• Tidak ada hasil yang ditemukan

Full Paper P00201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Full Paper P00201"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB UKSW

TAHUN ANGGARAN 2016/2017

TEMA: PENDIDIKAN

CONTENT LANGUAGE INTEGRATED LEARNING SEBAGAI

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS

MAHASISWA NON-KEBAHASAAN: SEBUAH KAJIAN PERSPEKTIF

Oleh:

Mozes Kurniawan, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIAN PERSEORANGAN WAJIB 2016/2017

1. Judul Penelitian : Content Language Integrated Learning sebagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa Inggris Mahasiswa Non-Kebahasaan: Sebuah Kajian Perspektif

2. Identitas Peneliti

a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd. b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 2015090

d. Jabatan Struktural : - e. Jabatan Fungsional : -

f. Fakuktas / Prodi : FKIP / PG-PAUD g. Nama Pusat Penelitian: -

h. Telepon / Faks : (+62 298) 321212 / (+62 298) 321433 i. No. HP Peneliti : +62 821 3328 4666

j. E-mail : mozes.kurniawan@staff.uksw.edu 3. Total pembiayaan internal yang diajukan : Rp 4.760.000,-

Total pembiayaan eksternal : -

Total : Rp 4.760.000,-

Salatiga, 14 Juni 2017 Ketua Program Studi Peneliti,

PAUD FKIP UKSW

Drs. Tritjahjo Danny S., M.Si. Mozes Kurniawan, M.Pd.

NIP: 1987054 NIP: 2015090

Mengetahui, Dekan FKIP UKSW

Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd.

(3)

ii

IDENTITAS PENELITIAN

1. Judul Penelitian : Content Language Integrated Learning sebagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa Inggris Mahasiswa Non-Kebahasaan: Sebuah Kajian Perspektif 2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Mozes Kurniawan, M.Pd.

b. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa Inggris, Manajemen Pendidikan

3. Anggota Penelitian : -

4. Tema Penelitian : Pendidikan Bahasa

5. Lokasi Penelitian : FKIP, UKSW Salatiga

(4)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Halaman Pengesahan ... i

Identitas Peneliti ... ii

Daftar Isi ... iii

RINGKASAN ... 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 2

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Tinjauan Pustaka ... 3

BAB II RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 9

B. Responden Penelitian ... 9

C. Teknik Pengumpulan Data ... 9

D. Teknik Analisis Data ... 10

E. Rencana Kegiatan Penelitian ... 10

BAB III RENCANA BIAYA A. Rincian Anggaran Internal ... 12

B. Realisasi Dana ... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Kegiatan Penelitian ... 15

B. Hasil Penelitian ... 18

BAB V KESIMPULAN ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 Lampiran 1 CV Peneliti

(5)

1

RINGKASAN

CONTENT LANGUAGE INTEGRATED LEARNING SEBAGAI

PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS

MAHASISWA NON-KEBAHASAAN: SEBUAH KAJIAN PERSPEKTIF

Bahasa Inggris, kini, menjadi primadona karena bahasa ini merupakan salah satu bahasa yang digunakan secara luas di seluruh dunia. Bahasa yang dpaat dikatakan penting di era global ini dimana hamper disetiap aspek kehidupan menggunakan bahasa internasional ini. Terlepas dari pentingnya bahasa Innggris dalam kehidupan manusia saat ini, masih ada orang-orang yang belum secara optimal menguasai bahasa yang mendunia ini. Mereka masih menjumpai permasalahan-permasalahan terkait alokasi waktu yang sedikit, kesempatan menggunakan bahasa Inggris yang terbatas dan sebagainya. Tentunya bagi pelajar non-kebahasaan, hal-hal tersebut menjadi penghambat yang perlu dicarikan solusi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menyerap aspirasi pelajar, dalam hal ini mahasiswa non-kebahasaan, terhadap suatu pendekatan yang diterakan guna menjembatani permaslaahan yang muncul dalam pengajaran bahasa Inggris. Pendekatan yang dimaksud ialah

Content and Language Integrated Learning (CLIL). Responden penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, pada semester Antara – 2016/2017. Penelitian ini menghasilkan suatu perspektif bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang penting untuk dikuasai. Ketersediaan pembelajaran di objek penelitian masih belum mencukupi. Dengan diterapkannya pendekatan CLIL, hamper seluruh responden menyatakan pandangan positif bahwa pembelajaran tersebut memberikan berbagai pengayaan dan pembasaan guna meningkatkan kemempuan berbahasa Inggris.

(6)

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal abad ke-21, muncullah sebuah tren pembelajaran bahasa asing yang begitu marak dikalangan masyarakat dunia. Tren tersebut didasari dengan sebuah pemahaman bahwa penguasaan bahasa asing memberikan kesempatan untuk diterima dan memperoleh kebaikan-kebaikan dalam masyarakat global. Bahasa asing yang begitu marak dipelajari yakni bahasa Inggris (Mirabela & Ariana, 2013). Bahasa Inggris, kini menduduki posisi penting dalam masyarakat dunia. Bahasa ini selain dijadikan sebagai bahasa internasional juga diyakini sebagai kunci untuk memperoleh berbagai peluang dalam berbagai segi kehidupan. Gavran (2013) menyatakan bahwa orang-orang mempelajari bahasa Inggris guna mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam hidup mereka. Dalam kajiannya terhadap masyarakat di Korea, ditemukan bahwa ketika telah menguasai dasar dari bahasa Inggris, mereka akan menggunakannya untuk membaca buku-buku mengenai sains, teknik dan pembelajaran lainnya. Fokus penguasaan bahasa Inggris mereka yakni untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang ada. Tidak mengherankan hal tersebut terjadi karena bahasa Inggris, kini, digunakan sebagai bahasa popular dalam penulisan buku-buku pembelajaran bertaraf internasional.

Pentingnya bahasa Inggris juga nampak dalam penggunaan bahasa tersebut di kalangan pengusaha yang mengiklankan produk dan/atau jasanya melalui tayangan komersial di Jepang. Mereka meyakini bahwa penggunaan bahasa Inggris tersebut membuat mereka tergabung dalam kehidupan global (Garvan, 2013). Sejalan dengan gagasan tersebut, Robinson (2012) mengungkapkan sebuah pernyataan yang lugas mengenai pentingnya bahasa Inggris di era global ini, “jika anda menginginkan pekerjaan yang baik maka anda harus dapat berbicara dengan bahasa Inggris”. Meskipun kata yang digunakan adalah berbicara, namun makna yang hendak disampaikann adalah bahwa komunikasi dalam bahasa Inggris itu menentukan pekerjaan dan kelayakan apa yang akan diperoleh.

(7)

3 kurikulum di berbagai pendidikan formal (Yulia, 2013). Namun, yang dihadapi oleh Indonesia melampaui apa yang menjadi harapan dan keyakinan awalnya. Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia masih mengalami pasang surut dan terdapat berbagai tantangan dalam pembelajarannya. Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia terkendala oleh berbagai hal seperti kuatnya penggunaan bahasa Indonesia dalam hamper seluruh pembelajaran. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu berkontribusi dalam penyempitan kesempatan pengembangan bahasa Inggris terkhusus dalam mata pelajaran tersebut. (Megaiab, 2014). Hal lain yang mempengaruhi adalah kurangnya alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum pendidikan formal (Yulia, 2013).

Kondisi serupa dijumpai dalam kajian penelitian ini. Dalam kurikulum pendidikan tinggi di program studi Pendidikan Guru – Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, alokasi pembelajaran bahasa Inggris hanya terbatas pada 2 mata kuliah dengan bobot total 4 kredit semester. Hal ini memicu permasalahn yang muncul yaitu kurangnya kompetensi bahasa Inggris mahasiswa di program tersebut. Mereka cenderung pasif ketika diminta menuturkan kata atau ungkapan dalam bahasa Inggris, kurang mampu mencerma maksud teks bacaan dan tutur kata lisan bahasa Inggris dan mengalami kesulitan dalam menulis kata-kata dalam bahasa Inggris. Hanya saja, kondisi tersebut perlu mendapatkan jalan terbaik dalam penanggulangannya. Mengingat bahawa bahasa Inggris begitu penting di era global ini, mereka perlu meningkatkan kompetensi berbahasa Inggris dengan alokasi pembelajaran bahasa Inggris yang singkat.

(8)

4

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pendapat mahasiswa mengenai pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan selama ini.

2. Menerapkan pendekatan Content and Language Integrated Learning dalam pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa.

3. Menganalisa perspektif mahasiswa terhadap pengajaran bahasa Inggris terintegrasi dengan konten materi ajar.

C. Tinjauan Pustaka

1. Pentingnya Bahasa Inggris Masa Kini

Abad ke-21 merupakan suatu abad yang ditandai dengan berbagai bentuk perubahan yang signifikan. Salah satu bentuk perubahan yang terjadi yaitu bergesernya ‘imperialisme’ menuju ‘globalisasi’ (Smith, dalam Gavran 2013). Perubahan tersebut membawa pengaruh terkait dengan pembelajaran bahasa Inggris yang semakin marak di kalangan masyarakat global. Tidak hanya semakin marak namun muncul berbagai pandangan yang kompleks terhadap hal tersebut. Kondisi tersebut terjadi karena bahasa Inggris dianggap sebagai pintu gerbang untuk meraih berbagai peluang dalam kehidupan bermasyarakat.

Hampir di setiap negara di dunia memiliki tujuan tersendiri dalam mempelajari bahasa global tersebut. Korea menangkap pentingnya bahasa Inggris sebagai sarana mempelajari bidang-bidang keilmuuan lain seperti pengetahuan alam (sains) dan rekayasa teknik (Lankov dalam Gavran, 2013). Sementara itu, Jepang juga menanggapi kebutuhan akan bahasa Inggris sebagai bahasa global dengan mulai menggunakannya pada iklan-iklan produk dan/atau jasa yang ditawarkann melalui tayangan komersial. Mereka beranggapan bahwa dengan diguunakannya bahasa Inggris dalam media social tersebut, mereka telah berpartisipasi dalam kehidupan internasional (Haarmann, dalam Gavran, 2013).

(9)

5 menikmati hiburan-hiburan kelas dunia, seni pertunjukan, bahkan perjalanan lintas negara.

Kemudian, bahasa Inggris juga dapat dijadikan landasan pengembangan karir professional. Berbagai bentuk pekerjaan telah mensyaratkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang dikuasai. Bahasa Inggris dikatakan ‘a must’ (suatu keharusan) ketika seseorang berharap untuk mengembangkan karir profesionalnya lebih tinggi (Robinson, 2012). Selanjutnya, pendidikan lanjutan akan terbuka luas dengan dikuasainya bahasa Inggris. Bahasa ini juga memampukan penuturnya untuk memenangkan berbagai tawaran program luar negeri yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman.

2. Kompetensi Bahasa Inggris Pelajar Non-Kebahasaan

Pada bagian sebelumnya telah diketahui bahwa terdapat berbagai hal yang mendasari pentingnya penguasaan bahasa Inggris. Untuk dapat meraih berbagai hal baik yang ditawarkan dunia saat ini diperlukan kompetensi bahasa Inggris yang memadahi. Secara garis besar terdapat empat keterampilan bahasa guna melengkapi kompetensi bahasa Inggris yakni speaking (berbicara), listening (mendengar), reading

(membaca) dan writing (menulis). Speaking dan writing termasuk dalam keterampilan produktif sedangkan listening dan reading termasuk dalam keterampilan reseptif (Megaiab, 2014). Untuk dapat memiliki kompetensi bahasa Inggris yang utuh, seseorang perlu memiliki kemampuan yang cukup untuk dapat digunakan sesuai dengan tujuan pencapaiannya.

Hanya saja, ditemukan bahwa kompetensi bahasa Inggris mahasiswa Indonesia terkhusus mereka yang bukan berasal dari program yang mengusung pembelajaran bahasa asing yang kuat seperti Pendidikan Bahasa Inggris, Public Relation dan Hubungan Internasional masih terhitung kurang memadahi. Salah satu bentuk kurangnya kompetensi tersebut tercermin dari masih ditemukannya berbagai kesalahan dalam English writing (Megaiab, 2014). Keterampilan menulis merupakan salah satu hal penting dalam kompetensi berbahasa yang perlu dimiliki apabila seseorang hendak meraih peluang di dunia akademik, media massa, jurnalistik dan untuk memperoleh kesempatan pendidikan tinggi. Tentunya keterampilan lainnya memiliki peran tersendiri dalam bidang-bidang pencapaian lainnya.

(10)

6 diberikan. Dalam sebuah penelitian, Afrin (2016) mengungkapkan bahwa pelajar non-kebahasaan cenderung menunjukkan kurangnya penguasaan bahasa Inggris karena terdapat berbagai factor yang mempengaruhi seperti kurangnya fokus belajar bahasa Inggris, kurangnya ketersediaan pelajaran tersebut, dan lain sebagainya. Berbagai paparan menunjukkan bahwa masih dijumpai pelajar-pelajar yang belum cukup berkemampuan bahasa Inggris sementara permintaan akan bahasa Inggris telah tersebar luas hingga menjadi suatu kebutuhan global.

3. Permasalahan yang Muncul dalam Pengajaran Bahasa Inggris

Kurangnya kompetensi bahasa Inggris pelajar non-kebahasaan tidaklah secara tiba-tiba muncul. Hal tersebut terjadi karena adanya permasalah-permasalahan yang dihadapi sehingga kompetensi mereka tidak terbangun dengan maksimal. Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, Afrin (2016) menyebutkan beberapa masalah yang dijumpai oleh pelajar non-kebahasaan yang menjadi dasar lemahnya kompetensi bahasa Inggris mereka. Pertama, pelajar kurang menjadikan pembelajaran bahasa Inggris sebagai fokus pengembangan kompetensi mereka. Meskipun tidak menekuni bahasa Inggris secara khusus, namun kemampuan berbahasa Inggris tetap perlu ditingkatkan. Kurangnya fokus tersebut dikarenakan mereka cenderung mengutamakan core courses dari pada pembelajaran bahasa Inggris yang tidak menjadi titik kajian utama. Mereka mengejar nilai-nilai yang baik dalam core courses sementara mereka merasa terbeban ketika bergabung dengan pembelajaran bahasa Inggris.

Kedua, kurangnya ketersediaan pelajaran bahasa Inggris juga mempengaruhi tingkat kompetensi mereka. Yulia (2013), dalam kajiannya terhadap kurikulum di Indonesia, menyatakan bahwa alokasi waktu dalam pembelajaran bahasa Inggris memiliki andil dalam kaitannya dengan kompetensi. Gagasan tersebut sejalan dengan permaslahan yang dijumpai dalam kajian penelitian ini bahwa ketersediaan pembelajaran bahasa Inggris semakin terbatas. Kemudian, terbatasnya ruang untuk menggunakan bahasa Inggris memberikan kontribusi terhadap lemahnya kompetensi bahasa Inggris pelajar non-kebahasaan. Untuk memiliki kemampuan berbahasa yang baik tentunya perlu adanya ruang penggunaan sebagai bentuk latihan dan pembiasaan.

4. Pendekatan Content and Language Integrated Learning

(11)

7 pendekatan pendidikan yang memiliki dua fokus yaitu pembelajaran konten dan bahasa dengan menggunakan suatu bahasa tertentu (Coyle et al, 2010). Sementara itu, CLIL juga dimaknai sebagai suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang mana bahasa target tersebut digunakan sebagai media penyampai konten materi dan konten materi yang digunakan untuk mempelajari bahasa (Haris & Duibhir, 2011). Dengan kata lain CLIL merupakan pendekatan dalam pembelajaran dimana titik fokus pembelajarannya yakni pada bahasa yang digunakan untuk mempelajari konten dan konten materi ajar yang digunakan untuk mendalami aspekaspek kebahasaan.

Pendekatan CLIL dipercaya memberi berbagai manfaat dari sisi penguasaan bahasa, dalam hal ini bahasa Inggris dan memberikan gagasan pengembangan materi yang lebih mewadahi pelajar untuk mempelajari konten sekaligus aspek kebahasaan. Coyle et al (2010), menekankan bahwa CLIL akan meningkatkan penguasaan seseorang akan bahasa target. Pembelajaran dengan pendekatan tersebut memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mengungkapkan dan menggunakan kemampuan berbahasanya. Ketika bahasa Inggris menajdi target bahasa dalam pendekatan ini, dimungkinkan adanya ruang tambahan bagi pelajar terkhusus mereka yang tidak dari latar belakang kebahasaan untuk berlatih aspek-aspek bahasa tersebut.

Liubiniene (dalam Mourssi, 2014) menambahkan bahwa CLIL membantu menyatukan kemampuan pelajar melalui pengalaman nyata dengan dipelajarinya bahasa target dari konten materi ajar yang disukai dan/atau dipilih oleh mereka. Dipilihnya materi ajar yang cocok dengan kebutuhan pelajar tersebut, membuat internalisasi bahasa asing (bahasa Inggris) semakin mudah diterima dan dicerna. Hal ini yang membuat kemampuan bahasa Inggris mereka, sadar atau tanpa disadari, meningkat.

(12)

8 materi dari sudut pandang dan/atau cara penyampaian yang berbeda; 4) learning

(13)

9

BAB II

RENCANA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh pendapat mahasiswa terhadap bentuk pengajaran bahasa Inggris yang selama ini telah dilakukan. Mahasiswa diminta untuk memberikan pandangannya mengenai alokasi waktu, sistem pengajaran dan dampak terkini dari pengajaran tersebut. Tujuan selanjutnya yaitu menerapkan pendekatan Content-Language Integrated Learning

dalam upaya pengembangan pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa non-kebahasaan dan menganalisa perspektif mahasiswa mengenai pengajaran bahasa Inggris terintegrasi dengan konten materi ajar. Karena ditujukan untuk memperoleh bangunan konsep dan gagasan fundamental (mendasar), maka penelitian ini dikemas dalam paparan deskriptif.

B. Responden Penelitian

Mouton (1996, dalam Amara, 2015) menyatakan bahwa sampel responden yang diteliiti merupakan pilihan dimana diharapkan responden tersebut dapat memenuhi maksud peneliti dalam menemukan suatu gejala/fenomena/isu/masalah dalam suatu ruang lingkup sederhana. Responden yang hendak diteliti dalam penelitian ini yaitu sekitar 30 orang mahasiswa; dari Program Studi Pendidikan Guru PAUD, Fakuktas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia; yang terbagi dalam dua kelas pengajaran mata kuliah non-bahasa Inggris, pada semester Antara 2016/2017. Persyaratan utama dalam pemilihan responden pada penelitian ini yaitu responden tidak berasal dari program studi kebahasaan seperti pendidikan bahasa Inggris, public relation, hubungan internasional dan program internasional lainnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diperoleh dengan berbagai teknik sesuai dengan enis data yang diharapkan. Berikut beberapa teknik pengumpulan data beserta instrument yang digunakan.

(14)

10 Data berupa pendapat mengenai alokasi waktu, bentuk pengajaran bahasa Inggris yang telah dilakukan dan hal-hal terkait lainnya diperoleh dengan pembagian kuesioner. Instrumen yang digunakan nantinya berupa daftar pertanyaan terbuka dalam bentuk pertanyaan essay yang jawabannya diharapkan berbentuk paparan gagasan dan pendapat secara deskriprif.

2. Focused-Group Discussion (FGD)

Data mengenai sudut pandang mahasiswa terhadap penerapan pendekatan

Content-Language Integrated Learning dalam pengajaran bahasa Inggris mahasiswa diperoleh dengan teknik FGD- diskusi kelompok terfokus- yang menggunakan instrument berupa daftar topik diskusi yang tersusun secara sistematis dan runtut sesuai dengan kebutuhan pandangan untuk melengkapi penelitian ini.

D. Teknik Anaisis Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisa secara deskriptif dengan mengkategorikan sesuai dengan substantial categories yang muncul dalam analisa data. Sesuai dengan kategorii-kategori yang ada, dibahas dan dipaparkan secara terperinci hasil analisa yang merupakan gambaran nyata berdasarkan sudut pandang (perspektif) mahasiswa.

Data tambahan berupa melalui FGD direkam lalu di buatkan transkrip sederhana yang digunakan untuk memperkuat perolehan data pertama yang diperoleh dari open-ended questionnaire. Hasil kajian akhir dipaparkan secara deskriptif pula dalam bagian hasil dan pembahasan.

E. Rencana Kegiatan Penelitian

(15)

11

Berikut tahapan dan rencana hasil penelitian wajib UKSW 2016/2017:

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

Persiapan Pra Penelitian: Perancangan topik penelitian, rencana responden, rencana instrumen

dan analisa data; dan penyusunan proposal penelitian perseorangan wajib UKSW 2016/2017 Persiapan Pra Penelitian: Memaparkan rencana proposal penelitian perseorangan wajib UKSW

2016/2017 dalam seminar.

2

Persiapan Akhir Penelitian: Sosialisasi kegiatan penelitian dan mempersiakan materi pengajaran bahasa Inggris terintegrasi dengan konten materi

ajar

3

Pengumpulan Data: Pengumpulan data tahap pertama dalam bentuk pertemuan guna memberikan

pendapat dan gagasan

Pengumpulan Data: Pengumpulan data tahap kedua setelah pendekatan CLIL diterapkan dalam

mata kuliah terpilih

4

Anasisis Data & Penyelesaian: Proses Analisa data dan penyelesaian penelitian sebelum hasil

penelitian di seminarkan dan dipublikasikan. Penyajian Hasil Data: Melakukan penyajian hasil

penelitian dalam bentuk seminar dan pelaporan hasil penelitian kepada penyelenggara penelitian Publikasi Artikel Jurnal: Mempersiapkan syarat

dan ketentuan publikasi ke dalam jurnal ilmiah

1. Persiapan Pra Penelitian

2. Persiapan Akhir Penelitian

3. Pengumpulan data

4. Analisa, Penyajian hasil data dan publikasi jurnal

Hasil: Rancangan proposal topik penelitian, instrumen, responden dan setting penelitian

Hasil: Bahan pengajaran bahasa inggris terinttegrasi konten yang telah siap guna

Hasil: Pertemuan guna pengumpulan data tahap 1 & 2 serta analisanya

(16)

12

BAB III

RENCANA PEMBIAYAAN

A. Rincian Anggaran Internal

No Jenis Pengeluaran Jmlh Vol Satuan Total

1 Persiapan / Pra Penelitian

a. Cetak Referensi Materi 10 jilid 40.000 400.000 b. Penjilidan Referensi Materi 10 kali 13.000 130.000

c. Perbanyakan Proposal Berjilid 5 jilid 5.000 25.000 555.000 2 Persiapan Akhir Penelitian

a. Desain Lay Out Modul 1 kali 50.000 50.000 b. Cetak & Copy Modul 30 jilid 12.000 360.000 c. Penjilidan Modul 30 kali 13.000 390.000

d. Konsumsi Responden 30 pax 25.000 750.000 1.550.000 3 Pengumpulan Data 1

a. Kertas Folio Garis 1 rim 50.000 50.000 b. Kertas Polos A4 1 rim 40.000 40.000 c. Alat Tuis Set 30 pack 10.000 300.000

d. Konsumsi Responden 30 pax 25.000 750.000 1.140.000 Pengumpulan Data 2

a. Sewa Recorder 1 kali 150.000 150.000

b. Konsumsi Responden 10 pax 25.000 250.000 400.000 4 Analisis Data & Penyajian Hasil

a. Pengetikan, Cetak & Jilid 5 jilid 20.000 100.000 b. Cetak Seluruh Dokumentasi 50 foto 5.000 250.000 c. Perbanyakan Hasil Penelitian 7 jilid 10.000 70.000 d. Konsumsi Seminar Hasil Riset 15 pax 25.000 375.000

e. Honor Mahasiswa 4 orang 100.000 400.000 1.195.000

(17)

13

B. Realisasi Dana

Anggaran Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2016/2017

1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN

2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA

Item Bahan Vol. Satuan Harga Satuan Total Desain Lay Out Modul 1 kali 50.000 50.000 Pengetikan, Cetak & Jilid 35 jilid variatif 850.000 Cetak Referensi Materi Ajar 10 jilid 40.000 400.000 Jilid Referensi Materi Ajar 10 jilid 13.000 130.000 Perbanyakan Proposal 5 jilid 5.000 25.000 Perbanyakan Hasil Penelitian 7 jilid 10.000 70.000 Konsumsi Responden (Persiapan) 30 pax 25.000 750.000 Konsumsi Responden (Data 1) 30 pax 25.000 750.000 Konsumsi Responden (Data 2) 10 pax 25.000 250.000 Konsumsi Seminar Hasil Riset 15 pax 25.000 375.000 Cetak Dokumentasi 50 foto 5.000 250.000 Pengeluaran Dalam Satu Tahun (Rp) 4.760.000

Realisasi Dana Penelitian Perseorangan Wajib 2016/2017

1. BELANJA BAHAN DAN PERALATAN

2. BELANJA BARANG NON OPERASIONAL LAINNYA

Item Bahan Vol. Satuan Harga Cetak Referensi Materi Ajar 10 jilid variatif

488.830 - 4 Jilid Referensi Materi Ajar 10 jilid variatif -

(18)

14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Laporan Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan beberapa tahapan pelaksanaan penelitian. Berikut tahap-tahap pelaksanaan penelitian UKSW tahun anggaran 2016/2017:

• Persiapan / Pra Penelitian

• Persiapan Akhir Penelitian

• Pengumpulan 1 dan 2

• Analisis Data dan Penyajian Hasil

Berikut dilaporkan hasil kegiatan penelitian perseorangan wajib UKSW tahun anggaran 2016/2017 sesuai dengan bagian-bagian kegiatan tersebut. Dari setiap bagian tersebut akan dijelaskan secara rinci tahap-tahap pelaksanaan penelitian dan hasil yang diperoleh.

1. Persiapan / Pra Penelitian

Pada tahap ini, peneliti memulai kegiatan penelitian dengan melakukan berbagai persiapan. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti diantaranya berupa memformulasikan topik penelitian yang diperoleh dari tinjauan kebutuhan terkini objek penelitian. Peneliti memfokuskan pandangan pada kondisi terkini progran studi PG-PAUD, FKIP UKSW terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggrisnya. Bertumpu pada pengalaman pengajaran pada tahun akademik 2015/2016 dan 2016/2017, dijumpai bahwa mahasiswa PG-PAUD masih perlu meningkatkan ketrampilan berbahasa Inggrisnya karena sebagia besar diantara mereka masih mengalami kesulitan dalam penguasaan bahasa Inggris. Ketika dipantau dari sisi sajian pembelajaran bahasa Inggris di PG-PAUD, diperolehlah informasi dari dokumen kurikulum bahwa di program studi ini menyajikan mata kuliah pembelajaran bahasa Inggris sejumlah dua mata kuliah dengan bobot masing-masing mata kuliah sebesar 2 SKS. Jumlah ini dirasa belum dapat mengakomodasi pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa PG-PAUD sementara, kini, tuntutan ketramppilan berbahasa asing mulai meningkat.

(19)

15 mata kuliah tersebut diadaptasi dari pendekatan CLIL dengan mengajarkan konten materi sembari mengenalkan bahasa Inggris. Gagasan tersebut menjadi sebuah formulasi topik yang diangkat dalam penelitian ini. Selanjutnya, peneliti menyusun proposal penelitian dan melakukan seminar usulan penelitian yang difasilitasi oleh fakultas pada hari Jumat, 10 Maret 2017 di Ruang Rapat gedung E, ruang E201. Beberapa masukan dari seminar tersebut dijadikan dasar pengembangan proposal ke tahap proposal final yang kemudian diajukan ke Biro Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat (BP3M) UKSW.

2. Persiapan Akhir Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mulai mempersiapkan alat, bahan dan segala bentuk kebutuhan yang akan digunakan dalam penelitian. Dilakukanlah pengadaan alat dan bahan seperti seperangkat alat tulis yang digunakan dalam proses pengumpuan data, beberapa jenis kertas yang akan digunakan secara terpisah pada sosialisasi penelitian, pengumpulan data pertama, pengumpulan data kedua dan seminar pada akhir penelitian. Sementara itu, peneliti juga merancang pembelajaran dengan mengadaptasi pendeatan CLIL dalam mata kuliah-mata kuliah yang dijadikan prasarana pengajaran dan penelitian. Setelah rancangan pembelajaran dengan pendekatan CLIL selesai dibuat, penelti mencari sumber-sumber pustaka pendukung dari perpustakaan maupun jurnal-jurnal terkait kemudian mengkompilasi materi-materi yang dibutuhkan dan menentukan sumber utama dalam pembelajaran. Rancangan tersebut direalisasikan dalam bentuk modul-modul yang dicetak dan natinya diberikan kepada seluruh mahasiswa yang terliat dalam pengajaran dan penelitian ini.

(20)

16

3. Pengumpulan Data 1 dan 2

Pada tahap ini, ketika seluruh responden penelitian dan segala sarana prasarana telah siap, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan mengadaptasi pendekatan CLIL dalam mata kuliah-mata kuliah selama bulan Mei 2017. Dalam masa-masa pengajaran di bulan tersebut, peneliti menetapkan beberapa waktu khusus digunakan sebagai wadah pengumpulan data dalam penelitian ini. Responden penelitiann diharapkan terlibat dalam pembelajaran dengan pendekatan CLIL sehingga ketika proses pengumpulan data dilaksanakan, responden dapat secara tepat memberikan gagasan dan pemikirannya sebagai sumber data dalam penelitian ini.

Pengumpulan data pertama dilakukan pada hari Selasa, 23 Mei 2017. Pada pertemuan ini, mahasiswa diminta untuk mengisi kuesioner terbuka (Open-Ended Questionnaire) yang berisi pertanyaan-pertanyaan terbuka terkait dengan pembelajaran dengan pedekatan CLIL. Sejumlah 22 responden memberikan gagasan dan pandangannya sesuai dengan tuntunan pertanyaan yang ada di lembar kuesioner yang dibagikan. Setelah seluruh kuesioner terkumpul, peneliti mulai melakukan rekap data mentah berdasarkan hasil sudut pandang responden mengenai isu yang diangkat dalam penelitian ini. Kebutuhan-kebutuhan tambahan data hasil rekap data akan diakomodasi pada pengumpulan data kedua.

Pengumpulan data kedua ditujukan kepada beberapa responden yang dirasa perlu memberikan gagasan tambahan sebagai bahan yang dapat memperkaya data dan kajian perspektif dalam penelitian ini. Pengumpulan data kedua dilakukan pada hari Selasa, 6 Juni 2017 dalam bentuk Focused Group Discussion (FGD). Terdapat 10 responden, bagian dari total responden, terlibat dalam FGD. Pada tahap ini, responden diminta untuk mengutarakan pendapat, gagasan dan pandangan bahkan pengalaman sesuai dengan pokok-pokok diskusi yang telah dipersiappkan sebelumnya. Peneliti mempersiakan panduan yang berisi pokok-pokok diskusi dan melakukan diskusi sesuai dengan kebutuhan data. Data terkumpul selanjutnya digunnakan sebagai pengayaan kajian dalam penelitian ini.

4. Analisis Data dan Penyajian Hasil

(21)

17 pandang responden yang merupakan mahasiswa PG-PAUD UKSW menyikapi kondisi pembelajaran bahasa Inggris dan pembelajaran dengan pendekatan CLIL. Setelah analisa dan proses pembahasan kajian selesai dilakukan, peneliti menyusun laporan hasil penelitian yang berisi diantaranya laporan kegiatan penelitian dan hasil kajian penelitian. Laporan yang telah selesai disusun, ditata dan dicetak sejumlah tertentu untuk selanjutnya diajukan dalam seminar hasil penelitian.

Seminar hasil penelitian dilakukan pada hari Jumat, 16 Juni 2017 di ruang lingkup program studi PG-PAUD UKSW. Seminar tersebut dilakukan sebagai bentuk pelaporan penyelesaian kegiatan penelitian pada tahun anggaran 2016/2017 dan sebagai bentuk persiapan publikasi karya haisl kajian penelitian. Hasil dari penelitian ini nantinya akan disusun dalam bentuk artikel penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal atau prosiding ilmiah pendidikan.

B.

Hasil Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang ada, tujuan penelitian ini yakni 1) mengetahui

pendapat mahasiswa mengenai pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan selama ini, 2) menerapkan pendekatan Content and Language Integrated Learning dalam pengajaran bahasa Inggris bagi mahasiswa, dan 3) menganalisa perspektif mahasiswa terhadap pengajaran bahasa Inggris terintegrasi dengan konten materi ajar. Oleh karena itu, hasil Analisa data yang telah diperoleh tersaji dalam beberpa kategori substansi dimana di dalam masing-masing kategori memuat deskripsi dan pandangan responden penelitian terkait isu-isu yang dibahas dalam penelitian ini.

Kondisi Pembelajaran Bahasa Inggris di Pendidikan Tinggi

(22)

18 Bahasa Inggris dianggap penting karena bahasa tersebut dapat menjawab kebutuhan pribadi seorang individu dalam menjalani kehidupan. Sejumlah 5 responden (22,7%) menyatakan pandangan mereka bahwa ada hal-hal yang mereka peroleh ketika mereka menggunakan bahasa Inggris. Pembelajaran dipandang sebagai salah satu hal yang memperoleh dampak positif dari penggunaan bahasa Inggris. Dengan dikuasainya bahasa Inggris, pembelajaran akan semakin kaya dalam konteks keragaman kosa kata dan pola bahasa yang disajikan. Diyakini bahwa dengan dikuasainya bahasa Inggris, para pengajar mampu mempersiapkan materi ajar yang lebih kaya karena dimungkinkan bagi mereka untuk mengakses sumber-sumber internasional. Bahasa Inggris membantu para pengajar untuk memahami materi-materi lebih dalam dan merancang pembelajaran-pembelajaran lebih menarik dengan berbagai referensi sebagai pendukungnya. Sementara pembelajaran yang menyajikan konten materi diberikan, pada saat yang sama, mahasiswa dapat mempelajari kosa kata baru terkait dengan materi yang sedang diajarkan. Pembelajaran semakin berisi dengan adanya pengayaan kosa kata dan pola sederhana bahasa dalam mater ajar.

Selain itu, terdapat sejumlah 6 responden (27,3%) menyatakan bahwa bahasa Inggris penting karena bahasa tersebut merupakan bahasa yang digunakan secara luas. Bahasa Inggris yang digunakan secara internasional memicu mereka untuk mempelajarinya karena dipercaya bahwa ketika bahasa tersebut dikuasaai, meeka akan mendapat kesempatan baik untuk dapat berkomunikasi dengan para pendatang dari berbagai negara. Terkhusus dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, komunikasi dengan praktisi-praktisi negara lain memberikan masukan dan inspirasi tersendiri. Untuk dapat memperoleh kesempatan untuk berdialog dan bertukar pikiran dengan praktisi-prktisi tersebut diperlukan bahasa yang dipahami secara luas oleh negara-negara yang terlibat. Disitulah bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa utama dalam komunikasi internasional. Gagasan ini mendukung pendapat Mahu (2012) dan Gavran (2013) mengenai bahasa Inggris sebagai bahasa tutur utama di seluruh dunia yang dapat menjadi kunci partisipasi dalam kehidupan internasional.

(23)

19 memerlukan penguasaan akan bahasa tersebut. Dengan meningkatnya pendidikan seseorang, meningkt pula tuntutan penguasaan bahasa Inggris sebagai modal pemahaman pengetahuan yang lebih luas dan kompleks. Gagasan ini sejalan dengan konsep penggunaan bahasa Inggris di Korea. Lankov (dalam Gavran, 213) menyebutkan bahwa penguasaan bahasa Inggris digunakan sebagai dasar mempelajari ilmu-ilmu tertentu dalam pendidikan di Korea. Oleh karena itu, berkembang atau tidaknya pengetahuan dan ketrampilan seseorang dapat dikaitkan juga dengan seberapa dalam penguasaannya terhadap bahasa Inggris. Meskipun perlu penelitian yang membuktikan pokok pikiran ini namun secara garis besar nampak bahwa mereka yang menguasai bahasa Inggris memiliki peluang untuk memahami pengetahuan-pengetahuan yang lebih luas.

Setelah dipahami bahwa bahasa Inggris merupakan hal penting untuk dipelajari, perlu dipahami pula penyajian pembelajaran bahasa Inggris yang dapat mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan tersebut. Meskipun dianggap penting, porsi penyajian pembelajaran bahasa Inggris, terkhusus di pendidikan tinggi dimana penelitian ini dilakukan masih tergolong tidak mencukupi. Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa sejumlah 19 responden (86,4%) berpendapat bahwa alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris, secara khusus di PG-PAUD, FKIP UKSW, tidaklah cukup. Berbagai argument melandasi pendapat mereka mengenai alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris di pendidikan tinggi. Mereka memerlukan waktu lebih banyak untuk mempelajari komponen-komponen dalam bahasa Inggris seperti kosa kata, pola bahasa, istilah dan tata acara pengucapan. Hal-hal tersebut memerlukan waktu lebih banyak untuk mendapatkann penguasaan yang memadahi.

Selain itu, alokasi waktu pembelajaran bahasa Inggris di PG-PAUD hanya sejumah 2 mata kuliah dengan kisaran waktu masing-masing mata kuliah sejumlah 2 SKS (sekitar 100 menit pembelajaran tatap muka). Responden memerlukan waktu lebih untuk pembelajaran bahasa Inggris karena mereka sedang dalam masa persiapan bagi kebutuhan-kebutuhan masa depan mereka seperti ketrampilan tambahan berbahasa Inggris, kebutuhan inovasi pembelajaran bagi anak dan pembekalan pendidikan terkhusus bahasa yang teah digunakan secara global. Disadari bahwa kemampuan yyang dimiliki responden sejauh ini masih belum cukup untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan baik dalam kehidupan mereka.

(24)

20 dengan lainnya berbeda-beda, gaya dan kecepatan belajar pun bervariasi diantara mahasiswa. Meskipun argument yang diberikan bersifat umum, hal ini perlu menjadi perhatian dalam merancang pembelajaran bahasa Inggris yang lebih mengskomodasi kebutuhan-kebutuhan para peserta didik. Argumen lain yang disampaikan yakni menggunakan bahasa Inggris teralu sering berpotensi untuk merusak perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Gagasan ini bertolakbelakang dengan pendapat Megaiab (2014) yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia yang terlalu intensif digunakan dalam pembelajaran bahasa asing akan mengurangi kesempatan peserta didik untuk mengambangkan kemampuan berbahasa asing dengan baik dan lancer dan menyempiitkan ruang lingkup praktek berbahasa asing tersebut.

Dampak Pembelajaran dengan Pendekatan CLIL

Berdasarkan paparaan pada bagian sebelumnya, diperoleh kondisi nyata mengenai bagaimana pembelajaran bahasa Inggris di pendidikan tinggi terkhusus di PG-PAUD UKSW sebagai representatif bahwa masih diperlukan pengelolaan dan penyediaan pembelajaran bahasa asing tersebut. Penyajian pembelajaran bahasa Inggris perlu diperhatikan terkhusus bagi program-program yang bukan merupakan bagian dari jurusan dengan exposure bahasa Inggris yang kuat seperti Pendidikan Bahasa Inggris, Public Relation dan Hubungan Internasional. Hal tersebut perlu menjadi perhatian karena bahasa tersebut dinilai penting hampir dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Gambar 1 berikut merupakan gambaran umum dampak yang diperoleh mahasiswa dengan adanya pembelajaran adaptasi pendekatan CLIL.

Gambar 1. Dampak Pembelajaran dengan Pendekatan CLIL

Berdasarkan hasil perolehan data, terdapat 8 dampak positif yang dapat dirasakan mahasiswa dalam pembelajaran dengan pendekattan CLIL. Mahasiswa menyadari bahwa

•Vocabularies

•Terminologies

•More Active

•Learn More Frequent

•Pronounciation

•Pattern

•Effort & Interest

•Communicative Skill

(25)

21 mereka lebiih mempelajari kosa ata – kosa kata baru melalui pembelajaran ini. Pada umumnya mahasiswa berpendapat bahwa dengan adanya pengayaan kebahasaan diluar jam pembelajaran bahasa Inggris, membuat mereka semakkin mengenal kosa kata baru yang sebelumnya belum diketahui atau dipahami. Ada yang mengungkapkan bahwa pembelajaran ini “sangat bagus, jadi tahu banyak tentang bahasa Inggris dari kata-kata, memperbanyak kosa kata”. Mahasiswa juga merasa bahwa “banyak kata-kata baru yang dipelajari, dan itu sangat membantu dalam pembelajaran bahasa Inggris”. Selain kosa kata baru, hal yang diperoleh dari pembelajaran dengan pendekatan CLIL yakni istilah teknis atau terminologi dari suatu mata kuliah atau kajiann tertentu. Beberapa responden menyatakan bahwa pendekatan CLIL “dapat menambah pengetahuan dan arti-arti dalam kalimat yang diselipkan di mata kuliah tersebut”. Selain itu, “siswa mendapat banyak pengetahuan tentang berbagai istilah…, gaya bahasa kita untuk usia seperti anak usia dini…, dan pengertian-pengertian tentang kata atau makna ddalam mata kuliah tertentu yang mungkin tidak diperoleh di pembelajaran bahasa Inggris”.

Pembelajaran ini juga memberikan pemahaman tambahan mengenai spelling / pronounciation (ejaan / pengucapan) dan pola-pola sederhana bahasa Inggris. Dengan diberikannya pengayaan terait cara mengucapkan suatu kata dalam bahasa Inggris, mahaisswa akan semakin menbangun konsep tata tutur yang benar pada kata-kata yang telah dipelajarinya. Beberapa responden memberikan pandangan bahwa ketika mereka sering diberikan pengayaan-pengayaan kosa kata dan istilah bahasa Inggris beserta cara pengucapannya, mereka semakin mengenal tata tutur bahasa Inggris dan dapat menggunakannya dalam pembelajaran. Dampak yang dirasakan yakni “memperlancar bahasa Inggris, baik tata bahasa (pola bahasa Inggris), cara berbicara dan lain-lain”. Selain itu, responden merasa bahwa pembelajaran dengan pendekatan CLIL ini “mempermudah untuk mengetaui cara-cara berbicara…, bagaimana pengucapannya, penggunaannya seperti apa”. Dengan kata lain, kemampuan mengenal pengucapan dan pola-pola sederhana bahasa Inggris semakin terasah dengan pembelajaran ini.

(26)

22 mempelajari aspek-aspek kebahasaan ketika terliat dalam pembelajaran kali ini. Terdapat pendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan CLIL “membuat saya lebih sering mempelajari bahasa Inggris… dan belajar lebih banyak tentang bahasa Inggris”. Mereka juga “menjadi lebih sering membuka kamus atau google translate”.

Selanjutnya, mahasisa juga merasakan dampak baik dengan adanya peningkatan ketertarikan dalam mempelajari bahasa Inggris dan pengembangan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa internasional ini. Mahasiswa berpendapat bahwa “pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CLIL lebih menarik…, ketertarikan pembelajaran bahasa Inggris denga perkembangan pembelajaran sangat besar…, dan lebih meningkat…”. Hal tersebut nampak dari pendapat yang menyatakan bahwa “pembelajaran dengan pendekatan CLIL lebih menarik karena mendapatkan hal-hal baru…, dan memicu ketertarikan”. Ketertarikan tersebut memicu mahasiswa untuk lebih giat lagi belajar dan terlibat dalam kounikasi berbahasa Inggris. Pembelajaran dinilai “lebih menarik karena membuat pembiasaan-pembiasaan tersendiri sehingga pelajar lebih terbiasa dan senang mempelajarinya”. Mereka juga cenderung “menjadi ingin belajar bahasa-bahasa… dan saya mau belajar”. Kemampuan yang diperoleh dari upaya giat mereka untuk mau belajar bahasa Inggris yakni pada aspek komunikasi. Mahasiswa “menjadi paham sedikit-sedikit ketika diajak ngobrol dengan menggunakan bahasa Inggris”. Hal tersebut dipicu dengan pembiasaan yang dilakukan “dan sering melatih denagan berkomunikasi bahasa Inggris”.

Perspektif Mahasiswa mengenai Pembelajaran dengan Pendekatan CLIL

(27)

23 Gambar 2. Perbandingan Pebelajaran Dengan dan Tanpa Pendekatan CLIL

Sejumlah 7 responden (31,8%) yang memberikan feedback positif mengenai pembelajaran tanpa mengadaptasi pendekatan CLIL. Pendapat utama yang menjadi alasan bahwa pembelajaran bahasa Inggris terdahulu sudah baik yakni mahasiswa bisa fokus terhadap konten dari mata kuliah yang disajikan. Mereka berpendapat bahwa ketika mereka tergabung dalam suatu mata kuliah, mereka akan fokus mempelajari segala macam hal yang ada dalam mata kuliah tersebut tanpa dipusingkan dengan adanya tambahan pembelajaran bahasa Inggris tersirat. Meskipun pembelajaran bahasa Inggris yang diberikan melalui konten mata kuliah sejalan dengan isi dari mata kuliah tersebut bahkan memperkaya kajian istilah pada mata kuliah itu namun ada diantara mahasiswa yang belum merasa nyaman dengan pembelajaran seperti itu.

Sementara itu, terdapat 15 responden (68,2%) yang memberikan feedback negatif bahwa pembelajaran bahasa Inggris terdahulu masih banyak kelemahan yang membuat mereka kini belum dapat berkembang ke titik yang diharapkan. Keterbatasan kosa kata yang disajikan dan terlalu terpakunya pengajar pada buku pegangan membuat mereka merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran pada mata kuliah yang disajikan. Pandangan mereka didasarkan pada kondisi dimana mereka masih memerlukan pembelajaran kosa kata – kosa kata terkhusus dalam bahasa internasional tersebut dan pendalaman materi yang lebih dari sekedar apa yang ada dalam buku pegangan. Pandangan lain yang diungkapkan yakni keterbatasan dan keacuhan pada penguasaan bahasa Inggris. Mereka menyadari bahwa dengan berkembangnya jaman maka berkembang pula tuntutan terhadap para pekerja terkhusus mereka yang nantinyya akan

0 5 10 15 20 25

Tanpa CLIL Dengan CLIL

PEMBELAJARAN

(28)

24 berkarya di dunia pendidikan. Kesadaran akan perlunya bahasa Inggris muncul karena ketersediaan pembelajaran tersebut dalam kurikulum utama tidaklah mencukupi. Sementara mereka dituntut untuk dapat menguasai bahasa global tersebut, ada diantara mahasiswa yang akhirnya memilih untuk acuh seakan-akan tidak memerlukan bahasa Inggris dalam hidup mereka. Dari sudut pandang lain, terdapat mahasiswa yang berpandangan bahwa pembelajaran sebelum CLIL diterapkan sudah mulai mengakomodasi kebutuhan akan penguasaan bahasa Inggris. Hanya saja, konten kebahasaan yang disajikan hanyalah konten-konten umum dan pembelajaran-pembelajaran bahasa Inggris pada waktu itu terbbatas hanya pada penghafalan dan penerjemahan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Mahasiswa cenderung pasif ketika tergabung dengan pembelajaran terdahulu dimana pendekatan CLIL belum diadaptasi didalamnya.

(29)

25

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan gagasan dan perolehan datan yang telah dianalisa dan disajikan pada bagian hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa Inggris merupakan suatu tuntutan jaman dimana mereka yang berupaya untuk menguasainya bahkan telah memiliki kemampuan berbahasa Inggris, cenderung dapat memperoleh kesempatan-kesempatan yang ditawarkan dalam kehidupan ini seperti peningkatan karir, pendidikan pengakuan atas kontribusi internasional dan lain sebagainya.

Seluruh responden dalam penelitian ini berpandangan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa yang penting untuk dikuasai meskupun pandangan dan hasrat untuk belajar bahasa Inggris belum sejalan dengan keterseiaan pembelajaran bahasa Inggris di program studi PG-PAUD UKSW Salatiga. Pembelajaran bahasa Inggris di program studi non kebahasaan tersebut terhitung tidak memadahi jika dibandingkan dengan tuntutan jaman dewasa kini. Kurangnya alokasi waktu dan sistem pembelajaran yang belum maksimal memicu munculnya pengembangan dengan mengadaptasi pendekatan Content and Language Intergrated Learning

(CLIL) yang mencoba memberikan konten kebahasaan sembari mengajarkan konten keilmuan suatu mata kuliah.

(30)

26

DAFTAR PUSTAKA

Afrin, S. (2016) Writing Problems of Non-English Major Undergraduate Students in Bangladesh: An Observation. Open Journal of Social Sciences, 4, 104-115. http://dx.doi.org/10.4236/jss.2016.43016

Bonces, J.R. (2012). Content and Language Integrated Learning (CLIL): Considerations in the Colombian Context. Gist Education and Learning Research Journal, No. 6, November 2012. Pp. 177-189.

Gavran, S. (2013). The Importance of English Language Learning and Teaching in South Korea. Victoria University.

Harris, J. & Duibhir, P.O. (2011). Effective Language Teaching: A Synthesis of Research. Dublin: National Council for Curriculum and Assessment.

Kurniawan, M. (2017). Mobile Learning in TESOL: A Golden Bridge for Enhancement of Grammar Awareness and Vocabulary Mastery? Asian EFL Journal, Research Edition, Vol. 8 March 2017, pp. 155-159.

Lundin, C. & Persson, L. (2015). Advantages and Challenges with CLIL: A Study Examining Teachers’ Thoughts on Learner Engagement and Confidence within Content and Language Integrated Learning. Malmo Hogskola.

Mahu, D.P. (2012). Why is Learning English So Beneficial Nowadays? International Journal of Communication Research, volume 2, issue 4 October / December 2012, pp. 374-376.

Megaiab, M.M.A. (2014). THe English Writing Competence of The Students of Indonesian Senior High School. The 2014 WEI International Academic Conference Proceedings.

Mirabela, P.A. & Ariana, S.M. (2013). Benefits of English Language Learning - Language Proficiency Certificates – A Prerequisite for The Business Graduate. Diakses dari: http://steconomiceuoradea.ro/anale/volume/2013/n2/016.pdf. Mourssi, A. (2014). The Benefits and Challenges of Implementing Content and

Language Integrated Learning (CLIL) at The Higher College of Technology- Sultanate of Oman. International Journal of Language Learning and Applied Linguistics World, Volume 7 (4), December 2014; 272283.

Robinson, D. (2012). Why English is The Most Important Language in The World. Diakses dari: www.newsflashenglish.com

Gambar

Gambar 1. Dampak Pembelajaran dengan Pendekatan CLIL
Gambar 2. Perbandingan Pebelajaran Dengan dan Tanpa Pendekatan CLIL

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Terdapat hubungan antara persepsi petani tentang kebijakan pemerintah daerah dalam upaya pengembangan kawasan agropolitan dengan upaya mereka meningkatkan agribisnis

Dalam Renstra ini akan dipaparkan semua aspek strategis yang akan dicapai oleh FMIPA Unesa, meliputi: (1) mengembangkan tridarma perguruan tinggi dalam bidang

Secara umum, konsep keamanan mengacu pada kemampuan untuk melindungi terhadap ancaman potensial.Namun, dalam lingkungan online, keamanan didefinisikan sebagai

[r]

Apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi pada saat ini, khususnya smartphone dengan sistem Android membuat hampir semua keinginan dan kebutuhan penggunanya

ulang di PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 223 ayat (2) dan Pasal 225 dilaksanakan paling lama 5 (lima) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelengkapan Sarana pada salon kecantikan berdasarkan kelengkapan peralatan perawatan kulit yang dapat dipenuhi adalah 70.78%

Koordinator penelitian klinik kerjasama dengan National Institute of Allergy and Infectious Diaseses (NIAID) untuk Acute Febrile Illness dan South East Asia Infectious