• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyek Kelompok Untuk Peningkatan Pengan Bermatematika Siswa Sekolah Menengah Atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proyek Kelompok Untuk Peningkatan Pengan Bermatematika Siswa Sekolah Menengah Atas"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Proyek Kelompok

Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan keja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.

2.1.1 Defenisi metode proyek kelompok

Menurut Bell (2010), ada beberapa pengertian mengenai model pembelajaran berbasis proyek yaitu sebagai berikut :

1. Project based learning is curriculum fueled and standards based. Model pem-belajaran berbasis proyek merupakan model pempem-belajaran yang menghenda-ki adanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kuriku-lum;

2. Project based learning asks a question or poses a problem that each student can answer. Model Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembe-lajaran yang menuntut pengajar atau peserta didik mengembangkan per-tanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berba-sis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk meng-gali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memu-ngkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun;

(2)

3. Project Based Learning asks students to investigate issues and topics ad-dressing real-world problems while integrating subjects across the curricu-lum. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat jembatan yang menghubungkan an-tar berbagai subjek materi. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek meru-pakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata;

4. Project based learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan pemahaman peserta didik dalam mela-kukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masa-lah yang bermakna, pemecahan masamasa-lah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk mere-fleksi apa yang mereka pelajari dalam pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa.

(3)

pembe-lajaran berbasis proyek juga mendapat dukungan teoretis yang bersumber dari konstruktivisme sosial yang memberikan landasan pengembangan kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi antarpersonal (Vygotsky, 1978). Adanya pelu-ang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orpelu-ang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada orang lain, adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat membantu proses konstruksi pengetahuan. Dari perspektif teori ini pembelajaran dengan menggunakan metode proyek kelompok dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan dan memecahkan masalah se-cara kolaboratif.

2.1.2 Sintaks metode proyek kelompok

Dalam model ini ada beberapa sintaks (langkah-langkah) yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Penentuan pertanyaan mendasar (start with the essential question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai de-ngan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik;

2. Mendesain perencanaan proyek (design a plan for the project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara meng-integrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan ba-han yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek;

3. Menyusun jadwal (create a schedule)

(4)

dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara;

4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (monitor the students and the progress of the project)

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap roses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting;

5. Menguji hasil (assess the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur keterca-paian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing pe-serta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun strategi pem-belajaran berikutnya;

6. Mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan re-fleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, se-hingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

(5)

keber-hasilan proyek siswa. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui ko-laborasi dalam tim menyebabkan pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang siswa miliki dalam kerja tim mereka. Pembela-jaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan keterampilan dan kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu in-teraksi hubungan antar pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para siswa.

2.2 Pengalaman Dalam Pembelajaran Matematika

Pengertian pengalaman belajar adalah Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh guru. Istilah pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara pebelajar dengan kondisi eksternal di lingkungan yang ia reaksi. Belajar melalui perilaku aktif siswa; yaitu apa yang dilakukan saat siswa belajar, bukan apa yang dilakukan oleh guru.

Caswel dan Campbell (1935) mengatakan bahwa tersusun atas semua pe-ngalaman yang telah dimiliki oleh siswa dibawah bimbingan guru. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa:

1. Pengalaman belajar pengalaman mengacu kepada interaksi pebelajar de-ngan kondisi eksternalnya, bukan konten pelajaran;

2. Pengalaman belajar mengacu kepada belajar melaui perilaku aktif siswa;

3. Pelajar akan dimiliki oleh siswa setelah dia mengikuti kegiatan belajar-mengajar tertentu;

4. Pengalaman belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa;

(6)

atau data yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk menentukan tingkat pencapaian hasil belajar siswa.

Memahami teori tentang bagaimana orang belajar serta kemampuan mene-rapkannya dalam pengajaran matematika merupakan persyaratan penting untuk menciptakan proses pengajaran yang efektif. Berbagai studi tentang perkemba-ngan intelektual manusia telah menghasilkan sejumlah teori belajar yang sangat bervariasi. Walaupun di antara para ahli psikologi, ahli teori belajar, dan para pendidik masih terdapat banyak perbedaan pemahaman tentang bagaimana orang belajar serta metoda paling efektif untuk terjadinya belajar, akan tetapi di an-tara mereka terdapat juga sejumlah kesepahaman. Menurut Bell (1978), tiap teori dapat dipandang sebagai suatu metoda untuk mengorganisasi serta mempelajari berbagai variabel yang berkaitan dengan belajar dan perkembangan intelektual, dan dengan demikian guru dapat memilih serta menerapkan elemen-elemen teori tertentu dalam pelaksanaan pengajaran di kelas.

Bagaimana matematika seharusnya dipelajari? Pertanyaan ini nampaknya sederhana, akan tetapi memerlukan jawaban yang tidak sederhana. Karena pan-dangan guru tentang proses belajar matematika sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka melakukan pembelajaran di kelas, maka mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan belajar matematika harus menjadi prioritas bagi para pendidik matematika.

(7)

Pada tahap ikonik, anak sudah mampu berfikir representatif yakni dengan menggunakan gambar atau turus. Pada tahap ini mereka sudah bisa berfikir ver-bal yang didasarkan pada representasi benda-benda kongkrit. Selanjutnya pada tahap simbolik, anak sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau melakukan manipulasi dengan menggunakan simbol-simbol.

Dienes (1969) berpandangan bahwa belajar matematika itu mencakup li-ma tahapan yaitu berli-main bebas, generalisasi, representasi, simbolisasi, dan for-malisasi. Pada tahap bermain bebas anak biasanya berinteraksi langsung de-ngan benda-benda kongkrit sebagai bagian dari aktivitas belajarnya. Pada tahap berikutnya, generalisasi, anak sudah memiliki kemampuan untuk mengobservasi pola, keteraturan, dan sifat yang dimiliki bersama. Pada tahap representasi, anak memiliki kemampuan untuk melakukan proses berfikir dengan mengguna-kan representasi obyek-obyek tertentu dalam bentuk gambar atau turus. Tahap simbolisasi, adalah suatu tahapan dimana anak sudah memiliki kemampuan un-tuk menggunakan simbol-simbol matematik dalam proses berfikirnya. Sedangkan tahap formalisasi, adalah suatu tahap dimana anak sudah memiliki kemampuan untuk memandang matematika sebagai suatu sistem yang terstruktur. Berdasar-kan tiga pandangan yang dikemukaBerdasar-kan oleh Piaget, Bruner, dan Dienes, dapat diperoleh hal-hal berikut ini.

Anak dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar dan kesempatan untuk mengemukakan ide-ide merupakan hal yang sangat esensial dalam proses tersebut.

1. Terdapat sejumlah karakteristik dan tahapan berfikir yang teridentifikasi dan dapat dipastikan bahwa anak melalui tahapan-tahapan tersebut;

2. Belajar bergerak dari tahapan yang bersifat kongkrit ke tahapan lain yang lebih abstrak;

3. Kemampuan untuk menggunakan simbol serta representasi formal secara alamiah berkembang mulai dari tahapan yang lebih kongkrit;

(8)

tersebut adalah merupakan implikasi dari teori belajar yang telah dikemukakan sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Semoga Seminar Internasional Bahasa dan Sastra Austronesia dan Nonaustronesia yang diselenggarakan oleh Program Studi Magister (S-2) dan Doktor (S-3) Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu

Pengembangan teknologi pengolahan sayuran utama (cabai dan kentang ) ramah lingkungan melalui pemberdayaan petani di Kabupaten Merangin adalah pembuatan dodol kentang, saus

Pada semua pengujian ini didapat bahwa variasi putaran berpengaruh pada keseragaman ukuran panjang hasil pencacahan/penghancuran, dimana pada putaran besar

Hipotesis yang menjadi asumsi awal penelitian adalah bahwa ada hubungan antara penguasaan kosakata bahasa Indonesia dan kemampuan memahami unsur intrinsik cerita

Pada penelitian ini tingkat pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan baik, dikarenakan remaja sekarang lebih cepat mendapatkan informasi dari media masa

UUKPKPU secara tegas menyatakan bahwa pernyataan kepailitan tidak menghilangkan pelaksanaan hak preferen yang diberikan oleh undang-undang dalam ketentuan Pasal 56 ayat

Makna Budaya Belis Dalam Perkawinan Adat Bagi Masyarakat (Studi Di Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur) adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik

Ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang rokok terhadap keinginan merokok di masa depan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah YAPPI Paliyan Gunungkidul, hal ini