• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh sikap gaya hidup elektronik dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengaruh sikap gaya hidup elektronik dan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1.1.

Latar Belakang Masalah

Para pengguna smartphone dapat dengan mudah dijumpai di lingkungan universitas, karena para mahasiswa menganggap bahwa smartphone dapat memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan perkuliahan. Salah satu mahasiswa di Universitas Indonesia yang merupakan salah satu pengguna

smartphone bermerek blackberry mengungkapkan bahwa, menggunakan

blackberry dapat mempermudah komunikasi. Selain mempermudah komunikasi, para mahasiswa merasakan bahwa smartphone sangat berperan meningkatkan kualitas akademik. Fitur-fitur yang terdapat di dalam

smartphone tergolong lengkap sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penunjang perkuliahan. Mahasiswa dapat membaca e-book dan membalas

email dengan mudah. Aplikasi kalender dan reminder yang terdapat pada

smartphone berguna sebagai pengatur jadwal, termasuk deadline tugas perkuliahan. (Suma UI, 2012).

Smartphone merupakan sebuah ponsel yang memiliki kemampuan hampir sama dengan komputer dan menyediakan layanan internet dengan

(2)

kecepatan tinggi, sehingga mempermudah penggunanya untuk mengakses

internet (Asif & Krogstie, dalam Gupta & Sheoran, 2013). Smartphone juga dapat digunakan untuk menyimpan data, namun memory penyimpanan pada

smartphone mempunyai keterbatasan, namun smartphone dapat dengan mudah dihubungkan langsung ke laptop Dengan demikian, semua data yang ada di dalam smartphone dapat di-back-up ke dalam laptop (Suma UI, 2012).

Smartphone telah dikembangkan oleh perusahaan-perusahan ponsel dengan berbagai merek antara lain; Iphone, Samsung, Blackberry, Sony, dan Nokia, merek-merek tersebutlah yang populer dipasaran saat ini. Di Inggris terdapat dua merek yang paling populer di kalangan orang muda dan remaja, yaitu Iphone 32% digunakan oleh kalangan orang dewasa dan Blackberry

digunakan sekitar 24% oleh remaja (Reuver, 2011 dalam Gupta & Sheoran, 2013).

Pengguna smartphone meningkat dari tahun ketahun, Frost dan Sullivan merupakan salah satu lembaga yang melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan ekonomi perusahaan menyatakan bahwa penjualan smartphone

(3)

artinya masyarakat Indonesia banyak yang menggunakan smartphone

(Nugraha, 2011).

Menurut survey yang dilakukan oleh UCAS (Universities and Colleges Admissions Service) media menemukan bahwa 40% dari mahasiswa di Inggris memiliki smartphone. Sebagian besar penggunaan fungsi

smartphone paling populer, (75%) digunakan untuk mengambil foto, (73%) untuk web browsing (69%) untuk email. Sekitar 60% dari responden mengatakan bahwa smartphone digunakan untuk mengakses media sosial (facebook, twitter, dan meng-upload gambar dengan instagram). Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan mobile smartphone belum digunakan secara optimal, mengingat anak-anak muda saat ini terkoneksi dengan smartphone

selama 24 jam dalam sehari.

Penggunaan smartphone juga menimbulkan dampak positif dan negatif, namun penggunaan yang kurang optimal dapat menimbulkan dampak yang negatif. New Hamspire merupakan sebuah Universitas yang mana mayoritas mahasiswanya menggunakan smartphone. Sebagian smartphone

(4)

sebab itu, smartphone akan lebih baik jika digunakan secara optimal sehingga memberikan banyak manfaat bagi penggunanya.

Perilaku membeli adalah tindakan konsumen yang dilakukan pada saa membeli beberapa produk atau pelayanan yang spesifik. Oleh sebab itu, perilaku membeli konsumen sangat menarik untuk diteliti, karena dapat membantu dalam memahami manajemen pemasaran (Soonthonsmai, dalam Carlvalho, 2010). Terdapat beberapa penelitian tentang perilaku membeli yang dilakukan pada penelitian sebelumnya, antara lain; Penelitian yang dilakukan oleh Behe, Campbell, Hall, Khachatyan, Dennis dan Yue pada tahun 2013 meneliti tentang pengguna smarthphone dan online search terhadap perilaku membeli di Amerika utara. Kemudian hasilnya menunjukkan bahwa pengguna

smarthphone dan online search mempengaruhu perilaku membeli.

Manickam dan Sriram (2013) meneliti tentang pengaruh informasi pemasaran (produk, penempatan, harga dan promosi) terhadap perilaku pembelian. Hasilnya menunjukkan bahwa informasi pruduk, penempatan mempunyai pengaruh yang tinggi, sedangkan informasi harga dan promosi mempunyai pengaruh yang rendah terhadap perilaku pembelian.

Penelitian lain tentang perilaku membeli juga dilakukan oleh Gupta dan Sheoran pada tahun 2013, tentang perilaku konsumen terhadap

(5)

smartphone Iphone dan Blackberry. Penelitian ini melihat perbedaan pemikiran gender terhadap pembelian Iphone dan Blackberry. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemikiran antara laki-laki dan perempuan saat menentukan pembelian Iphone dan Blackberry.

Pada umumnya manusia sangat rasional dan memanfaatkan secara sistematis informasi yang tersedia untuk mereka. Seseorang mempertimbangkan implikasi dari tindakan mereka sebelum memutuskan untuk melibatkan diri terhadap perilaku tertentu. Terkadang pemecahan masalah dalam konteks perilaku konsumen, diperlukan pertimbangan yang cermat dan evaluasi terhadap sifat produk yang utilitarian (fungsional), Ajzen dan Fishbein (dalam Engel, Blackwell & Miniard, 2002).

(6)

yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berpikir atau berperilaku (Engel, Blackwell dan Miniard, 2008).

Mahasiswa merupakan individu yang sering terkait dengan kelompok, antara lain; tingkat pendidikan, organisasi mahasiswa, dan kelompok dalam kelas, sehingga semua atribut yang melekat akan mencerminkan statusnya. Oleh karena itu, saat ingin membeli smartphone dipengaruhi oleh kelompok referensinya. Kadang-kadang konsumen membeli smartrphone bukan berdasarkan kebutuhan, namun dikarenakan mengikuti teman-temannya atau menganggap sebagai simbol status (Chaudhuri dan Holbrook 2001, dalam Gupta dan Sheoran, 2013).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yang, Hee dan Lee (2007) menemukan bahwa kelompok referensi mempengaruhi perilaku membeli

(7)

Konsep dasar kelompok referensi memberikan perspektif yang berharga untuk memahami pengaruh orang lain terhadap kepercayaan nilai dan perilaku konsumsi seseorang. Saat seseorang mempunyai informasi dan pengetahuan yang terbatas tentang merek sebuah produk khusus maka mereka akan dipengaruhi oleh anggota kelompok referensinya yang diyakini memiliki pengalaman tentang produk khusus tersebut (Chowdhury,Hossein & Ahmed, 2012). Kelompok referensi juga digunakan oleh para pengiklan sebagai upaya untuk mengarahkan konsumen dalam membeli sebuah produk dan merek tertentu (Bearden & Etzel, 2001).

Faktor gaya hidup juga memberikan pengaruh terhadap perilaku membeli, dalam penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Shih (2012) menemukan bahwa ada pengaruh secara signifikan gaya hidup terhadap perilaku membeli. Konsumen termotivasi untuk membeli produk dalam rangka mempertahankan atau mengejar gaya hidup tertentu (Rao & Cho, dalam Lin & Shih, 2012).

(8)

karakteristik individu yang melekat, yang terbentuk melalui interaksi sosial sebagai salah satu pergerakkan siklus kehidupan (Hawkins, Best & Coney, 1995).

Gaya hidup juga sangat berkaitan dengan perkembangan zaman. Pertumbuhan teknologi internet yang sangat cepat menimbulkan perubahan pada gaya hidup individu (Liu & Tsai, dalam Ahmad, Omar & Ramayah, 2014). Internet juga dapat merubah cara kerja, hidup dan belajar seseorang (Gates, 2000, dalam Ahmad, et, al, 2014). Gaya hidup para penguna internet

biasa disebut dengan gaya hidup-elektronik, penggunaan internet saat ini telah merubah kebiasaan pembelian dan gaya hidup. Oleh karena itu untuk dapat merespon perubahan tersebut para pemasar mulai menginvestigasi pengaruh gaya hidup konsumen terhadap perilaku membeli di internet (Ahmad, dkk 2014). Kim (dalam Ahmad, dkk 2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa gaya hidup konsumen secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku membeli kostumer di internet.

(9)

seseorang akan mendapatkan apresisai karena telah mendapatkan produk-produk mewah tersebut.

Carvarlho (2010) meneliti tentang pengaruh sikap konsumen terhadap perilaku membeli, dalam penelitian ini peneliti menganalisis tiga atribut yang menjadi pertimbangan konsumen untuk mengevaluasi sebuah industri

delivery-food ; on time delivery,harga makanan dan macam-macan restoran. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang positif antara sikap positif terhadap tingginya perilaku membeli.

Sikap terhadap produk tertentu dapat meramalkan apakah produk tersebut banyak diminati para konsumen atau tidak, jika hanya sedikit yang menyatakan berminat maka produk tersebut harus ditingalkan, dimodifikasi atau diuji ulang (Engel, Blackwell & Miniard, 2002). Mazurski dan Geva (dalam Carvalho, 2010) menambahkan bahwa jika sikap seseorang positif maka dapat mempengaruhi intensitas pembelian kembali.

(10)

membuat mereka merasa menyenangkan pada saat menggunakannya (Solomon, 1994).

Berdasarkan latar belakang, dan studi pendahuluan yang dijelaskan di atas peneliti menarik sebuah kesimpulan bahwa penggunaan smartphone

pada mahasiswa bukanlah sebuah kebutuhan mendesak bahkan dapat mempengaruhi kualitas belajar. Sehingga peneliti menganggap bahwa penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Pengaruh Sikap, Gaya Hidup-elektronik dan Kelompok referensi Terhadap Perilaku Membeli Smartphone Pada Mahasiswa”.

1.2.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1.

Pembatasan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Perilaku membeli adalah tindakan seseorang saat terlibat dalam sebuah pembelian atau penggunaan sebuah produk (Boonlertvanich, 2009). Pada penelitian ini peneliti membatasi perilaku membeli pada pembelian

smartphone.

(11)

atau tidak secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Oleh karenanya, sikap memainkan peran dalam pengambilan keputusan (Engel, Blackwell & Miniard, 2002). Pada penelitian ini peneliti membatasi sikap pada produk yaitu pada produk smartphone

3. Gaya hidup-elektronik merupakan gaya hidup seseorang yang dapat dilihat melalui beberapa karakteristik antara lain; sering menerima pesan dari internet setiap hari, menghabiskan waktu berjam-jam untuk

online, menggunakan sebagian besar kegiatannya yang lain untuk berkunjung di internet, mencari informasi mengenai sebuah produk, lebih menyukai pembelian dan pelayanan secara online, (Belman, et al, dalam Ahmad, dkk, 2014). Gaya hidup seseorang terbentuk dari pola hidup seseorang saat berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga terdapat gaya hidup yang bebrbeda. Oleh karena itu peneliti membatasi pada gaya hidup-elektronik.

(12)

5. Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

1.2.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneiliti ingin merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah ada pengaruh yang signifikan sikap, gaya hidup-elektronik, kelompok referensi, terhadap perilaku membeli Smartphone pada mahasiswa.

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian diadakan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh sikap, gaya hidup-elektronik dan kelompok referensi, terhadap perilaku membeli Smartphone pada mahasiswa.

(13)

1.4.

Manfaat Penelitian

14.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan psikologi konsumen pada khususnya, berupa data empiris yang berkaitan dengan gaya hidup-elektronik dan kelompok referensi, terhadap perilaku membeli Smartphone.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi subjek penelitian, memberikan informasi tentang gambaran bagaimana sikap terhadap produk, gaya hidup-elektronik, kelompok referensi.

2. Bagi penelitian sejenis dan selanjutnya yang meneliti, gaya hidup-elektronik, terhadap pengambilan perilaku membeli Smartphone, diharapkan akan memberi masukan atau mempertimbangkan faktor lain yang lebih berpengaruh sehingga dapat diambil kesimpulan yang lebih konstruktif.

(14)

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membahas tema yang diteliti, penulis membagi dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : KAJIAN TEORI

Berisi teori, konsep dan pengukuran perilaku membeli, sikap, gaya hidup

-elektronik, kelompok referensi kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Berisi jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, subjek penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan prosedur penelitian.

BAB 4 : HASIL PENELITIAN

Berisi analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.

BAB 5 : KESIMPULAN

(15)

Pada bab II ini akan dibahas beberapa teori yang melandasi penelitian pengaruh sikap, gaya hidup-elektronik dan kelompok referensi terhadap perilaku pembelian

Smartphone

2.1. Perilaku Membeli

2.1.1. Definisi Perilaku Membeli

Perilaku membeli adalah tindakan seseorang saat terlibat dalam sebuah pembelian atau penggunaan sebuah produk (Boonlertvanich, 2009). Perilaku pembelian konsumen juga mengacu pada perorangan atau rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi (Kotler & Amstrong, 2008).

Perilaku pembelian konsumen meliputi semua proses yang dilalui konsumen dalam mengenali masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif dan memilih di antara pilihan-pilihan pembelian mereka. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli terhadap produk yang paling disukai (Kotler, 1997). Perilaku pembelian konsumen, biasanya akan terkait dengan pola perilaku konsumen.

(16)

Perilaku konsumen adalah sebuah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen saat melakukan pencarian, penggunaan, evaluasi dan disposisi terhadap produk atau pelayanan yang diharapkan oleh individu untuk memuaskan kebutuhannya. Perilaku konsumen memfokuskan pada bagaimana seseorang membuat keputusan untuk menghabiskan (waktu, uang dan upaya) terhadap konsumsi produk (Sciffman dan Kanuk, 2008).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku membeli merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh individu pada saat melakukan sebuah pembelian suatu produk. Perilaku pembelian meliputi pembelian suatu produk maupun penggunaan jasa baik untuk konsumsi pribadi ataupun untuk keluarga. Hal tersebut sesuai dengan teorinya Boonlertvanich, (2009).

2.1.2. Dimensi-Dimensi Perilaku Membeli

Kotler dan Amstrong (2008) menjelaskan bahwa ada empat dimensi dalam perilaku membeli yaitu:

1. Perilaku Pembelian yang Rumit

(17)

hal ini pembeli harus memiliki informasi tentang sebuah produk yang akan dibelinya.

2. Perilaku Pembelian Pengurang Disonansi

Hal ini terjadi saat konsumen terlibat dalam sebuah pembelian sebuah produk yang mahal, jarang dilakukan dan berisiko. Oleh karena itu, biasanya pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang telah tersedia, namun akan membeli dengan cepat karena telah menemukan harga yang baik atau merasa nayaman saat berbelanja. Setelah membeli, mungkin konsumen mengalami disonansi/ ketidaksesuaian dari produk tersebut karena kurangnya pengamatan.

3. Perilaku Pembelian karena Kebiasaan

Konsumen memiliki sedikit keterlibatan dalam jenis produk ini, biasanya indivisu pergi ke toko dan langsung mengambil merek tertentu sehingga menjadi sebuah kebiasaan namun bukan dari bagian dari kesetiaan terhadap sebuah merek. Sebagian besar konsumen yang memiliki keterlibatan rendah dalam pembelian yaitu saat membeli produk dengan harga murah.

4. Perilaku Pembelian yang Mencari Variasi

(18)

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku membeli mempunyai empat dimensi, antara lain: Perilaku pembelian yang rumit, perilaku pembelian karena kebiasaan, perilaku pembelian karena kebiasaan, perilaku pembelian yang mencari variasi.

2.1.3. Tahap-Tahap Pembelian

Menurut Kotler, (1997) secara umum perilaku membeli konsumen mempunyai langkah-langkah berikut ini :

1. Pengenalan masalah, proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan, yaiatu pada saat pembeli merasakan perbedaan antara keadaaan aktual dan keadaaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh pengalaman. Dari pengalaman sebelumnya orang telah belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya akan memuaskan dorongannya (Simamora, 2008).

(19)

tidak, kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja (Simamora, 2008).

3. Evaluasi alternatif, konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif dipilih. Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk, membuat keputusan terakhir. Pertama, kita melihat bahwa konsumen mempunyai kebutuhan. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut produk. Konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya. Ada pula yang mempertimbangkan beberapa atribut saja, misalnya harga dan rasa (Simamora, 2008).

4. Pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang di pilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu. Pada tahap evaluasi, konsumen menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk niat pembelian (Simamora, 2008).

(20)

mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapkan maka mereka tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, mereka akan puas (Simamora, 2008).

Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa, konsumen sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian biasanya melalui lima tahap: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian.

2.1.4. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Membeli

Ketika konsumen ingin membeli suatu produk maka disitulah terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, menurut (Kotler, 1997) adalah berikut ini :

1. Faktor kebudayaan :

a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar seseorang menciptakan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lainnya.

(21)

untuk perilaku anggotanya. Ada empat sub-budaya yaitu kelompok kebangsaan, keagamaan, ras, dan wilayah geografis.

c. Kelas sosial, pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Stratifikasi tersebut kadang-kadang terbentuk system kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dalam peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat dimana setiap kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.

2. Faktor-faktor sosial, merupakan pembagian masyarakat yang relatif homogen yang permanen yang tersusun secara hierarkis yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang sama. Faktor sosial ini terdiri dari :

(22)

b. Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang penting dan ia telah menjadi objek penelitian yang luas. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.

c. Peranan status, yaitu seseorang yang berpartisipasi kedalam banyak kelompok sepanjang hidup keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang-orang itu di masing-masing kelompok dapat dibentuk berdasarkan status dan peran. Peran meliputi kegiatang yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran menghasilkan status.

3. Faktor- faktor Pribadi

a. Usia dan tahap siklus kehidupan, setiap orang membeli barang-barang berbeda pada tingkat usia tertentu dan tingkat manusia terhadap pakaian, perabot, rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga, konsumsi seseorang pada saat muda dan bujangan akan berbeda dengan konsumsi seseorang yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.

(23)

perusahaan akan mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan seorang dokter dan lain sebagainya. Pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh kedaan ekonomi seseorang.

c. Gaya hidup, merupakan pola hidup sesorang didunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat, dan opini. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya.

d. Sikap, merupakan suatu evaluasi meyeluruh yang memungkinkan orang berespons dengan cara menguntungkan atau tidak

menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau

alternatif yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku membeli antara lain: faktor kebudayaan (budaya, sub-budaya dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok referensi, keluarga dan peran status), faktor pribadi (usia dan tahap siklus kehidupan, pekerjaan dan ekonomi, gaya hidup). Dalam penelitian ini menambahkan faktor psikologis (sikap) yang diasumsikan juga mempengaruhi perilaku membeli.

(24)

Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran perilaku membeli sangat bervariasi, baik dari segi analisa statistiknya maupun pengumpulan datanya. Bisa melalui angket, survey maupun melalui eksperimen. Adapun alat ukur yang telah digunakan oleh penelitian sebelumnya untuk mengukur perilaku membeli, antara lain:

1. Nielsen (2012) mengukur perilaku membeli konsumen melalui sebuah eksperimen. Pada penilitian ini peneliti menggunakan binary logistic

yaitu memberi skor ‘1’ saat partisipan menyatakan ingin membeli GM fries. Kemudian skor ‘0’ saat partisipan menyatakan tidak ingin membeli

GM fries.

2. Tang, Seal & Naumann (2013) mengukur perilaku membeli dengan menggunakan item kategorik yaitu membeli dan tidak membeli. “membeli” diberi skor “1” dan “tidak membeli” diberi skor “0”, sehingga jawabannya hanya (iya/tidak) kemudian dianalisis menggunakan regresi logistik.

(25)

tindakan yang dilakukan seseorang pada saat terlibat dalam sebuah pembelian suatu produk. Dalam hal ini, perilaku pembelian smarphone yang dilakukan oleh mahasiswa.

2.2. Sikap Pada

Smartphone

2.2.1. Definisi Sikap Pada

Smartphone

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2002) sikap pada produk adalah suatu evaluasi menyeluruh yang menunjukkan seseorang berespon terhadap suatu produk dengan cara menguntungkan atau tidak secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Oleh karenanya, sikap memainkan peran dalam pengambilan keputusan.

Sciffman dan kanuk (2008) menyatakan bahwa sikap adalah tidak dapat diamati secara langsung, namun harus disimpulkan berdasarkan apa yang orang katakan dan mereka lakukan. Oleh sebab itu pengukuran sikap dapat dijadikan sebagai prediksi perilaku seseorang yang sering digunakan untuk strategi pemasaran dan kebijakan publik (Uggioni & Salay, 2011)

(26)

Krosnick, 1991,dalam Taylor at, al 2009). Sikap pada objek merupakan fungsi dari ada atau tidaknya penilaian terhadap keyakinan atau sifat-sifat objek tertentu (Sciffman dan Kanuk, 2008).

Osman, Sabudin, Osman, dan Yen, (2011) menyatakan bahwa

smartphone adalah komputer genggam, karena cukup kuat untuk memberikan berbagai fungsi sebanding dengan komputer. Gupta dan Sheoran (2013) menambahkan bahwa smartphone adalah bentuk lanjutan dari ponsel yang menyediakan berbagai macam aplikasi untuk konsumen seperti kemampuan komputasi, juga menyediakan segala sesuatu yang terdapat di dalam sistem komputer, serta memberikan akses internet dengan kecepatan tinggi, serta dapat mengelola akun e-mail pribadi.

Berdasarkan pengertian sikap di atas dapat disimpulkan sikap pada

(27)

2.2.2. Komponen-Komponen Sikap

Schiffman dan Kanuk (2008) mengatakan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen. komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komponen kognitif yaitu pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan pengalaman langsung terhadap objek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini yang ditimbulkan biasanya mengambil bentuk kepercayaan, yaitu kepercayaan konsumen bahwa objek sikap mempunyai berbagai sifat, dan bahwa perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil tertentu.

2. Komponen afektif, berkenaan dengan perasaan dan emosi konsumen mengenai obyek sikap. Emosi dan perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sebagai evaluatif sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseorang terhadap suatu objek secara langsung dan dan menyeluruh (atau sampai dimana seseorang menilai objek sikap “menyenangkan” atau “tidak menyenangkan” “bagus” atau “jelek” dalam menggambarkannya. 3. Komponen konatif, berkenaan dengan predisposisi atau kecenderungan

individu (konsumen) untuk melakukan suatu tindakan berkenaan dengan obyek sikap. Jadi, komponen ini bukan perilaku nyata, namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan.

2.2.3. Aspek-Aspek

Smartphone

(28)

1. Kemampuan mendasar, yaitu smartphone digunakan untuk voice call

(panggilan dengan suara) video call (panggilan dengan video), SMS (pesan singkat) dan MMS (pesan gambar). kamera digital, album poto, perekam video, MP3, pemutar musik, radio, perekam suara, navigasi GPS, permainan, jam, alarm, kalender, dan kalkulator (Miller, 2012).

2. Memproses informasi, yaitu smartphone digunakan sebagai pengatur jadwal pribadi, mengakses isi internet, mengedit dokumen. Daya komputasi dan memori yang besar, konektivitas yang lebih cepat, sensor yang lebih baik, lebih banyak pilihan input-output, dan masih banyak lagi

software aplikasi daripada software aplikasi yang terdapat di komputer

dekstop (Miller, 2012).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, aspek sikap pada

smartphone dapat dilihat melalui aspek kognitif (sesorang dapat mengetahui bahwa smartphone memiliki beberapa kemampuan), afektif (seseorang dapat merasakan kemudahan yang terdapat didalam smartphone) dan konatif (seseorang mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan kemampuan yang terdapat didalam smartphone).

2.2.4. Pengukuran Sikap Pada

Smartphone

(29)

penelitiannya mengunakan theory of the reasoned action (TORA) yang dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1980. TORA bermain peran penting untuk memprediksi intensitas perilaku dari sikap seseorang terhadap suatu produk spesifik.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Uggoini dan Salay (2011) tentang

Reliability and validity of a scale to measure consumer attitude regarding the private food safety certification of restaurants. Ia mengonstruk sendiri dengan menggunakan tiga komponen sikap (kognitif, afektif dan konatif), dengan alasan bahwa alat ukur yang digunakan untuk mengukur sertifkasi food safety

mempunyai validitas yang lemah. Berdasarkan uraian pengukuran yang telah disebutkan, peneliti mengukur sikap pada smartphone dengan menggunakan alat ukur yang dikonstruk sendiri menggunakan komponen kogitif, afektif dan konatif yang dikaitkan dengan aspek-aspek dari smartphone, agar seseuai dengan tujuan penelitian.

2.3. Gaya Hidup-Elektronik

2.3.1. Definisi Gaya Hidup-Elektronik

(30)

konsumsi yang selanjutnya memperkuat atau mengubah gaya hidup kita (Hawkins, Best dan Coney, 1995).

Hawkins, Best dan Coney (1995) juga menambahkan bahwa gaya hidup mencakup produk yang telah dibeli, bagaimana menggunakannya, dan apa yang terpikirkan mengenai produk tersebut. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (2002) gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang.

(31)

mobile, perilaku mobile yaitu melakukan pencarian, pembelian dan menggunakan aplikasi-aplikasi pembayaran elektronik (electronic payment) secara online, (Behe, Campbell, Hall, Khachatyan, Dennis & Yue, 2013).

Berdasarkan beberapa pengertian gaya hidup di atas peneliti menyimpulkan bahwa gaya hidup merupakan karakteristik individu yang melekat dan terbentuk melalui interaksi sosial, cara menghabiskan waktu dan cara menghabiskan uang. Menghabiskan waktu untuk mengunjungi internet dan sering melakukan aktivitas pencarian, pembelian atau pembayaran secara

online disebut dengan gaya hidup-elektronik.

2.3.2. Aspek-Aspek Gaya Hidup-Elektronik

Terdapat tiga aspek yang digunakan untuk mengukur gaya hidup, yaitu yang dikemukakan oleh Reynold dan Darden dalam Engel, et,al.(1994) Activities, Interest, Opinion (AIO), Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dibawah ini:

(32)

2. Interest (minat) akan semacam objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya. Minat merupakan perhatian terhadap suatu objek yang berkelanjutan (Well & Tigert, dalam Ahmad, et,al. 2012)

3. Opinion (Opini) adalah “ jawaban” lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus dimana semacam “pertanyaan” diajukan. Opini juga digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi serta kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi, sehubungan dengan peristiwa masa datang, dan penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif. Opini merupakan respon terhadap kejadian yang sepesifik (Well & Tigert, dalam Ahmad, et,al. 2012)

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek gaya hidup-elektronik yaitu meliputi aktifitas, minat dan opini. Kemudian, dari aspek-aspek tersebut dapat menggambarkan tiga faktor gaya hidup-elektronik, pleasure-driven, socially-driven dan concern-driven.

2.3.3. Pengukuran Gaya Hidup-Elektronik

(33)

1. Rokeach Value Survey (RVS), RVS adalah sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai seseorang yang telah diperkenalkan olek Rokeach pada tahun 1973 yang terdiri dari 18 item.

2. List of Value (LOV), LOV merupakan alternatif lain yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai, alat ukur ini dikembangkan oleh Kahle pada tahun 1983.

3. Value, Attitudes and Lifestyle (VALS), VALS digunakan untuk mendeskripsikan cara pandang seseorang berdasarkan pada sikapnya, kebutuhannya, keinginannya, keyakinannya dan demografis.

4. Avtivities, Interest and Opinion (AIO). AIO merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh Well dan Tiggert pada tahun 1971. Pernyataan AIO digunakan untuk mengukur pola perilaku konsumen yang berdasarkan rutinitas aktivitas, minat dan pendapat.

(34)

Factor Analyze (EFA) 15 item yang lain masing-masing memperoleh nilai

factor loading minimum yaitu kurang dari .50 (P<.50) sehingga i5 item tersebut harus di drop.

Kemudian, plesure-driven, soscially-driven, concern-driven, menunjukkan hasil yang tinggi mempengaruhi pembeli online, sedangkan interset-driven

hasilnya sedang. Oleh karena itu, pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga faktor saja yaitu: plesure-driven, soscially-driven, concern-driven. Kemudian peneliti menerjemahkan alat ukur tersebut kedalam bahasa indonesia, supaya mudah dipahami oleh responden.

2.4. Kelompok referensi

2.4.1. Definisi Kelompok referensi

(35)

Menurut Kotler, (1997), kelompok referensi sebagai kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Hawkins, Best & Coney (1995) menambahkan bahwa kelompok referensi adalah sebuah kelompok yang dia anggap mempunyai perspektif atau nilai yang digunakan oleh individu sebagai dasar dari perilakunya.

Menurut Solomon (1994) kelompok referensi adalah sebuah tindakan atau imajinasi individu atau kelompok yang diyakini memiliki relevansi yang signifikan terhadap evaluasi individu, aspirasi, atau perilaku. Pada dasarnya seseorang memihak atau bergabung dengan sebuah referensi untuk tiga alasan, untuk mendapatkan pengetahuan yang berharga, untuk mendapatkan penghargaan atau menghindari hukum dan untuk mendapatkan makna yang digunakan untuk membangun, memodifikasi atau memelihara konsep pribadi mereka (Setiadi, 2003).

(36)

2.4.2. Aspek- Aspek Kelompok referensi

Menurut Hawkins, Mothersbaugh dan Best (2007) kelompok referensi mempunyai tiga aspek antara lain :

1. Pengaruh informasional, hal ini terjadi saat individu menggunakan perilaku dan opini anggota kelompok referensi sebagai informasi yang potensial Pengaruh ini berdasarkan pada kesamaan anggota kelompok terhadap individu atau seorang ahli yang mempengaruhi anggota kelompok. Individu mencari informasi tentang macam-macam merek dari sebuah kelompok independen yang ahli, individu yang membandingkan antara merek A dan B dengan teman-teman, tetangga, kerabat atau asosiasi kerja, yang mempunyai informasi tentang merek yang sesuai. Individu mengobservasi seorang ahli tentang apa yang mempengaruhinya dalam memilih sebuah merek.

(37)

nilai-nilai kelompok karena nilai-nilai-nilai-nilainya dan nilai-nilai-nilai-nilai kelompoknya adalah sama. Individu memutuskan untuk membeli merek khusus karena dipengaruhi oleh preferensi orang yang memiliki interaksi sosial dengannya dan anggota keluarganya, hasrat untuk memuaskan harapan bahwa merek yang dipilihnya akan berdampak pada orang lain.

3. Pengaruh identifikasi/ pengaruh nilai-ekspresif, terjadi ketika individu telah terinternalisasi oleh nilai-nilai dan norma-norma kelompok. Maka ini memandu perilaku individu tanpa memikirkan sanksi atau imbalan dari kelompok referensi. Individu telah menerima nilai-nilai kelompok seperti miliknya sendiri. Individu merasakan bahwa membeli atau menggunakan sebuah merek khusus dapat meningkatkan citra diri, individu merasa bahwa membeli merek khusus dapat membantu untuk menunjukkan kepada orang lain apa yang dia cita-citakan, individu kadang-kadang merasa akan lebih baik untuk menjadi seperti orang dalam iklan yang menampilkan penggunaan merek tertentu.

2.4.3. Pengukuran Kelompok Referensi

(38)

tahun 1982 dan Yang, Hee dan Lee pada tahun 2007, juga menggunakan alat ukur tersebut.

Yang Hee dan Lee melelakukan modifikasi pernyataan-pernyataan pada setiap item supaya dapat menggambarkan pembelian mobile phone yang dipengaruhi oleh informasional, utilitarian dan nilai-ekspresif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti megadaptasi dan memodifikasi alat ukur tersebut.

2.5. Kerangka Berpikir

Perilaku pembelian konsumen merupakan sebuah tindakan yang dilakukan oleh para konsumen pada saat melakukan sebuah pembelian suatu produk atau penggunaan sebuah jasa atau layanan. Oleh karena itu sebelum terlibat dalam sebuah peembelian, individu melalui beberapa tahap pembelian yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil.

(39)

Memiliki smartphone dengan merek tersebut dapat menunjukkan kesan tersendiri bagi pemiliknya.

Smartphone menjadi sebuah alat yang bisa mempermudah mahasiswa dalam berkomunikasi, mencari sumber-sumber informasi dan ilmu pengetahuan serta berita-berita melalui media online yang terhubung dengan

internet. Aplikasi-aplikasi yang terdapat pada smartphone menjadi pengaruh penting bagi mahasiswa dalam memutuskan untuk membeli smartphone. Nilai –nilai yang didapatkan pembeli setelah membeli smartphone juga tidak kalah penting mempengaruhi mahasiswa untuk membeli. Nilai-nilai yang didapatkan yaitu, merasa dihargai, merasa bangga, merasa diterima dalam kelompoknya atau sebagai simbol status.

Sebuah tindakan yang telah diambil merupakan sebuah kesimpulan yang harus dijelaskan melalui analisis dari latar belakang masalahnya. Oleh karena itu perilaku membeli konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor psikologis, pribadi dan faktor sosial. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membeli menjadi prediktor yang melatar belakangi dari pembelian tersebut. Namun dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa variabel prediktor yang melatar belakangi perilaku membeli antara lain; sikap pada

(40)

referensi mempunyai tiga aspek yaitu: pengaruh informasional, pengaruh ini sangat dibutuhkan oleh seseorang pada saat ia membutuhkan informasi tentang sebuah produk atau merek. Pada saat konsumen memiliki informasi atau pengalaman terhadap suatu produk atau merek tertentu terbatas maka mereka akan melakukan pembelian berdasarkan kelompok referensinya.

Pengaruh utilitarian, pengaruh ini menjadi faktor yang mempengaruhi individu yang telah menjadi anggota dari sebuah kelompok tertentu. Mahasiswa biasanya selalu terlibat dalam sebuah kelompok, baik kelompok kecil (kelompok dalan kelas) maupun kelompok dalam skala besar (organisasi). Dalam hal ini individu akan melakukan suatu tindakan dengan harapan akan diterima atau mendapat imbalan dari kelompok tersebut. Misalnya dalam dalam suatu kelompok banyak anggota yang menggunakan

smartphone maka individu tersebut akan membeli smartphone supaya dapat terus menjadi anggota dalam kelompok tersebut.

Pengaruh nilai-ekspresif, individu melakukan suatau tindakan bukan berdasarkan sebuah imbalan dari anggota kelompok yang lain, individu membeli smartphone karena dalam kelompok tersebut hampir keseluruhan telah memiliki benda tersebut. Karena sesungguhnya, setelah memiliki

(41)

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku membeli adalah gaya hidup konsumen, dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa gaya hidup-elektronik sangat populer saat ini terutama para mahasiswa. Saat ini, hampir semua kalangan menggunakan smartphone, karena dengan menggunakan smartphone individu dapat dengan mudah mengakses internet. Jaringan internet telah membuka jalan seluas-luasnya untuk memperoleh informasi, informasi dan pengetahuan sangat diperlukan para mahasiswa untuk membantu proses pembelajaran.

Melalui jaringan internet mahasiswa dapat terkoneksi dengan sosial media antara lain: Facebook, Twitter, Line, WhatsApp, Kakao Talk, Instagram, Path dan WeChat, dengan sosial media tersebut dapat mempermudah jalinan komunikasi, dan mahasiswa dapat mengunduh bahan-bahan kuliah yang berupa PDF, atau mengirimkan tugas-tugas kuliah kepada dosen melalui e-mail, atau melakukan pembelian barang dan pembayaran kuiah melalui e-banking. Gaya hidup penggunaan internet disebut dengan gaya hidup-elektronik. Gaya hidup-elektronik dapat digambarkan dengan tiga faktor yaitu: pleasure-driven, socially-driven dan concern-driven. Pleasure-driven

menggambarkan seseorang yang memiliki dorongan kesenangan terhadap belanja online. Peneliti mengasumsikan bahwa faktor pleasure-driven dapat meningkatkan peluang individu dalam memutuskan untuk membeli

(42)

Socially-driven menggambarkan seseorang yang memiliki dorongan untuk melakukan kegiatan sosial. Peneliti mengasumsikan bahwa faktor

pleasure-driven dapat meningkatkan peluang individu dalam melakukan pembeliani smartphone. Concern-driven menggambarkan seseorang yang memiliki pandangan terhadap belanja online, yang mana kegiatan tersebut dapat mempersulit seseorang dalam memilai barang-barang dagangan maupun kualitas produk tersebut. Peneliti mengasumsikan bahwa faktor pleasure-driven dapat meningkatkan peluang individu dalam melakukan pembelian

smartphone.

Selain itu, sikap juga sangat berperan penting terhadap perilaku membeli, sikap sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif sedangkan smartphone memiliki dua aspek yaitu kemampuan memndasar, dan kemampuan memproses informasi.

Komponen kognisi berperan sebagai pengetahuan terhadap fungsi dari

smartphone, kemudian setelah individu mengetahui fungsi dari smartphone

(43)

smartphone maka hal tersebut akan memberikan peluang atau memungkinkan individu untuk membeli smartphone. Kemudian komponen konasi merupakan sebuah kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan setelah memiliki sebuah pengetahuan terhadap produk dan dapat merasakan fungsi dari produk itu, sehingga individu mempunyai upaya untuk membeli.

Sikap pada produk tertentu, dapat dijadikan upaya para pemasar memasarkan produknya dengan berbagai inovasi yang dapat menarik perhatian para konsumen, sikap konsumen pada smartphone dapat terbentuk melalui harga, design, kualitas produk, aplikasi, sistem operasi, serta kemudahan cara untuk memperolehnya. Sikap merupakan faktor yang sangat tepat untuk dapat meramalkan memprediksikan eksistensi sebuah produk atau merek dan pembelian kembali. Berdasarkan uraian tentang kerangka berpikir, maka penelitian ini dapat di buat bagan sebagai berikut:

(44)
(45)

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis minor dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh

independent variable yang diketahui terhadap dependent variable.

Hipotesis Mayor yang diajukan pada penelitian ini adalah : “Ada pengaruh sikap, gaya hidup-elektronik dan kelompok referensi terhadap perilaku membeli Smartphone pada mahasiswa. Adapun hipotesis minor yang akan diuji adalah:

Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi pengaruh informasional pada

variabel kelompok referensi terhadap perilaku membeli pada mahasiswa.

Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi pengaruh utilitarian variabel

kelompok referensi terhadap perilaku membeli pada mahasiswa.

Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi pengaruh nilai-eksresif variabel

kelompok referensi terhadap perilaku membeli pada mahasiswa.

H a4: Ada pengaruh yang signifikan dimensi pleasure-driven pada variabel

(46)

H a5: Ada pengaruh yang signifikan dimensi socially-driven pada variabel gaya

hidup-elektronik terhadap perilaku membeli pada mahasiswa.

Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi concern-driven pada variabel

gaya hidup-elektronik terhadap perilaku membeli pada mahasiswa.

H a7: Ada pengaruh yang signifikan sikap pada smartphone terhadap perilaku

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, akan diuraikan tentang pendekatan penelitian, metode penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, uji validitas instrumen penelitian dan metode analisis data.

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1. Populasi dan Sampel Penelitian

(48)

Alasan peneliti mengambil populasi adalah sebagai berikut: Relevan dengan tujuan penelitian yang hendak meneliti perilaku membeli smartphone

pada mahasiswa. Mahasiswa diasumsikan memiliki perbedaan pada setiap variabel penelitian (perilaku membeli, sikap, gaya hidup-elektronik, dan kelompok referensi).

3.1.2. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik quota sampling (non-probability sampling) teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Supaya setiap strata terwakili sesuai dengan jumlah populasi, peneliti meminta daftar jumlah data populasi mahasiswa aktif, yang diperoleh dari bagian akademik fakultas psikologi UIN Jakarta

Mustafa (2000) membuat rumusan untuk mengambil jumlah sampel sebagai berikut:

(49)

1. Semester 2 angkatan 2013 = 77

2. Semester 4 angkatan 2012 =

3. Semester 6 angkatan 2011 =

4. Semester 8 angkatan 2010 =

Jumlah = 325

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1. Variabel penelitian

Variabel terikat (dependen variabel) dalam penelitian ini adalah perilaku membeli, dan variabel bebas (independen variabel) dalam penelitian ini

adalah 1(X1) sikap, 2(X2) pleasure-driven, 3(X3) socially-driven, 4(X4)

concern-driven, 5(X5) pengaruh informasil, 6(X6) pengaruh utilitarian, 7(X7)

pengaruh nilai-ekspresif.

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

(50)

Perilaku membeli merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh individu pada saat melakukan sebuah pembelian suatu produk. Perilaku pembelian meliputi pembelian suatu produk maupun penggunaan jasa baik untuk konsumsi pribadi ataupun untuk keluarga.

Perilaku membeli diukur menggunakan pertanyaan “apakah anda telah membeli (Samsung, Sony, Iphone, Blackberry atau Nokia)?”.

2. Sikap pada Smartphone

Sikap pada smartphone merupakan sebuah pengatahuan/ pemahaman atau keyakinan individu terhadap fungsi dari smartphone yang memiliki sistem serupa dengan komputer, serta memberikan kemudahan dalam mengakses

internet dengan kecepatan tinggi, namun semua itu dapat dirasakan setelah diamati secara langsung, sehingga menimbulkan rasa suka dan tidak suka atau puas dan tidak puas terhadap produk tersebut.

3. Gaya Hidup-elektronik

gaya hidup merupakan karakteristik individu yang melekat dan terbentuk melalui interaksi sosial, cara menghabiskan waktu dan cara menghabiskan uang. Menghabiskan waktu untuk mengunjungi internet dan sering melakukan aktivitas pencarian, pembelian atau pembayaran secara online

disebut dengan gaya hidup-elektronik.

(51)

Kelompok referensi adalah individu atau kelompok secara langsung atau tidak langsung yang dianggap sebagai dasar rujukan, yang mana individu saat memihak atau bergabung dengan kelompok referensi adalah untuk mendapat kan sesuatu yang berharga, untuk mendapat penghargaan dan untuk memlihara konsep pribadi mereka.

3.3. Instrumen Pengumpulan Data 1. Perilaku membeli

Alat ukur perilaku membeli menggunakan angket yang berupa pertanyaan yang memiliki dua pilihan alternatif jawaban yaitu membeli dan tidak membeli. Untuk pilihan jawaban membeli maka akan diberi nilai 1. Sedang pilihan untuk jawaban tidak membeli diberikan skor 0 yang didasarkan pada teori Boonlertvanich (2009).

Bagan 3.1

Blue print perilaku membeli

No Perilaku membeli Produk yang dibeli Skor 1 Membeli Smartphone (Samsung, Sony,

IPhone, Blackberry dan Nokia) 1

2 Tidak membeli 0

2. Sikap pada Smartphone

(52)

menggunakan komponen dari teori yang ada. Sikap ini diukur dengan menggunakan kompnen kognitif, afektif serta konatif.

Blue print sikap pada Smartphone Bagan 3.2

3. Gaya hidup-elektronik

Alat ukur gaya hidup merupakan alat ukur yang menguji gaya hidup-elektronik dengan menggunakan AIO inventori. Alat ini telah di

No Aspek 0bjek sikap Indikator Jumlah Pernyataan

1 Kognitif Kemampuan

mendasar Merasa puas dengan adanya kemampuan smartphone melalui fitur-fitur canggih

(53)

adaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti dari alat ukur yang digunakan oleh (Ahmad, et,al, 2014).

Blue print gaya hidup-elektronik Bagan 3.3

No Aspek Indikator Pernyataan

F/UF Jumlah 1 Pleasure

-diven Lebih suka kagiatan yang membuat diri menonjol 7 1 Aktif berpartisipasi dalam kegiatan

Senang membeli produk terbaru melalui smartphone secara online

1 1

Menikmati belanja online 2 1 Merasa meraih prestasi setelah membeli

secara online 3 1

Terdapat produk dengan harga yang lebih

murah di internet 4 1

Produk online yang diantarkan ke rumah

konsumen 5 1

(54)

Alat ukur kelompok referensi merupakan alat ukur yang menguji kelompok referensi mahasiswa dalam mengambil keputusan pembelian. Alat ukur yang di adaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan alat ukur baku yang digunakan oleh Yang, He dan Lee (2007).

Blue Print Skala Kelompok referensi Bagan 3.4

No Aspek Indikator Pernyataan Jumlah

1 Pengaruh

informasional mencari informasi tentang macam-macam merek dari sebuah kelompok independen yang ahli

1,5 2

membandingkan antara merek A dan B dengan teman-teman, yang mempunyai informasi tentang merek yang sesuai

7 1

mengikuti seorang ahli tentang apa yang mempengaruhinya dalam memilih sebuah merek

10,13 2

2 Pengaruh

utilitarian memutuskan untuk membeli merek khusus karena dipengaruhi oleh preferensi orang yang memiliki interaksi sosial dengannya

3,6 2

memutuskan untuk membeli merek khusus karena dipengaruhi oleh preferensi dari anggota keluarganya

9 1

hasrat untuk memuaskan harapan bahwa merek yang dipilihnya akan berdampak pada orang lain sebuah merek khusus dapat meningkatkan citra diri

2,12,13,16 5

merasa bahwa membeli merek khusus dapat membantu untuk menunjukkan kepada orang lain apa yang dia cita-citakan

(55)

merasa akan lebih baik untuk mengikuti seorang pengiklan yang menampilkan penggunaan merek khusus

8 1

3.4. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Peneliti menentukan dan menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu skala sikap, skala gaya hidup-elektronik dan skala

kelompok referensi.

2. Menentukan sampel penelitian yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik

non-probability sampling, kemudian memberikan kuesioner skala yang telah disediakan kepada subjek.

3. Pengambilan data di kampus Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juni 2014

4. Hasil skala yang telah diisi kemudian diskoring untuk dianalisis datanya.

3.5. Uji Validitas Instrumen Penelitian

(56)

yang digunakan bersifat unidimensional (mengukur satu hal), signifikan atau tidak, dan dapat dihitung loading factor dari setiap item. Loading factor

menunjukkan seberapa besar item tersebut dalam mengukur variabel penelitian (Umar, 2012).Uji validitas konfirmatori yang dilakukan menggunakan software Lisrel (linear structural relationship) versi 8.76. Dalam CFA, terdapat beberapa hal yang dapat diuji (Umar, 2012), yaitu:

1. Menguji hipotesis yang menyatakan bahwa semua item mengukur satu konstruk sesuai dengan yang didefinisikan (uji unidimensionalitas). Dalam hal ini, tidak ada selisih (residu) antara data yang diperoleh (S) dengan teori (Σ baca sigma). Atau dengan kata lain, model teori yang digunakan fit atau cocok dengan data di lapangan.

2. Menguji hipotesis yang menyatakan bahwa setiap item menghasilkan informasi yang signifikan mengenai konstruk yang diukur. Untuk melihat suatu item baik atau tidak dalam mengukur faktor yang hendak diukur, terdapat tiga kriteria untuk menentukan apakah item tersebut perlu dibuang (di-drop) (Umar, 2012), yaitu :

a. T-value tidak signifikan (t < 1.96).

b. Koefisien loading factor (muatan faktor) bernilai negatif.

c. Terlalu banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lain.

(57)

3.5.1.1. Sikap

Peneliti menguji delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur sikap. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=146.35, df =20, P-value= 0,00000, RMSEA= 0.141, namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak tujuh kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara nilai Chi-Square=18.47, df=13, P-value= 0.14064, RMSEA=0.036 menghasilkan

(58)

Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakuakn dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.1.1. di bawah ini.

Tabel 3.5.1.1. Muatan Faktor Sikap

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

ITEM 1 0.63 0.06 11.40 √

Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X= tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada delapan item yang signifikan (t>1,96) dan ada dua item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu nomer tiga dan empat. Dengan demikian item nomer tiga dan empat akan di-drop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

3.5.2. Uji Validitas Konstruk Skala Gaya Hidup-Elektronik 3.5.2.1. Uji Validitas Konstruk Pleasure-driven

(59)

model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 137.69, df=5, P-value =0.00000, RMSEA= 0.286, namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak empat kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh model fit nilai Chi-Square =3.61, df=2, P-value =0.16428, RMSEA=0.050. Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa item hanya mengukur satu faktor saja yaitu pleasure-driven. Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

(60)

dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.2.1 di bawah ini.

Tabel 3.5.2.1 Muatan Faktor Pleasure-driven

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

ITEM 7 0.21 0.05 3.81 √

ITEM 8 0.13 0.05 2.44 √

ITEM 9 0.74 0.07 10.50 √

ITEM 10

ITEM 11 0.231.08 0.060.08 12.854.17

√ √

Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X= tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan item signifikan karena nilai (t >1.96). Dengan demikian dapat dilihat bahwa muatan dari faktor item, diketahui bahwa tidak terdapat item yang muatan faktornya (t<1.96) sehingga seluruh item tersebut dapat ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3.5.2.2. Uji Validitas Konstruk Socially-driven

(61)

mengukur satu faktor saja yaitu socially-driven. Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

(62)

Tabel 3.5.2.2 Muatan Faktor Socially-driven

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

ITEM 1 0.89 0.05 19.64 √

Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X= tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan item signifikan karena nilai (t >1.96). Dengan demikian dapat dilihat bahwa muatan dari faktor item, diketahui bahwa tidak terdapat item yang muatan faktornya (t<1.96) sehingga seluruh item tersebut dapat ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3.5.2.3. Uji Validitas Konstruk Concern-driven

(63)

mengukur satu faktor saja yaitu concern-drivenModelfit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.2.3 di bawah ini:

Tabel 3.5.2.3 Muatan Faktor Concern-driven

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

ITEM 2 0.48 0.07 7.11 √

ITEM 3 1.04 0.10 10.49 √

ITEM 16

ITEM 17

0.25

0.49

0.06

0.07

4.41

7.21 √√

(64)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan item signifikan karena nilai (t >1.96). Dengan demikian dapat dilihat bahwa muatan dari faktor item, diketahui bahwa tidak terdapat item yang muatan faktornya (t<1.96) sehingga seluruh item tersebut dapat ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3.5.3. Uji Validitas Konstruk Skala Kelompok Referensi

3.5.3.1. Uji Validitas Konstruk Pengaruh Informasional

(65)

Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.3.1 di bawah ini.

Tabel 3.5.3.1 Muatan Faktor Pengaruh Informasional

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

ITEM 1 0.49 0.10 4.75 √

ITEM 5 0.47 0.10 4.69 √

ITEM 7

ITEM 10 0.390.01 0.090.09 4.250.07

√ X

Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X= tidak signifikan

(66)

Dengan demikian item nomer 10 akan di-drop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

3.5.3.2. Uji Validitas Konstruk Pengaruh Utilitarian

(67)

Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di-drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.3.2 di bawah ini.

Tabel 3.5.3.2 Muatan Faktor Pengaruh Utilitarian

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

ITEM 3 0.78 0.06 12.63 √ Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X= tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada lima item yang signifikan (t>1,96) dan ada satu item yang tidak signifikan (t < 1,96) yaitu nomer 17. Dengan demikian item nomer 17 akan di-drop yang berarti item tersebut tidak akan ikut dianalisis dalam perhitungan faktor skor.

3.5.3.3. Uji Validitas Konstruk Pengaruh Nilai-Ekspresif

(68)

kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis, maka diperoleh model fit nilai Chi-Square =14.65, df =9, P-value =0.10104, RMSEA=0.044. Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa item hanya mengukur satu faktor saja yaitu pengaruh nilai-ekspresif. Model

fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

(69)

Tabel 3.5.3.3 Muatan Faktor Pengaruh Nilai-Ekspresif

No Koefisien Standard Error Nilai t Signifikan

ITEM 2 0.67 0.05 12.79 √

ITEM 16 0.710.92 0.050.05 13.6318.77

√ √ Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X= tidak signifikan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan item signifikan karena nilai (t >1.96). Dengan demikian dapat dilihat bahwa muatan dari faktor item, diketahui bahwa tidak terdapat item yang muatan faktornya (t<1.96) sehingga seluruh item tersebut dapat ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

3.6. Metode Analisis Data

(70)

linier pada saat veriabel dependen yang digunakan adalah variabel kategorik berupa dikotomi ialah bahwa sesuai definisinya, probabilitas atau proporsi tidak dapat melebihi 1 atau kurang dari 0, namun garis regresi linier dapat memberiklan nilai prediksi hingga diatas 1 dan di bawah 0. Nilai tersebut tentu saja tidak masuk akal karena bertentangan dengan definisi dari probabilitas dimana nilai yang dihasilkan harus berada dalam rentang antara 0 dan 1 atau dalam bentuk persen antara 0 dan 100. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah kekeliruan dalam analisis variabel dependen yang berupa kategorik, harus digunakan analisis regresi non-linier yang sering digunakan salah satunya adalah regresi logistik.

(71)

terjadi pada skoring nilai variabel dependen (Kleinbaun dan Klein, 2010, dalam Putri, 2013)

Penelitian ini ingin mengetahui dan memperkirakan berapa pengaruh, sikap, pleasure-driven, socially-driven, concern-driven, pengaruh informasional, pengaruh utilitarian dan pengaruh nilai-ekspresif terhadap probability perilaku membeli. Probabilitas keputusan membeli dapat dituliskan dengan rumus:

P i = =

Dimana X= β0 + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7

Keterangan :

Pi = Probability perilaku membeli

e = basis logaritma natural logit yaitu mathematical constant

β = Koefisien regresi X1 = Sikap

X2 = Pleasure-driven

X3 = Socially-driven

X4 = Concern-driven

X5 = pengaruh informasional

X6 = pengaruh utilitarian

(72)

Fungsi probabilitas yang ditunjukkan oleh persamaaan nomor 1 diubah menjadi odds. Odds adalah ratio dari dua probability yang dalam hal ini adalah

probability suatu perilaku tersebut terjadi (P) berbanding probability perilaku tersebut tidak terjadi (1-P). Odds dapat dituliskan dengan persamaan

Odds =

Kemudian agar persamaan tersebut linier dan mudah diselesaikan secara konvensional, maka persamaan ini ditransformasi menjadi persamaan dalam satuan ukuran logaritma natural dengan cara dijadikan log dari odds tersebut. Satuan dari log odds ini disebut logit. Logit dapat dituliskan dengan persamaan

Ln = β0 + β1 X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7

Keterangan :

Ln = Logaritma natural

P i = Probability perilaku membeli

Persamaan di atas adalah persamaan regresi linier yang merupakan bilangan real variabel kontinum yang dimulai dari rentang -∞ sampai dengan +∞

dimana Ln jika Pi = 0,5. Dengan demikian persamaan ini dapat diselesaikan

(73)

skala logit. Satuan logit tidak langsung berkaitan dengan probability maka interpretasi tidak dapat langsung dilakukan. Oleh sebab itu logit perlu diubah kembali dalam bentuk odd, untuk kemudian masuk kedalalam bentuk probability

yaitu peluang terjadinya perilaku membeli.

Untuk mengetahui variabel independen mana yang signifikan dampaknya terhadap kenaikan atau penurunan satu unit odds perilaku membeli, dapat dilakukan uji signifikan terhadap koefisien regresi (βi) yang dapat dilakukan

dengan Wald test menggunakan rumus:

W =

Keterangan: W = Wald test

B = koefisien regresi SE = Standar eror

Variabel W akan mengikuti ditribusi chi-square dengan df=1. Wald statistik ini sejenis dengan Z test atau t test dalam regresi linier biasa. Wald test dapat dilakukan untuk setiap prediktor dalam model (Osborne, 2008 dalam Putri, 2013). Model regresi logistik dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 18.0. Penulis menggunakan keyakinan sebesar 95 % atau dengan menggunakan

= 5%. H

ɑ 0 tidak diterima jika P<0.05 atau Wj > x2 dengan . Berarti variabelɑ

(74)

socislly-driven, concern-driven, pengaruh informasional, pengaruh utilitarian dan pengaruh nilai-ekspresif terhadap perilaku membeli.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, akan dijelaskan deskripsi tentang partisipan penelitian, deskripsi tentang variabel psikologis penelitian, dan pengujian hipotesis penelitian.

4.1. Analisis Deskriptif

Gambaran umum subjek pada penelitian ini diuraikan berdasarkan memutuskan membeli atau tidak. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 325 mahasiswa psikologi UIN Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penilitian ini adalah teknik quota sampling (non-probability sampling). Gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Jumlah Subjek Penelitian

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 325 100,0 Missing Cases 0 ,0

Total 325 100,0

Unselected Cases 0 ,0

(75)

Gambar

Tabel 3.5.1.1. Muatan Faktor Sikap
Tabel 3.5.2.1 Muatan Faktor Pleasure-driven
Tabel 3.5.2.2 Muatan Faktor Socially-driven
Tabel 3.5.2.3 Muatan Faktor Concern-driven
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi tersebut di duga karena stasiun I berada pada daerah yang paling dekat dengan laut sehingga faktor lingkungan terutama mekanisme fisik juga ikut membantu proses

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan bagaimana

Berdasarkan definisi di atas sistem informasi dapat disimpulkan sebagai komponen- komponen suatu sistem dalam sebuah organisasi yang bekerjasama untuk mengelolah data

Pengolahan data penjualan, pembelian dan persediaan barang pada Batik Kencana Ayu masih mengunakan sistem pembukuan, dengan adanya aplikasi ini diharapkan dapat

Hasil penelitian menggunakan uji statistik uji chi square menunjukkan bahwa hasil p = 0,006 (&lt; 0,05) ini berarti terdapat hubungan antara paparan debu dengan

Pernyataan yang menjadi topik penelitian adalah untuk Apoteker Pengelola Apotek diharapkan melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam rangka meningkatkan

Penemuan kajian menunjukkan sistem ini berpotensi digunakan mengikut garis panduan yang telah ditetapkan oleh Jabatan Perancangan Bandar dan Desa (JPBD) dengan

Pasal 45 ayat (4) Kegiatan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka melaksanakan tugas akhir, skripsi, tesis, atau disertasi, selain harus mememenuhi ketentuan pada