• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Konsep HAM Dunia dan Islam (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pandangan Konsep HAM Dunia dan Islam (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pandangan Konsep HAM Dunia dan Islam

Evan Lutfiana, Iis Cahyati, Lilis Rohmawati, Zsa Zsa

lauren

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

e-mail: zsalaurenc@gmail.com

Abstrak:

Artikel jurnal ini akan mendiskusikan secara singkat beberapa problematika seputar konsep HAM dalam pandangan dunia dan pandangan Islam di era modern. Dengan berbasis kajian pustaka, artikel jurnal ini akan dimulai dengan pembahasan tentang apa itu HAM, sejarah HAM dunia, konsep HAM dalam pandangan Dunia, konsep HAM dalam pandangan Islam. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana konsep HAM dari Dunia dan Islam di era Modern ini. Kesimpulan dalam artikel jurnal ini adalah Islam telah mengatur hak asasi manusia di dalam Al-Quran jauh sebelum HAM dunia muncul.

(2)

PENDAHULUAN

Agama Islam memerintahkan umat manusia untuk mengikuti bimbingan Yang Maha Kuasa selama hidupnya. Seluruh bumi ini merupakan masjid tempat manusia harus bertindak dalam setiap aspek kehidupannya demi beribadah hanya kepada-Nya. Tujuan eksistensi manusia di dunia menurut Islam adalh semata-mata untuk beribadah, menghambakan diri, serta patuh kepada Allah SWT.

Dari pernyataan ini mungkin orang menyangka bahwa manusia (dalam Islam) tidak memiliki hak-hak selain hanya kewajiba – kewajiban. Pandangan ini tentu saja keliru. Dalam penelitiannya, A.K. Brohi mengatakan, “Dalam totalitas Islam, kewajiban manusia kepada Allah mencakup juga kewajibannya kepada setiap individu yang lain. Maka secara paradoks hak-hak setiap individu itu dilindungi oleh segala kewajiban di bawah hukum Ilahi. Sebagaimana suatu negara secara bersama-sama dengan rakyat harus tunduk kepada hukum, yang berarti negara juga harus melindungi hak-hak individual.”

Petunjuk Ilahi yang berisikan hak dan kewajiban tersebut telah disampaikan kepada umat manusia semenjak manusia itu ada. Diutusnya manusia pertama (Adam) ke dunia mengindikasikan bahwa Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia. Kemudian ketika umat manusia menjadi lupa akan petunjuk tersebut, Allah Yang Maha Kuasa mengutus nabi dan rasul-Nya untuk

mengingatkan mereka akan keberadaan-Nya.

Nabi Muhammad SAW. Diutus bagi umat manusia sebagai nabi terakhir untuk menyampaikan dan memberikan teladan kehidupan yang sempurna kepada umat manusia seluruh zaman sesuai dengan jalan Allah. Hal ini secara jelas menunjukkan bahwa menurut pandangan islam, konsep HAM bukanlah hasil evolusi apa pun dari pemikiran manusia, namun merupakan hasil dari wahyu Ilahi yang telah diturunkan melalui para nabi dan rasul dari sejak permulaan eksistensi umat manusia di atas bumi.

Kewajiban yang diperintahkan kepada umat manusia di bawah petunjuk Ilahi dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu huquuqullah dan huquuqul-‘ibad. Huquuqullah (hak-hak Allah) adalah kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah SWT yang diwujudkan dalam berbagai ritual ibadah, sedangkan huquuqul-‘ibad (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kewajiban manusia terhadap sesamanya dan terhadap makhluk-makhluk Allah lainnya.

(3)

METODE

Artikel ini menggunkan metode penelitian deskriptif berbasis kajian pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara etimologi hak merupakan unsur normative yang berfungsi se-bagai pedoman prilaku melindungi kebebasan, kekebalan, serta men-jamin adanya peluang bagi manusia dalam menjadi harkat dan martabat-nya. Sedangkan asasi berarti yang bersifat paling mendasar yang dim-liki manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk menginter-vensinya apalagi mencabutnya.

Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB) dalam Teaching Human Right United Na-tions menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia.

John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.

Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan ke-beradaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan meru-pakan anugerah-Nya yang wajib di-hormati, dijunjung tinggi dan dilin-dungi oleh negara, hokum, pemerin-tah dan setiap orang, demi kehor-matan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Sejarah HAM

Istilah hak asasi manusia baru muncul setelah Revolusi Prancis, di-mana para tokoh borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang telah mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang dialami masyarakat Eropa dari kedua kaum ini, muncullah perlawanan rakyat dan yang akhirnya berhasil memaksa para raja mengakui aturan tentang hak manusia.

(4)

bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi dari pada kekuasaan raja.

Perjuangan di Negara Inggris memicu perjuangan-perjuangan di banyak Negara untuk Hak Asasi Manusia. Seperit misalnya Amerika Serikat dengan Presiden Flanklin D.Roosevelt tentang “empat kebe-basan” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat tanggal 6 Januari 1941 antara lain kebebasan untuk berbicara dan melahirkan piki-ran (freedom of speech and expres-sion), kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan keper-cayaannya (freedom of religion), ke-bebasan dari rasatakut (freedom from fear), kebebasan dari kekurangan dankelaparan (freedom from want).

Setelah perang dunia kedua, mu-lai tahun 1946, disusunlah rancangan piagam hak-hak asasi manusia oleh organisasi kerjasama untuk sosial ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari 18 anggota. PBB membentuk komisi hak asasi manusia (commission of human right). Sidangnya dimulai pada bulan januari 1947 dibawah pimpinan Ny. Eleanor Rossevelt. Baru 2 tahun ke-mudian, tanggal 10 Desember 1948 sidang umum PBB yang diseleng-garakan di Istana Chaillot, Paris menerima baik hasil kerja panitia tersebut. Karya itu berupa UNIVER-SAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS atau pernyataan sedunia tentang Hak-Hak Asasi Manusia, yang terdiri dari 30 pasal. Dari 58 ne-gara yang terwakil dalam siding umum tersebut, 48 negara meny-atakan persetujuannya, 8 negara ab-stain, dan 2 negara lainnya absen. Oleh karena itu, setiap tanggal 10

Desember diperingati sebagai hari Hak Asasi Manusia.

Hak Asasi Manusia dalam Konsep Barat

(5)

doktrin agama sama sekali. Bisa jadi, sesuatu yang dianggap HAM pada saat ini, namun di kemudian hari tidak lagi dianggap sebagai HAM. Begitu pula sebaliknya sesuatu yang dianggap HAM pada saat ini, namun kemudian hari bisa dianggap sebagai HAM. Misalnya, saat ini mengkon-sumsi khamar (miras) di Amerika

Saat itu pemerintah AS mengelu-arkan Undang-Undang Anti Miras yang sosialisasinya menelan biaya US $60 ribu dan dana pelaksanaan-nya mencapai Rp.75 Milyar, sesuai dengan nilai mata uang di zaman itu. Dan menghabiskan 250 juta lembar kertas berbentuk selebaran. Selama 14 tahun pemberlakuan UU Anti Mi-ras di AS, telah dihukum mati se-banyak 300 orang peminum miras dan dihukum penjara sebanyak 532.335 orang. Tapi ternyata, masyarakat AS justru makin hobby meminum miras, yang pada akhirnya memaksa pemerintaj mencabut UU Anti Miras pada tahun 1933 M, dan membebaskan miras sama sekali. Nah, bisa jadi saat ini mengkonsumsi Narkoba dianggap musuh besar HAM di berbagai belahan dunia, na-mun di kemudian hari justru Narkoba dianggap sebagai HAM, bahkan gaya hidup masa depan, sebagaimana Ka-sus Miras. Gejala itu sudah mulai ada, misalnya sejak beberapa tahun lalu di Indonesia ada usulan dari Lingkar Ganja Nusantara kepada Badan Narkotik Nasional dan pemer-intah serta DPR RI agar melegalisasi

ganja. Itulah sebabnya HAM dalam pandangan Barat tidak memiliki Dalam istilah modern, yang dimak-sud engan hak adalah wewenang yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atau sesuatu ter-tentu dinilai terter-tentu, dan dalam wa-cana modern ini, hak asasi dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Hak asasi alamiah manusia sebagai manusia, yaitu menurut kelahirannya, seperti hak hidup, hak kebebasan pribadi dan hak berkerja.

b. Hak asasi yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat sebagai anggota keluarga dan sebagai individu masyarakat, seperti hak memiliki, hak berumah-tangga hak mendapat keamanan, hak mendapat keadilan dan persamaan dalam hak. Terdapat berbagai klasifikasi yang berbeda mengenai hak asasi manusia menurut pemikiran barat, diantaranya:

1) Pembagian hak menurut hak materiil yang termasuk di dalamnya: hak keamanan, kehormatan dan pemilihan serta tempat tinggal, dan hak moril, yang termasuk di dalamnya ; hak beragama, hak sosial dan berserikat. 2) Pembagian hak menjadi tiga :

(6)

pribadi, hak kebebasan kehidupan rohani,dan hak kebebasan membentuk dengan sendirinya mengharuskan Negara memberi jaminan keamanan atau pendidikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi untuk membendung pengaruh Sosialisme dan Komunisme, partai-partai politik di Barat mendesak agar Negara ikut campur tangan dalam memberi jaminan hak-hak asasi seperti untuk bekerja dan jaminan sosial. Hak asasi menurut barat dapat dilihat semakin berkembang sampai saat ini, bahkan telah banyak pemikiran mereka tentang hak asasi manusia yang sudah di adopsi kaum Muslim. Sungguh sangat disayangkan jika hal ini terus berlanjut karena hal ini

HAM yang dijamin oleh Agama Islam bagi rakyat dapat diklasi-fikasikan ke dalam dua kategori :

1. HAM dasar yang telah dile-takkan oelh islam bagi seseo-rang sebagai manusia.

2. HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok rakyat yang berbeda dalam situasi tertentu, status, posisi, dan lain-lain yang mereka mi-liki. Hak-hak khusus bagi nonmuslim, kaum wanita, bu-ruh/pekerja, anak-anak, dan lainnya merupakan beberapa contoh dari kategori hak-hak ini.

HAK HIDUP

Dan jaganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah dengan suatu (sebab) yang benar.

(7)

Islam telah meletakkan dengan jelas kasus-kasus dan situasi ketika hidup manusia boleh dibinasakan. Penghabisan nyawa manusia tanpa adanya konsep yang diajarkan Islam maksudnya diperbolehkan dianggap sebagai dosa terbesar setelah politisme. Islam menganugerahkan hak hidup ini kepada setiap manusia dari ras, bangsa, maupun agama manapin ia berasal. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw, bersabda : “seseorang yang membunuh orang yang di bawah perjanjian melarang membunuh orang-orang yang berada dalam Negara non-Islam yang tidak terlibat dalam perang dengan suatu Negara Islam. Rasulullah SAW, pada kesempatan khutbah haji Wada’ telah bersabda “hidupmu dan harta bendamu adalah haram bagi tiap-tiap orang terhadap yang lainnya sampai kamu bertemu dengan Tuhanmu pada hari kebangkitan.” Islam memerintahkan umatnya untuk menghormati hak ini walaupun

Sampai sejauh mana hak ini dilindungi oleh Negara dapatlah diambil kesimpulannya dari fakta dan ordonasi para khalifah Islam dan gubernur mereka yang telah ditetapkan pada berbagai kesempatan. Perjanjian pada penaklukan Azerbaijan oleh para pasukan muslim Negara Islam selama kekhalifahan sayyidina Umar berisikan : “Hidup, Harta benda, dan hukum-hukum agama mereka semuanya dijamin aman.” Perjanjian yang dibuat oleh Sayyidina Umar pada penaklukan Jerussalem berisikan : “perlindungan keamanan ini meliputi olokan kaum yang lain dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggi dengan gelar-gelar yang buruk. (Al-Hujurat: 11)

…Jauhilah kebanyakan dari prasangka dan janganlah kamu mecari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu mengunjungi sebagian yang lain. (AL-Hujurat:12)

(8)

Rasulullah SAW. Pada kesempatan khutbah Haji Wada’nya. Kaum muslimin terikat untuk menjaga kehormatan orang lain. Seseorang yang mengganggu kehormatan orang lain dapat dihukum oleh pengadilan Islam segera setelah terbukti kesalahannya. Negara islam itu juga terikat harus melindungi kehormatan warga negaranya tanpa diskriminasi apa pun.

Khalifah Sayidina Umar ketika menemui para gubernur wilayah provinsi juga telah memberikan mereka petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan masalah perlindungan kehormatan warga negaranya. Agama Islam tidak hanya menjadikan kewajiban bagi negara untuk melindungi kehoratan warga negaranya, tapi juga telah memberikan mereka hak untuk mempertahankan pribadinya. Sebagai contoh, ketika seorang dari Bani Hazil dibunuh oleh seorang gadis karena dia menyerang kehormatnnya, Sayidina Umar menyatakan bahwa gadis itu tidak bersalah.

(9)

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakkan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (al-Hujarat:6)

Agama Islam telah menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat dipenjarakan kecuali dia telah menyatakan bersalah dalam suatu pengadilan hukum terbuka. Tak ada seorang pun yang dapat ditahan tanpa melalui proses hukum yang telah ditentukan.

PERLINDUNGAN DARI HUKUMAN PENJARA YANG SEWENANG-WENANG

“…. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain ….” (al-An’am:164)

“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya ….” (Fathir:18)

Agama Islam mengakui hak individu seseorang bahwa dia tidak dapat ditahan atau dipenjarakan atas tindak kejahatan dan pelanggaran orang lain. Al-Qur’an telah menjelaskan hal ini secara eksplisit. Setiap orang itu bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.

KEBEBASAN EKSPRESI

Agama Islam menganugerahkan hak kebebasan berpikir dan mengungkapkan pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan ekspresi ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika melawan tirani, namun juga bagi warga suatu negara Islam untuk bebas mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dan mengekpresikannya berkenaan dengan berbagai masalah. Kebebasan berpendapat ini harus dimanfaatkan untuk tujuan mensyiarkan kebijakan serta tidak untuk menyebarkan kejahatan dan kezaliman.

Rasulullah SAW selama hidupnya telah memberikan kebebasan kepada kaum muslim dalam mengunkapkan pendapat mereka yang berbeda kepada beliau. Rasulullah SAW telah menempa kepribadian para sahabat sedemikian rupa sehingga mereka dapat mengekspresikan perbedaannya tanpa ragu-ragu. Selama perang Uhud, ketika Rasulullah meminta para sahabat untuk melawan musuh didalam kota MAdinah, mereka bertanya kepada beliau mengenai posisi berkaitan dengan pendapat yang beliau kemukakan itu. Ketika Rasulullah berkata bahwa beliau berpendapat sebagai manusia biasa dan tidak berdasarkan wahyu Illahi, maka sahabat tetap mempertahankan pendapat mereka sendiri sehingga Rasulullah setuju untuk berperang di medan pertempuran Uhud sesuai dengan keinginan mereka.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam praktek kebidanan sering sekali Bidan dihadapkan pada beberapa permasalahan yang dilematis, artinya pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan etik.

Penelitian yang digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu: 1) Implementasi pembiasaan mendengarkan

Kemunculan alternatif budaya stratejik disebabkan karena perspektif yang dominan digunakan pada era Perang Dingin, yaitu neorealisme, dianggap tidak lagi

[r]

Maka judul penelitian ini adalah : Membangun Jiwa Kewirausahaan Melalui Pelatihan Magang Kewirausahaan Di Kalangan Mahasiswa (Sebuah Model Pelatihan Kewirausahaan

Apakah perlindungan anak korban tindak pidana pedofilia pada Putusan Pengadilan Negeri Singaraja Bali Nomor 292/Pid.Sus/2012/PN.SGR telah memenuhi harapan

 Pada prosedur pengeluaran barang persediaan yang berjalan, masalah yang terjadi adalah bagian gudang melakukan pencatatan dua kali atas jumlah pengeluaran barang

Gambar A.9 Sketsa Pengambilan