• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME teori STRUKTURAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME teori STRUKTURAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

1. Konsep Teori Fungsionalisme Struktural

Teori Fungsionalisme Struktural muncul menjadi bagian dari analisis sosiologi pada tahun 1940-an dan mencapai kejayaannya pada tahun 1950-an1. Ketika itu teori fungsionalisme struktural merupakan teoritis standar yang diikuti mayoritas sosiolog dan hanya sebagian kecil saja yang menentangnya. Namun mulai tahun 1960-an dominasi teoritik fungsionalisme struktural mendapat tentangan keras dan adekuasi teoritisnya semakin dipertanyakan.

Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologidan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah strukturdengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi.

Fungsionalisme Stuktural juga merupakan salah satu paham atau perspektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian, perubahan yang terjadi pada salah satu bagian akan menyebabkan ketidak -seimbangan dan pada gilirannya akan menciptakan perubahan pada bagian yang lain. Asumsi dasar teori ini ialah bahwa semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa menjalankan fungsinya dengan baik.2

Sepanjang teori ini, masyarakat terdiri dari berbagai elemen atau institusi yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan . Elemen-elemen itu antara lain adalah ekonomi, politik, hukum, agama, pendidikan, keluarga, kebudayaan, adat-istiadat, dan lain-lain. Masyarakat luas akan berjalan normal jika masing-masing elemen atau institusi menjalankan fungsinya dengan baik. Kemacetan dan perubahan pada salah satu institusi lain dan pada gilirannya akan menciptakan kemacetan dan perubahan pada masyarakat secara keseluruhan karena perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak aka nada atau akan hilang dengan sendirinya.

1 Dewi Wulansari, Sosiologi Konsep & Teori, (Bandung: Refika Aditama, 2013), h. 73

(2)

Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem yang lain dank arena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dapat beroperasi menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial.

Secara ekstrim teori ini mengatakan bahwa segala sesuatu di dalam masyarakat ada fungsinya, termasuk hal-hal seperti kemiskinan, peperangan, atau kematian. Teori ini juga menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibrium).3

2. Tokoh – tokoh Fungsionalisme a. Tokoh Fungsionalisme Klasik

1) Dahrendorf 2) Auguste Comte

b. Tokoh Fung sonialisme Modern 1) Talcott Parson

Teori fungsionalisme strukturalis Talcott Parsons dimulai dengan empat fungsi dalam sistem “tindakan” yang dikenal dengan skema AGIL. Yang dimaksudkan dengan fungsi disini adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem4. Fungsi ini menurut Talcott Parsons dibutuhkan oleh semua sistem secara bersama-sama untuk dapat bertahan (survive), meskipun begitu keempat fungsi ini tidaklah nyata melainkan unit analisis yang dipakai Parsons. Adapun keempat fungsi tersebut adalah :

1. Adaptation : fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut. Contoh konkritnya adalah pada saat revolusi industri terjadi perubahan dalam pembuatan barang yang sebelumnya menggunakan tenaga manusia diganti dengan penggunaan mesin uap, sehingga dapat lebih efektif dan efisien dalam produksi barang. Maka dari itu industri-industri yang ada juga harus mengadaptasikan dirinya dengan penggunaan mesin uap untuk dapat bertahan dalam persaingan atau tidak mereka akan

3 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 21

(3)

ketinggalan dan tidak dapat bertahan menghadapi industri lain yang menggunakan mesin uap tersebut.

2. Goal Attainment : fungsi yang dimiliki sebuah sistem untuk dapat

mendefinisikan dan mencapai tujuannya. Misalnya pada suatu kelompok penelitian yang dibentuk pada suatu mata kuliah. Bila dalam kelompok tersebut tidak dapat menentukan tujuannya maka kelompok tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsinya.

3. Integration : fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka

mengatur hubunganbagian-bagian dalam komponen sistem tersebut dan aktor-aktor didalamnya.Fungsi ini juga berperan dalam mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya dalam skema AGIL. Misalnya saja pada partai politik PKB, karena partai ini tidak mempunyai integrasi yang cukup kuat maka terjadilah perpecahan yang membuat kompone-komponen dalam sistem partai tersebut terbagi menjadi dua kubu. Walaupun tetap dapat menjalankan sistemnya tetapi tidak dapat mencapai suatu keseimbangan, sebagai bukti terjadi pertentangan antara kedua kubu dalam memperebutkan kekuasaan yang sah terhadap partai PKB.

4. Latency : fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi,

memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kultural. Contohnya bila dalam suatu perusahaan tidak memiiki budaya organisasi untuk memelihara kinerja yang baik, bila tidak maka kinerja pada perusahaan tersebut akan tidak stabil dan akan menghasilkan pendapatan yang tidak stabil pula bagi perusahaan tersebut.

Menurut Parsons juga, masalah mengenai fungsionalisme stuktural dijawab dengan asumsi sebagai berikut5 :

1. Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung.

2. Sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan-diri atau keseimbangan.

3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur.

(4)

4. Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk bagian-bagian lain.

5. Sistem memelihara batas-batas dalam lingkungannya.

6. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.

7. Sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan-diri yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam.

Pemikiran Parsons tentang masyarakat menekankan pada adanya keseimbangan dalam masyarakat, karena itulah ia kurang memperhatikan tentang perubahan sosial dan menjadikan teorinya ini bersifat statis.

2) Robert K. Merton

Robert K. Merton sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas teori-teori fungsionalisme,

Marton mengkritik hal yang dia anggap sebagai tiga dalil dasar analisis fungsional seperti yang dikembangkan oleh para antropolog seperti Malinowski dan Radcliffe-Brown.

Pertama ialah dalil kesatuan fungsional masyarakat. Dalil tersebut menganggap bahwa semua kepercayaan sosial dan budaya dan praktik yang distandarkan bermanfaat bagi masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan juga sebagai individu-individu di dalam masyarakat. Dalil kedua ialah fungsionalisme universal. Yakni, diargumenkan bahwa semua bentuk sosial dan budaya yang distandarkan mempunyai fungsi-fungsi positif. Marton berargumen bahwa hal tersebut bertolak belakang dengan yang kita jumpai di dunia nyata. Dalil ketiga ialah dalil kebutuhan mutlak. Dalil tersebut menghasilkan ide bahwa semua struktur dan fungsi secara fungsional adalah untuk masyarakat.

Pendirian Marton ialah bahwa semua dalil fungsional tersebut bersandar pada penegasan-penegasan nonempiris yang didasarkan pada sistem-sistem teoritis abstrak.

(5)

masyarakat-masyarakat dan kebudayaan-kebudayaan. Dia mengatakan bahwa setiap objek yang dapat ditundukkan kepada analisis fungsional struktural harus “menggambarkan suatu item yang distandarkan” (yakni, terpola dan berulang).

Teori Struktural Fungsional dalam menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat mendasarkan pada tujuh asumsi6.

5. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari berbagai bagian yang sering berinteraksi.

6. Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat timbal balik.

7. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, di mana penyesuaian yang ada tidak perlu banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.

8. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, oleh karenanya di masyarakat senantiasa timbul ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan.

9. Perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan perlahan-lahan sebagai suatu proses adaptasi dan penyesuaian.

10. Perubahan adalah merupakan suatu hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh adanya diferensiasi dan inovasi.

11. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama.

Para fungsionalis struktural awal cenderung berfokus hampir seluruhnya kepada fungsi-fungsi struktur atau lembaga sosial yang satu untuk yang lainnya. Akan tetapi pada pandangan Merton, para analis awal cenderung mengacaukan motif-motif subjektif individu dengan fungsi-fungsi struktur atau lembaga. Fungsionalis struktural seharusnya berfokus pada fungsi-fungsi sosial daripada motif-motif individual7. Padahal perhatian fungsionalis struktural harus lebih banyak ditunjukan kepada fungsi-fungsi dibandingkan dengan motif-motif. Fungsi adalah akibat-akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem8.

Menurut Merton fungsi-fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang diamati yang dibuat untuk adaptasi atau penyesuaian

6 Zamroni, Pengantar Perkembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1992), h. 25

7 George Ritzer, Teori Sosiologi Dari Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 429

(6)

suatu sistem tertentu”. Akan tetapi ada satu bias (simpangan) ideologis yang jelas ketika orang hanya berfokus pada adaptasi atau penyesuaian karena mereka selalu merupakan konsekuensi-konsekuensi positif. Perlu dicatat bahwa fakta sosial yang satu dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi negatif untuk fakta sosial yang lainnya untuk mengoreksi penghilangan serius tersebut yang terjadi di dalam fungsionalisme awal, Merton mengembangkan ide mengenai disfungsi. Sebagaimana struktur-struktur atau lembaga-lembaga dapat berperan dalam pemeliharaan bagian-bagian lain sistem sosial, mereka juga dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi negatif untuknya.

Konsep marton tentang disfungsi meliputi dua pikiran yang berbeda tetapi saling melengkapi9. Pertama, sesuatu bisa saja mempunyai akibat yang secara umum bisa saja mempunyai akibat yang secara umum tidak berfungsi. Dalam perkataannya sendiri “sesuatu bisa saja memiliki akibat-akibat yang mengurangkan adaptasi atau derajat penyesuaian diri dari sistem itu”. Kedua, akibat-akibat ini mungkin berbeda menurut kepentingan orang-orang yang terlibat.

Salah satu contoh dari apa yang dimaksudkan oleh Merton dengan disfungsitampak dalam diskusinya tentang birokrasi.

Marton juga mengajukan ide nonfungsi, yang dia definisikan sebagai konsekuensi-konsekuensi yang benar-benar tidak relevan dengan sistem yang dipertimbangkan. Untuk membantu menjawab pertanyaan apakah fungsi positif lebih banyak daripada disfungsi, atau sebaliknya. Marton mengembangkan konsepkeseimbangan bersih.

Marton juga memperkenalkan konsep fungsi manifest dan laten. Kedua istilah ini juga telah menjadi tambahan penting bagi analisis fungsional. Dalam istilah-istilah yang sederhana, fungsi-fungsi manifest (nyata) adalah yang disengaja atau fungsi yang diharapkan, tetapi fungsi laten tidak disengaja atau yang tidak diharapkan (sebaliknya dari manifest).

(7)

Pembedaan fungsi seperti ini banyak memberi manfaat dalam menelaah kesatuan sosial10, seperti :

8. Membantu orang untuk memahami apa sebabnya praktik-praktik tertentu dalam masyarakat tidak masuk akal dan tidak mencapai tujuannya, masih tetap diteruskan.

9. Kenyataan sosial dan keadaan yang sebenarnya akan dikenal dengan lebih baik, bila fungsi-fungsi sembunyi dari suatu fenomena sosial dipelajari.

10. Menemukan fungsi-fungsi sembunyi selalu menambah pengetahuan sosiologi. Orang akan belajar dan mengatakan bahwa kehidupan sosial itu tidak pernah sederhana sebagaimana kelihatan dari luarnaya. 11. Kepekaan bagi fungsi-fungsi sembunyi akan membuat orang lebih hati-hati dalam menilai praktik-praktik atau kenyataan sosial. Biasanya penilaian etnis didasarkan pada fungsi-fungsi nyata yang dikenal secara umum dan diakui dengan mudah menjadi tolak ukur untuk suatu pelukisan hitam putih.

Untuk menjelaskan lebih jauh teori fungsional, Merton menunjukkan bahwa suatu struktur mungkin disfungsional bagi sistem sebagai suatu keseluruhan namun dapat terus berlanjut.

Meron berpendapat bahwa tidak semua struktur pastinya akan dibutuhkan untuk bekerjanya sistem sosial. Beberapa bagian dari sistem sosial kita dapat dilenyapkan. Hal itu membuat teori fungsional mengatasi hal-hal bias (simpangan) konservatifnya yang lain. Dengan mengakui bahwa beberapa struktur dapat diperluas, fungsionalisme membuka jalan bai perubahan sosial yang bermakana. Masyarakat kita, misalnya, dapat terus ada (dan bahkan ditingkatkan) dengan pelenyapan diskriminasi terhadap berbagai kelompok minoritas.

Uraian yang diberikan Merton sering mempunyai manfaat yang besar bagi sosiolog yang ingin melaksanakan analisis-analisis fungsional struktural

3. Konsep Pengembangan Masyarakat Islam

4. Aplikasi Teori Fingsionalisme Struktural dalam Pengembangan Masyarakat Islam

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Pengadilan merupakan ketentuan dari Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, ketentuan ini tidak boleh diabaikan oleh

Metode pembahasan diawali dengan pengumpulan data yang diolah melalui analisis dan sintesis data yang kemudian diprosese menjadi sebuah konsep

Metode drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberi latihan mengucapkan kata-kata secara berulang-ulang sampai anak dapat mengucapkan kata dengan artikulasi

Perawatan pada pasien dengan maloklusi kelas II skeletal masa pertumbuhan yang disebabkan oleh prognati maksila dan retrognati mandibula, maka diperlukan alat

Orang tidak begitu saja mau memahami dan menerima apa yang kita pikirkan karena mereka bisa menilai apakah kepentingan diri mereka terakomodasi atau tidak dalam sebuah usulan..

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena judul yang diambil adalah " Persepsi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Mengenai Efektifitas Pelayanan Satuan

LAHIR JENIS KELAMIN AGAMA KARPEG PANGKAT