Teori Social Learning dan Cognitive dalam Komunikasi Teknologi Media Baru
Oleh : Eddy Yansen ( Universitas Pelita Harapan )
Perubahan media yang terjadi sangat cepat dalam 10 tahun terakhir, yang tidak
hanya disebabkan oleh perkembangan teknologi sendiri namun juga oleh
pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat, telah menuntut para pakar
komunikasi untuk mengembangkan sebuah konsep keilmuan untuk menghadapi
perubahan media yang terjadi.
Perubahan yang paling fundamental adalah dengan adanya digitalisasi, sebuah
proses yang mempu mengubah simbol – simbol komunikasi ( tulisan) menjadi
kode binari dan disimpan, dikelola dan didistribusikan dengan cara yang baru.
Hal ini telah merevolusi hal paling mendasar dalam bentuk fisik media, dan
berpengaruh bukan hanya pada media cetak, namun juga media elektronik.
Berbicara tentang media baru, tentu kita tidak bisa mengesampingkan kehadiran
teknologi WWW (“World Wide Web”) atau internet. Tidak hanya mengubah cara
distribusi informasi, internet memungkinkan media untuk berkomunikasi 2
arah, atau bahkan banyak arah. Dalam bukunya “Cyberculture”, Pierre Levy
memandang WWW (“World Wide Web”) sebagai sebuah lingkungan informasi
yang terbuka dan fleksibel.
Walaupun menyusun teori media baru sudah ada sejak awal perkembangan ilmu
komunikasi, salah satu konsep media baru elektronik paling awal bisa
ditemukan dalam buku “Electronic Revolution” karangan Marshall McLuhan yang
diterbitkan tahun 1950an, beliau telah memprediksi dengan kehadiran teknologi
elektronik yang begitu pesat perkembangannya di US, akan membuat media
menjadi tanpa batas. Namun teori media baru tampakya menjadi populer pada
tahun 1990an, karena kehadiran digital media.
Teori media baru sendiri dibagi menjadi 2 era, dimana era pertama ditandai
1. Sentralisasi produksi.
2. Komunikasi 1 arah.
3. Kendali situasi oleh pihak tertentu.
4. Audiens massa yang terpecah.
5. Kesadaran sosial.
Sedangkan era kedua ditandai dengan beberapa karakteristik seperti :
1. Desentralisasi
2. Dua Arah
3. Diluar kendali situasi.
4. Kesadaran individu.
5. Orientasi individu.
Biasanya kedua era tersebut lebih dikenal dengan istilah web 1.0 dan web 2.0.
Web 1.0 ( era pertama media baru ) berkembang pada masa awal pertumbuhan
internet, dimana informasi menjadi global, namun produksi informasi masih
dikuasai oleh pihak – pihak tertentu selayaknya media televise dan Koran. Sebut
saja detik.com yang berdiri pada tahun 1998, adalah contoh web 1.0 yang paling
mudah dimengerti. Dimana produksi isi berita semua dilakukan oleh 1 pihak
yaitu redaksi detik.com, kendali informasi yang tayang di detik.com sepenuhnya
dibawah kekuasaan redaksi. Dan pihak redaksi detik.com bertanggung jawab
kepada publik, karena informasi yang disajikan untuk kepentingan publik.
Web 2.0 ( era kedua media baru ) kemudian mulai berkembang pada tahun
2003, contoh web 2.0 adalah Youtube.com, kini isi website tidak lagi ditentukan
oleh satu pihak, melainkan oleh setiap pengguna website tersebut. Semua
pengguna adalah redaksi, mereka bertanggung jawab atas isi video yang
diunggah ke dalam Youtube.com, dan Youtube.com hanya memiliki kendali
terbatas pada isi video anda, terutama dalam hal privasi, paten dan pornografi.
Menyadari pentingnya peranan media dalam kehidupan bermasyarakat,
khususnya dengan hadirnya media – media baru dengan bentuk – bentuk yang
Memahami dan mengerti mekanisme fisiologi dari bentuk – bentuk simbol
komunikasi yang mempengaruhi pikiran manusia, dan tindakan manusia
dianggap penting oleh para pakar komunikasi.
Albert Bandura, seorang pakar psikologi di Universitas Standford, mempopulerkan teori social learning & cognitive (1986), yang mana beliau
melanjutkan dari studi Robert Sears, salah seorang pionir dalam teori social
learning. Pada awalnya, Albert Bandura menyadari bahwa percobaan yang
dilakukan pada hewan untuk mempelajari keilmuan dalam bidang kemampuan
belajar tidaklah tepat, karena tidak semua hewan hidup bersosial. Beliau
mengatakan “Tikus hanyalah belajar menekan tombol untuk mendapatkan
makanan, sedangkan manusia belajar untuk hidup bersosial untuk mendapatkan
penghargaan sosial”.
Dan Bandura menegaskan manusia belajar dari kehidupan sosialnya, terutama
dengan cara meniru ( imitating / modeling ). Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor kognitif ( pengetahuan, kepercayaan, sikap ) dan faktor
lingkungan. Media massa dan media komunikasi adalah salah satu faktor
lingkungan yang penting dalam mempengaruhi proses pembelajaran seseorang.
Sebut saja, seorang anak kecil yang baru saya menonton siaran olahraga bola
favoritnya, akan langsung mencoba menirukan gaya – gaya menedang bola dari
pemain bola favoritnya. Penerapan teori social learning & cognitive adalah untuk
mempelajari secara komprehensif mengenai perilaku, psikologi dan pengaruh
media terhadap masyarakat.
Bila kita masih membahas dari sisi media televisi, tayangan iklan minuman
alcohol yang terus menerus pada komunitas tertentu, akan menyebabkan
komunitas tersebut lebih menerima keberadaan minuman alkohol, bar bahkan
seorang pemabuk dalam lingkungannya.
Bila komunitas tertentu sering melihat siaran televisi tentang pembunuhan dan
kekerasan, maka komunitas tersebut akan lebih agresif dibandingkan komunitas
lainnya. Dua contoh diatas, telah dipertanyakan dan dibuktikan berkali – kali
oleh para pakar komunikasi maupun psikolog, bahkan seorang ahli kriminologi.
Oleh karena hal tersebut, semakin banyak pihak yang menuntut adanya regulasi
yang jelas dalam media massa untuk menghindari penurunan kualitas moral dan
budaya sebuah bangsa.
Pada 10 tahun terakhir, televisi dianggap sebagai salah satu pendidik paling
berbahaya. Karena berdasarkan Bandura, tidak ada media yang mampu
memberikan role model ( langsung ) yang secermat televisi dibandingkan media
lainnya. Artinya anda bahkan bisa belajar menari, lewat siaran televisi dengan
mudah. Namun tentu lebih sulit bila kita belajar melalui gambar di majalah,
maupun panduan suara di radio.
Siaran televisi juga sering dikecam karena memberikan gambaran realita yang
salah, misalnya wanita yang ditampilkan cenderung memiliki karakteristik
tertentu seperti ramping, berambut pirang, berhidung mancung dan dianggap
sebagai steriotip unggul dalam masyarakat.
Namun di era media baru, media menjadi lebih komplek dari sebelumnya.
Melalui internet misalnya anda bisa mengakses video dengan konten yang anda
inginkan. Saat ini informasi berbalik mengejar anda, anda tidak akan berhenti
mendapatkan informasi ketika sedang duduk bersantai. Karena media telah
berubah bentuk menjadi lebih kecil, lebih ringkas dan lebih fleksibel untuk
diakses dimanapun.
Sisi negatif lainnya adalah dengan tumbuhnya era kedua ( web 2.0 ) pada media
baru. Kendali media diserahkan kepada individu hampir sepenuhnya, yang
berakibat anda bisa saja melihat foto dengan langkah demi langkah untuk “cara
mencuri tanpa ketahuan” di twitter anda karena di post oleh teman anda.
Anda bahkan sangat mungkin, untuk dapat belajar cara menggunakan dan
mendapatkan narkotika lewat sebuah forum di internet yang dikelola oleh
organisasi kejahatan tertentu.
Lahirnya internet mengakibatkan perubahan dari teori Social Learning &
Cognitive itu sendiri, dengan hadirnya teori Social Precense. Hingga saat ini
memang belum ada definisi yang pasti untuk social precense, oleh dikarenakan
ilmu ini masih terus diperdebatkan oleh para pakar. Salah satu definisi yang bisa
kita gunakan adalah dari Tu dan McIssac, 2002, yang mengatakan Social
Precense adalah sebuah pengukuran dari tumbuhnya perasaan komunitas
dimana seorang pembelajar dapatkan dari lingkungan online”.
Lebih jelasnya, dengan adanya teknologi komunikasi multi‐arah, dimana pada
sebuah online classroom misalnya. Seorang murid dapat berkomunikasi melalui
tulisan, suara maupun video dengan dosennya maupun seluruh teman kelasnya
yang mana berada pada tempat yang berbeda – beda.
Hal ini membuat, media tidak lagi hanya mempengaruhi proses belajar
seseorang secara searah. Namun kini media baru memungkinkan, adanya
seorang tutor yang mengajari anda sesuai dengan keinginan anda, dan kecepatan
belajar anda.
Sisi positif lainnya dalam media baru, adalah kini anda dapat mengakses
pembelajaran yang sifatnya global, belief dan value yang dimiliki orang – orang
berhasil di benua lain dengan mudah melalui internet untuk keberhasilan anda
sendiri.