• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF T (7)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF T (7)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE CIRC TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA

KELAS V DI DESA PENARUKAN

Putu Agus Kuswandana

1)

, Nyoman Dantes

2)

, I Gede Margunayasa

3) )

3 , 1

Jurusan PGSD,

2)

Jurusan BK, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: aguskuswandana@rocketmail.com

1)

; dantes_nyoman@yahoo.co.id

2)

;

pakgun_pgsd@yahoo.com

3)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa SD kelas V di Desa Penarukan. Penelitian ini tergolong eksperimen semu dengan desain post-test only control group design. Populasi penelitian adalah semua SD yang ada di Desa Penarukan khusunya siswa kelas V yang berjumlah 109 orang, sedangkan sampel penelitian adalah SD No. 5 Penarukan dan SD No. 3 Penarukan sebanyak 44 orang yang diambil secara random. Data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji-t.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model konvensional pada mata pelajaran IPS siswa kelas V pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 SD di Desa Penarukan. Hal ini ditunjukkan oleh thitung 11,84 > ttabel 2,021. Skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC yaitu 17,42 yang berada pada kategori tinggi dan siswa yang belajar menggunakan model konvensional yaitu 13,91 yang berada pada kategori sedang. Hal itu berarti model pembelajaran kooperatif tipe CIRC berpengaruh terhadap hasil belajar IPS Siswa SD di Desa Penarukan daripada model konvensional.

Kata-kata kunci : model pembelajaran CIRC, hasil belajar

Abstract

This research aims to determine the differences of social studies learning outcomes between students who were used the cooperative learning CIRC model and students who were used conventional learning models in grade V elementary school in the Penarukan village. This research was kind of quasi-experimental study with post test only control group design. This study used all students in the Penarukan village especially grade V students totaling 109 students , while the sample is SD No. 5 Penarukan and SD No. 3 Penarukan there are 44 students taken at random . Data collected on students learning outcomes with the test metod. Data were analyzed using descriptive analysis techniques and t-test. The result of study showed that there was a significant differences students learning outcomes between students who were used cooperative learning CIRC model and a students who were used conventional models at grade V semester 1 in lesson 2013/2014 elementary school in the Penarukan village. It showed that 11.84 t hitung > t tabel 2.021 . The mean score obtained by the students who were used cooperative learning CIRC model is 17.42 which is at the high category and students who used conventional models is 13.91 which is at the middle category . That means cooperative learning CIRC model showed effect on learning outcomes than conventional models .

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional bertujuan

untuk meningkatkan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

Pendidikan diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan, mutu

kehidupan serta dapat menghasilkan

manusia terdidik. Menurut Santyasa

(dalam Ari, 2011), Sidik (2008)

menyatakan,pendidikan adalah untuk

menyiapkan generasi muda tidak hanya

memperoleh data, informasi, dan

pengetahuan, tetapi yang lebih penting

adalah mengkonstruksi pemahaman

(understanding), menumbuhkan wawasan

(insight), dan mengembangkan kearifan

(wisdom). Selain itu juga, pendidikan

merupakan proses memproduksi sistem nilai dan budaya ke arah yang lebih baik,

antara lain dalam pembentukan

kepribadian, keterampilan dan

perkembangan intelektual siswa.

Jadi pendidikan sangatlah penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena

itu, mutu pendidikan yang tinggi

diperlukan untuk menciptakan sumber

daya manusia yang cerdas dan

profesional dalam era globalisasi ini

sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan.

Dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan tersebut, pemerintah

melakukan reformasi pendidikan, yaitu

melakukan beberapa inovasi untuk

memperbaiki pendidikan di Indonesia,

salah satunya adalah pembaharuan

kurikulum. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan

menyempurnakan kurikulum. KTSP

dikembangkan dan dirancang

berdasarkan prinsip-prinsip,(1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan

lingkungannya, (2) memperhatikan

keragaman karakteristik peserta didik,

kondisi daerah, jenjang dan jenis

pendidikan, serta menghargai dan tidak

diskriminatif, (3) tanggap terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis, (4) melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk

menjamin relevansi pendidikan dengan

kebutuhan kehidupan, termasuk di

dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja, (5)

mencakup keseluruhan dimensi

kompetensi dan disajikan secara

berkesinambungan, (6) diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar sepanjang hayat,

dan (7) dikembangkan dengan

memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. (Permendiknas No 22, 2006) Perubahan kurikulum tersebut diharapkan mampu menjadi acuan bagi guru untuk

mengarahkan proses pembelajaran

menjadi lebih bermakna. Selain itu, dari perubahan kurikulum tersebut, diharapkan

mampu merangsang siswa untuk

mengoptimalkan kemampuannya dalam proses pembelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan kurikulum dapat tercapai.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tidak hanya didapatkan di sekolah sebagai lembaga formal tetapi pendidikan bisa didapatkan pada lembaga informal dan lembaga non formal. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang diperoleh

seseorang berdasarkan pengalaman

dalam hidup sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang lahir sampai ke liang kubur di dalam lingkungan

keluarga, masyarakat atau dalam

lingkungan pekerjaan sehari-hari.

Pendidikan non formal merupakan

pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar (sengaja) dilakukan tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap/ tidak terikat oleh

jenjang pendidikan. Sedangkan

pendidikan formal merupakan badan pendidikan yang dilaksanakan di tempat

tertentu (kelas), memiliki jenjang

pendidikan yang jelas, mulai dari

pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dan bersifat sistematis.

Pendidikan formal bertujuan

sebagai tempat sumber ilmu

pengetahuan, tempat untuk

(3)

menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan sebagai bekal

hidup di masyarakat. Untuk mencapai

tujuan pendidikan formal tidak jarang ditemukan kendala-kendala dalam proses pelaksanaannya. Permasalahan seperti,

guru pengajar bidang studi dalam

menyajikan materi pembelajaran masih

didominasi dengan metode-metode

konvensional (ceramah) yaitu guru kurang

kreatif dalam upaya menggali,

menemukan atau menciptakan gagasan baru berupa metode pembelajaran yang inovatif, kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan materi

serta guru kurang memperhatikan

kemampuan awal yang dimiliki siswa. Peserta didik pasif dalam mengikuti proses pembelajaran seperti kurangnya perhatian pada materi yang diajarkan,

kurangnya kesadaran untuk belajar

sendiri, belajar dijadikan beban atau suatu

kewajiban semata bukan sebagai

kebutuhan, kurangnya usaha untuk

memperoleh pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan,

kurangnya keinginan untuk lebih

mengetahui pengetahuan atau materi yang berkaitan dengan bidang studi bersangkutan. Hal ini berdampak pada hasil belajar yang kurang optimal.

Numan Somantri (2001: 101) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara Indonesia, secara historis muncul

bersamaan dengan diberlakukannya

Kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun

1975. IPS memiliki kekhasan

dibandingkan dengan mata pelajaran lain sebagai pendidikan disiplin ilmu, yakni

kajian yang bersifat terpadu (integrated),

interdisipliner, multidimensional bahkan

cross-diciplinary. Pusat Kurikulum (2006:

5) menyatakan, Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi dari berbagai cabang

ilmu-IPS seperti sosiologi, sejarah,

geografi, ekonomi, politik, hukum dan

budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial

dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabangcabang ilmu-IPS seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum

dan budaya. Sementara itu, fungsi pengajaran IPS di SD adalah untuk

mengembangkan pengetahuan, nilai,

sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara

Indonesia.

Sumadi Suryabrata (dalam Margareta, 2011) menyatakan, Dalam melakukan proses pembelajaran guru dapat memilih beberapa model pembelajaran. Model pembelajaran banyak sekali jenisnya.

Masing-masing model mempunyai

kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu model dapat ditutup dengan model

yang lain, sehingga guru dapat

menggunakan beberapa model dalam

melakukan proses pembelajaran.

Pemilihan suatu model perlu

memperhatikan beberapa hal seperti yang disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu

yang tersedia, jumlah siswa, mata

pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran IPS yang berlangsung di SD saat ini menggunakan sistem penyampaian klasikal, yaitu sistem yang bertumpu pada aktivitas guru. Pada umumnya guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam mengajar karena mudah dilakukan dan cepat. Bertumpunya proses belajar mengajar pada guru

menimbulkan kurang tumbuh

berkembangnya sikap kemandirian belajar pada anak, sebab anak akan cenderung menganggap dirinya tergantung pada guru dan sekolah dalam belajar. Tanpa guru dan sekolah, siswa merasa tidak dapat belajar dan tidak perlu belajar secara teratur. Sikap ini bahkan dapat tumbuh dalam diri orang tuanya, sehingga sekolah dan guru dianggap sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas

keberhasilan anak dalam belajar.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas

(4)

Dari alasan di atas, maka perlu diberikan suatu model pembelajaran alternatif untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS SD di Penarukan. Salah satunya adalah model pembelajaran CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition). Model pembelajaran CIRC

termasuk salah satu model pembelajaran

cooperative learning yang pada mulanya

merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis Steven dan Slavin (dalam inayah, 2007:20). Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga

pelajaran eksak seperti pelajaran

matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe CIRC terhadap hasil belajar IPS siswa

kelas V di Desa Penarukan”

METODE

Rancangan penelitian ini penulis menggunakan desain eksperimental yang sebenarnya/eksperimen sungguhan, yaitu jenis eksperimen yang dianggap sudah

baik karena sudah memenuhi

persyaratan. Persyaratan dalam

eksperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan ikut

mendapatkan pengamatan. Desain

eksperimen ini menggunakan pola

post-test only control grup. Peneliti memberikan

perlakuan secara langsung kepada

sampel penelitian berupa pengajaran

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada

kelas eksperimen dan pengajaran

menggunakan model konvensional pada

kelas kontrol.

Populasi penelitian ini adalah semua SD yang berada di Desa Penarukan siswa kelas V yang terdiri dari 5 sekolah dasar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik random sampling.

Pengambilan sampel yang dilakukan secara acak atau random dari populasi,

yang memungkinkan setiap individu

berpeluang untuk menjadi sampel

penelitian, dengan cara rendomisasi atau dengan cara melalui undian. Kemudian ditentukan satu SD sebagai kelompok

eksperimen dan satu SD lagi sebagai kelas control yang dipilih menggunakan

tehnik random sampling. Pengumpulan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data tentang hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan tes objektif. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data serta memantapkan kualitasnya, yaitu melalui suatu langkah yang di sebut uji coba. Dari data hasil uji coba perangkat tes terpilih butir soal yang memenuhi validitas, reliabilitas. Dalam penelitian ini memilih siswa kelas V sebagai sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan tes objektif yang berupa pilihan ganda dengan menggunakan pemberian skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Tes

sebagai salah satu teknik dalam

memperoleh data, memegang peranan penting terkait dengan jenis penelitian eksperimen ini. Dengan memberikan tes akan didapatkan data yang diharapkan sebagai cerminan hasil eksperimen yang telah dilaksanakan. Tes yang digunakan merupakan tes hasil belajar. Dengan demikian materi tes mengacu pada materi pelajaran sebagai materi eksperimen.

Teknik analisis data yang

digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini yaitu uji-t sampel

independen. Hipotesis statistik yang

diajukan dan yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

melawan

Arti hipotesis tersebut adalah sebagai

berikut. artinya tidak

terdapat perbedaan hasil belajar IPS

antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas V SD di Desa Penarukan.

artinya terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) dengan siswa yang

(5)

Mo = 17,64 Md = 17,56

konvensional pada siswa kelas V SD di Desa Penarukan.

Jika terbukti bahwa kedua sampel

berdistribusi normal dan variansnya

homogen, maka dilakukan analisis uji-t

(t-test) menggunakan rumus Separated

Varians dengan taraf signifikasi 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif post-test kelompok ekperimen dengan mean 17,42, median 17,56, modus 17,64, varians 12,60, standar deviasi 3,55, hubungan antara M, Md dan Mo menunjukanan bahwa mean lebih kecil daripada median dan median lebih kecil

daripada modus (M<Md<Mo), yaitu

17,42<17,56<17,64. Dengan demikian sebaran data hasil belajar IPS kelas eksperimen adalah kurva juling negatif. Hal ini menunjukkan bahwa skor siswa di kelas eksperimen cenderung tinggi. Rata-rata Skor hasil belajar IPS pada kelas eksperimen adalah sebesar 17,42. Jika rata-rata skor dikonversikan pada tabel PAP skala lima data hasil belajar IPS siswa, rata-rata skor kelas eksperimen

berada pada kategori baik. Secara visual

data hasil belajar IPS pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1.

0

Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Eksperimen

Sedangkan hasil analisis data statistik deskriptif post-test kelompok kontrol dengan mean 13,91, median 13,56, modus 12,79, varians 12,46, standar deviasi 3,53, hubungan antara M,

Md dan Mo pada kelas kontrol

menunjukanan bahwa mean lebih besar daripada median dan median lebih besar

daripada modus (M>Md>Mo), yakni

13,91>13,56>12,79. Dengan demikian sebaran data hasil belajar IPS kelas kontrol adalah kurva juling positif. Hal ini menunjukkan bahwa skor siswa di kelas

kontrol cenderung rendah. Rata-rata skor kemampuan hasil belajar IPS pada kelas kontrol adalah sebesar 13,91. Jika rata-rata skor dikonversikan pada tabel PAP skala lima data hasil belajar IPS siswa, rata-rata skor kelas kontrol berada

pada kategori sedang. Apabila

divisualisasikan ke dalam bentuk kurva, maka tampak pada Gambar 2.

0 Belajar IPS Kelompok Kontrol

Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. Terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap data skor hasil belajar IPS siswa. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa

kedua sampel tersebut bedistribusi

normal. Uji normalitas data hasil belajar

IPS dianalisis menggunakan uji

Chi-Square (

2) dengan kriteria apabila

2

hitung <

2

tabel maka data hasil belajar

IPS siswa berdistribusi normal. Uji

normalitas dilakukan untuk menguji

apakah suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau menyelidiki

bahwa f0 (frekuensi yang diperoleh dari

sampel) dari gejala-gejala yang diselidiki

tidak menyimpang secara signifikan dari fh

(frekuensi yang diharapkan) dalam

distribusi normal teoritik. Uji normalitas

data dilakukan terhadap data hasil post-

M= 17,42

(6)

test hasil belajar IPS kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

Berdasarkan dari hasil perhitungan

menggunakan rumus Chi-Square, hasil

post-test kelompok eksperimen diperoleh

X2hitung adalah 1,640 pada taraf signifikasi

5% dan dk = 2 diketahui X2tabel 5,591. Ini

berarti bahwa X2hitung < X2tabel (1,640 <

5,591), maka data hasil post-test

kelompok eksperimen berdistribusi

normal. Sedangkan hasil post-test

kelompok kontrol diperoleh X2hitung adalah

2,435 pada taraf signifikasi 5% dan dk = 2 diketahui X2tabel 5,591. Ini berarti bahwa

X2hitung < X2tabel (2,435 < 5,591), maka data

hasil post-test kelompok kontrol

berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji prasyarat

yang pertama yaitu uji normalitas,

selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas varians. Uji homogenitas varians data hasil belajar

IPS dianalisis menggunakan uji F dengan

kriteria kedua kelompok memiliki varians homogen jika Fhitung < Ftabel dengan derajat

kebebasan untuk pembilang n1–1 dan

derajat kebebasan untuk penyebut n2–1.

Homogenitas varians data hasil belajar IPS siswa dianalisis dengan uji Fisher (F) dengan kriteria kedua kelompok

memiliki varians yang homogen jika F hitung

< F tabel. Berdasarkan hasil perhitungan

yang telah dilakukan diperoleh F hitung =

0,14. Pada tabel nilai distribusi F pada taraf signifikan 5% dengan dk pembilang =

20 dan dk penyebut = 22 diperoleh F tabel =

2,07. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPS siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol mempunyai varians yang

homogen.

Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran tipe

CIRC (Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) dengan hasil belajar siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Konvensional. pada

Uji hipotesis ini menggunakan uji–t

independent (sampel tak berkorelasi). Dari

hasil uji normalitas yang menunjukkan bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah

normal, dan data hasil uji homogenitas

yang menunjukkan bahwa varians

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen serta jumlah siswa pada tiap kelas yang berbeda maka pada uji-t sampel tak berkorelasi ini digunakan rumus uji-t.

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas varians, diperoleh bahwa sebaran data hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berdistribusi

normal dan memiliki varians yang

homogen. Sehingga dapat dilanjutkan

dengan pengujian hipotesis penelitian (H1)

dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis

tersebut dilakukan dengan menggunakan

uji-t sampel independent (tidak

berkorelasi). Karena ukuran sampel

berbeda (n1≠n2) maka dipergunakan

siswa diperoleh thitung = 11,84. Sedangkan

ttabel untuk db = 42 (db = n1 + n2 – 2)

dengan taraf signifikan 5% menunjukkan ttabel = 2,021. Hal ini berarti thitung > ttabel.

Berdasarkan kriteria pengujian, maka H0

ditolak dan H1 diterima artinya terdapat

perbedaan prestasi belajar yang signifikan

antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooeratif tipe CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) dan siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model

konvensional. Dilihat dari nilai rerata hitung, ternyata rerata skor hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) lebih tinggi dibandingkan

rerata skor hasil belajar IPS siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model konvensional. Ini berarti pembelajaran

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) berpengaruh terhadap hasil

(7)

Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis menyangkut pembahasan tentang hasil belajar IPS pada siswa kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dalam pembelajaran

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan

kelompok kontrol yang diberikan

perlakuan dalam pembelajaran dengan menggunakan model konvensional.

Secara deskriptif, hasil belajar IPS siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen. Hal ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPS siswa dan kecenderungan skor hasil belajar IPS siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPS siswa pada kelompok eksperimen adalah 17,42 sehingga berada pada katagori tinggi. Sedangkan rata-rata skor hasil belajar IPS siswa pada kelompok kontrol adalah 13,91 dan berada pada katagori sedang. Jika skor hasil belajar IPS kelompok eksperimen siswa digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif

yang artinya sebagian besar skor

cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor hasil belajar IPS digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa sebaran data merupakan juling positif

yang artinya sebagian besar skor

cenderung rendah.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians. Hasil uji normalitas mengatakan bahwa varian

berdistribusi normal dengan hasil post-test

kelompok eksperimen diperoleh X2hitung

adalah 1,640 pada taraf signifikasi 5% dan dk = 2 diketahui X2tabel 5,591. Ini berarti

bahwa X2hitung < X2tabel (1,640 < 5,591),

maka data hasil post-test kelompok

eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan hasil post-test kelompok

kontrol diperoleh X2hitung adalah 2,435 pada

taraf signifikasi 5% dan dk = 2 diketahui X2tabel 5,591. Ini berarti bahwa X2hitung <

X2tabel (2,435 < 5,591), maka data hasil

post-test kelompok kontrol berdistribusi

normal.

Berdasarkan uji homogenitas data varians berdistribusi normal. Homogenitas varians data hasil belajar IPS siswa

dianalisis dengan uji Fisher (F) dengan kriteria kedua kelompok memiliki varians yang homogen jika F hitung < F tabel.

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah

dilakukan diperoleh F hitung = 0,14. Pada

tabel nilai distribusi F pada taraf signifikan 5% dengan dk pembilang = 20 dan dk

penyebut = 22 diperoleh F tabel = 2,07.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar IPS siswa pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

mempunyai varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji-t dengan menggunakan rumus polled varians, diperoleh t hitung =,

11,84 dan t tabel = 2,021 untuk db = 44

dengan taraf signifikan 5%. Hasil

perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha

diterima. Hal ini berarti, terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar

IPS antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe CIRC berpengaruh

terhadap hasil belajar IPS siswa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Penelitian yang relevan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe CIRC telah dilakukan oleh Nurul Inayah (2007) yang

berjudul “Keefektifan Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC

(Cooperatife Integrated Reading and

Composition) Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Pada Pokok

Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Semarang Tahun Ajaran

2006/2007”. Menunjukan terdapat

perbedaan yang signifikan, hasil belajar

antara siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model

peembelajaran kooperatif tipe CIRC dan

siswa yang mengikuti pembelajaran

menggunakan model pembelajaran

(8)

demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil post-test, ternyata rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

I Gede Ari Yogantara yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran

kooperatif Tipe CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Compotition)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas IV Semester II SD No 3 Sukadana Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2010/2011”, mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 14,39% sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif CIRC dapat meningkatkan hasil belajar Matematika.

Berbagai macam temuan yang

didapatkan dalam pelaksanaan

pembelajaran dalam kelas eksperimen diantaranya: 1) siswa lebih senang jika

diajak berdiskusi dalam proses

pembelajaran, 2) siswa lebih aktif dalam memecahkan persoalan yang dierikan oleh guru, karena dalam pembahasannya siswa lebih banyak bertukar pendapat dengan pasangannya, 3) siswa lebih menghayati dan mampu memberikan contoh-contoh nilai yang terdapat dalam linkungannya, khusunya tentang rasa kekeluargaan. Sedangkan dalam kelas

kontrol temuan yang didapatkan

diantaranya: 1) siswa masing sangat bergantung dari informasi daru guru, 2) beberapa siswa tidak terlalu berpartisifasi dalam pembelajaran, 3) siswa hanya membahas materi yang ada pada buku saja tanpa mengaitkan dengan kehidupan

sehari-hari. Adanya temuan-temuan

tersebut dapat memperjelas bahwa model pembelajaran konvensional kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Meningkatnya hasil belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC disebabkan oleh perlakuan dalam

proses pembelajaran. Dalam

pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

terdapat beberapa kelebihan, yaitu (1) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, (2) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, (3)

siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok, (4) para siswa dapat memahami makna soal dan

saling mengecek pekerjaannya, (5)

membantu siswa yang lemah (6)

meningkatkan hasil belajar khususnya

dalam menyelesaikan soal yang

berbentuk pemecahan masalah Slavin (dalam Inayah, 2007). Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5

siswa. Dalam kelompok ini tidak

dibedakan atas jenis kelamin,

suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa merasa

cocok satu sama lain. Dengan

pembelajaran kooperatif, diharapkan para siswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi berdasarkan pada

delapan komponen diantaranya (1).

Teams, yaitu pembentukan kelompok

heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa;

(2). Placement test, misalnya diperoleh

dari rata-rata nilai ulangan harian

sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu;

(3). Student creative, melaksanakan tugas

dalam suatu kelompok dengan

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya; (4). Team

study, yaitu tahapan tindakan belajar yang

harus dilaksanakan oleh kelompok dan

guru memberikan bantuan kepada

kelompok yang membutuhkannya; (5).

Team scorer Team scorer, yaitu

pemberian skor terhadap hasil kerja

kelompok dan memberikan kriteria

penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam

menyelesaikan tugas; (6). Teaching

group, yakni memberikan materi secara

singkat dari guru menjelang pemberian

tugas kelompok; (7). Facts test, yaitu

pelaksanaan test atau ulangan

berdasarkan fakta yang diperoleh siswa;

(8). Whole-class units, yaitu pemberian

(9)

pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Karakteristik yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran di kelas karena siswa tidak hanya terpaku mendengarkan penjelasan yang diberikan guru, tetapi siswa dapat berdiskusi dan bersama-sama memecahkan persoalan IPS dengan siswa lain. Selain dapat memecahkan masalah persoalan IPS dengan teman

diskusi pembelajaran dengan model

kooperatif tipe CIRC dapat membantu siswa yang lemah dan siswa menjadi lebih teliti dalam mengerjakan persoalan IPS.

Hasil penelitian ini memberikan

implikasi bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif CIRC pada

pembelajaran IPS dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil belajar IPS siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) dan siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas V di Desa Penarukan. Hal ini dilihat dari rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata

kelompok kontrol ( ).

Adanya perbedaan yang signifikan

menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe CIRC (Cooperatif

Integrated Reading and Compotition)

berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa.

Berdasarkan simpulan di atas dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut. Kepada siswa, diharapkan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kepada guru, dalam proses

pembelajaran dengan melihat

keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC

(Cooperatif Integrated Reading and

Compotition) guru diharapkan dapat

mengimplementasikannya sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Kepala sekolah diharapkan mampu memfasilitasi

rekan-rekan guru lainnya agar mampu

menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif. Kepada peneliti lainnya diharapkan mencoba kembali untuk melakukan penelitian yang

dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe agar teori ini benar-benar teruji keefektifannya untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Ari Yogantara, I Gede. 2011. Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Compotition) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas IV

Semester II SD No 3 Sukadana

Kecamatan Kubu Kabupaten

Karangasem Tahun Pelajaran

2010/2011. Skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP

Undiksha.

Inayah, Nurul. 2007. Keefektifan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ (Cooperatife

Integrated Reading And

Composition) Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas Vii Smp Negeri 13

Semarang Tahun Ajaran

2006/2007. skipsi (tidak

diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Margareta Purnamasari, Ni Putu Evi.

2011. Pengaruh Penerapan

Metode Pembelajaran PROBLEM

SOLVING Dalam Komunitas

Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA Pada Siswa SD Negeri 3 Dauhwaru Kelas IV Semester I

Tahun Ajaran 2011/2012

Kabupaten Jembrana. skripsi (tidak

diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP

(10)

Numan Somantri. 2001. Menggagas

pembaharuan pendidikan IPS.

Bandung: Remaja Rosdakarya

Permendiknas No 22. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Pusat Kurikulum. 2006. Model

pengembangan silabus mata

pelajaran dan rencana

pelaksanaan pembelajaran IPS

terpadu. Jakarta.

Sidik, M H. 2008. Penerapan model

pembelajaran konstruktivisme

untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai energi gerak di

kelas III SD Negeri I

Cilengkranggirang Kecamatan

Pasaleman Kabupaten Cirebon.

Skripsi. (tidak diterbitkan). Program

S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Gambar

Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil Belajar IPS Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah tandan bunga yang terbentuk pada kedua varietas dari umur 4 MST hingga 11 MST sangat berbeda nyata (Tabel 4) Komposisi media tanam yang digunakan juga

Dengan kata lain, menyampaikan tujuan dan kriteria sukses, menyediakan pertanyaan efektif, menyediakan kesempatan untuk melaku- kan penilaian diri dan sejawat adalah serangkaian

Wawancara ekslusif dengan Bpk. Kiman selaku petani di Desa Asempapan.. yang baik adalah penggantian manfaat lahan diserahkan ketika akad berlangsung dan penggarapan lahan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran Box, Board, and Manga (BBM) pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) siswa kelas

PELAJARAN PRODUKTIF DAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017. Skripsi, Surakarta: Fakultas

Judul : Hubungan Antara Dimensi Uncertainty Avoidance dengan Sikap Terhadap Perubahan (Studi pada Karyawan BUMN Z yang Bersuku Jawa).. Memasuki era globalisasi, salah satu

Dasar Ilmu Pen an Proses Baha Juli 2012 bel coaxial RF buatan Ea elektrikal se Input AC Supply Power Fact Efficiency Output DC Output DC Output Gambar 9. BIRD Direc Gambar

Beberapa temuan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepribadian ( personality ) dengan sensitivitas lingkungan