• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERPIKIR ILMIAH DAN NON ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BERPIKIR ILMIAH DAN NON ILMIAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

“BERPIKIR ILMIAH DAN NON-ILMIAH BESERTA KOMPONEN ILMU PENGETAHUAN”

Oleh:

DOSEN

PENGAMPU:

Wiwiek Tamsyani, M. Si., M. Pd

FANDY ARISANDY 131204004

ADE IRMA 131204001

SUNNIATI 121204002

MUH. WAHID. H 1412040011

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

DASAR

( PGSD )

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmanirahim...

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat Rahmat

dan InayahNya-lah sehingga pembuatan makalah ini dapat kami selesaikan

dengan baik dan benar.

Pada pembuatan makalah kali ini, didalamnya akan kami bahas terkait

BERPIKIR ILMIAH DAN NON-ILMIAH BESERTA KOMPONEN ILMU PENGETAHUAN

”.

Kami selaku pembuat makalah ini, mengaku bahwasanya makalah kami

masih jauh dari kata sempurna layaknya dengan makalah yang lain. Kami sangat

berterimakasih jikalau ada saran maupun kritikan yang sifatnya membangun

Akhir kata, kami selaku pembuat makalah mengucapkan terima kasih atas

kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada Kami. Semoga apa

yang kami sajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi sesama.

Wassalamualaikum Warahmatullah....

Takalar, 11 Agust 2015

(3)

DAFTAR ISI

Hal.

Judul Halaman.

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi... iii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 1

C. Tujuan Penulis ... 2

Bab II Pembahasan

A. Hakikat Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah ... 3

B. Sarana Berpikir Ilmiah ... ... 5

C. Komponen Ilmu Pengetahuan ... 8

Bab III Penutup

A. Simpulan... 10

B. Saran... 10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Secara

garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah.

Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari

dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran

berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap

orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya

semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari

kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan

kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti

keberadaan dirinya di dunia.

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah

dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah

adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik,

sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan

pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.

Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola

berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah

menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.

Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah

yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau

menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus

didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Untuk dapat

melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa

bahasa, logika, matematika dan statistik.

A.J. Bahm dalam

Axiology: The Science of Values

mengatakan, ilmu

pengetahuan terkait dengan masalah. Masalah adalah bagian dari ilmu

pengetahuan. Jika tidak ada masalah, maka tidak akan muncul ilmu pengetahuan.

Pengetahuan ilmiah adalah hasil dari pemecahan masalah ilmiah. Jika tidak ada

masalah, maka tidak ada pemecahan masalah, dus dengan demikian tidak ada

pengetahuan ilmiah. Untuk menjadi ilmiah, maka seseorang harus memiliki

kemauan untuk mencoba memecahkan masalah.

Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah mengenai Metode

Ilmiah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan

terkait dengan metode ilmiah, diantaranya:

1. Bagaimana seseorang bisa dikatakan Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah?

(5)

3. Apa Komponen dari Ilmu Pengetahuan?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, adalah:

1. Untuk mengetahui seseorang dikatakan berpikir ilmiah dan non

ilmiah.

2. Untuk mengetahui sarana yang digunakan seseorang yang

mendukung untuk berpikir ilmiah.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Berpikir Ilmiah dan Non-Ilmiah

Berfikir dengan mendasarkan pada kerangka fikir tertentu disebut sebagai

penalaran atau kegiatan berfikir ilmiah. Dengan demikian tidak semua kegiatan

berfikir dapat dikategorikan sebagai kegiatan berfikir ilmiah, dan begitu pula

kegiatan penalaran atau suatu berfikir ilmiah tidak sama dengan berfikir. ( Contoh

dapat diambil dari kehidupan sehari hari kita ).

Pertama,

perlu dipahami bahwa kegiatan penalaran adalah proses

berfikir yang membuahkan sebuah pengetahuan. Selain itu, melalui proses

penalaran atau berfikir ilmiah berusaha mendapatkan sebuah kebenaran. Untuk

mendapatkan sebuah kebenaran, kegiatan penalaran harus memehuni dua

persyaratan penting, yakni

logis

dan

analitis.

Syarat pertama adalah logis, dengan kata lain

kegiatan berfikir ilmiah harus

mengikuti suatu aturan atau memenuhi pola pikir (logika) tertentu.

Syarat kedua bagi kegiatan penalaran adalah analitis,

atau melibatkan suatu

analisa dengan menggunakan pola fikir (logika)

.

Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan

dalam dua faktor mendasar, yaitu:

1.

Sumber pengetahuan, berfikir ilmiah menyandarkan sumber

pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah

(intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.

2.

Ukuran kebenaran, berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya

pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah

(intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan

semata.

Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan

penalaran

memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasariah

dari pengetahuan manusia. Darinya, kita membedakan antara pengetahuan yang

ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah.

Logika terbagi menjadi dua bentuk,

yaitu logika induktif

dan

logika

deduktif.

a)

Logika Induktif;

(7)

1.

Bersifat ekonomis bagi kehidupan praktis manusia. Dengan logika induktif

kita dapat melakukan generalisasi ketika kita mengetahui/menemui peristiwa

yang sifatnya khas/khusus.

2.

Logika Induktif menjadi perantara bagi proses berfikir ilmiah selanjutnya.

Ia merupakan fase pertama dari sebuah pengetahuan, yang selanjutnya dapat

diteruskan untuk mengetahui generalisasi yang lebih fundamental lagi.

Misalnya ketika kita mendapatkan kesimpulan “semua hewan memiliki mata”

lalu kita masukkan manusia ke dalam kelompok ini, bisa saja kita

menyimpulkan “makhluk hidup memiliki mata”

b)

Logika Deduktif;

Logika Deduktif adalah kegiatan penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan yang umum untuk mendapatkan kesimpulan yang lebih khusus.

Pada umumnya, logika deduktif didapatkan melalui metode Sillogisme yang

dicetuskan oleh Filosof Klasik, Aristoteles. Silogisme terdiri dari

premis mayor

yang mencakup pernyataan umum,

premis minor

yang merupakan pernyataan

tentang hal yang lebih khusus, dan

kesimpulan

yang menjadi penyimpul dari

kedua penyataan sebelumnya.

Pengertian Berfikir Ilmiah dan Non-Ilmiah

Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk

akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat

dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk

mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan

sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.

Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan

deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat

umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus,

sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat

khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.

Sedangkan berpikir non ilmiah adalah kegiatan berpikir yang dilakukan oleh

sesorang yang hanya menggunakan, akal sehat, perasaan, prasangka, dan intuisi

yang kebenarannya diperoleh secara kebetulan tanpa melalui prosese

pengumpulan data.

(8)

B.

Sarana Berfikir Ilmiah

Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam

berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah

kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang

baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam

mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah

membantu proses metode ilmiah.

Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :

1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas

manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah

adalah proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa

pengetahuan.

2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk

memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan

akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.

Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide

yang belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari

pengetahuan melalui pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu

berusaha memahami alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan

keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam.

Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang membentuk

persepsi tentang kebenaran atau fakta.

Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science), dengan

pengetahuan (knowledge), antara lain :

1. Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982.

Ilmu harus memiliki obyek, terminologi, metodologinya, filosofi dan teorinya

yang khas.

2. Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985.

Ilmu juga harus memiliki objek, metode, sistematika dan mesti bersifat

universal.

Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas: Pengalaman,

Otoritas, Cara berfikir deduktif, Cara berfikir induktif , Berfikir ilmiah

(pendekatan ilmiah).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :

1) Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan

yang didapatkan berdasarkan metode ilmu.

2) Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita

melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu :

1.

Peran Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah

(9)

Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk

menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Bahasa ilmiah

merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan

informasi yang berupa pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur emotif,

reproduktif, obyektif, eksplisit.

Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,

1) Sebagai sarana komunikasi antar manusia.

2) Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang

mempergunakan bahasa tersebut.

Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :

a. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk

menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh alam

sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa

isyarat dan bahasa biasa.

b. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk

maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian

yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik.

Bahasa buatan inilah yang dikenal dengan bahasa ilmiah.

2.

Peran Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah

Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari

pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika

bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan

kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan

rumus-rumus yang mati. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang

sangat mengganggu. Matematika adalah bahasa yang berusaha menghilangkan

sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.

Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu

dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten.

Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan

suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk

suatu studi ataupun pemecahan masalah.

(10)

Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan

Statistika, yaitu agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik,

diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika.

Bahasa

merupakan alat

komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa

menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang

lain.

Matematika

mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,

sedangkan

statistika

mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.

Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki

ruang lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri

dengan pernyataan yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara

berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang

bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir silogisme.

Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan

kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu

dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk

dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.

Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam

kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah

merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi

pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah. Pada hakikatnya sarana berfikir

ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah

yang harus ditempuhnya.

(11)

C. Komponen Ilmu Pengetahuan

Menurut Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam komponen

penting, diantaranya:

a)

Masalah (Problems)

Masalah mana yang dianggap mengandung sifat ilmiah? Menurut Bahm,

suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri: 1) terkait

dengan komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada masalah

yang disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada orang

lain.

b)

Sikap (attitude)

Sikap ilmiah (

scientific attitude

) menurut Bahm setidaknya harus memiliki

enam ciri pokok, yaitu:

Keingintahuan (

curiosity

). Keingintahuan harus dimiliki oleh seorang

ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki, investigasi, eksplorasi, dan

eksperimentasi.

Spikulasi (

spiculativeness

). Hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis.

Spikulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap ilmiah.

Kesadaran untuk berlaku objektif (

willingness to be objective

). Sikap ini

penting, sebab objektivitas merupakan ciri ilmiah. Menurut Bahm sikap

objektif harus memenuhi syarat-sayarat sebagai berikut:

1.

Memiliki sifat rasa ingin tahu terhadap apa yang diselidiki untuk

memperoleh pemahaman sebaik mungkin. Melangkah dengan berdasarkan

pada pengalaman dan alasan, artinya, pengalaman dan alasan saling

mendukung, karena alasan yang logis dituntut oleh pengalaman;

(12)

Menangguhkan keputusan/penilaian (

willingness to suspend judgment

), artinya

bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti penting terkumpul.

Bersifat sementara, artinya harus menerima bahwa kesimpulan ilmiah bersifat

sementara.

c)

Metode (Method)

Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah aktivitas menyelesaikan

masalah dan melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik

yang esensial bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal –

menurut Bahm– dalam menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh

seorang peneliti (ilmuwan), yaitu

1) memahami masalah; 2) menguji masalah; 3)

menyiapkan solusi; 4) menguji hipotesis dan 5) memecahkan masalah.

d)

Aktivitas (Activity)

Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua aspek:

individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: 1) observasi; 2)

membuat hiopotesis, 3) menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan

terkontrol.

e)

Kesimpulan (Conclusion)

Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap, metode dan aktivitas.

Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis. Pada

dasarnya ilmu pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk

menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.

f)

Pengaruh (Effects)

Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh terhadap

teknologi dan industri; 2) pengaruh pada peradaban manusia. Industrialisasi yang

berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang

mempunyai dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga nampak seperti

yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses industrialisasi tidak

akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu sendiri mengalami

proses terindustrialisasi.

Komponen Ilmu Pengetahuan Menurut A.J. Bahm:

Masalah Sikap Metode Aktivitas Kesimpulan Pengaruh

1. komunikasi keingintahuan1. 1. memahamimasalah 1. observasi

(13)

2. sikap

ilmiah 2. spekulatif 2. mengujimasalah 2. membuathepotesis 2. peradabanmanusia.

3. metode

ilmiah 3. objektif

3. menyiapkan

solusi

3. mengujia observasi dan

hepotesis

4. terbuka 4. mengujihepotesis

5. menagguhkan

penilaian

5. memecahkan

masalah

6. bersifat sementara

(14)

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kami kemukakan bahwa hakikat dapi berpikir

ilmiah dan non ilmiah tak lain adalah untuk memperoleh data atau fakta yang

benar-benar akurat. Dikatakan berpikir ilmia apabila mengikuti langkah-langkah

atau prosedur dari metode ilmiah itu sendiri. Seseorang dikatakan berpikir ilmiah

apabila telah melakukan observasi yang mendasarinya untuk memecahkan suatu

masalah. Berpikir ilmiah adalah suatu kegiatan berpikir yang dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh suatau kebenaran dari fakta yang menurutnya butuh

pembuktian. Sedangkan dikatakan berpikir secara tidak ilmiah hanya

menggunakan akal sehat, intuisi, perasaan dan prasangka yang sifatnya sementara

yang diperoleh secara kebetulan pula.

Dalam berpikir ilmiah adapun sarana yang mendukung, Peran Bahasa

sebagai Sarana berpikir ilmiah, Peran Matematika sebagai sarana berpikir

ilmiah, Peran Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah. Serta komponen dari

ilmu pengetahuan adalah Masalah (Problems), Sikap (

attitude

) , Metode

(Method), Aktivitas (Activity), Kesimpulan (Conclusion), dan Pengaruh (Effects)

B.

SARAN

(15)

Sumber Referensi:

file:///G:/%C2%A0/iad/ENAM%20KOMPONEN%20ILMU

%20PENGETAHUAN%20_%20M.%20Zainuddin.htm

. Diakses tanggal 10

Agustus 2015. Pukul 18. 45 Wita

file:///G:/%C2%A0/iad/HAKIKAT%20BERFIKIR%20ILMIAH%20_

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat melakukan presentasi ilmiah presenter atau orang yang melakukan pemaparan karya ilmiah dituntut agar bahasa Indonesia lisan yang

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilimiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) tingkat kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa pendidikan matematika, 2) korelasi signifikan kemampuan berpikir kritis

Keeratan hubungan antara variabel penguasaan tata bahasa dan berpikir logik terhadap kemampuan menulis artikel ilmiah, tercermin pada besarnya nilai koefisien korelasi (r)

Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Jadi keempat sarana ilmiah ini

Sarana berfikir ilmiah digunakan sebagai alat untuk mengembangkan materi pengetahuan berdasarkan metode-metode ilmiah, dan sarana berfikir ilmiah berfungsi untuk membantu

Berfikir ilmiah merupakan kegiatan keseharian yang pada dasarnya kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir sendiri mempunyai arti yaitu upaya manusia dalam