• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSEUM DAN FUNGSINYA DARI MASA KE MASA S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MUSEUM DAN FUNGSINYA DARI MASA KE MASA S"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN OBSERVASI MUSEUM LAMPUNG

“MUSEUM DAN FUNGSINYA DARI MASA KE MASA SERTA

HUBUNGAN MUSEUM DENGAN AUDIENS”

Mata Kuliah : Museologi

Dosen Pengampu : Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum.

Oleh Kelompok 3 Ganjil

 Adillah Sobariyah (1513033067)

 Armadira Eno Pangestika (1513033049)

 Pranita Dewi Vanli (1513033021)

 Sanjoko Wirayuda (1513033065)

 Sita Dewi Aulia (1513033007)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

▸ Baca selengkapnya: contoh laporan study tour ke museum

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian tentang museum selalu berubah dengan mengikuti perkembangan zaman dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan museum senantiasa mengalami perubahan tugas dan kewajibannya dengan mengikuti pekembangan zaman. Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan. Museum sendiri pastinya ada pada tiap-tiap negara dibelahan dunia bagian mana saja, karena museum sebagai identitas dari masa lalu di suatu negara tersebut dan juga untuk menjadi pembelajaran di masa depan sehingga museum berperan penting dikehidupan.

Menurut Muhammad Yamin yang mengatakan bahwa museum di Eropa pada awal mulanya merupakan museum pribadi dari para raja atau orang-orang kaya dan tidak dibuka untuk umum, dan museum itu disebut Cabinet of Curiosities. Museum pada zaman modern saat ini, mula-mulanya dirintis oleh Dr. Von Sibold, seorang doktor yang pernah bertugas di Pulau Desima, Jepang. Ia mendirikan sebuah museum di Leiden, Belanda, pada tahun 1837 dan diberi nama Ryks Museum yang terbuka untuk umum.

Menurut Muhammad Yamin, di Indonesia, museum yang dibangun pada tahun 1778 dan sampai saat ini masih berfungsi yaitu Museum Bataviaasch Cenootschap yang sekarang diganti menjadi Museum Nasional Depdikbud Republik Indonesia. Museum pertama yang dibangun setelah kemerdekaan Indonesia adalah Museum Radya Pustaka.

(3)

museum bertujuan sebagai sarana penyampaian pengetahuan untuk masyarakat luas yang tidak dibatasi sehingga para audiens dapat mendapatkan pengetahuan dan rasa kenyaman ketika berkunjung ke museum.

Adapun beberapa kendala yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya adalah sulitnya mencari bahan materi karena bahan materi yang ada sangat terbatas. Dari sumber buku, internet, dan wawancara pun masih kurang lengkap. Tetapi dengan bantuan dari doen serta teman-teman yang lain, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian museum?

2. Bagaimanakah museum dan fungsinya dari masa ke masa? 3. Bagaimana sejarah museum di Indonesia?

4. Apakah pengertian dan jenis-jenis audiens serta hubungan audiens dan museum?

5. Apakah peranan audiens terhadap eksistensi museum?

6. Bagaimanakah perkembangan museum dan audiens di Indonesia?

7. Adakah upaya dari pihak museum Lampung untuk menarik minat audiens? 8. Hal apakah yang didapat oleh audiens jika mengunjungi museum?

1.3. Tujuan Penulisan

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Museum

Kata museum berasal dari bahasa Yunani yaitu mouseion yang berarti tempat para muse. Muse adalah sembilan anak wanita Dewa Zeus yang memberikan inspirasi pada seniman. Yang kemudian mouseion tersebut dijadikan nama kuil tempat memuja dewi-dewi tersebut. Pada perkembangannya, mouseion dipakai sebagai tempat penyimpanan hadiah dan persembahan untuk dewa dari para umat (Encarta Researcher, 2003)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 601) museum / museum / n gedung yang digunakan sbg tempat untuk pameran tetap benda-benda yg patut mendapat perhatian umum, spt peninggaian sejarah, seni dan ilmu, tempat menyimpan barang kuno:

 ABRI museum tempat memamerkan benda-benda yang pernah dipergunakan oleh ABRI dl perang masa lampau;

 sejarah museum tempat memamerkan benda-benda bersejarah (menggambarkan peristiwa sejarah)

Menurut Internalional Council of Museum (ICOM) museum adalah suatu lembaga yang memelihara dan memamerkan kumpulan benda-benda koleksi yang bernilai budaya dan ilmiah untuk tujuan penelitian, pendidikan dan hiburan. Peranan museum yang utama adalah menyajikan koleksinya kepada masyarakat untuk membantu pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan rasa senangnya (Douglas dalam Desintha, 2002 ; 7)

(5)

Sedangkan menurut Caleb Setiawan (Devi, 1996 ; 7) museum adalah bangunan untuk menempatkan koleksi obyek untuk diteliti, dipelajari dan dinikmati. Museum mengumpulkan berbagai material dari berbagai tempat dan waktu yang berbeda ke dalam sebuah bangunan. Disamping itu museum merupakan lembaga tetap tempat memelihara, menyelidiki, mengajar, memamerkan dan memeragakan benda konservasi kepada masyarakat luas untuk tujuan publikasi, informasi, edukasi dan rekreasi.

2.2. Pengertian Fungsi

Fungsi adalah kegiatan pokok yang dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga. Adapun menurut J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, mengemukakan fungsi adalah jabatan atau kedudukan. (Badudu dan Sutan, 1996:412).

Menurut The Liang Gie dalam Nining Haslinda Zainal (Skripsi: “Analisis Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi dengan Kompetensi Pegawai Pada Sekretariat Pemerintah Kota Makassar”,2008), Fungsi merupakan sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan ataupun pertimbangan lainnya.

Menurut Sutarto dalam Nining Haslinda Zainal (2008:22), Fungsi adalah rincian tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pegawai tertentu yang masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifat atau pelaksanaannya.

(6)

2.3. Pengertian Masa atau Waktu

Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung.

Sir Isaac Newton lebih kepada pandangan realis, dan disebut sebagai waktu Newtonian. Pandangan yang berlawan yaitu waktu tidak mengacu pada apapun melalui "wadah" terhadap suatu peristiwa dan benda-benda yang "bergerak melalui", atau untuk setiap entitas yang "mengalir", tetapi bukan bagian dari struktur dasar intelektual (bersama-sama dengan ruang dan nomor / angka) di mana manusia dapat membandingkan urutan kejadian.

Pandangan kedua, dalam tradisi Gottfried Leibniz dan Immanuel Kant, menjelaskan waktu itu bukanlah suatu peristiwa atau hal, dan dengan demikian tidak terukur dengan sendiri dan juga tidak bisa berpindah.

2.4. Pengertian Hubungan atau Relasi Menurut Kamus Bahasa Indonesia

re·la·si /rélasi/ n 1 hubungan; perhubungan; pertalian: banyak -- (dng orang lain); 2 kenalan: banyak -- nya di kalangan atas; 3 pelanggan: pelayanan kpd -- harus baik.

Relasi /rélasi/ (kb) memiliki arti yang sama dengan hubungan, perhubungan, pertalian, kenalan, dan pelanggan.

hubungan/hu·bung·an/ n 1 keadaan berhubungan: ~ yang harmonis antara suami istri perlu dibina; 2 kontak: untuk membeli barang itu dengan harga yang lebih murah sebaiknya kita mengadakan ~ langsung dengan produsen; 3 sangkut-paut: jabatan yang dipegangnya itu tidak ada ~ nya dengan keahliannya; 4 ikatan; pertalian (keluarga, persahabatan, dan sebagainya).

2.5. Pengertian Audiens

(7)

untuk memilih secara sukarela sesuai dengan harapan tertentu bagi masalah menikmati,mengagumi, mempelajari, merasa gembira, tegang, kasihan atau lega. Dalam penelitian ini yang menjadi khalayak adalah pendengar radio.

Wilbur Schramm (1955) mengemukakan kata audiens menjadi mengemuka ketika diidentikan dengan “receivers” dalam model proses komunikasi massa (source, channel, message, receiver, effect).

(8)

BAB III HASIL

3.1. Definisi Museum

Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian, dan kesenangan atau hiburan (Ayo Kita Mengenal Museum; 2009).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Sedangkan menurut Intenasional Council of Museum (ICOM): dalam Pedoman Museum Indonesia 2008, museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

3.2. Museum dan Fungsinya Dari Masa Ke Masa 3.1.1.Abad Ke-8 Sampai Ke-6 SM (Zaman Kuno)

(9)

Bentuk bangunannya adalah berupa kuil, karena bagi pemikir jaman tersebut mencari pengetahuan adalah bentuk persembahannya. Bentuk bangunannya adalah berupa kuil, karena bagi pemikir jaman tersebut mencari pengetahuan adalah bentuk pembaktian atau persembahannya untuk dewi Muse yaitu dewi ilmu pengetahuan dan kesenian dalam mitologi Yunani. Kemudian bangunan kuil tersebut dikembangkan dengan diisi perangkat kerja yang dibutuhkan oleh para ilmuwan, tempat tersebut juga digunakan sebagai tempat para ilmuwan bertemu membicarakan pengetahuan yang mereka miliki.

Fungsi museum pada saat itu adalah sebagai tempat penyelidikan dan pendidikan filsafat, sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian serta sebagai tempat berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan. Jadi yang datang ke museum itu hanya cendekiawan dan ahli pikir pada zaman itu.

3.1.2.Abab Ke-5 Sampai Ke-10 (Abad Pertengahan Eropa)

Fungsi museum berubah pada abad pertengahan. Museum yang pada mulanya menjadi tempat pengumpulan benda-benda dan alat-alat yang diperlukan bagi penyelidikan ilmu dan kesenian, berubah fungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda antik, aneh dan dianggap memiliki nilai tinggi oleh para bangsawan. Perkembangan ini meningkat pada abad pertengahan di Eropa. Kala itu yang disebut museum adalah tempat benda-benda pribadi milik raja, bangsawan, para pencipta seni dan budaya, serta para ilmuwan. Pada masa gelap di Eropa, para bangsawan dan rohaniawan gereja sangat antusias terhadap benda-benda kuno. Benda-benda ini berbentuk penulisan, kronik, annal, dan hagiografi.

(10)

Curiosities. Benda-benda hasil seni rupa ditambah benda-benda dari luar Eropa merupakan modal yang kelak menjadi dasar pertumbuhan museum-museum besar di Eropa.

3.1.3.Abad Ke-18 (Zaman Sesudah Renaissance)

Museum pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi di zaman ensiklopedis yaitu zaman setelah Renaissance atau masa pencerahan di Eropa Barat, di tandai dengan ilmu pengetahuan yang berkembang pesat, sehingga muncullah keinginan para bangsawan untuk mengumpulkan benda-benda antik dan kegiatan orang-orang untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia, berbagai jenis flora maupun fauna serta tentang bumi dan jagat raya di sekitarnya. Perdagangan antar negara, khususnya dengan negara-negara di luar Eropa, juga mengalami perkembangan.

Pada akhir abad 18, museum mulai dikelola oleh organisasi atau lembaga baik pemerintah maupun swasta sebagai tempat penyimpanan dan memamerkan benda-benda yang memiliki nilai arkeologi atau sejarah pada masyarakat. Negeri Belanda yang merupakan bagian dari Eropa dalam hal ini juga tidak ketinggalan dalam upaya mendirikan museum.

(11)

Museum tertua di dunia yang masih ada sampai sekarang, yaitu Capitoline Museums, merupakan museum dengan koleksi seni yang ditujukan untuk publik yang paling tua di dunia, dimulai pada tahun 1471 ketika Paus Siktus IV mendonasikan sekelompok koleksi patung kuno untuk masyarakat Roma. Sejak itu, koleksi museum telah berkembang untuk memasukkan sejumlah besar patung Romawi kuno, prasasti, sebuah koleksi abad pertengahan dan Renaissance seni, koleksi perhiasan, koin, dan artefak lainnya. Museum ini dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah kota Roma.

3.1.4.Abad Ke-19 (The Nineteenth)

Dan pada abad ke-19 hingga saat ini museum berkembang menjadi banyak jenisnya sesuai dengan kebutuhan lembaga pengelolanya. Seperti halnya museum dirgantara, untuk menyimpan pesawat yang memiliki nilai sejarah. Museum biologi, untuk menyimpan benda-benda yang berhubungan dengan ilmu ini, museum flora dan fauna di Nusa Tenggara Timur, dan masih banyak lagi jenis museum yang lainnya.

Pada awal abad ke-19, pemberian akses publik terhadap koleksi yang sebelumnya bersifat pribadi telah menjadi sesuatu yang lebih umum. Selama kurang lebih 100 tahun kemudian, otoritas regional dan nasional di seluruh dunia menegaskan bahwa museum ditujukan untuk kepentingan publik. Dalam perkembangannya, museum telah menjadi bagian dari perwujudan identitas nasional. Fenomena ini awalnya terlihat di Hungaria, Moravia, Austria ataupun Polandia. Peningkatan

(12)

minat terhadap barang antik pun menyebabkan penggalian situs arkeologi dan berdampak pada pengembangan museum. Rusia, Denmark, Perancis, dan Yunani memelopori berdirinya museum arkeologi yang menyimpan koleksi arkeologis yang digali dari wilayah setempat. Setelah Inggris melaksanakan reformasi sosial untuk mengatasi masalah akibat industrialisasi, pengembangan museum kota mulai terjadi.

Dukungan terhadap museum oleh otoritas lokal dipandang sebagai sarana untuk memberikan instruksi dan hiburan kepada penduduk. Ini menjadi subyek dari undang-undang khusus yang terbit pada tahun 1845. Museum juga dipandang sebagai kendaraan untuk mempromosikan desain industri serta prestasi ilmiah dan teknis. Promosi tersebut dipelopori oleh Victoria and Albert Museum and Science Museum di South Kensington, London. Koleksi kedua museum diperoleh dari Pameran Besar tahun 1851 yang pameran pertama di dunia. Pameran internasional telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan sejumlah museum sejak saat itu, termasuk Museum Teknis Perindustrian dan Perdagangan di Wina dan Istana Discovery di Paris. Selama paruh kedua abad ke-19 museum mulai berkembang biak di Eropa. Kebanggaan warga dan gerakan pendidikan gratis adalah salah satu penyebab dari perkembangan ini. Sekitar 100 museum dibuka di Inggris dalam 15 tahun sebelum tahun 1887, sedangkan 50 museum didirikan di Jerman dalam lima tahun selama 1876-1880. Ini juga merupakan periode inovasi. Museum Liverpool di Inggris, misalnya, mulai mengedarkan spesimen ke sekolah-sekolah untuk tujuan pendidikan, panorama dan kelompok habitat yang digunakan untuk memfasilitasi interpretasi.

(13)

regional di Córdoba (1887), Gualeguaychu (1898) di Argentina, di Ouro Prêto, Brasil (1876), Museum Hualpen, Chili (1882) atau Museum dan Perpustakaan Kota di Guayaquil, Ekuador (1862).

Pada saat yang bersamaan, Museum India di Calcutta dan Museum Pusat Budaya Indonesia di Jakarta adalah lembaga mapan di Asia. Sementara di Jepang, sebuah museum untuk mendorong industri dan pengembangan sumber daya alam yang dibuka pada tahun 1872, memberikan dasar bagi terbentuknya Museum Nasional Tokyo dan Museum Sains Nasional. Meskipun beberapa museum komunitas studi juga ada di Cina pada akhir abad 19, museum pertama dalam arti kata yang kaku adalah Museum Nantung di provinsi Kiangsu yang didirikan pada tahun 1905. Satu decade kemudian berdiri Museum Sejarah China di Peking (Beijing) dan Museum Northern Territory di Tientsin. Museum-museum lain di Asia adalah koleksi di Grand Palace di Bangkok yang didirikan pada tahun 1874 (sekitar 60 tahun kemudian menjadi Museum Nasional Thailand), Museum Nasional Ceylon dibuka untuk umum pada tahun 1877, Museum Sarawak dibuka pada tahun 1891 dan Museum Peshawar di Pakistan dibuka pada tahun 1906.

(14)

Selama abad ke-20 sejumlah kekuatan sosial mempengaruhi perkembangan museum, khususnya museum nasional dan regional. Konsekuensi sosial yang mendalam dari dua perang dunia, Revolusi Rusia tahun 1917 dan periode resesi ekonomi memunculkan periode penilaian ulang. Pemerintah, asosiasi profesi, dan organisasi lain yang meninjau peran museum dalam mengubah masyarakat dan membuat sejumlah saran untuk meningkatkan layanan mereka kepada publik. Di beberapa negara pendekatan baru dikembangkan di mana museum dikembangkan untuk mencerminkan nenek moyang mereka yang beragam. Perubahan radikal itu terutama terjadi di Rusia di mana koleksi museum di bawah kontrol negara setelah Revolusi Rusia tahun 1917.

Keyakinan Lenin bahwa budaya adalah untuk rakyat dan upaya untuk melestarikan warisan budaya negara itu menyebabkan peningkatan sebanyak tiga kali lipat dalam 20 tahun. Tidak hanya itu banyak warisan seni, sejarah dan ilmiah negara disatukan bersama dalam museum, tapi museum jenis lain juga muncul. Di Jerman banyak museum regional didirikan setelah Perang Dunia I untuk mempromosikan tokoh-tokoh sejarah tanah air dan mereka pasti mendorong kecenderungan nasionalistik yang mengarah ke era Nazi. Tahun-tahun setelah Perang Dunia II merupakan periode pencapaian luar biasa bagi museum. Hal ini tercermin baik dalam kebijakan internasional dan nasional. Museum menjadi fasilitas pendidikan, sumber aktivitas waktu luang dan media komunikasi. Kekuatan mereka terletak pada kenyataan bahwa mereka adalah repositori dari hal yang nyata bisa menginspirasi dan membangkitkan rasa takjub dan nostalgia.

(15)

untuk mempromosikan museum dan pekerjaannya. Sebagai hasil dari inovasi tersebut, museum menemukan popularitas baru dan semakin menarik minat pengunjung. Banyak dari para pengunjung adalah wisatawan. Pemerintahan, khususnya di negara-negara Eropa tertentu, segera mengakui kontribusi museum bagi perekonomian.

Fungsi museum seperti ini adalah sebagai institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977, setiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai Hari Museum Internasional. Fungsi museum yang seperti ini sudah merupakan museum dan fungsinya yang digunakan saat ini yang bisa disebut dengan museum modern.

Tujuan museum modern adalah mengumpulkan, melestarikan, menafsirkan, dan menampilkan seni, budaya, atau ilmiah penting untuk pendidikan masyarakat. Tujuannya juga dapat bergantung pada satu sudut pandang. Untuk keluarga yang mencari hiburan, perjalanan ke museum sejarah lokal atau besar museum seni

(16)

kota bisa menjadi menyenangkan, dan cara mencerahkan untuk menghabiskan hari. Untuk pemimpin kota, komunitas museum yang sehat dapat dilihat sebagai ukuran kesehatan ekonomi kota, dan cara meningkatkan kecanggihan penghuninya. Untuk seorang profesional museum, museum bisa dipandang sebagai cara untuk mendidik masyarakat tentang misi museum, seperti hak-hak sipil atau environmentalisme.

Dapat diketahui bahwa fungsi museum tidak banyak berubah dari masa ke masa. Adapun fungsi museum yang dapat kita ketahui adalah sebagai berikut :

1. Tempat Menyimpanan Warisan Budaya Leluhur

Museum merupakan salah satu tempat yang tepat untuk menyimpan sekaligus mengamankan warisan budaya yang ada di Indonesia. Warisan budaya semisal keris, baju adat kerajaan masa lalu, dll. Dengan adanya warisan budaya leluhur, maka museum harus menjadi bahan yang representatif untuk para pengunjungnya.

2. Dokumentasi untuk Sarana Penelitian

Masa lalu tidak akan bisa kita selami tanpa adanya dokumentasi yang didapat pada zamannya. Adanya naskah-naskah kuno menjadi salah satu dokumentasi yang bisa dijadikan penelitian untuk diaplikasikan pada zaman sekarang. 3. Ilmu Pengetahuan

Tidak hanya kalangan peneliti yang harus mengetahui semua kebudayaan masa lalu, tetapi hasil penelitian tersebut harus di sebarkan kepada masyarakat. Salah satu fungsi museum adalah sebagai alat untuk penyebaran ilmu tersebut.

4. Mengenalkan Kebudayaan dari Luar

Di museum kita akan bisa melihat warisan budaya masa lampau dari berbagai kawasan, khususnya di Indonesia. Bila kita datang ke museum nasional, maka warisan dari tiap daerah hampir semuanya ada di tempat tersebut.

5. Visualisasi Budaya dan Warisan Masa Lalu

Ini fungsi yang paling penting dari museum. Kita tidak akan bisa kembali ke tahun di mana warisan dan budaya itu terbentuk. Museum sebagai salah satu alat untuk menggambarkan masa-masa tersebut.

(17)

Kita bisa melihat bagaimana adanya peradaban sekarang. Bentuk yang ada sekarang sebenarnya terbentuk dari masa lalu. Karena bisa dikatakan sejarah adalah sebagai salah satu cermin untuk kehidupan yang akan datang.

7. Menambah Keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa

Museum juga akan menjadikan kita merasa kagum akan kekayaan budaya masa lampau. Bagaimana kebudayaan tersebut terbentuk merupakan sebuah daya cipta dari Tuhan Yang Maha Esa.

3.3. Sejarah Museum di Indonesia 2.3.1.Periode Belanda

Perkembangan museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan museum di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang sejarah kesultanan Maluku, di samping penulisan tentang keberadaan kepulauan dan kependudukan.

Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan, baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda, makin jelas. Pada tanggal 24 April 1778 dibangun museum yang paling tua milik Belanda, yaitu Bataviaasch Genootschap von Kunsten en Westenschappen (Perkumpulan Batavia untuk Memajukan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan) di Jakarta. Museum ini memiliki slogan "Ten nutten van het gemmen" yang berarti untuk kepentingan umum. Museum ini berisi buku-buku dan benda-benda ilmu alam dan sosial budaya.

(18)

2.3.2.Periode Inggris

Pada waktu Inggris mengambil alih kekuasan dari Belanda, Raffles langsung mengepalai Batavia Society of Arts and Sciences. Pada periode ini museum berfungsi sebagai lembaga penasihat pemerintah. Nama Bataviaasch Genootschap von Kunsten en Westenschappen diganti menjadi Batavian Society of Arts an Sciences (Perkumpulan Seni dan Ilmu Pengetahuan Orang-orang Batavia).

Pada masa ini preranan museum semakin berkembang. Selain itu juga pengelola museum mengadakan penerbitan dimana penerbitan ini kemudian bekerjasama dengan lembaga-lembaga di luar negeri. Museum juga digunakan oleh para ahli sebagai pusat pertemuan para orientalis, yaitu ilmuwan yang tertarik pada masalah-masalah atau ilmu-ilmu ketimuran.

2.3.3.Periode Indonesia

Sesudah kemerdekaan Indonesia 1945 museum diabadikan pada pembangunan bangsa Indonesia. Para ahli bangsa Belanda yang aktif di museum dan lembaga-lembaga yang berdiri sebelum 1945, masih diizinkan tinggal di Indonesia dan terus menjalankan tugasnya. Namun di samping para ahli bangsa Belanda, banyak juga ahli bangsa Indonesia yang menggeluti permuseuman yang berdiri sebelum 1945 dengan kemampuan yang tidak kalah dengan bangsa Belanda.

(19)

Memburuknya hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa Papua Barat mengakibatkan orang Belanda meninggalkan Indonesia, termasuk orang-orang pendukung dan penyandang dana lembaga tersebut, keberadaan museum jadi terbengkalai.

Sejak itu terlihat proses Indonesianisasi terhadap berbagai hal yang berbau kolonial, termasuk pada 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). LKI membawahkan dua instansi, yaitu museum dan perpustakaan. Pada 1962 LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah, kemudian menjadi Museum Pusat beserta perpustakaannya. Teknologi meningkat dan arus komunikasi lancar, sehingga budaya asing masuk dengan cepat. Untuk menanggulangi pengaruh budaya asing yang negatif, pemerintah Republik Indonesia membentuk Jawatan Kebudayaan di Yogyakarta. Jawatan Kebudayaan merupakan satu organisasi Kementriaan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pada tahun 1975, di Jawatan Kebudayaan ini ditambah satu unit kerja yaitu Urusan Museum yang bertugas untuk membina dan mengembangkan permuseuman.

Periode 1962-1967 merupakan masa sulit bagi upaya untuk perencanaan mendirikan Museum Nasional dari sudut profesionalitas, karena dukungan keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi. Di tengah kesulitan tersebut, pada 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Museum. Urusan Museum diganti menjadi Lembaga Urusan Museum-Museum Nasional pada 1964, dan diubah menjadi Direktorat Museum pada 1966. Pada 1975, Direktorat Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman.

(20)

pusat pada 5 Januari 1966 dan langsung di bawah pengawasan Direktorat Museum. Begitu pula dengan Museum Zoologi, Museum Herbarium, dan museum lainnya di luar Pulau Jawa mulai diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Sejak museum-museum diserahkan ke pemerintah pusat, museum semakin berkembang. Museum baru pun bermunculan, baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh yayasan-yayasan swasta.

Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa pada 1998, telah mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini memberikan dampak terhadap permuseuman di Indonesia. Direktorat Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Museum di bawah Departemen Pendidikan Nasional pada 2000. Pada 2001, Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman di bawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata pada 2002. Direktorat Purbakala dan Permuseuman diubah menjadi Asdep Purbakala dan Permuseuman pada 2004. Akhirnya pada 2005, dibentuk kembali Direktorat Museum di bawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. (Tim Direktorat Museum).

3.4. Pengertian, Jenis-jenis Audiens, dan Hubungan Audiens dengan Museum

Pengertian audiens disini ialah para pengunjung museum yang datang dengan tujuan tertentu baik yang datang secara sadar ataupun terpaksa karena penugasan. Adapun pengunjung yang datang dengan tujuan rekreasi biasanya datang sengaja untuk melihat koleksi museum ataupun menjawab rasa keingintahuan tentang perjalanan sejarah daerah ataupun negaranya melalui benda benda yang menjadi saksi bisu sejarah. Adapun jenis audiens berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 3 jenis ;

a. Pengunjung rerkreasi

(21)

Pengunjung museum memiliki keragaman yang dapat diamati dari segi demografis, geografis, psikografis, dan perilaku. Oleh sebab itu, untuk mengamati siapa yang menjadi pengunjung museum, diperlukan adanya pembagian pengunjung atau lazim disebut dengan segmentasi pengunjung. Segmentasi yang paling umum digunakan oleh berbagai museum adalah segmentasi demografis, yang membagi pengunjung ke dalam kategori dasar seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan lain sebagainya. Keragaman pengunjung museum juga dapat diamati dan dikelompokkan dalam berbagai kategori. Seperti kategori pengunjung yang dibuat oleh Direktorat Museum dalam Pedoman Museum Indonesia (2010), yang mengelompokkan pengunjung museum berdasarkan intensitas dan tujuan kunjungannya.

Berdasarkan intensitasnya, pengunjung dibagi menjadi :

1. Kelompok yang secara rutin berhubungan dengan museum, seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa dan pelajar.

2. Kelompok orang yang baru mengunjungi museum.

Sementara dari tujuan kunjungan, pengunjung museum dibedakan menjadi : 1. Pengunjung pelaku studi,

2. Pengunjung tujuan tertentu,

3. Dan Pengunjung pelaku rekreasi (Direktorat Museum, 2010: 22 – 23).

Berbeda dengan kategori yang dibuat oleh Direktorat Permuseuman (Graham Black, 2005: 11) membagi pengunjung museum dalam kategori sebagai berikut :

1. Demografi : sebagai contoh adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, kelas sosial atau pekerjaan.

2. Geografi : lokal, turis nasional atau internasional.

(22)

pekerja manual semi dan tidak terlatih. (E) pensiunan, tidak bekerja, pekerja kelas bawah.

4. Struktur pendidikan: pendidikan primer atau dasar (sampai usia 11 atau 12), pendidikan menengah atau atas (usia 11 sampai 16 atau 18), perguruan tinggi atau universitas.

5. Minat khusus : spesialis subjek tertentu, pembelajar mandiri, komunitas misalnya komunitas sejarah lokal.

6. Psikografi : gaya hidup, opini, perilaku.

Kategori pengunjung yang berbeda dibuat oleh Hooper-Greenhil (1994: 100-112), yang membagi kategori pengunjung berdasarkan kebutuhan dasarnya, yaitu:

a. Pengunjung keluarga (orang tua yang membawa anaknya ke museum). b. Pengunjung dari kelompok pendidikan (siswa sekolah, mahasiswa, guru). c. Pengunjung dengan kebutuhan khusus (pengunjung difabel).

3.5. Peranan Audiens Terhadap Eksistensi Museum

Dapat dipastikan bahwa kunjungan masyarakat ke suatu museum mempunyai maksud tertentu. Mereka pastinya didasari kepada keinginan atau motivasi tertentu sehingga mau mendatangi museum-museum. Masyarakat Indonesia dewasa ini dapat dinyatakan masih berada dalam tahap transisi untuk dinamakan modern. Di kota-kota besar masyarakat telah mengenyam pendidikan yang lebih maju dan setidaknya mengerti guna suatu museum. Dalam pada itu sebagian masyarakat di pedesaan dan pelosok-pelosok Indonesia tentunya akan sulit jika harus berpikir tentang kedudukan dan peran museum di tengah masyarakat.

(23)

Selanjutnya apabila suatu museum telah resmi didirikan, tahapan berikut adalah apresiasi dari khalayak umum. Apabila tidak ada bentuk apresiasi, maka museum yang baru didirikan itu akan menjelma menjadi gudang penyimpanan benda-benda masa lalu saja. Bentuk apresiasi yang nyata bagi suatu museum adalah banyaknya kunjungan dari masyarakat ke museum, banyaknya kegiatan yang dilakukan masyarakat berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam aktivitas masyarakat yang terkait dengan museum. Masyarakat merupakan organisme sosial yang dinamis, wujudnya pun bermacam-macam serta banyak kategori yang dapat dikenakan kepadanya. Dapat dinyatakan bahwa masyarakat pengunjung museum adalah salah satu segmen khusus masyarakat yang secara sadar atau tidak sadar mau mendatangi museum, karena kunjungan ke museum-museum di Indonesia masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat.

Suatu kajian terhadap pengunjung museum dapat dilakukan oleh pengelola museum sendiri ataupun oleh lembaga lain, atau juga oleh peneliti untuk keperluan studinya. Sebenarnya hasil dari kajian yang dilakukan terhadap masyarakat pengunjung museum dapat digunakan oleh pihak museum untuk mengembangkan museum dari berbagai aspeknya.

3.6. Perkembangan Museum dan Audiens Di Indonesia

(24)

dilingkungan museum. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar museum di Indonesia saat ini lebih mencerminkan kesan formal seperti layaknya gedung perkantoran yang tidak saja kotor, kusam dan seram, tetapi juga kurang terlihat kesan memiliki daya tarik untuk mengundang minat masyarakat atau wisatawan untuk berkunjung ke museum.

Lebih jauh lagi adalah sebagian besar museum di Indonesia dibangun atau dikembangkan baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan, meregistrasi, mengkonservasi, dan menyimpan, belum sampai pada tahap menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan pemahaman dan apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya. Sehingga sangat disayangkan apabila museum sebagai jendela budaya dikembangkan, dikelola dan dinikmati hanya untuk dirinya sendiri. Yang menyedihkan, museum hingga saat ini belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah, swasta dan masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung yang bergerak antara lain di bidang pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi, pemasaran, dan bahkan dalam pengelolaannya belum menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang.

Secara umum perkembangan museum di Indonesia adalah:

1. Baru sampai pada peran tidak lebih untuk mengumpulkan, meregistrasi, mengkonservasi, dan menyimpan, belum sampai pada tahap menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan pemahaman dan apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya.

2. Museum hingga saat ini belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat kepada para pemangku kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah, swasta dan masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung 3. Pengelolaan museum belum menyesuaikan dengan kemajuan bidang dan ilmu

(25)

Selama ini kebanyakan masyarakat indonesia memandang museum sebagai tempat yang kurang menarik untuk dikunjungi. Salah satu penyebab utamanya adalah mereka juga tidak memberikan apersisi yang lebih tinggi terhadap kebaradaan suatu museum. Banyak masyarakat yang punya pendapat jika museum hanya dijadikan tempat untuk menyimpan benda kuno saja. Bahkan yang lebih parah lagi ada sebagian orang yang menghubungkan keberadaan benda kuno yang sebebnarnya punya nilai sejarah tinggi itu dengan hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia gaib atau klenik akibatnya adlah muncul prasangka apabila mengunjungi museum itu merupakan hal yang tidak punya manfaat bahkan bertentangan dengan ajaran agama tertentu. Pola pemikiran inilah yang menjadikan museum makin sepi dari pengunjung.

Pengelolaan museum yang ada di Indonesia juga kurang bagus dibandingkan dengan museum yang ada diEropa sana. Meski sebenarnya punya benda koleksi yang sangat lengkap. Namun karena itu tidak dikelola dengan baik akibatnya museum tersebut kurang mempunyai daya tarik yang lebih tinggi penglola kurang berani melakukan terobosan baru sebab terkendala oleh aturan birokrasi yang begitu rumit. Beberapa kondisi inilah yang menyebabkan perkembangan museum diindonesia kalah maju jika dibandingkan dengan perkembangan museum diEropa. Tapi apabila masyarakat mau memberi apersiasi yang lebih tinggi dan berhasil menghilangkan stigma yang kurang bagus pada museum tentu kita bis mengejar ketertinggalan tersebut.

(26)

datang ke museum tersebut misalnya tat ruang yang selalu dirubah dalam jangka waktu tertentu. Hal ini lah yang menyebabkan perkembangan museum di Eropa lebih bagus dan bisa menjadi obyek wisata yang menarik.

3.7. Upaya Pihak Museum Menarik Audiens

Upaya museum dalam menarik minat para audiens adalah sebagai berikut:

1) Museum mengadakan kegiatan keliling kesekolah-sekolah yang namanya Museum go to School.

2) Membangun kesan yaitu museum bisa menjadi tempat untuk orang yang memahami tentang persaingan yang sehat, prestasi tentang perjuangan. Dengan mengadakan kegiatan lomba dengan konteks yang berkaitan dengan sejarah dan kebudayaan, sehingga kesan yang ditampilkan museum bukan hanya tempat untuk barang-barang kuno tapi juga tempat untuk berekspresi. 3) Membangun pengalaman. (Budi Supriyanto, Kepala Seksi Pelayanan

Museum Lampung; Kamis, 12 Mei 2016).

Fungsi lainnya dari museum adalah museum sebagai ruang publik bagi siapapun yang ingin berekspresi tentang kebudayaan. Namun, kenyataan belum menunjukkan keadaan yang diharapkan. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi untuk memperbaiki fungsi museum dan menarik pengunjung. Beberapa cara yang dapat ditempuh diantaranya:

1. Lakukan kegiatan interaktif dan menghibur

Pengemasan program kunjungan yang menarik akan menumbuhkan minat pengunjung untuk memasuki museum, misalnya dengan menyediakan photo booth dan maskot museum untuk mengabadikan momen pengunjung yang pernah mengunjungi museum, menyediakan mini store yang menyediakan souvenir-souvenir museum, mengadakan event tertentu dengan menggunakan unsur-unsur yang terdapat di dalam museum dan menciptakan tema-tema yang berubah pada hari-hari tertentu.

2. Promosi Secara Efektif

(27)

mengadakan pemilihan teen ambassador of museum dari kalangan pelajar, sehingga dapat menarik minat para remaja berprestasi dan populer yang menjadi inspirasi untuk remaja-remaja lainnya. Apabila sasarannya adalah pelajar SD atau SMP, pihak museum dapat mengundang sekolah-sekolah tersebut untuk mengunjungi museum secara kolektif dan melakukan sosialisasi museum ke sekolah-sekolah melalui ambassador yang telah terpilih. Selain itu, promosi juga dapat dilakukan di tempat-tempat umum seperti mall untuk menjangkau target sasaran yang lebih luas, misalnya keluarga.

3. Perhatian Terhadap Kebersihan dan Penyajian Barang Koleksi

Untuk menghilangkan kesan suram, usang, dan menyeramkan, kebersihan museum harus dijaga. Sirkulasi udara dan fasilitas seperti toilet, tempat duduk, dan tempat ibadah juga harus diperhatikan. Penataan barang pajangan juga harus ditata sedemikian rupa sehingga enak dipandang. Penataan tersebut juga dapat dipindah atau diubah secara berkala dalam periode waktu tertentu sehingga tidak membosankan. Akan lebih menarik lagi jika penataan diatur menurut waktu sehingga menjadi sebuah alur cerita. Dengan begitu, benda-benda yang dipajang dapat lebih dimaknai, bukan hanya dianggap sebagai benda mati tak berarti.

4. Merekrut Tenaga yang Ahli Dibidangnya

Pihak pengelola museum harus memilki kemampuan di bidangnya, sehingga pekerjaan yang dijalani dapat berhasil baik, terutama tour guide yang mendampingi pengunjung untuk memberikan informasi atas segala sesuatu yang dipamerkan di museum. Guide tersebut harus menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan museum, sehingga informasi yang disampaikan benar dan valid.

5. Jalin Hubungan Baik

(28)

3.8. Hal Yang Didapat Oleh Audiens Di Museum

Museum menyajikan benda-benda koleksi apa adanya dan seimbang. Selama benda itu secara fisik tersedia, maksudnya bendanya masih bisa kita temukan. Karena ada dua yang jadi persoalan museum sekarang, yaitu ada cerita atau keterangan tapi bendanya sudah tidak ada, contohnya adalah kain Inuh, sekarang sudah tidak ada yang membuat kain Inuh dan juga ada bendanya tapi tidak ada orang yang bisa menceritakan tentang benda tersebut, contohnya adalah Pesihungan yaitu alat untuk menempatkan ramuan untuk upacara Asah Dini, tidak ada orang yang bisa menceritakan tentang cara memakainya dan apa saja ramuannya. Proses pameran yaitu proses Rekonsiliasi Budaya.

Disamping ilmu pengetahuan pada benda yang ada, Museum Lampung menyampaikan segala sesuatu apa adanya dan disampaikan dengan seimbang sehingga orang tidak rendah dimuseum. Karena jika suatu hari orang Saibatin atau Pepadun mengunjungi museum mereka tidak merasa direndahkan karena diberikan sisi yang sama pada kebudayaan mereka. Yang kedua, disini kami tidak mengajarkan kebudayaan sebagai sesuatu yang harus dikuasai. Karena audiens yang datang ke museum itu bermacam-macam, dari anak PAUD, TK, SD, SMP, SMP hingga perguruan tinggi dan Profesor dan masyarakat lainnya, mereka punya kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, apa yang museum sajikan ini yang terpenting adalah sesuatu yang dalam konteks secara keseluruhan tata pameran bisa dinikmati, kalau proses belajarnya sendiri dalam museum hanya berlangsung sebentar.

(29)

PAUD (Budi Supriyanto, Kepala Seksi Pelayanan Museum Lampung; Kamis,12 Mei 2016).

BAB IV PEMBAHASAN

Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan. Perubahan itu berlangsung secara perlahan-lahan, dari museum yang awalnya digunakan sebagai tempat pemujaan, tempat berkumpulnya para cendekiawan yang mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, tempat penyimpanan barang pribadi raja dan orang-orang kaya, tempat kumpulan ilmu pengetahuan, hingga digunakan sebagai tempat memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi Kebudayaan dan llmu Pengetahuan.

Pengertian tentang museum selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zamannya. Hal ini disebabkan museum senantiasa mengalami perubahan fungsi, tugas, dan kewajibannya. Meski begitu ada salah satu fungsi museum yang masih bertahan, yakni peran museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda yang dianggap berharga, bersejarah, dan mempunyai nilai tinggi. Benda-benda yang dimuseumkan tidak hanya benda yang mengandung nilai sejarah saja, namun juga benda-benda yang bernilai karya seni tinggi dan termasuk juga benda-benda mewah lainnya. Ada pula benda-benda unik yang dapat dimasukkan ke dalam koleksi museum.

(30)

Awal mula tercipta sebuah museum adalah karena adanya hobi dalam mengumpulkan benda-benda yang dinilai berharga ataupun unik dan pada akhirnya barang yang mereka kumpulkan sangat banyak dan mereka harus memiliki tempat tersendiri untuk menempatkan koleksi-koleksi mereka itu agar tetap awet dan tidak rusak atau hilang. Tempat berkumpulnya benda-benda koleksi tersebut disebut museum. Bahkan pada abad pertengahan di Eropa, para raja dan orang-orang kaya memiliki museum pribadi mereka sendiri untuk menyimpan benda-benda pribadi mereka yang dianggap berharga. Mereka tidak membukanya untuk masyarakat umum karena koleksinya menjadi ajang prestise dari pemiliknya dan biasanya hanya diperlihatkan kepada para kerabat atau orang-orang dekat saja. Bagi mereka (kolektor) yang suka mengoleksi benda-benda yang seperti itu, mereka akan mempuyai kesan bangga atau kepuasan tersendiri untuk memilikinya meskipun benda-benda yang dimuseumkan tersebut hanya dipajang saja dan dinikmati sendiri atau tidak untuk dipamerkan. Namun ada juga kolektor yang tidak keberatan memamerkan koleksi-koleksi museumnya kepada kerabat-kerabat atau orang yang dianggap penting.

Museum awalnya didirikan hanya untuk keperluan pribadi saja dan dimiliki perseorangan yakni hanya dimiliki oleh orang-orang elit dari menengah ke atas, jadi orang-orang dikalangan bawah tidak dapat menikmatinya. Namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya modernisasi, mulai diadakan museum yang dibuka untuk umum. Tentu saja ini sangat menarik perhatian dan menjadi kesenangan tersendiri bagi orang-orang yang tidak bisa menikmati museum pada awalnya. Orang-orang Eropa memandang bahwa museum itu merupakan suatu tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Penduduk disana punya apresiasi yang sangat tinggi terhadap keberadaan suatu museum.

(31)

Museum yang sekarang tidak hanya dimiliki perorang atau pribadi, namun juga ada yang dibuka untuk umum dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Museum adalah tempat untuk pembuktian perkembangan peradaban manusia dan lingkungannya. Jadi museum sebenarnya sangat penting karena dari museum itulah kita dapat mengetahui bagaimana perkembangan zaman dari masa ke masa dan sejarah yang tersimpan didalamnya.

Ada dua jenis museum, yang pertama museum yang merupakan museum pribadi yang sengaja dibuka untuk umum untuk memamerkan koleksi pemiliknya, dan yang kedua adalah museum yang berdiri dibawah pemerintah dan dijadikan milik bersama dan dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Semakin majunya perkembangan zaman, semakin banyak berdiri museum-museum yang khusus memamerkan benda-benda tertentu. Misalnya satu museum yang hanya dikhususkan untuk memamerkan benda-benda yang ada di suatu daerah, seperti museum daerah, yang hanya memamerkan kebudayaan masyarakat daerahnya, kesenian daerahnya, sejarah, dan lain-lain. Ada juga museum batik, museum makanan, museum sejarah perjuangan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh museum daerah yang ada di lampung adalah Museum Lampung.

(32)

menempati gedung baru di Jl. Merdeka Barat No. 12 pada 1862 dan telah berbentuk museum kebudayaan yang besar dengan perpustakaan yang lengkap.

Di Lampung sendiri juga memiliki Museum Daearah yang bernama Museum Lampung ‘Ruwa Jura’. Museum tersebut dibuka pada tanggal 24 September 1988. Museum tersebut mendapat status dari Dirgen UPT 1987 dan pada tahun 1988 mulai diresmikan. Awalnya hanya buka satu hari dalam seminggu karena jumlah koleksi yang dimiliki masih sedikit. Baru pada tahun 1989 baru bisa buka untuk pelayaanan museum secara umum. Dalam perkembangannya disekitar masyarakat, mulai banyak masyarakat datang dari luar kota Bandar Lampung, yang memiliki minat untuk mengunjungi Museum Lampung ini, sehingga kebijakan yang sekarang museum dibuka setiap hari dari senin sampai minggu kecuali hari libur Nasional, dan untuk hari jumat museum hanya buka dari pukul 08.00 sampai pukul 11.00 wib. Biaya untuk masyarakat umum dikenai sebesar Rp. 4000, sedangkan bagi pelajar yang menunjukkan katu pelajar hanya dikenai biaya sebesar Rp. 1000.

Hubungan museum denga audiens sangatlah erat, karena tanpa audiens museum akan kehilangan salah satu fungsi atau kegunaannya, yaitu lembaga yang melayani masyarakat untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan. Tujuan museum juga selain untuk tempat penyimpanan adalah tempat yang dibuka untuk umum dalam hal edukasi, rekreasi, dan sebagai tempat wisata sehingga museum tanpa audiens bagaikan tempat mati. Koleksi-koleksi yang ada didalam museum bertujuan sebagai sarana penyampaian pengetahuan untuk masyarakat luas yang tidak dibatasi sehingga para audiens dapat mendapatkan pengetahuan dan rasa kenyaman ketika berkunjung ke museum.

(33)

(masyarakat) berkenaan dengan kedudukan museum, dan bermacam aktivitas audiens (masyarakat) yang terkait dengan sesuatu yang ada di museum. Hubungan museum dengan audiens (masyarakat) lebih bersifat presentasi, yaitu menyajikan apa yang dikoleksinya untuk dinikmati oleh masyarakat. Agar penyajian itu lebih menarik maka perlu pula diketahui pendapat audiens-nya.

Dipandang dari segi audiens (masyarakat) maka fungsi penting setiap museum ialah penyampaian informasi mengenai khasanah pengetahuan yang terdapat didalam museum itu kepada publik pengunjungnya, yang dilaksanakan melalui sistem dan tata penyajian berbagai koleksinya. Tapi justru mengenai hal presentasi atau penyajian koleksi yang pada umumnya dapat kita katakan, bahwa museum belum lagi memanfaatkannya secara optimal. Inilah yang menjadi sebab sebagian besar audiens (masyarakat) belum pernah mengunjungi museum. Mereka (audiens) yang pernah mengunjungi museum adalah mereka yang termasuk lapisan atas masyarakat; mereka yang pada umumnya menduduki posisi sosial penting dan yang pernah menikmati pendidikan baik.

(34)

BAB V PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan terbuka untuk umum, sebagai tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

Museum yang pada mulanya menjadi tempat pengumpulan benda-benda dan alat-alat yang diperlukan bagi penyelidikan ilmu dan kesenian. Di Eropa pada awal mulanya merupakan museum pribadi dari para raja atau orang-orang kaya. Museum juga digunakan sebagai institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.

Audiens ialah para pengunjung museum yang datang dengan tujuan tertentu baik yang datang secara sadar ataupun terpaksa karena penugasan, adapun pengunjung yang datang dengan tujuan rekreasi.

Museum menyajikan benda dalam pameran. konsepsi sebenarnya bertujuan menjadi bagian dari Rekonsiliasi Budaya, tidak ada budaya yang lebih superior dari budaya yang lain. Museum menyajikan benda-benda koleksi apa adanya dan seimbang.

3.2. Saran

(35)

sehingga dapat dipastikan kebenaran dari makalah yang kami buat ini, yang akan menambahkan pengetahuan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Gunandi, I Made Giri. 2015. Buku Panduan Museum Lampung. Lampung: Museum Lampung.

Van Wengen, Ger. 1986. Pedoman Penalaran Tentang Metode dan Teknik Penyajian dan Bimbingan Edukatif di Museum. Jakarta: Proyek Pengembangan Permuseuman.

Internasional Council of Museum. 2003. Sejarah Perkembangan Museum. Jurnal of ICOM. Amerika. Vol. 2.

Zainal, Nining Haslinda 2008. Analisis Kesesuaian Tugas Pokok dan Fungsi dengan Kompetensi Pegawai Pada Sekretariat Pemerintah Kota Makassar. Makasar: Skripsi.

Anonim. 2011. Pengertian Audiens. http://blogromeltea.blogspot.com. Diunduh pada 21 Juni 2016. Pukul 10.12 wib.

Soseno, Anto. 2014. Bagaimana Sejarahnya Berdirinya Museum.

http://antoksoesanto.blogspot.co.id/2014/06/bagaimana-sejarahnya-berdirinya-sejarah.html. Diunduh pada 19 Juni 2016. Pukul 15.30 wib.

Priyanto, Agus. 2013. Sejarah dan Arti Penting Museum. http://gandrungrontak. blogspot.co.id/2013/09/sejarah-dan-arti-penting-museum.html. Diunduh pada 23 Mei 2016. Pukul 12.34. wib.

Sumber lain:

Gambar

Gambar Museum Guggenheim Bilbao, Spanyol, merupakan salah satumuseum modern saat ini.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 4.18 diketahui nilai R 2 adalah 0,639 atau 63,9% artinya sebesar 63,9% dari kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Gowa (Y)

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat saat proses belajar mengajar berlangsung, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa pada saat

Konstelasi masalah pengaruh variabel anteseden yaitu: status consumption, materialism dan integrity terhadap perilaku ketaatan hukum dan legalitas konsumen pada

Hal ini dapat menunjukkan perbandingan hasil belajar yang tentunya sangat berbeda, perbedaan ini tentunya dipengaruhi oleh ranah apa yang berperan dalam hal menjawab soal,

Rendemen antosianin ekstrak buah salam (mg antosianin/100gr daging buah basah) dengan berbagai proporsi pelarut dapat dilihat dalam Grafik 3.2. Grafik tersebut memberikan

Enzim laktat dehidrogenase (LDH) yang salah satunya terdapat di otot rangka dibutuhkan pada proses tersebut Tujuan: Mengetahui pengaruh beban latihan-renang tunggal dan

Yang dimaksud dengan perilaku merokok dalam penelitian ini adalah kegiatan membakar rokok yang terbuat dari daun tembakau yang dibungkus kertas kemudian menghisap

Warga Papua Barat menginginkan penegakkan hak asasi manusia di Papua juga karena banyaknya kekerasan, tekanan dan ancaman dari aparat TNI sendiri yang membuat warga Papua sendiri