• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MODERN Syuryans

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MODERN Syuryans"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

“PEMIKIRAN POLITIK ISLAM MODERN” Syuryansyah

syuryansyah.syh@gmail.com

Pertumbuhan pemikiran politik Islam, dalam periode awal banyak dipengaruhi oleh berbagai kepentingan keagamaan. Semenjak Abu Bakar naik sebagai khalifah pertama Islam, perbincangan politik sangat marak. Baik dalam perbincangan aktor, apakah Abu Bakar sebagai seorang kepala pemerintahan saja atau sebagai sekaligus pemimpin agama. Hal tersebut ditandai dengan perseteruan yang keras antara kalangan Muhajirin yang beretnis Quraisy yang merasa sebagai pembela Islam pertama dengan kalangan Anshor, yang merasa memiliki tanah air Islam pertama.

Bahkan perbincangan terkait keputusan Abu Bakar untuk memerangi orang yang tidak membayar pajak, juga telah menimbulkan sejarah baru tentang perkembangan pemikiran politik. Sebab selama Rasul hidup, beliau tidak pernah menjatuhkan hukum perang kepada orang yang tidak mau membayar zakat. Sehingga terdapat ahli sejarah, yang mengkritisi fenomena ini dengan politis, bahwasannya Abu Bakar memeranginya lebih karena kepentingan politik, berupa loyalitas kepada pemimpin, dari pada persoalan agama.

Pergulatan pemikiran politik Islam juga cukup menonjal dalam menyikapi pemerintahan Umar bin Khattab yang sangat tegas tetapi demokratis. Banyak kebijakan-kebijakan politik Umar bin Khattab yang berbeda dengan kebijakan-kebijakan Nabi, semisal dalam persoalan pembagian harta rampasan perang. Apakah ini ijtihadi politik Umar sendiri, atau bukan? Umar bin Khattab juga seorang pemimpin yang ingin meletakkan politik dalam panggung keadilan, hal ini tercemin dalam sikap Umar ketika dilantik menjadi Khalifah. Beliau mengangkat pedang tinggi, untuk membela Islam, jika ia tidak selaras dengan slam, maka ia menyuruh masyarakat mengingatkannya dengan pedang pula.

Demikian juga pada masa pemerintahan Khalifah Utsman, pemikiran politik tentang kualisi, aliansi tampaknya sangat menonjol. Posisi usia Utsman yang sudah cukup tua, yang kemudian dimanfaatkan oleh kerabat dekat Utsman untuk mempengaruhi roda Pemerintahan. Di mana kemudian ditandai dengan kondisi nepotisme dalam pemerintahan Utsman.

(2)

hari melahirkan derivasi pemikiran yang sangat kompleks dan berkelanjutan. Dari generasi 4 Khilafah Rasyidah inilah ide pemikiran politik Klasik banyak dibangun.

Pemikiran Politik Islam modern mulai tampak arusnya ketika dunia Islam dalam kondisi terjajah oleh kekuatan barat. Selama ini pemikiran politik Islam, merespon persoalan internal bergeser kepada persoalan eksternal. Kondisi keterpurukan dunia Islam menjadikan pengaruh ajaran Islam dalam keseharian menjadi pudar bahkan terancam punah. Hal ini yang mengilhami para tokoh pembaharu Islam seperti Jamaludin al-Afghani untuk mengumandangkan produksi pemikiran dalam mensikapi dan menggalang umat Islam dalam menghadapi. Corak yang mendasar dari pemikiran politik Islam modern adalah sebagai berikut:

a. Formulasi pemikiran sedikit banyak sebagai respon kekalahan dunia Islam atas Barat daripada sistem internal masyarakat Islam sendiri

b. Formulasi pemikiran sedikit banyak ingin mengembalikan pelaksanaan ajaran Islam secara murni (salafi)

c. Dalam sifat kenegaraan, terpusatkan pada usaha pembebasan negara.

Dalam perkembangan lanjut terjadi dinamika yang cukup beragam dalam meletakkan landasan dasar formulasi pemikiran. Setidaknya formulasi pemikiran terpilah dalam dua kelompok besar. Yang pertama, Kalangan-kalangan yang ingin meletakkan usaha permurnian ajaran Islam (Purifikasi) sebagai jalan satu-satunya usaha menghadapi Barat. Ada kecenderungan kalangan ini bersikap selektif bahkan sampai menolak pemikiran Barat, dalam kerangka pembangunan masyarakat. Pemikiran ini sedikit banyak mendapatkan pengaruh dari pemikiran Imam Hambali, Ibnu Taimiyyah, di masa klasik. Gerakan purifikasi tampak difahami sebagai sarana mengembalikan kejayaan Islam di masa sebelumnya. Sedangkan kalangan yang kedua, yakni kalangan yang sebelumnya melakukan kritik terhadap pemahaman Islam yang cenderung konservatif. Kalangan ini menjadi tercerahkan atau dalam penilaian kelompok purifikasi telah terbaratkan. Setidaknya pandangan ini berawal dari sikap akomodatif kepada Barat, di mana tercermin dengan sikap untuk membangkitkan Islam setidaknya meniru model Barat dan membangun peradaban Renaisance. Hal inilah yang kemudian mengilhami konsep sekulerisasi pemikiran politik Islam yang selama ini difahami digunakan secara sepihak oleh penguasa demi kelangsungan status quo. Pandangan ini menemukan titik sentralnya dalam tulisan politik Islam sekuler pertama yang dilakukan oleh Ali Abdul Raziq, seorang hakim syari'ah dan dosen di Al-Azhar dalam Kitabnya Al-Islam Al-Ushul Wa Al-Hukmi. Dengan gerakan ini maka pengadopsian pemikiran Barat menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar untuk membangun masyarakat Islam.

(3)

seperangkat sistem kemasyarakatan yang cukup kokoh dalam menyebarkan pengaruhnya. Dari persoalan inilah muncul pemikiran Islam, yang lebih spesifik yang lahir dari gerakan-gerakan sosial (harakah Islamiyyah), yang berusaha melakukan kritisi terhdap regim pro Barat.

Format yang digunakan oleh organisasi sosial ini setidaknya terpilahkan dalam 2 pola besar, yakni: pertama, pola Ishlah (pembaharuan, memperbaiki sistem (evolusi)). Kedua, pola inqilabiah (perombakan total, revolusi). Dari dua pola besar tersebut akhirnya terpola dalam 4 pola besar:

1. Gradualis-Adaptis, di mana organisasi yang termasuk di dalamnya adalah Ikhwanul Muslimin di Maghribi dan Jama'at Islami di Pakistan

2. Revolusioner Syi'ah, di mana organisasi yang termasuk di dalamnya adalah Partai Republik Islam Iran, Hizbi Ad-Da'wa di Iraq, Hizbullah Libanon, Jihad Islam Libanon

3. Revolusioner Sunni, di mana organisasi yang termasuk di dalamnya adalah AL-Jihad Mesir, Organisasi Pembebasan Islam Mesir, Ikhwanul Muslimin Siria, Jama'a Abu Dzar Siria, Hizbi Tharir Jordania dan Siria

4. Messianis-Primitif, di mana organisasi yang termasuk di dalamnya adalah Al-Ikhwan Saudi Arabia, Tafkir Wal Hijra Mesir, Mahdiyya Sudan, Al-Arqam.

Sedangkan diskursus tentang besar pemikiran Islam tentang managemen kenegaraan dalam masa modern ditunjukkan oleh peristiwa keruntuhan khilafah Turki Utsmani di 1924. Hancurnya model kekhilafahan klasik ini memungkinkan munculnya pemikiran-pemikiran baru. Respon terhadap fenomena ini muncul beberapa model pengelolaan negara: Subtansialisme dan formalisme.

Aliran subtansialisme berkecenderungan melihat negara sebagai sesuatu yang otonom. Negara tidak bisa dipengaruhi oleh keyakinan ataupun agama tertentu. Kalaupun ada pengaruh sebatas pada dataran semangat tidak sampai menyentuh pada seluruh aspek. Pandangan substan-sialisme tercerahkan dengan semangat sekularisasi di dunia Islam. Paham ini dilontarkan pertama kali oleh seorang Hakim sekaligus dosen Universitas Al-Azhar dalam karyanya Al-Islam Ushul Wa Al-Hukmi, Ali Abdur Raziq. Dalam pemikiran Ali Abdur Raziq, managemen negara Islam selama ini hanya terpaku kepada ijtihad ulama. Kekhilafahan selama lebih dari 8 abad tidak lebih dari produk ulama. Dan sejarah masyarakat Islam adalah tidak layak digunakan sebagai pembenaran sebuah kebijakan masa kini. Banyak sekali kebijakan despotis negara berlangsung dan kebal kritik karena didukung ulama atas nama agama.

(4)

Barat. Dengan semboyan, Serahkan Hak Tuhan Pada Tuhan, dan Serahkan Hak Kaisar Pada Kaisar.

Aliran formalis berkecenderungan melihat kesamaan pola bahwa keberadaan negara tidak bisa dipisahkan dari agama seperti halnya pemikiran Islam Klasik. Agama dalam batas tertentu harus terlibat dalam urusan kenegaraan, simbol-simbol agama dimungkinkan tercermin dalam aspek kelembagaan negara. Pandangan formalis ini tercerahkan dengan semangat Pan-Islamisme (Persatuan Islam). Kepeloporan Pan-Islamisme dikibarkan oleh Al-Afghani maupun Sayyid Rasyid Ridha. Sebelum runtuhnya kekhilafahn Utsmani, Al-Al-Afghani sering diundang ke Turki untuk mempertahankan secara teroritis dan konseptual tentang legitimasi lembaga kekhilafahan yang sedang mengalami krisis kepercayaan.

Pan-Islamisme dalam batas tertentu adalah sebagai terapi terakhir untuk mencoba menghidupkan semangat kekhilafahan di dunia Islam. Dalam pemikiran formalisme ini mendapat klarifikasi dari Sayyid Abul A'la Al-Maududi. Maududi melihat bahwa organisasi kenegaraan adalah sesuatu yang integral dengan kekuasaan Tuhan. Suatu negara itu ada karena ada kedaulatan Tuhan atas negara, sehingga aturan-aturan dalam negara harus mencerminkan kedulatan Tuhan. Ungkapan ini kemudian diistilahi dengan istilah theo-Demokrasi, sebagai bentuk pendefinisian kembali demokrasi menurut pandangan Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Chalid selalu tepat di depan Erlangga maka urutan yang besar dimulai dari yang paling cepat adalah.... Anak yang mungkin sebagai yang

Saran dalam penelitian ini yaitu perusahaan hendaknya memperhatikan kebersihan di lingkungan kerja, meningkatkan pengawasan terhadap peraturan kerja, dan mengkaji ulang

Pada aspek lain yaitu mulai dari seorang hamba yang tidak bersyariat sebelumnya menjadi umat yang bersyariat satu yaitu satu agama yang tidak diperdebatkan didalmnya, akan

orientasikan pada upaya memahami detail-detail hukuman tersebut, maka pembahasan pun tidak disinggung secara rinci, kecuali pada beberapa bagian yang secara sengaja dibicarakan

bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dokrin dan lain-lain sumber hukum, yang megatur masaah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya

Kami sebagai warga negara Indonesia merasa bahwa Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1985 bertentangan dengan hak konstitusional yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara

e) Kelurahan Koya Barat, Kelurahan Koya Timur, Kampung Koya Tengah, Kampung Holtekamp, dan Kampung Skouw Mabo terletak di Distrik Muara Tami. Kawasan peruntukan perumahan

Membimbing anak mengamati video tutorial roti susu karakter yang telah di share bu guru di WAG.. (