serta jawaban yang telah disiapkan.

3.4.2 Data Skunder

Data skunder diperoleh dari laporan rekam medis Rumah Sakit Umum

Daerah Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas.

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Definisi Operasional Variabel Bebas

f. Bukti Langsung (Tangibles)

Bukti langsung yaitu fasilitas fisik, pegawai dan perlengkapan, serta

penampilan personil. Ruang tunggu, ruang operasi, peralatan dan bahan-bahan

(4)

g. Kehandalan (Reliability)

Kehandalan yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan yang diharapkan dengan akurat dan memuaskan. Janji ditepati sesuai

dengan jadwal, diagnosanya terbukti akurat.

h. Daya Tanggap (Responsiveness)

Daya tanggap yaitu kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan

dengan tanggap dan segera. Mudah diakses, tidak lama menunggu, bersedia

mendengar keluh-kesah pasien.

i. Jaminan (Assurance)

Jaminan yaitu pengetahuan, kemampuan, keramahan dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki petugas untuk memberikan pelayanan dengan

kepercayaan dan keyakinan serta bebas dari bahaya, resiko dan keraguan.

Keraguan, keterampilan, kepercayaan dan reputasi.

j. Empati (Empathy)

Empati yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang

baik, baik pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan. Mengenal pasien dengan

baik, mengingat masalah (penyakit, keluhan, dll) sebelumnya, pendengar yang

baik dan sabar.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel Terikat

Kepuasan pasien variabel terikat (dependen) adalah kepuasan pasien

terhadap mutu pelayanan rawat inap yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum

(5)

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Bebas

Variabel bebas (independen) yaitu mutu pelayanan rawat inap diukur

berdasarkan 5 dimensi mutu pelayanan yaitu bukti langsung (tangible),

kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan

empati (empathy).

a. Bukti Langsung (Tangibles) .

Untuk mengukur bukti langsung digunakan 5 buah pertanyaan dengan

menggunakan skala likert bdengan jawaban Sangat Tidak Baik skor 1, Tidak baik

diberi skor 2, Kurang Baik diberi skor 3, Baik diberi skor 4 dan Sangat Baik diberi

skor 5. Data berbentuk interval.

b. Kehandalan (Reliability)

Untuk mengukur kehandalan digunakan 5 buah pertanyaan dengan

menggunakan skala likert dengan jawaban Sangat Tidak Baik skor 1, Tidak Baik

diberi skor 2, Kurang Baik diberi skor 3, Baik diberi skor 4 dan Sangat Baik diberi

skor 5. Data berbentuk interval.

c. Daya Tanggap/ketanggapan (Responsiveness)

Untuk mengukur ketanggapan digunakan 5 buah pertanyaan dengan

menggunakan skala likert dengan jawaban Sangat Tidak Baik skor 1, Tidak Baik

diberi skor 2, Kurang Baik diberi skor 3, Baik diberi skor 4 dan Sangat Baik diberi

(6)

d. Jaminan (Assurance)

Untuk mengukur jaminan digunakan 5 buah pertanyaan dengan

menggunakan skala likert dengan jawaban Sangat Tidak Baik skor 1, Tidak Baik

diberi skor 2, Kurang Baik diberi skor 3, Baik diberi skor 4 dan sangat baik diberi

skor 5. Data berbentuk interval.

e. Empati (Empathy)

Untuk mengukur empati digunakan 5 buah pertanyaan dengan

menggunakan skala likert dengan jawaban Sangat Tidak Baik skor 1, Tidak Baik

diberi skor 2, Kurang Baik diberi skor 3, Baik diberi skor 4 dan Sangat Baik diberi

skor 5. Data berbentuk interval.

3.6.2 Variabel Terikat

Untuk mengukur Variabel terikat (dependen), maka peneliti membuat

pertanyaan yang sesuai dengan mutu serta langsung menanyakan kepuasan pasien

setelah mutu pelayanan di isi oleh responden.

Untuk mengukur kepuasan pasien digunakan 10 buah pertanyaan dengan

menggunakan skala likert dengan jawaban Sangat Tidak Puas skor 1, Tidak Puas

diberi skor 2, Kurang Puas diberi skor 3, Puas diberi skor 4 dan Sangat Puas diberi

skor 5. Data berbentuk interval.

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan pada setiap variabel dari

hasil penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

(7)

menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan variabel bebas.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis

dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui uji

statistik Pearson Correlation (Sumantri, 2011).

3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat ini dilakukan untuk menentukan besar dan eratnya

pengaruh antara variabel dependen dan independen, serta melihat variabel mana

yang paling dominan (Sumantri, 2011).

Menurut Riyanto (2012), analisis multivariat sangat baik digunakan untuk

mengetahui variabel independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap

variabel dependen, mengetahui apakah variabel independen berhubungan dengan

variabel dependen dipengaruhi variabel lain atau tidak, mengetahui bentuk

hubungan beberapa variabel independen dengan variabel dependen, apakah

berhubungan langsung atau pengaruh tidak langsung. Uji statistik yang digunakan

pada analisis multivariat ini adalah uji regresi linear berganda.

3.7.4 Persamaan Regresi

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk

(8)

X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y) dengan rumus menurut Akdom dan

Riduan (2007) sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan :

Y = Kepuasan Pasien

X1 = Bukti Langsung

X2 = Keandalan

X3 = Daya Tanggap

X4 = Jaminan

X5 = Kepedulian

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien Regresi

(9)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan 4.1.1 Sejarah Singkat

Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sibuhuan berawal

dari arah kebijakan pembangunan kesehatan daerah, dimana salah satunya adalah

pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah yang refresentatif yang didukung oleh

sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang profesional dibidangnya

guna menunjang kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2002

RSUD Sibuhuan mulai beroperasi. Awal tahun 2003 RSUD Sibuhuan diresmikan

oleh Bupati Tapanuli Selatan Bapak Drs. H.M. Shaleh Harahap dengan

dikeluarkannya izin penyelenggaraan RSUD Sibuhuan oleh Dinas Kesehatan

Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan No. 050/1072/2003 tanggal 22 April 2003.

Status RSUD Sibuhuan berdasarkan izin tersebut adalah kelas C. Berselang dua

bulan setelah itu Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen

Kesehatan RI mengeluarkan Nomor Kode Rumah Sakit untuk RSUD Sibuhuan,

yaitu 1203055 melalui surat No. IR.01.01.1.1.2664 tanggal 10 Juli 2003.

Fasilitas pelayanan RSUD Sibuhuan dengan kapasitas 100 tempat tidur,

meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan

spesialis penunjang medik, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang non

(10)

4.1.2 Visi dan Misi

a. Visi

Rumah sakit dengan pelayanan prima dan komprehensif. Hakekat yang

terkandung dalam visi tersebut adalah suatu tekad untuk memberikan pelayanan

medis yang terbaik kepada masyarakat yang dituangkan dalam pengertian

Pelayanan Prima, sedangkan pengertian Komprehensif adalah Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Sibuhuan mampu memberikan pelayanan kesehatan

kepada seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Padang Lawas dan sekitarnya

secara menyeluruh.

b. Misi

1. Melaksanakan pelayanan medis secara professional, terjangkau, etis kepada

masyarakat tanpa membedakan bangsa, suku, status sosial (ekonomi) dan

kepercayaan.

2. Menjadikan rumah sakit sebagai tempat berlindung, upaya kesehatan yang

aman dan nyaman dimana penderita menerima kepuasan pelayanan.

Penjabaran dari pengertian Misi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit merupakan pelayanan yang mempunyai

ruang lingkup yang luas, yaitu sebagai pelayanan jasa yang padat karya, padat

modal serta padat teknologi. Pelayanan Kesehatan yang diberikan bersifat

paripurna, yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif secara serasi dan terpadu, yang diberikan kepada seluruh

lapisan masyarakat tanpa memandang suku, status sosial (ekonomi) maupun

(11)

b. Kemajuan teknologi di bidang kedokteran sulit dibendung, disamping adanya

perubahan pola penularan dan penyebaran penyakit (transisi Epidemiologi),

tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat serta berbagai

perubahan yang terjadi sebagai dampak pembangunan di kabupaten Padang

Lawas. Pencapaian mutu pelayanan sesuai etika dan standar profesi didukung

pengembangan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang menghasilkan personil yang bersih, berwibawa, bermoral dan

profesional di bidangnya bermuara pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan

dalam rangka mewujudkan rumah sakit sebagai tempat berlindung yang

memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat, sehingga masyarakat

mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

4.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh karakteristik responden berdasarkan

data demografi yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, ruang rawat dan

karakteristik pembayaran.

Tabel 4.1 karakteristik Responden Penelitian di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Karakteristik Jumlah (n) Persentase

(12)

Lanjutan Tabel 4.1

Karakteristik Jumlah (n) Persentase

Pekerjaan

RSUD Sibuhan sebagian besar berada pada kisaran umur 30-40 tahun sebanyak 30

pasien (38,5%), kemudian selanjutnya dengan umur 41-50 tahun sebanyak 17

orang (21,8%). Umur responden 51-60 tahun berjumlah 16 pasien (20,5%) dan

umur pasien 20-30 tahun sebanyak 15 pasien (19,2%). Jenis kelamin responden

penelitian di RSUD Sibuhan sebagian besar laki-laki sebanyak 45 pasien (57,7%),

kemudian jenis kelamin perempuan sebanyak 33 orang (42,3%).

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 78 pasien yang diteliti pekerjaan

responden petani sebanyak 38 pasien (48,7%), kemudian jenis pekerjaan

wiraswasta sebanyak 20 pasien (25,6%). Ibu rumah tangga sebanyak 13 pasien

(16,7%), honor sebanyak 3 pasien (3,9%) dan pelajar sebanyak 4 pasien (5,1%).

Dengan demikian mayoritas responden memiliki pekerjaan petani (48,7%). Ruang

rawat inap yang digunakan pasien pada ruang VIP sebanyak 14 pasien (17,9%),

(13)

pasien (28,2%) dan ruang kelas I sebanyak 14 pasien (17,9%). Dengan demikian

mayoritas responden yang paling banyak menggunakan ruang rawat inap yaitu

kelas III (35,9%).

Pada tabel diatas dapat juga dilihat bahwa dari 78 pasien yang diteliti

karakteristik pembayaran yang digunakan pasien dengan BPJS sebanyak 65 pasien

(83,3%), kemudian umum sebanyak 13 pasien (16,7%). Dengan demikian

mayoritas responden mengunakan BPJS (83,3%). Dari 78 pasien yang diteliti

tingkatan pendidikan pasien SMP sebanyak 35 pasien (44,9%), SMA sebanyak 32

pasien (41,0%), D3 sebanyak 7 pasien (8,9%), kemudian S1 sebanyak 4 pasien

(5,1%). Dengan demikian mayoritas pendidikan pasien adalah SMP 35 pasien

(44,9).

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Gambaran Umum Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Berdasarkan Variabel Bukti Langsung

Variabel bebas (independen) yang digunakan pada penelitian ini adalah

mutu pelayanan rawat inap diukur berdasarkan 5 dimensi mutu pelayanan yaitu

bukti langsung (tangible), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness),

jaminan (assurance), dan empati (empathy). Berikut ini merupakan gambaran

persepsi pasien terhadap mutu pelayanan RSUD Sibuhuan yang disajikan pada

(14)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Berdasarkan Variabel Bukti Langsung

No Pernyataan STB TB KB B SB

F % F % F % F % F %

Bukti Langsung 1 Kelengkapan alat-alat

kesehatan yang dipakai 2 2.6 27 34.6 33 42.3 16 20.5 0 0.0 2 Kesiapan alat-alat

kesehatan yang dipakai 0 0.0 13 16.7 32 41.0 30 38.5 3 3.8 3 Kebersihan ruang

rawatan yang ditempati 0 0.0 7 9.0 21 26.9 48 61.5 2 2.6 4 Suasana ruang perawatan

yang nyaman 0 0.0 6 7.7 19 24.4 51 65.4 2 2.6 5 Kondisi kamar mandi

yang dipakai pasien 4 5.1 28 35.9 29 37.2 17 21.8 0 0.0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada variabel bukti langsung

sebagian besar menunjukkan bahwa tanggapan responden kelengkapan alat-alat

kesehatan yang menyatakan kurang baik 42,3%, dan yang menyatakan tidak baik

adalah 34,6%, sedangkan yang menyatakan baik hanya 20,5% (pernyataan 1).

Tanggapan pasien mengenai keadaan kamar mandi yang menyatakan tidak baik

adalah 35,9%, yang menyatakan kurang baik 37,2% pasien dan yang menyatakan

baik adalah 21,8% (pernyataan nomor 5).

Untuk melihat persentase responden yang menjawab masing-masing

kategori sangat tidak baik, tidak baik, kurang baik, baik, dan sangat baik maka

dilakukan perhitungan rata-rata tanggapan pasien. Dikarenakan jumlah pertanyaan

pada variabel bukti langsung terdapat 5 pernyataan, maka untuk mengetahui

rata-rata tanggapan pasien jumlah frekuensi yang diperoleh dibagi dengan 5. Misalnya,

untuk menghitung responden yang menjawab sangat tidak baik adalah:

(15)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Berdasarkan Variabel Bukti Langsung

Bukti Langsung (Tangible) Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tidak Baik 2 2,6

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa 34.4% pasien menyatakan

bahwa bukti langsung di RSUD Sibuhuan kurang baik, 20,8% pasien mengatakan

tidak baik dan 41,5% responden menyatakan bahwa variabel bukti langsung di

RSUD Sibuhuan sudah dikategorikan dengan baik.

4.3.2 Gambaran Umum Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Berdasarkan Variabel Kehandalan

(16)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada variabel kehandalan

sebagian besar menunjukkan bahwa tanggapan responden prosedur pelayanan

yang tidak berbelit-belit yang menyatakan kurang baik 38,5%, dan yang

menyatakan baik adalah 52,6%, sedangkan yang menyatakan sangat baik hanya

5,1% (pernyataan 5). Tanggapan pasien mengenai pelayanan perawatan yang

cepat dan teratur yang menyatakan kurang baik adalah 19,2% dan yang

menyatakan baik 67,9 pasien (pernyataan nomor 4). Tanggapan pasien mengenai

pengobatan yang benar dan tepat yang menyatakan kurang baik adalah 29,5% dan

yang menyatakan baik 58,9% pasien (pernyataan nomor 3).

Dengan cara yang sama dengan variabel sebelumnya dilakukan

perhitungan rata-rata tanggapan pasien seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Berdasarkan Variabel Kehandalan

Kehandalan (Reliability) Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tidak Baik 0 0.5

Tidak Baik 3 4.4

Kurang Baik 23 28.9

Baik 45 57.7

Sangat baik 7 8.5

Jumlah 78 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa 28,9% kehandalan RSUD

Sibuhuan kurang baik dan 57,7% kehandalan rumah sakit baik. 28,9% pasien

mengatakan kehandalan RSUD Sibuhuan kurang baik dan 4,4% pasien

(17)

4.3.3 Gambaran Umum Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Berdasarkan Variabel Daya Tanggap

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Berdasarkan Variabel Daya Tanggap

menunjukkan bahwa tanggapan responden kemampuan dokter menyelesaikan

keluhan dokter yang menyatakan kurang baik 25,6%, dan yang menyatakan baik

adalah 61,5%, sedangkan yang menyatakan tidak baik hanya 5,1% (pertanyaan 1).

Tanggapan pasien mengenai kesiapan perawat untuk merespon permintaan pasien

yang menyatakan kurang baik adalah 32,1% dan yang menyatakan baik 58,9%

pasien (pertanyaan nomor 3). Tanggapan pasien mengenai kemampuan perawat

menanggapi keluhan pasien yang menyatakan kurang baik adalah 25,6% dan

(18)

cara yang sama untuk menghitung rata-rata tanggapan pasien untuk variabel daya

tanggap, diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Berdasarkan Variabel Daya Tanggap

Daya Tanggap (Responsiveness) Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tidak Baik 2 2.3

daya tanggap RSUD Sibuhuan kurang baik dan 52,3% pasien mengatakan dalam

kategori baik.

4.3.4 Gambaran Umum Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Berdasarkan Variabel Jaminan

(19)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa pada variabel jaminan

menunjukkan bahwa tanggapan responden keterampilan perawat dalam

melaksanakan tugas yang menyatakan tidak baik 25,6%, dan yang menyatakan

kurang baik adalah 51,3%, sedangkan yang menyatakan baik hanya 23,1%

(pernyataan 1). Tanggapan pasien mengenai kemampuan dokter mengatasi

penyakit yang diderita pasien yang menyatakan baik adalah 80,8% dan yang

menyatakan kurang baik 15,4% pasien (pernyataan nomor 3). Tanggapan pasien

mengenai jaminan keamanan dan kepercayaan pelayanan yang menyatakan tidak

baik adalah 14,1% dan yang menyatakan kurang baik 32,1% pasien (pernyataan

nomor 5). Dengan cara yang sama diperoleh nilai rata-rata tanggapan responden

utnuk variabel jaminan.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Berdasarkan Variabel Jaminan

Jaminan (Assurance) Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tidak Baik 0 0.3

Tidak Baik 14 18.2

Kurang Baik 30 37.9

Baik 32 40.5

Sangat baik 2 3.1

Jumlah 78 100.0

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa 18,2% pasien di ruang rawat inap RSUD

Sibuhuan menyatakan jaminan rumah sakit tidak baik, 37,9% mengatakan kurang

(20)

4.3.5 Gambaran Umum Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Berdasarkan Variabel Empati

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Berdasarkan Variabel Empati

menunjukkan bahwa tanggapan responden perawat yang selalu bersikap ramah dalam

memberikan pelayanan yang menyatakan tidak baik 28.2%, dan yang menyatakan

kurang baik adalah 56.4%, sedangkan yang menyatakan baik hanya 15,4%

(pernyataan 4). Tanggapan pasien mengenai perawatan yang diberikan tidak

memandang status sosial yang menyatakan tidak baik adalah 41,0% dan yang

menyatakan kurang baik 39,7% pasien (pernyataan nomor 5). Tanggapan pasien

mengenai sikap dokter yang selalu ramah yang menyatakan tidak baik adalah

34,6% dan yang menyatakan kurang baik 25,6% pasien (pernyataan nomor 3).

Selanjutnya adalah melakukan perhitungan rata-rata tanggapan pasien untuk

(21)

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Berdasarkan Variabel Empati

Empati (Emphaty) Frekuensi Persentase (%)

Sangat Tidak Baik 0 0.0

Tidak Baik 26 33.1

Kurang Baik 29 37.4

Baik 23 29.5

Sangat baik 0 0.0

Jumlah 78 100.0

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa 33,1% pasien mengatakan

empati rumah sakit tidak baik dan 37,4% pasien mengatakan kurang baik. Oleh

karena itu, berdasarkan kelima indikator yang digunakan yaitu bukti langsung,

kehandalan, jaminan, daya tanggap dan empati, maka dapat disimpulkan bahwa

mutu pelayanan RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas yang memiliki

persentasi keluhan paling tinggi adalah variabel bukti langsung (tangible), jaminan

dan empati.

4.3.6. Distribusi Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepuasan

pasien. Kepuasan pasien yang dimaksud merupakan kepuasan pasien terhadap

mutu pelayanan rawat inap yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah

Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas. Untuk mengukur tingkat kepuasan pasien

rawat inap digunakan instrument kuisioner yang terdiri dari 10 butir pernyataan.

Berikut ini merupakan frekuensi persepsi pasien terhadap pasien rawat inap RSUD

(22)
(23)

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa tanggapan pasien

terhadap kebersihan ruang rawat inap 10,3% pasien menyatakan tidak puas, 67,9%

pasien mengatakan kurang puas, sedangkan yang mengatakan puas hanya sebesar

20,5% pasien (pernyataan nomor 9). Tanggapan pasien mengenai kelengkapan

alat-alat kesehatan 34,6% pasien mengatakan tidak puas, 44,9% pasien

mengatakan kurang puas dan 17,9% pasien yang mengatakan puas (pernyataan

nomor 10). Tanggapan pasien terhadap keakuratan diagnose yang ditetapkan oleh

rumah sakit mengatakan 92,3% merasa puas dan 7,7% mengatakan kurang puas

dengan diagnosa tersebut (pernyataan nomor 1).

Untuk mengetahui rata-rata tanggapan pasien untuk variabel kepuasan

pasien setiap frekuensi dalam kategori dibagi dengan 10, dikarenakan jumlah

pernyataan terdapat 10 buah. Misalnya untuk kategori sangat tidak puas pada tabel

4.12 diperoleh 16 responden, maka

Tanggapan pasien sangat tidak puas = 5/10 = 0,5 ≈ 1 responden.

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Tahun 2017

No Kepuasan Pasien Frekuensi Persentase %

1 Sangat Tidak Puas 1 0.6

2 Tidak Puas 8 10.5

3 Kurang Puas 33 42.6

4 Puas 35 44.9

5 Sangat Puas 1 1.4

Jumlah 78 100.0

Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dilihat bahwa 42,56% pasien mengaku

(24)

10.51% pasien mengaku tidak puas dengan pelayanan yang diberikan rumah sakit.

Sedangkan 44.87% pasien menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan

oleh pihak rumah sakit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien yang

mengatakan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

cukup besar.

4.4. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel bebas (bukti

langsung, kehandalan, daya tanggap, jaminan, kepedulian) terhadap variabel

terikat (kepuasan pasien). Dikatakan ada hubungan dan bermakna secara statistik

jika diperoleh hasil uji lebih kecil dari nilai “p” (signifikan) yang ditentukan yaitu

p < 0,05 dengan menggunakan uji statistik Pearson Correltion. Secara rinci dapat

di lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.15 Hasil pengujian Pearson Correlation Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan

No Variabel Pearson Correlation P Value

1 Bukti Langsung 0,295 0,009

2 Kehandalan 0,252 0,026

3 Daya Tanggap 0,606 0,001

4 Jaminan 0,093 0,420

5 Empati 0,706 0,036

Berdasarkan hasil pengujian di atas dapat di lihat bahwa variabel mutu

pelayanan rumah sakit yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel

kepuasan pasien rawat inap di RSUD Sibuhuan yaitu variabel bukti langsung,

(25)

Sedangkan untuk variabel jaminan diperoleh hasi tidak berhubungan secara

signifikan. Untuk lebih lanjut melihat besar pengaruh yang diberikan oleh

masing-masing variabel mutu pelayanan rumah sakit terhadap kepuasan pasien dapat

dilihat dengan melakukan pengujian multivariat menggunakan analisis regresi

linear berganda.

4.4.1 Hubungan Antara Variabel Bukti Langsung dengan Kepuasan Pasien di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara bukti langsung dengan kepuasan pasien rawat

inap di RSUD Sibuhuan, dimana nilai p = 0,009 < 0,05. Hubungan yang terbentuk

antara dua variabel ini menunjukkan hubungan positif rendah dengan r = 0,295,

artinya semakin tinggi mutu pelayanan variabel bukti langsung maka semakin baik

kepuasan pasien rawat inap dan dapat berlanjut ke uji multivariat.

4.4.2. Hubungan Antara Variabel Kehandalan dengan Kepuasan Pasien di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kehandalan dengan kepuasan pasien rawat inap

di RSUD Sibuhuan, dimana nilai p = 0,026 < 0,05. Hubungan yang terbentuk

antara dua variabel ini menunjukkan hubungan positif lemah dengan r = 0,252,

artinya semakin tinggi mutu pelayanan variabel kehandalan maka semakin baik

kepuasan pasien rawat inap dan dapat berlanjut ke uji multivariat.

4.4.3 Hubungan Antara Variabel Daya Tanggap dengan Kepuasan Pasien di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat

(26)

di RSUD Sibuhuan, dimana nilai p = 0,001 < 0,05. Hubungan yang terbentuk

antara dua variabel ini menunjukkan hubungan yang kuat dengan r = 0,606 dan

berpola prositif, artinya semakin tinggi mutu pelayanan variabel daya tanggap

maka semakin baik kepuasan pasien rawat inap dan dapat berlanjut ke uji

multivariat.

4.4.4 Hubungan Antara Variabel Jaminan dengan Kepuasan Pasien di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara variabel jaminan dengan kepuasan pasien rawat

inap di RSUD Sibuhuan, dimana nilai p = 0,420 < 0,05.

4.4.5 Hubungan Antara Variabel Empati dengan Kepuasan Pasien di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara empati dengan kepuasan pasien rawat inap di

RSUD Sibuhuan, dimana nilai p = 0,036 < 0,05. Hubungan yang terbentuk antara

dua variabel ini menunjukkan hubungan yang kuat dengan r = 0,706 dan berpola

positif, artinya semakin tinggi mutu pelayanan variabel empati maka semakin baik

kepuasan pasien rawat inap dan dapat berlanjut ke uji multivariat.

4.5 Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan analisis yang digunakan untuk melihat

faktor yang paling dominan berpengaruh dari variabel mutu pelayanan yaitu bukti

langsung, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati terhadap variabel terikat

kepuasan pasien rawat inap. Berdasarkan pengujian bivariat diperoleh bahwa

(27)

bukti langsung, kehandalan, daya tanggap dan empati. Oleh karena itu, pengujian

yang dilakukan dengan menggunakan keempat variabel yang memiliki hubungan

terhadap kepuasan pasien. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode

regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil uji regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (α=

0,05) menunjukkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara bukti langsung (p = 0,010) dan daya

tanggap (p = 0,001) terhadap kepuasan pasien ruang rawat inap di RSUD

Sibuhuan Padang Lawas karena nilai p < 0,05.

2. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel kehandalan (p = 0,058)

dan empati (p = 0,161) terhadap kepuasan pasien ruang rawat inap di RSUD

Sibuhuan Padang Lawas karena nilai p > 0,05.

3. Koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai 0.463, ini berarti regresi

linear yang digunakan dapat dijelaskan besar pengaruh bukti langsung dan daya

tanggap terhadap kepuasan pasien rawat inap sekitar 46,3% dan selebihnya

53,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam penelitian

ini.

4. Hasil Anova memiliki nilai F = 15,764 dan p = 0,001 < 0,05 menunjukkan

bahwa variabel independent (bukti langsung dan daya tanggap) mampu

menjelaskan secara nyata pengaruhnya terhadap variabel dependen (kepuasan

(28)

5. Model persamaan regresi yang dibentuk adalah:

Y = a + b1X1 + b4X4 + e

Y = 13,762 + 0.275X1 + 0.554X3 + e

Keterangan

Y = Kepuasan Pasien

X1 = Variabel Bukti Langsung

X3 = Variabel Daya Tanggap

6. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa apabila variabel bukti langsung naik

satu poin maka variabel kepuasan pasien akan naik sebesar 0.275 kali, dan

apabila variabel daya tanggap naik satu poin maka variabel kepuasan pasien

akan naik 0.554 kali. Dari kedua variabel mutu pelayanan yang memiliki

pengaruh tersebut, variabel yang paling berpengaruh adalah daya tanggap

dikarenakan nilai koefisien (B) yang lebih besar dibandingkan variabel bukti

langsung, yaitu sebesar 0.554. Hasil regresi yang dijelaskan diatas dapat dilihat

(29)

Tabel 4.16 Hasil Analisis Regresi Berganda Mutu Pelayanan (Bukti Langsung, Kehandalan, Daya Tanggap dan Empati) Terhadap Kepuasan PasienRuang Inap di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Variabel Taraf

Signifikan B R

R

Square F

P-Value Bukti

Langsung 0,010 0,275

0,681 0,463 15,764 0,001

Kehandalan 0,058 0,189

Daya

Tanggap 0,001 0,554

(30)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Mutu Pelayanan Bukti Langsung Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkah hasil pengujian regresi linear berganda diperoleh data bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara bukti langsung terhadap kepuasan pasien

rawat inap dengan p=0,010<0,05.

Hasil yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Maryati

(2014), yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan

pasien rawat inap dan variabel bukti langsung memiliki pengaruh paling besar

terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Columbia Asia Medan.

Menurut penelitian Hermanto (2010) tentang pengaruh persepsi mutu pelayanan

kebidanan terhadap kepuasan pasien rawat inap kebidanan di RSUD Dr. H

Soemarsono Sostroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur menyebutkan bahwa

variabel empati dan bukti langsung memiliki pengaruh terhadap persepsi pasien.

Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitan yang dikemukakan oleh Haryati

(2004), bahwa bukti fisik (tangibles) merupakan suatu hal yang secara nyata turut

mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk

jasa yang ditawarkan.

Menurut Parasuraman dkk dalam Supranto (2011), bukti langsung yaitu

fasilitas fisik, pegawai dan perlengkapan, serta penampilan personil. Ruang

tunggu, ruang operasi, peralatan dan bahan-bahan tertulis. Jika suatu rumah sakit

(31)

aktivitas pasien di ruang rawat inap. Hal ini tentunya akan menimbulkan

kekecewaan bagi pasien ataupun keluarga pasien yang melakukan kunjungan.

Dengan timbulnya rasa kekecewaan, maka hal ini akan memberikan pandangan

yang buruk bagi masyarakat terhadap rumah sakit yang bersangkutan.

Berdasarkan bagian sebelumnya diketahui bahwa 34,4% pasien menyatakan

bukti langsung di RSUD Sibuhuan kurang baik dan 20,8% menyatakan tidak baik.

Pasien rawat inap yang dijadikan responden terbagi ke dalam kategori pasien BPJS

dan Pasien Umum. Untuk pasien umum terdapat 13 responden, sedangkan BPJS

65 responden. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner yang dilakukan pasien umum

diperoleh bahwa berdasarkan variabel bukti langsung sebanyak 1 pasien

menyatakan sangat tidak baik, 3 pasien menyatakan tidak baik, 4 pasien

menyatakan kurang baik, 4 pasien menyatakan baik dan 1 pasien menyatakan

sangat baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan alat-alat kesehatan dan

keadaan kamar mandi di RSUD Sibuhuan menurut sebagian besar responden

pasien umum/BPJS menyatakan kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan pasien umum/BPJS, pasien mengeluhkan keadaan

kamar mandi dengan kondisi air yang sering macet akan menghambat aktivitas

sehari-hari dan pasien juga mengeluhkan kondisi pintu kamar mandi yang rusak

sehingga sulit untuk ditutup. Hal ini menjadi penyebab penurunan kepuasan pasien

terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien.

Selanjutnya terkait dengan kelengkapan peralatan kesehatan, menurut pasien

(32)

mengatasi permasalahan kesehatan di daerah Sibuhuan. Hal ini dibuktikan dengan

adanya pasien yang dirujuk ke rumah sakit tertentu guna melakukan pengobatan

lebih lanjut menggunakan peralatan yang lebih lengkap.

Menurut Supranto (2011), bahwa pelanggan yang puas terhadap produk jasa

maka dapat bertindak sebagai sales promotion yang efektif. Seorang pelanggan

yang kecewa akan menceritakan kekecewaannya kepada 9 sampai 20 orang yang

dikenalnya. Bila pasien merasa nyaman dengan layanan di sebuah Rumah Sakit,

maka kenyamanan akan mempengaruhi kepuasan pasien, sehingga mendorong

pasien untuk datang berobat kembali.

Hasil penelitian yang sama diperoleh Khasanah & Pertiwi (2012), bahwa

variabel tangible (bukti langsung) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kepuasan pasien di rumah sakit St. Elisabeth Semarang dengan nilai signifikansi

sebesar p=0,048. Penelitian ini mengemukakan bahwa berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan dengan responden menyebutkan Wujud Fisik R.S. St.

Elisabeth berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen, sehingga wujud fisik

yang berkembang pada suatu objek rumah sakit dapat berakibat pada

meningkatnya kepuasan konsumen rumah sakit.

5.2 Pengaruh Mutu Pelayanan Kehandalan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diperoleh bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kehandalan dengan kepuasan pasien rawat inap

di RSUD Sibuhuan, dimana nilai p=0,026>0,05. Sedangkan pada pengujian

(33)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kepuasan pasien dengan

p=0,058>005.

Hasil yang sama juga diperoleh Ratnawati (2015) menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan antara persepsi kehandalan dengan tingkat kepuasan pasien

KIA Puskesmas Ngesrep Kota Semarang dengan nilai signifikansi sebesar

p=0,962>0,05. Indikator yang digunakan pada penelitian ini adalah pelayanan

dilakukan oleh bidan yang berkompeten, prosedur pelayanan tidak berbelit-belit,

hanya 5 menit pasien sudah dapat mendapatkan nomor antrian, memberi

pelayanan dengan cepat, tanggap dan sesuai dengan prosedur. Menurut penyataan

dari salah satu responden yang mendapatkan pelayanan secara cepat dan tepat atas

keluhan yang dirasakan selama kehamilan dan bidan juga memberikan penjelasan

mengenai kebutuhan gizi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hermanto (2010) tentang pengaruh persepsi mutu pelayanan kebidanan terhadap

kepuasan pasien rawat inap kebidanan di RSUD Dr. H Soemarsono

Sostroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur menyebutkan bahwa variabel

kehandalan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Menurut Parasuraman dkk dalam Supranto (2011), kehandalan yaitu

kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dengan

akurat dan memuaskan. Janji ditepati sesuai dengan jadwal, diagnosanya terbukti

akurat.

Berdasarkan bagian sebelumnya diketahui bahwa 28,9% pasien menyatakan

kehandalan di RSUD Sibuhuan kurang baik dan 4,4% menyatakan tidak baik.

(34)

dan Pasien Umum. Untuk pasien umum terdapat 13 responden, sedangkan BPJS

65 responden. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner yang dilakukan pasien umum

diperoleh bahwa sebanyak 4 pasien menyatakan kehandalan di RSUD Sibuhuan

kurang baik, 8 pasien menyatakan baik dan 1 pasien menyatakan sangat baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian obat yang tepat dan benar

sudah baik dilakukan di RSUD Sibuhuan karena sebagian besar responden

mengatakan ketepatan waktunya sudah tepat. Responden pasien umum/BPJS yang

menjawab kurang baik menyatakan bahwa pelayanan pemeriksaan yang cepat dan

tepat kurang baik dilakukan. Hal ini dikarenakan adanya dokter yang tidak tepat

waktu datang untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien sehingga pasien

harus menunggu.

5.3 Pengaruh Mutu Pelayanan Daya Tanggap Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson pada bagian sebelumnya

diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara daya tanggap dengan

kepuasan pasien rawat inap di RSUD Sibuhuan, dimana nilai p = 0,001 < 0,05.

Kemudian pengujian regresi linear berganda menunjukkan hasil bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel daya tanggap terhadap variabel kepuasan

pasien dengan nilai p = 0,001 < 0,05.

Hasil yang sama diperoleh oleh Pasaribu (2016), mengemukakan bahwa

daya tanggap dan bukti fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Aek Kanopan Labuhanbatu Utara

dan variabel daya tanggap merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

(35)

Menurut Parasuraman dkk dalam Supranto (2011), daya tanggap yaitu

kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan dengan tanggap dan segera.

Mudah diakses, tidak lama menunggu, bersedia mendengar keluh-kesah pasien.

Berdasarkan hasil teoritis dari berbagai referensi dapat disimpulkan bahwa daya

tanggap merupakan tindakan pelayanan yang cepat dan tepat untuk mengatasi

keluhan yang ada. Sama hal nya dengan sebuah rumah sakit, ketanggapan yang

dimaksud adalah respon cepat yang diberikan oleh pihak rumah sakit baik dokter,

perawat maupun staf administrasi rumah sakit.

Berdasarkan bagian sebelumnya diketahui bahwa 28,7% pasien menyatakan

daya tanggap RSUD Sibuhuan kurang baik dan 9,2% menyatakan tidak baik.

Pasien rawat inap yang dijadikan responden terbagi ke dalam kategori pasien

BPJS dan Pasien Umum. Untuk pasien umum terdapat 13 responden, sedangkan

BPJS 65 responden Hasil pengisian kuisioner yang dilakukan pasien umum

menunjukkan bahwa sebanyak 1 pasien menyatakan daya tanggap RSUD

Sibuhuan sangat tidak baik, 4 pasien menyatakan kurang baik, 6 pasien

menyatakan baik dan 2 pasien menyatakan sangat baik.

Menurut pasien umum/BPJS menyatakan bahwa kesiapan perawat untuk

merespon permintaan pasien ataupun keluarga pasien masih belum tepat. Hal ini

di karenakan sebagian besar pasien menyatakan bahwa setiap ada permintaan

pasien ataupun keluarga pasien tidak segera ditanggapi dan pasien juga

mengatakan perawat kurang cepat merespon keluhan pasien ataupun keluarga

pasien sehingga pasien harus menunggu tindakan dari perawat. Sehingga pasien

(36)

Menurut Azwar (1996) bahwa pelayanan yang diberikan petugas (dokter)

merupakan salah satu penunjang keberhasilan pelayanan kepada pasien yang

sedang menjalani pengobatan serta perawatan khususnya pasien rawat inap.

Perilaku pelayanan diantaranya ditunjukkan sikap dokter dalam melayani pasien.

Sikap yang ditunjukkan dengan tingkah laku hendaknya memenuhi norma yang

dikehendaki oleh masyarakat terutama oleh penderita dan keluarga pasien. Dalam

memberikan pelayanan seorang dokter harus bersikap sopan, sabar, ramah, tidak

ragu-ragu dan penuh perhatian terhadap pasien. Menjalin hubungan yang baik

dengan pasien dan keluarganya agar timbul kepercayaan pasien kepada dokter

tersebut. Sebelum memeriksa pasien sebaiknya dokter memperkenalkan diri

terlebih dahulu.

5.4 Pengaruh Mutu Pelayanan Jaminan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Hasil analisis bivariat yang menggunakan korelasi pearson pada bagian

sebelumnya menunjukkan bahwa variabel mutu pelayanan jaminan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan p=0,420>0,05. Oleh karena itu variabel jaminan tidak

dimasukkan ke dalam pengujian regresi linear berganda.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Hermanto (2010), yang dilakukan di

RSUD Dr. H Soemarsono Sostroatmodjo Bulungan Kalimantan Timur yang

menyatakan bahwa variabel jaminan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Berdasarkan bagian sebelumnya diketahui bahwa 37,9% pasien

menyatakan jaminan di RSUD Sibuhuan kurang baik dan 18,2% menyatakan tidak

baik. Pasien rawat inap yang dijadikan responden terbagi ke dalam kategori pasien

(37)

BPJS 65 responden. Hasil pengisian kuisioner yang dilakukan pasien umum

menunjukkan bahwa sebanyak 2 pasien umum menyatakan jaminan di RSUD

Sibuhuan tidak baik, 5 pasien menyatakan kurang baik, 5 pasien menyatakan baik

dan 1 pasien menyatakan sangat baik

Berdasarkan wawancara dengan responden, responden menuturkan bahwa

keterampilan perawat dalam melaksanakan tugas kurang baik/kurang terampil

dikarenakan masih adanya perawat yang tidak pandai dalam menginfus sehingga

sering terjadi tangan pasien berdarah dan tali infus tidak berfungsi. Sedangkan

pengobatan yang diberikan dokter mampu mengatasi penyakit menurut responden

sudah baik karena pasien sudah percaya terhadap dokter yang telah memeriksanya

dan yang telah memberikannya resep obat dan mereka mengatakan pengobatan

yang diberikan dokter mampu mengurangi rasa sakit yang diderita pasien.

Menurut Alma (2009) Assurance yaitu berupa kemampuan karyawan

untuk menimbullkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah

dikemukakan kepada konsumen. Parasuraman dkk dalam Supranto (2011),

jaminan yaitu pengetahuan, kemampuan, keramahan dan sifat dapat dipercaya

yang dimiliki petugas untuk memberikan pelayanan dengan kepercayaan dan

keyakinan serta bebas dari bahaya, resiko dan keraguan. Keraguan, keterampilan,

kepercayaan dan reputasi.

Menurut Nurmawati (2013), jaminan mutu pelayanan kesehatan ialah suatu

proses upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, obyektif

dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan

(38)

menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai kemampuan

yang ada dan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk

lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Pohan (2003), menyatakan bahwa jaminan mutu pelayanan kesehatan atau

Quality Assurance in Healthcare merupakan salah satu pendekatan atau upaya

yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada pasien. Kita sebagai profesional pelayanan kesehatan baik sebagai

perorangan ataupun kelompok harus selalu berupaya memberikan pelayanan

kesehatan yang terbaik mutunya kepada semua pasien tanpa terkecuali.

Pasien/masyarakat melihat pelayanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu

pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan

diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan

mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau

meluasnya penyakit.

5.5 Pengaruh Mutu Pelayanan Empati Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas

Hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara empati dengan kepuasan pasien ruang inap di RSUD Sibuhuan,

dimana nilai p=0,036<0,05. Hubungan yang terbentuk antara dua variabel ini

menunjukkan hubungan yang kuat dengan r = 0,706 dan berpola positif, artinya

semakin tinggi mutu pelayanan variabel empati maka semakin baik kepuasan

pasien rawat inap dan dapat berlanjut ke uji multivariat.

Setelah melakukan uji multivariate menggunakan regresi linear berganda

(39)

terhadap kepuasan pasien ruang rawat inap di RSUD Sibuhuan Padang Lawas

karena nilai p>0,05. Dengan kata lain variabel ini hanya sekedar memiliki

hubungan dengan kepuasan pasien, namun tidak memberikan pengaruh yang

bermakna terhadap kepuasan pasien di RSUD Sibuhuan Padang Lawas.

Menurut Parasuraman dkk dalam Supranto (2011), empati yaitu

pengetahuan, kemampuan, keramahan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

petugas untuk memberikan pelayanan dengan kepercayaan dan keyakinan serta

bebas dari bahaya, resiko dan keraguan. Keraguan, keterampilan, kepercayaan dan

reputasi.

Berdasarkan bagian sebelumnya diketahui bahwah pasien menyatakan

empati di RSUD Sibuhuan kurang baik sebesar 37,4% dan 33,1% menyatakan

tidak baik. Pasien rawat inap yang dijadikan responden terbagi ke dalam kategori

pasien BPJS dan pasien umum. Untuk pasien umum terdapat 13 responden,

sedangkan BPJS 65 responden. Hasil pengisian kuisioner yang dilakukan pasien

umum menunjukkan bahwa sebanyak 3 pasien umum menyatakan empati di

RSUD Sibuhuan tidak baik, 6 pasien menyatakan kurang baik dan 4 pasien

menyatakan baik.

Berdasarkan hasil wawancara, menurut pasien sebagian besar perawat di

rumah sakit kurang ramah dan sopan dalam melayani pasien dan disini petugas

kesehatan belum menerapkan 3S yaitu Sapa, Senyum, dan Sentuh padahal di

rumah sakit ini sudah dianjurkan agar menerapkan ini. Berdasarkan pengamatan

(40)

dokter dan perawat kurang senyum dan tidak memberikan perhatian terhadap

pasien.

Variabel empati merupakan hal yang harus diperhatikan dengan bijak oleh

pihak rumah sakit untuk membuat pasien merasa senang dan nyaman berobat di

rumah sakit. Namun, kenyataannya sejauh ini variabel ini tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien.

5.6 Kepuasan Pasien Ruang Rawat Inap di RSUD Sibuhan Kabupaten Padang Lawas

Menurut Pohan (2003), kepuasan adalah suatu tingkat perasaan pasien yang

timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah

pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan nya. Jadi, tingkat

kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan

harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pasien akan kecewa. Bila kinerja

sesuai dengan harapan, pasien akan puas. Sedangkan apabila kinerja melebihi

harapan, pasien akan sangat puas. Untuk menciptakan kepuasan pasien pihak

rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh

pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan penjabaran pada bab

sebelumnya ditemukan sebagian pasien sudah merasa puas dengan pelayanan

yang diberikan oleh RSUD Sibuhuan. Namun sebagian lagi menyatakan kurang

puas dengan pelayanan yang diberikan seperti perawat yang kurang terampil

dalam melakukan pelayanan terhadap pasien, perawat yang kurang ramah, kurang

lengkapnya alat-alat kesehatan, dan pasien kurang puas dengan kondisi ruang

(41)

memiliki potensi untuk tidak datang lagi ke RSUD Sibuhuan untuk melakukan

pengobatan. Kemungkinan besar pasien yang tidak puas akan mencari rumah sakit

yang lain dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Rawat Inap

Nomor Kepuasan Pasien Keterangan

f %

1 Sangat Tidak Puas 1 0.6 Berpotensi Pindah

2 Tidak Puas 8 10.5 Berpotensi Pindah

3 Kurang Puas 33 42.6 Berpotensi Pindah

4 Puas 35 44.9 Berpotensi Datang Kembali

5 Sangat Puas 1 1.4 Berpotensi Datang Kembali

Jumlah 78 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 42 pasien (53,7%)

memiliki potensi untuk tidak datang lagi untuk berobat ke RSUD Sibuhuan atau

berpindah ke klinik/ke rumah sakit yang lain. Apabila dibiarkan terus menerus

maka, eksistensi dan kepercayaan di RSUD Sibuhuan bagi masyarakat akan terus

berkurang. Tentunya apabila rumah sakit tersebut sudah tidak dipercaya oleh

masyarakat maka profit yang diperoleh akan kecil dan memiliki kemungkinan

untuk rugi secara materil. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit

melakukan perbaikan dan evaluasi guna meningkatkan kepuasan pasien dan

memperbaiki mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Menurut penuturan pasien berdasarkan wawancara yang dilakukan, mereka

menggunakan jasa pelayanan RSUD Sibuhuan ini dikarenakan rumah sakit ini

merupakan rumah sakit pemerintah di daerah kabupaten Padang Lawas. Oleh

karena itu, keluarga pasien menaruh kepercayaan dalam melakukan pengobatan

(42)

kurang untuk melakukan pengobatan ke luar kota. Rumah sakit ini menjadi salah

satu alternative terbaik bagi pasien untuk melakukan pengobatan terkait penyakit

(43)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa

1. Hasil penelitian bivariat menunjukkan bahwa bukti langsung, kehandalan, daya

tanggap dan empati secara signifikan berhubungan terhadap kepuasan pasien

rawat inap di RSUD Sibuhuan. Sedangkan jaminan tidak berhubungan secara

signifikan terhadap kepuasan pasien.

2. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi linear berganda diperoleh hasil

bahwa variabel bukti langsung dan daya tanggap mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kepuasan pasien rawat inap di RSUD Sibuhuan.

3. Daya tanggap memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kepuasan pasien

rawat inap di Rumah sakit Umum Daerah Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas.

4. Koefisien determinasi sebesar 46,3% menjelaskan bahwa besar pengaruh yang

diberikan variabel bukti langsung dan daya tanggap terhadap kepuasan pasien,

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada

(44)

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis setelah melakukan penelitian ini

adalah:

1. Kepada Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas perlu

lebih meningkatkan bukti fisik seperti kelengkapan alat kesehatan,

memperhatikan kondisi kamar mandi ruang rawat inap dan kenyamanan rumah

sakit.

2. Pada daya tanggap perlu meningkatkan kemampuan perawat dan dokter dalam

menyelesaikan keluhan pasien, meningkatkan kesiapan perawat untuk

merespon permintaan pasien, dan perlu untuk meningkatkan kemudahan pasien

dalam menghubungi dokter dan perawat.

3. Kepada pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan agar

melakukan pengawasan dan kontrol dengan baik terhadap tenaga medis seperti

dokter dan perawat, sehingga kinerjanya lebih baik dan dapat memenuhi

Gambar

Tabel 4.1  karakteristik Responden Penelitian di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tanggapan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
Tabel 4.3  Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD   Sibuhuan Berdasarkan Variabel Bukti Langsung
Tabel 4.5  Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada dimensi assurance (jaminan) berpengaruh secara siginifikan terhadap kepuasan pasien rawat inap

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kepuasan pasien rawat inap terhadap mutu pelayanan di Rumah Sakit Hidayah Boyolali dan mengidentifikasi atribut

Catur Haryati : Analisis Persepsi Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap RSUD..., 2004 USU Repository © 2008... Catur Haryati : Analisis Persepsi Mutu

Hasil survey awal di ruangan rawat inap RSUD Pariaman tahun 2012 yang diambil secara acak di tujuh ruangan rawat inap dengan menggunakan kuesioner dimensi mutu dan tingkat

Hubungan antara mutu pelayanan perawat dengan kepuasan pasien rawat inap pada kategori kurang dan pasien merasa tidak puas sebesar 6 responden (11 %).Hal tersebut menunjukkan

Yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Mutu pelayanan BPJS (kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, bukti fisik) dengan kepuasan pasien rawat

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan; (1) untuk mengetahui pengaruh persepsi mutu keandalan terhadap kepuasan pasien rawat inap RSUD Barru Sulawesi Selatan, (2) untuk

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap kepuasan