• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Diterbitkan oleh

Akademi Kebidanan Mardi Rahayu

Kudus

Vol. 6, No. 1

Januari 2016

ISSN 2088-4109

ISSN : 2088-4109

Vol. 6, No. 1 Hal. 1-72 Januari 2016Kudus

HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF

Nur Sri Atik, Mestuti Hadi, Ika Sari Kristiani

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS

Hesti Novia Rosalina, Dini Enggar Wijayanti, Rifa Caturiningsih

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG FIBROADENOMA MAMMAE DI SMA MASEHI KUDUS

Linda Puspita Jati, Ika Sari Kristiani, Dewi Endah Kusumaningtyas

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI HORMONAL DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS

Lusiana Dewi, Kudarti, Reny Siswanti

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI DI BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS

Oktorida Muktianingsih, Kudarti, Ika Sari Kristiani

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMI GRAVIDA TENTANG KETIDAKNYAMANAN TRIMESTER 1 (SATU) DI BPM HANDAYANI JEPANG PAKIS KUDUS.

Riska Krisnawati, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik

TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-45 TAHUN MENGHADAPI MASA PREMENOPAUSE DI DESA TUMPANG KRASAK KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

Salis Nur Hidayah, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI SMA MASEHI KUDUS

(2)

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Vol. 6, No. 1 Januari 2016

Susunan Dewan Redaksi

(Editorial Team)

Ketua Dewan Redaksi (Editor in Chief) :

Kudarti, S.SiT, M.Kes

Dewan Redaksi (Editorial Board) :

Kudarti, S.SiT, M.Kes Dewi Endah Kusumaningtyas, SST;

Ratna Widhayanti, SST;

Administrasi Redaksi (Administration) :

Agus Supriyanto

Penerbit (Publisher): AKBID Mardi Rahayu

Alamat Redaksi

Jl. KH. Wahid Hasyim 89 Kudus Telp./Fax. : (0291) 445979 Email : akbidmr@yahoo.co.id

Website : http://akbidmr.ac.id/layanan/e-jurnal

Jurnal Kebidanan dan Kesehatan terbit satu kali dalam setahun

Jurnal Kebidanan dan

Kesehatan

Vol. 6, No. 1 Hal. 1 – 72 Kudus

Januari 2016

ISSN 2088-4109

Jurnal Kebidanan dan Kesehatan (Journal Of Midwifery And Health) merupakan wadah atau sarana yang menerbitkan tulisan ilmiah hasil-hasil penelitian maupun non hasil penelitian di bidang kebidanan dan kesehatan yang belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses penerbitan di jurnal-jurnal ilmiah lain. Redaksi berhak mengubah tulisan tanpa mengubah maksud atau substansi dari naskah yang dikirimkan. Naskah yang belum layak diterbitkan dalam Jurnal Kebidanan dan Kesehatan tidak dikembalikan kepada pengirimnya,kecuali atas permintaan dari penuliis yang bersangkutan

(3)

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Vol. 6, No. 1 Januari 2016

HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF

Nur Sri Atik, Mestuti Hadi, Ika Sari Kristiani

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS

Hesti Novia Rosalina, Dini Enggar Wijayanti, Rifa Caturiningsih

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG FIBROADENOMA MAMMAE DI SMA MASEHI KUDUS

Linda Puspita Jati, Ika Sari Kristiani, Dewi Endah Kusumaningtyas

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI HORMONAL DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS

Lusiana Dewi, Kudarti, Reny Siswanti

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI DI BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS

Oktorida Muktianingsih, Kudarti, Ika Sari Kristiani

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMI GRAVIDA TENTANG KETIDAKNYAMANAN TRIMESTER 1 (SATU) DI BPM HANDAYANI JEPANG PAKIS KUDUS.

Riska Krisnawati, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik

TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-45 TAHUN MENGHADAPI MASA PREMENOPAUSE DI DESA TUMPANG KRASAK KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

Salis Nur Hidayah, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI SMA MASEHI KUDUS

Yunita Dwi Karlinda, Ika Sari K, S.SiT, Dewi Endah K, SST

Diterbitkan oleh

Akademi Kebidanan Mardi Rahayu Kudus

Jurnal Kebidanan dan

Kesehatan

Vol. 6, No. 1 Hal. 1 – 72 Kudus

Januari 2016

ISSN 2088-4109

(4)

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Vol. 6, No. 1 Januari 2016

DAFTAR ISI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF

Nur Sri Atik, Mestuti Hadi, Ika Sari Kristiani ... 1 - 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS

Hesti Novia Rosalina, Dini Enggar Wijayanti, Rifa Caturiningsih ... 11-16

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG FIBROADENOMA MAMMAE DI SMA MASEHI KUDUS

Linda Puspita Jati, Ika Sari Kristiani, Dewi Endah Kusumaningtyas ... 17 - 22

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI HORMONAL DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS

Lusiana Dewi, Kudarti, Reny Siswanti ... 23 - 28

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI DI BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS

Oktorida Muktianingsih, Kudarti, Ika Sari Kristiani ... 29 - 44

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL PRIMI GRAVIDA TENTANG KETIDAKNYAMANAN TRIMESTER 1 (SATU) DI BPM HANDAYANI JEPANG PAKIS KUDUS.

Riska Krisnawati, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik ... 45 - 53

TINGKAT KECEMASAN WANITA USIA 40-45 TAHUN MENGHADAPI MASA PREMENOPAUSE DI DESA TUMPANG KRASAK KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS

Salis Nur Hidayah, Mestuti Hadi, Nur Sri Atik ... 54 - 64

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI SMA MASEHI KUDUS

(5)

1

HUBUNGAN KARAKTERISTIK BIDAN DAN MOTIVASI DENGAN PENCAPAIAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF

RELATIONSHIP MIDWIFE CHARACTERISTICS AND

MOTIVATION WITH ACHIEVEMENT ASI EXCLUSIVE COVERAGE

Nur Sri Atik, SST, M.Kes1, Mestuti Hadi, SKM, MM.Kes2, Ika Sari Kristiani, S.SiT3

Program Studi D III Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu hanansa_atik@yahoo.co.id

Program Studi D III Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu mestutihadi@yahoo.com

Program Studi D III Kebidanan, Akademi Kebidanan Mardi Rahayu ikasari_05@yahoo.com

ABSTRACT

Breastfeeding is the way infant feeding ideal, generating healthy growth and development in infants and is also an integral part of the reproductive process with important implications for the health of the mother. During lactation, health workers are the most reliable source of information by parents. The role of an advisory birth attendants significantly affect breastfeeding in the first day of the birth of the baby and the support of health professionals has a significant influence on the duration of breastfeeding. This achievement is still far from the target of the Indonesian government which define at least 80% of mothers exclusively breastfeed their babies, namely breast milk without any other food or beverage from birth until the baby is 6 months old. The Government in 2012 has designed programs Action Plan Acceleration Exclusive Breastfeeding 2012-2014 which aims to accelerate the achievement of the scope of exclusive breastfeeding (0-6 months) from 61.5% in 2010 to 80% in 2014. Based on data from the profiles Kudus district health offices, known exclusive breast milk coverage reached 26.4% and this is below the target of national coverage of 80%.

The purpose of this study was to analyze the relationship between the characteristics (age, education, work and residence time) and motivation by the coverage of exclusive breastfeeding by midwives in the region of the Kudus district health centers. The method used in this study using observational analytic design with cross sectional approach. This research method is used to solve and answer the problems that exist now and to examine the relationship of one variable to another variable that is indicated by the magnitude of the correlation coefficient.

The results showed that there was no relationship between age, education, length of service and residence with the coverage of exclusive breastfeeding but there is a relationship between the midwife motivation with the coverage of exclusive breastfeeding. Thus it can be recommended for health centers in order to increase the motivation of midwives in the attainment of exclusive breastfeeding by training / refreshing return, and supervision can give rewards to midwives who are able to achieve coverage of exclusive breastfeeding in accordance with the target.

(6)

2 PENDAHULUAN

Menyusui adalah cara pemberian makanan pada bayi yang ideal, menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat pada bayi dan juga merupakan bagian integral dalam proses reproduksi dengan implikasi yang penting untuk kesehatan ibu. Selama masa menyusui, tenaga kesehatan merupakan sumber informasi yang paling diandalkan oleh orangtua. Peranan penolong persalinan sebagai penasihat berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI di hari pertama kelahiran bayi dan dukungan tenaga kesehatan memiliki pengaruh signifikan pada lamanya pemberian ASI.

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kebijakan nasional yang cukup baik dalam memastikan dukungan tenaga kesehatan terhadap keberhasilan ibu menyusui. Dua kebijakan terbaru yang sangat diharapkan dampaknya bagi peningkatan angka cakupan pemberian ASI adalah UU No. 36 tahun 2009

tentang Kesehatan dan PP No. 33 tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Namun, implementasi kebijakan nasional tersebut belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia yang masih rendah. Berdasarkan data World Breastfeeding

Trends Initiative 2012 tentang kondisi

menyusui di 51 negara berdasarkan pengukuran indikator yang telah ditetapkan, Indonesia urutan ke 49 dari 51 negara dengan angka menyusui hanya sebesar 27,5%4. Pencapaian ini masih jauh dari target pemerintah Indonesia yang menetapkan sekurangnya 80% ibu menyusui bayinya secara eksklusif, yaitu ASI tanpa makanan ataupun minuman lainnya sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan.

Pemerintah di tahun 2012 telah merancang program Rencana Aksi Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif 2012-2014 yang bertujuan untuk mempercepat pencapaian cakupan pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan)

(7)

3

dari 61,5% pada tahun 2010 menjadi 80% pada tahun 2014. Gerakan sadar menyusui ini justru sering terhadang kendala orang terdekat, entah suami atau keluarga. Selain itu tempat kerja, bidan atau petugas kesehatan lainnya juga berandil sangat besar terhadap tercapainya program tersebut. Bidan sangat popular di kalangan ibu-ibu. Tidak sedikit wanita melahirkan di Rumah Sakit Bersalin dengan mengandalkan bidan untuk membantu proses kelahiran. Bahkan bidan sering lebih dikenal ibu-ibu hamil dibanding dokter kandungan. Maka, peran bidan cukup sentral dalam mensosialisasikan pemberian ASI eksklusif ini. Sebagai bagian dari tenaga kesehatan, bidan juga dokter diwajibkan memberikan pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif tersebut. Kalangan ini diminta melaksanakan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Peran bidan terhadap pemberian ASI eksklusif ini sangat penting tidak hanya bagi bayi tetapi juga bagi ibu yang menyusui. Pemberian ASI

diharapkan bisa membantu pereko-nomian Indonesia yang sedang mengalami krisis ekonomi, sedangkan bagi perusahaan tempat ibu bekerja, pemberian ASI dapat menghemat biaya pengobatan, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra perusahaan sekaligus dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

Dukungan bidan dalam pemberian ASI dapat mencegah atau menghindari berbagai kesulitan umum dalam pemberian ASI eksklusif. Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI eksklusif dapat diberikan dengan meyakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya serta membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Dukungan bidan dalam mensosialisasikan ASI dapat dimulai sejak kehamilan terjadi. Setidaknya ibu hamil mengikuti 2 kali kelas antenatal yang menjelaskan keuntungan ASI dan bagaimana cara sukses menyusui saat

(8)

4

kelahiran terjadi. Mempersiapkan ibu hamil yang kelak akan menyusui mempengaruhi keberhasilan menyusui. Edukasi mengenai pentingnya air susu ibu harus didapatkan oleh setiap ibu hamil sebelum kelahiran terjadi. Bila semua petugas kesehatan menerapkan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui, maka dijamin dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak, sesuai dengan MDGs (Millenium Development Goals). Peran tenaga kesehatan di ruang perawatan ibu dan bayi sangat besar, agar setiap bayi yang dipulangkan harus menyusui.

Berbagai alasan yang mengatakan pemberian ASI eksklusif di tempat pelayanan klinik/rumah bersalin sangat tergantung bidan. Hal ini disebabkan bidan adalah orang pertama yang membantu dan memotivasi ibu bersalin melakukan pemberian ASI eksklusif tersebut. Proses terjadinya motivasi biasanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri /faktor internal dan dari luar diri/faktor eksternal (Hicks dan Gullet,

2002). Motivasi bidan dalam pelayanan dan pemeliharaan ASI dapat dikatakan mempunyai peranan besar, karena persiapan menyusui dari masa kehamilan sudah dapat dibentuk, ibu-ibu yang memeriksakan kehamilannya ke bidan sudah dapat diberikan informasi mengenai ASI eksklusif.

Berdasarkan data dari profil dinas kesehatan kabupaten kudus, diketahui cakupan Asi Esklusif baru mencapai 26,4% dan hal ini dibawah target cakupan secara nasional yaitu 80%. Sementara di 4 puskesmas wilayah kabupaten Kudus pada tahun 2012 diketahui cakupan ASI Eksklusif dari puskesmas Gribig (1,9%), puskesmas Puskesmas jepang (2,6%), puskesmas Purwosari (3,1%) dan puskesmas Gondosari (5,2%).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan desa di wilayah kerja

(9)

5

puskesmas Kabupaten Kudus yang berjumlah 132 bidan desa, dengan sanpel dalam penelitian ini adalah bidan desa di wilayah kerja puskesmas Kabupaten Kudus sejumlah 44 bidan desa. Dalam penelitian ini menggunakan teknik Proportioned Stratified Random sampling. Populasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu puskesmas dengan cakupan tinggi, sedang dan rendah. Tehnik Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan TehnikAnalisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tehnik Chi-Square yaitu membandingkan frekuensi yang di observasi dengan frekuensi harapan menggunakan program SPSS.

HASIL PENELITIAN DAN

BAHASAN

Penelitian ini dilakukan di 9 Puskesmas wilayah kerja Kabupaten Kudus yang jumlah keseluruhan terdapat 19 Puskesmas. Diambil 9 puskesmas yang mempunyai cakupan ASI eksklusif rendah, sedang dan

tinggi (profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus 2014) yaitu Puskesmas Jati, Jepang, Mejobo, Dawe, Rejosari, Gondosari, Bae, Ngembal Kulon, Jekulo, dimana setiap Puskesmas mempunyai 4 – 6 bidan Desa

a. Hubungan antara umur dengan cakupan ASI eklusif

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 1.319 a 1 .251 Continuity Correctionb .164 1 .685 Likelihood Ratio 2.013 1 .156 Fisher's Exact Test .515 .371 Linear-by-Linear Association 1.289 1 .256 N of Valid Casesb 44

Berdasarkan hasil analisis data pada variabel umur menunjukkan bidan paling banyak mempunyai usia kurang dari 30 tahun. Hasil analisis uji Chi –

umur Cakupan Sesuai standar Tidak sesuai standar Jumlah <30 tahun 2 25 27 >30 tahun 0 17 17 Total 2 42 44

(10)

6

Square didapatkan hasil p Value > 0.05 (0,256). Sehingga dapat tidak ada hubungan antara umur dengan cakupan.

Hal ini tidak sejalan teori yang mengatakan produktiitas sesorang akan semakin menurun seiring bertambah-nya umur, hal ini disebabkan karena keterampilan - keterampilan fisik seperti : kecepatan, kelenturan dan koordinasi walaupun disisi lain tidak dapat dipungkiri tak jarang ditemukan semakin tua umur seseorang pengetahuannya semakin meningkat, semakin berpengalaman dan lebih bijaksana dalam pengambilan keputus-an Muctar (1994) dkeputus-an Erlina (2011)

b. Hubungan antara pendidikan dengan Cakupan ASI eksklusif

Pendidikan Cakupan ASI eksklusif Sesuai standar Tidak sesuai

Tinggi 2 42

Total 2 42

Semua responden pada penelitian ini berpendidikan tinggi yaitu D III Kebidanan, berdasarkan uji

statistik tidak ada hubungan antara pendidikan dengan cakupan asi ekslusif. Pendidikan berbanding lurus dengan pengetahuan, ini dapat didasari dengan teori menurut Notoadmodjo bahwa pengetahuan adalah hasil tahu atau pemahaman seseorang yang terjadi setelah melakukan pengindera-an terhadap suatu obyek ypengindera-ang spengindera-angat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Menurut Robin (2008) Pengetahuan sesorang memiliki hubungan yang relevan dengan sikap dan persepsi, kepribadian, nilai-nilai dan kinerja seseorang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu dasar seseorang untuk bertindak. Dengan pengetahuan yang baik, seseorang akan dapat mengambil tindakan sesuai dengan yang diyakininya. Apabila seorang bidan mempunyai pendidikan yang tinggi diharapkan bisa meningkatkan cakupan ASI ekslusif

(11)

7

c. Hubungan Antara Lama Bekerja dengan Cakupan ASI eksklusif.

Lama Bekerja cakupan Sesuai standar Tidak sesuai Jumlah < 5 tahun 1 11 12 >5 tahun 1 31 32 Total 2 42 44

Analisa Bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi – Square dengan hasil p Value > 0.05 . Dari hasil uji statistik didapatkan hasil tidak ada hubungan antara lama bekerja dengan cakupan ASI eksklusif. Hal ini tidak sesuai dengan Gibson (1996) lamanya masa tugas dan pengalaman akan berpengaruh terhadap keterampilan seseorang. Penelitian yang sejalan dengan pernyataan di atas yaitu penelitian Erlina (2011) di Kabupaten Moutong

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kerja bidan dengan kinerja bidan dinilai dari cakupan K4

d. Hubungan Antara Tempat Tinggal dengan Cakupan ASI eksklusif Tempat tinggal cakupan Sesuai standar Tidak sesuai Jumlah Sama 2 35 37 Tidak sama 0 7 7 Total 2 42 44

Tempat tinggal dalam hal ini yaitu tempat tinggal / domisili responden sebagian besar sama dengan tempat responden bekerja. Berdasarkan uji statistik tidak ada hubungan antara tempat tinggal responden dengan cakupan ASI eksklusif. Menurut pengamatan peneliti ada beberapa alasan bidan tidak tinggal di wilayah kerjanya diantaranya karena bidan tersebut sudah memiliki rumah sendiri di luar w ilayah kerja, ada pula yang memilih tinggal dengan suaminya.

Chi-Square Tests Valu e df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .546 a 1 .460 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .488 1 .485 Fisher's Exact Test .476 .476 Linear-by-Linear Association .533 1 .465 N of Valid Casesb 44

(12)

8 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .396 a 1 .529 Continuity Correctionb .000 1 1.000 Likelihood Ratio .711 1 .399 Fisher's Exact Test 1.000 .704 Linear-by-Linear Association .387 1 .534 N of Valid Casesb 44

e. Hubungan Antara Motivasi dengan Cakupan ASI eksklusif

Motivasi cakupan Sesuai standar Tidak sesuai Jumlah Motivasi 0 41 41 Kurang Baik 2 1 3 Total 2 42 44 Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 28.635a 1 .000 Continuit y Correctio nb 15.331 1 .000 Likelihoo d Ratio 12.453 1 .000 Fisher's Exact Test .003 .003 Linear-by-Linear Associati on 27.984 1 .000 N of Valid Casesb 44

Analisa data bivariate yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square dengan hasil p Value < 0.05 (0.000) sehingga dapat diketahui bahwa ada hubungan antara yang signifikan antara motivasi dengan cakupan ASI eksklusif.

Menurut Mangkunegara (2000) motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersifat positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan. Apabila bidan memiliki sikap yang positif diharapkan akan meningkatkan motivasinya sehingga pencapaian cakupan ASI eksklusif meningkat.

(13)

9

Dari hasil penelitian ini maka yang memberikan peluang besar terhadap pencapaian cakupan ASI adalah dari sisi motivasi bidan tersebut. Dari sisi motivasi diketahui menunjukkan adaya pengaruh yang signifikan terhadap peluang pencapai-an cakuppencapai-an ASI .

Berdasasarkan hasil wawan-cara dengan beberapa bidan desa maupun bidan koordinator Puskesmas

diinformasikan bahwa factor yang mempengaruhi pemberian ASI eklusif adalah factor ibu dan budaya setempat. Faktor ibu diantaranya ibu bekerja, ibu merasa ASI nya sedikit, sedangkan factor budaya diantaranya pemberian madu kepada bayi , pisang dan nasi yang dihaluskan supaya bayi kenyang dan bisa tidur nyenyak

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 44 Bidan Desa di wilayah Kabupaten Kudus (9 Puskesmas) diperoleh hasil bahwa: 1. Sebagian besar umur responden

kurang dari 30 tahun yaitu 27 (61,4 ) %

2. Semua responden berpendidikan tinggi DIII Kebidanan (100 %) 3. Sebagian besar responden

memiliki lama bekerja lebih dari 5 tahun sebesar 32 orang 72,7% 4. Sebagian besar responden

bertempat tinggal sama dengan

tempat responden bekerjasebesar 37 orang 84,1%

5. Sebagian besar responden mempunyai motivasi yang baik sebesar 41 orang 93,2%

6. Tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, lama bekerja dan tempat tinggal dengan pencapaian cakupan ASI ekslusif

7. Ada hubungan yang signifikant antara motivasi bidan dengan pencapaian cakupan ASI ekslusif

(14)

10 DAFTAR PUSTAKA

Harian Analisa. Tak Mendukung ASI, Sanksi pun Menanti. Jakarta : Senin, 13 Agustus 2012

Horta Bl, Bahl R, Martines Jc, Victora Cg. Evidence on The Longterm Effects of Breastfeeding: Systemic Review and Etaanalysis. WHO Publication (A Study Commissioned By WHO/CAH). 2007.

Kramer, M., et al. Promotion of Breastfeeding Intervention Trial (Probit): A Randomized Trial In The Republic of Belarus. Journal of The American Medical Association, 285 (4): 413-420, 2001

Maryam Siti. 2012. Peran Bidan yang Kompeten terhadap Suksesnya MDGs. Jakarta : Salemba Medika.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 1464/MENKES/X/2010

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Roesli U. 2005. Mengenal Asi Eksklusif. Jakarta. PT Pustaka Pembangunan Swadaya

Nusantara

Roesli U. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta. Pustaka Bunda Siregar, M. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI oleh Ibu

Melahirkan, Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, USU Digital Library. 2004.

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Jakarta : Fitramaya.

Suradi Rulina, dkk. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.World Breastfeeding Trend Initiatives 2012. The State of Breastfeeding in 51 Countries (Policy and Programmes). IBFAN and BPNI.

(15)

11

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI CAMPAK DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

DI BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS

RELATED KNOWLEDGE MOTHER OF MEASLES IMMUNIZATION WITH COMPLIANCE THE PROVISION OF MEASLES IMMUNIZATION

IN THE BPM LUSY HEMAWATI MEJOBO KUDUS

Hesti Novia Rosalina1, Dini Enggar Wijayanti2, Rifa Caturiningsih3

1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus

enggaraddison@ymail.com, rifa_caturiningsih@yahoo.co.id

ABSTRACT

The cause of death of infants aged 0-12 months one of them meningitis (4.5%). The inci-dence of measles is still quite high, this can be prevented by immunization program against measles. Data from three mothers (60%) of 5 mothers of infants aged 9-12 months do not know specifically measles immunization because of ignorance about the age limit measles immunization by age (9-11 months). This study design was observational method, with a cross sectional approach. The sampling technique using total sampling. The data collection is done by using a questionnaire which was distributed in 15 respondents who have been tested for validity and reliability. The results showed that women with knowledge sufficient amount of 46.60% and an average adherence adherent amount of 60%. Based on the statistical result obtained Spearman rho ρ = 0.001 <0.05, which means that there is a significant relationship between maternal knowledge about the measles immunization with measles immunization compliance. Expected midwives to better improve the quality of immunization services against measles, especially in the provision of information so that the baby's mother aware of the information submitted.

Keywords: Knowledge, Compliance, Measles.

ABSTRAK

Penyebab kematian bayi usia 0-12 bulan salah satunya meningitis (4,5%). Angka kejadian campak masih cukup tinggi, hal ini dapat dicegah dengan program pemberian imunisasi cam-pak. Dari data 3 ibu (60%) dari 5 ibu yang memp unyai bayi usia 9-12 bulan belum menge-tahui pemberian imunisasi khususnya campak karena ketidaktahuan tentang batas usia pem-berian imunisasi campak yaitu pada usia (9-11 bulan). Desain penelitian ini adalah metode observasional, dengan pendekatan waktu Cross Sectional. Teknik sampling menggunakan

Total Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang

dibagikan pada 15 responden yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan cukup sejumlah 46,60% dan kepatuhan rata-rata patuh sejumlah 60%. Berdasarkan hasil uji statistik sperman rho didapat-kan ρ = 0,001< 0,05 yang bermakna bahwa ada hubungan yang significant antara penge-tahuan ibu tentang imunisasi campak dengan kepatuhan pemberian imunisasi campak. Di-harapkan bidan supaya lebih meningkatkan kualitas pelayanan imunisasi campak khususnya pada pemberian informasi sehingga ibu bayi mengerti tentang informasi yang disampaikan.

(16)

12

PENDAHULUAN

Angka kematian bayi (AKB) merupa-kan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan

masyara-kat (Depkes RI, 2007), sehingga

pemerintah memerlukan upaya sinergis dan terpadu untuk menurunkan AKB di Indonesia yang diwujudkan melalui pro-gram Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Pencapaian MDGs tujuan nomor 4 adalah menurunkan angka kematian anak. Target MDGs tahun 2015 angka kematian bayi harus turun menjadi 23/ 1000 kelahiran hidup. Di dalam men-capai tujuan keempat MDGs, program vaksinasi menduduki peran yang sangat penting dan strategis (Satgas Imunisasi IDAI, 2011).

Penyebab kematian bayi usia 0-12 bu-lan yaitu masalah neonatal 46,2 %, Diare 15%, Pneumonia 12,7%, Kelainan Kon-genital 5,7 %, Meningitis 4,5%, Tidak diketahui Penyebabnya 3,7 %, Tetanus 1,7% (SDKI, 2007).

Penyakit campak merupakan salah sa-tu penyakit infeksi penyebab kematian ba-yi diseluruh dunia yang meningkat setiap

tahun. Penyakit ini diakibatkan oleh virus campak, komplikasi penyakit campak an-tara lain radang selaput otak (meningitis), radang paru – paru, infeksi telinga (Ma-rimbi, 2010). Pada tahun 2012 di Indone-sia terjadi 15.987 kasus campak, 4 dian-taranya mengalami kematian, sedangkan di Jawa Tengah terjadi 490 kasus campak. Lebih dari 95 % kematian akibat campak terjadi di negara – negara berpenghasilan penduduk rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (Depkes RI, 2012).

Menurut penelitian yang dilakukan WHO tahun 2008 Indonesia termasuk sa-lah satu dari 47 negara penyumbang kasus campak terbesar didunia. Dari hasil penelitian WHO tahun 2008 didapatkan angka absolut campak di Indonesia men-capai 15.369 kasus (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan riset kesehatan dasar In-donesia tahun 2007, prevalensi nasional campak (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah 1,8% (Depkes RI, 2007). Tanpa program imunisasi angka kejadian 93,5 per 100.000 kasus campak akan meningkatkan CFT

(17)

13

(Case Fatality Rate) (Depkes RI, 2006). Kejadian penyakit campak sangat

berkai-tan dengan keberhasilan program

imunisasi campak. Indikator yang bermak-na untuk menilai ukuran kesehatan masyarakat dinegara berkembang salah satunya adalah imunisasi campak. Indonesia adalah termasuk katagori negara berkembang (WHO, 2006).

Berdasarkan data yang didapatkan Profil Kesehatan Kabupaten Kudus Tahun 2012 cakupan imunisasi campak sebanyak 15.163 bayi (97,2%) dengan angka drop out (2,8 %). Sedangkan di BPM Lusy Hemawati Mejobo Kudus angka cakupan campak tahun 2013 adalah 141 dari 218 bayi (64,6%). Angka ini masih tergolong rendah dibandingkan angka cakupan imunisasi campak tahun 2012 sebanyak 170 dari 234 bayi (72,6%). Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti di BPM Lusy Hemawati Mejobo Kudus bahwa 3 (60%) dari 5 ibu yang mempunyai bayi usia 9-12 bulan belum mengetahui pemberian imunisasi

khu-susnya campak karena ketidaktahuan ten-tang batas usia pemberian imunisasi cam-pak yaitu pada usia (9-11 bulan).

METODE

Desain penelitian dengan metode ob-servasional dengan pendekatan waktu yang bersifat cross sectional. Variabel in-dependent dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi cam-pak,sedangkan variabel dependent adalah kepatuhan pemberian imunisasi campak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha: ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan kepatuhan pemberian imunisasi campak. 𝛼 ≤ 0,05 artinya Ha diterima

Ho: tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi campak dengan kepatuhan pemberian imunisasi campak. 𝛼 ≥ 0,05 artinya H0 diterima

Teknik sampling yang digunakan ada-lah total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dibagikan

(18)

14

pada 15 responden. Analisa data yang digunakan menggunakan analisa univariat

dan bivariatmenggunakan uji statistik

spearmen rho.

HASIL DAN BAHASAN A. HASIL

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 1.1Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu

Karakteristik Jumlah Prosentase (%)

Rendah 5 33,33

Sedang 10 66,66

Total 15 100

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Tabel 1.2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Karakteristik Jumlah Prosentase (%)

Ibu Rumah Tangga 4 27

Buruh Pabrik 9 60

Karyawan Swasta 2 13

Total 15 100

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu

Tabel 1.3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu

Karakteristik Jumlah Prosentase (%)

20-30 Tahun 11 73,30

30-40 Tahun 4 26,60

Total 15 100

4. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak

Tabel 1.4Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak

Kriteria Jumlah Prosentase (%)

Baik 5 33,30

Cukup 7 46,60

Kurang 3 20

(19)

15

5. Kepatuhan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Campak

Tabel 1.5Kepatuhan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Campak

Kepatuhan Jumlah Prosentase (%)

Diberikan usia (9-12 bulan) 9 60

Diberikan usia (12-15 bulan) 6 40

Total 15 100

6. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak Dengan Kepatu-han Pemberian Imunisasi Campak.

Tabel 1.6Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak Dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Campak

Tingkat Pengetahuan

Kepatuhan Pemberian Imunisasi Campak ρ value

Patuh % Tidak Patuh % Jumlah %

Baik 5 33,30 0 0 5 33,30

Cukup 4 26,60 3 20 7 46,60 0,001

Kurang 0 0 3 20 3 20

Jumlah 9 60 6 40 15 100

B. BAHASAN

1. Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak

Sebagian besar responden

memiliki tingkat pengetahuan cukup 46,60% tingkat pengetahuan baik 33,30% sedangkan tingkat penge-tahuan kurang sebanyak 20 %. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat pendidikan, pekerjaan responden dan umur ibu. Berdasarkan karakteristik responden sebagian besar dari

ting-kat pendidikan sedang yaitu (SMA) sebanyak 10 (66,60%), berpendidi-kan tingkat rendah yaitu (SMP) sebanyak 3 (20 %) orang dan yang berpendidikan (SD) sebanyak 2 (13 %) orang.

Menurut pendapat Wawan, 2010

Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal – hal yang menunjang kesehatan se-hingga dapat meningkatkan kualitas

(20)

12

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap perperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pa-da umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mu-dah menerima informasi. Sebagian ibu berpendidikan sekolah menengah atas ini mempermudah dalam ibu

menerima informasi mengenai

imunisasi campak sesuai dengan jadwal pemberian pada umur 9-12 bulan. Pekerjaan ibu juga dapat mempengaruhi pengetahuan, Ber-dasarkan hasil penelitian, responden banyak yang bekerja sebagai ( Bu-ruh Pabrik) sebanyak 9 (60%) orang dan yang bekerja sebagai (Ibu Ru-mah Tangga) sebanyak 4 (27%) orang, serta yang bekerja sebagai (karyawan swasta) sebanyak 2 (13%)

orang. Menurut Thomas yang

dikutip oleh Nursalam (2003), Pekerjaan adalah kewajiban yang

ha-rus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan

ke-hidupan keluargannya. Sedangkan bekerja umumnya menyita waktu dan bekerja bagi ibu- ibu akan mempunyai pengaruh dalam ke-hidupan keluarga. Dengan pekerjaan ibu yang sebagian besar bekerja se-bagai buruh pabrik umumnya me-nyita waktu dan berpengaruh ke-hidupan keluarga terutama dalam kondisi fisik ibu yang kelelahan setelah bekerja. Berdasarkan data karakteristik responden umur ibu dapat dilihat bahwa umur ibu terbanyak yaitu umur 20-30 tahun sebanyak 11 (73,30%) orang, umur ibu (20-40 tahun) sebanyak 4 (26,3%) orang. Usia adalah umur in-dividu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang ta-hun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Pada usia 20-30 tahun

(21)

13

adalah usia reproduktif yang memungkinkan ibu masih bekerja .

Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manu-sia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di-peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan itu sendiri adalah hal yang penting bagi manusia, yang dapat merubah persepsi mengenai suatu hal. Dengan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan seorang ibu akan dapat meningkatkan dan

ber-peran aktif dalam pemberian

imunisasi guna untuk meningkatkan kesehatan bayi, dan mempunyai si-kap untuk mendorong ke arah per-ilaku kesehatan.

2. Kepatuhan Ibu Terhadap Pe m-berian Imunisasi Campak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 15 responden yang diambil dalam penelitian ini sebagian besar patuh terhadap pemberian imunisasi cam-pak sejumlah 60% sedangkan re-sponden yang tidak patuh adalah sebesar 40%. Kepatuhan sendiri di-pengaruhi oleh 4 faktor : Dukungan profesional kesehatan sangat diper-lukan untuk meningkatkan kepatu-han, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi.

Komunikasi memegang peranan

penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik dokter / perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien pada imunisasi campak

pem-berian informasi yang jelas

mengenai imunisasi campak dapat

dikomunikasikan sehingga ibu

benar-benar mengerti apa yang disampaikan oleh bidan.

(22)

14

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Keluarga turut mempengaruh terhadap kepatuhan karena dukungan yang perilaku sehat sangat diperlukan agar meningkatkan motivasi untuk pem-berian imunisasi campak.

Perilaku sehat bisa meningkatkan taraf hidup sehat pada keluarga salah satunya adalah pencegahan penyakit campak dengan pemberian imunisasi campak pada bayi usia 9- 12 bulan. Pemberian informasi yang jelas pada pasien, pada ibu yang mempunyai bayi umur 9 -12 bulan adah waktu

yang tepat untuk pemberian

imunisasi campak hal ini harus disampaikan secara jelas oleh tenaga kesehatan kepada ibu diharapkan ibu benar – benar mengerti informasi yang disampaikan.

Sedangkan faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan ibu dalam pemberian imunisasi campak salah satunya adalah Pemahaman

tentang sesuatu. Dalam penelitian ini rata-rata faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ibu memberikan imunisasi campak dengan tepat wak-tu sesuai anjuran yaiwak-tu pada usia (9-11 bulan) adalah karena ketidakta-huan ibu tentang batasan pemberian imunisasi campak yaitu pada usia (9-11 bulan), karena keadaan bayi pada saat usia (9-12 bulan) dalam keadaan 3. Hubungan Antara Pengetahuan

Ibu Tentang Imunisasi Campak Dengan Kepatuhan Pe mberian Imunisasi Campak.

Berdasarkan hasil uji statistik

sperman rho didapatkan ρ = 0,001<

0,05 yang bermakna bahwa ada hub-ungan yang significant antara penge-tahuan ibu tentang imunisasi campak

dengan kepatuhan pemberian

imunisasi campak.

Hal ini dimungkinkan karena ada beberapa faktor dari tingkat pengetahuan responden yaitu pen-didikan, pekerjaan, umur sehingga

(23)

15

dapat mempengaruhi ibu terhadap pemberian imunisasi campak pada bayi.

Pengetahuan ibu terhadap

imunisasi campak berpengaruh

secara signifikan terhadap kepatuhan pemberian imunisasi campak hal ini dapat dilihat dari pengetahuan ibu yang dipengaruhi oleh faktor tingkat

pendidikan, pekerjaan dan umur ibu menjadi faktor internal yang cukup berpengaruh terhadap kepatuhan da-lam pemberian informasi yang jelas mengenai imunisasi campak khu-susnya ketepatan terhadap pem-berian imunisasi campak pada bayi usia (9-12 bulan).

SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN

Ada hubungan yang signif-ikan antara pengetahuan ibu ten-tang imunisasi campak dengan kepatuhan pemberian imunisasi

campak di BPM Lusy Hemawati Mejobo Kudus dengan ρ value 0,001 (0,001 < 0,05.

B. SARAN

Diharapkan dapat memberikan imunisasi campak sesuai dengan

jadwal pemberian imunisasi cam-pak pada bayi usia 9-11 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Survei Demografi dan Kesehatan indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2012.

(24)

16

Fatimah, Rajab W, Fauziah. Langkah mudah membuat usulan proposal KTI dan laporan

hasil KTI. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2009. h. 10; 29.

Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika; 2007.

Marimbi, Hanum. Tumbuh Kembang, Status Gizi, Dan Imunisasi Sasar Pada Balita. Yogya-karta: Nuha Medika; 2010.

Notoatmodjo. Meteodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salem-ba Medika; 2008.

Profil Kesehatan Kabupaten Kudus Tahun 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Kudus Tahun 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.

Proverawati, Atikah. Andhini, Citra Setyo Dwi. Imunisasi Dan Vaksinasi. Yogyakarta: N uha Offset; 2010.

Santosa, Singgih. SPSS Versi 10. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2004.

Satgas Imunisasi IDAI. Pedoman Imunisasi Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.

Syakira, Ghana. KonsepKepatuhan. 2009 [Diakses tanggal 2 Januari 2013]. Didapat dari: http://syakirablogspot.com/2009/01/konsep-kepatuhan.

Wawan A, Dewi. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

(25)

17

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG FIBROADENOMA MAMMAE DI SMA MASEHI KUDUS

KNOWLEDGE LEVEL CLASS XI OF YOUNG WOMEN ABOUT FIBROADENOMA MAMMAE IN SMA MASEHI KUDUS

Linda Puspita Jati1, Ika Sari Kristiani2, Dewi Endah Kusumaningtyas3 1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus

ikasari_05@yahoo.com, tyas_dewi83@yahoo.com

ABSTRACT

Breast fibroadenoma is a benign tumor that occurs in the breast, bounded clear and shaped lump that can be moved. It usually occurs in young women, are in their teens or around 20-25 years and rarely in women after menopause. Data from the Jakarta Breast Center Clinic showed that of the 2,495 patients who came in 2001-2002, 79% had a benign tumor and only 14% were suffering from cancer. The reason fibroma common in teenagers because teenagers are prone to stress or depression and implementation of diet or weight loss whereas, the predisposing factors of breast fibroadenomas include stress, diet, gender and age. The purpose of this research is to determine the level of knowledge about the eleventh grade girls in high school mammary fibroadenomas in SMA Masehi Kudus. The research method used is descriptive method with cross sectional approach. Measuring instrument used was a questionnaire distributed to 35 students of class XI daughter in high school Masehi Kudus. Results of research data obtained good knowledge of FAM 28.6%, just 40% and less than 31, 4%. So the conclusion is knowledge about the eleventh grade girls FAM enough so it is advisable to be able to provide counseling or add courses on adolescent reproductive health in high school.

Keywords: Awareness, Youth, breast fibroadenoma

ABSTRAK

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang terjadi pada payudara, berbatas jelas dan berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia remaja atau sekitar 20 – 25 tahun dan jarang terdapat pada wanita setelah menopause. Data dari Jakarta Breast Center Klinik menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, 79 % menderita tumor jinak dan hanya 14 % yang menderita kanker. Alasan fibroma sering terjadi pada remaja karena remaja mudah mengalami stres atau depresi dan pelaksanaan diet atau penurunan berat badan sedangkan, faktor predisposisi dari fibroadenoma mammae diantaranya stres, diet, jenis kelamin dan faktor usia. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang fibroadenoma mammae di SMA Masehi Kudus. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan waktu cross sectional. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan pada 35 siswa putri kelas XI di SMA Masehi Kudus. Hasil penelitian didapatkan data pengetahuan tentang FAM baik 28,6%, cukup 40% dan kurang 31, 4%. Jadi kesimpulannya adalah pengetahuan

(26)

18

remaja putri kelas XI tentang FAM cukup sehingga, disarankan untuk dapat memberikan penyuluhan atau menambahkan mata pelajaran tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA.

Kata kunci : Pengetahuan, Remaja, Fibroadenoma mammae

PENDAHULUAN

Data dari Jakarta Breast Center, Klinik di Jakarta, menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001-2002, ternyata 79 % menderita tumor jinak dan hanya 14 % yang menderita kanker. Laporan lainnya, dari New South Wales Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21–25 tahun dan kurang dari 5% yang terjadi pada usia di

atas 50 tahun. Angka prevalensi

fibroadenoma terjadi pada lebih dari 9% populasi wanita. Laporan dari Western Breast Services Alliance menyatakan bahwa fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 sampai 25 tahun, dan prevalensinya mencapai 15% dalam hidup wanita (Hosanah, 2012).

Fibroadenoma lebih sering menyerang pada remaja dikarenakan pada masa ini remaja mudah mengalami stres atau depresi,

melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badan serta adanya hormon estrogen yang meningkat aktif. Sementara itu, disebutkan bahwa faktor predisposisi dari fibroadenoma mammae diantaranya stres, diet, jenis kelamin dan faktor usia (Rukiyah, 2012).

Menurut Wilson dalam bukunya

Christoper_Davis, Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang terjadi pada payudara, berbatas jelas dan berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia remaja atau sekitar 20 – 25 tahun. Tumor ini dapat berbentuk siliter atau multipel, gampang digerakkan, berbentuk licin atau lobilated, sama sekali bebas dari jaringan sekitarnya dan berubah-ubah besarnya dengan siklus haid (Ai Yeyeh, 2012).

(27)

19

Fibroadenoma atau yang biasa dikenal dengan tumor payudara membuat kaum wanita terutama remaja merasa cemas tentang keadaan pada dirinya. Terkadang mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah sama dengan kanker padahal, yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah kecil kemungkinan fibroadenoma ini berubah menjadi kanker (Ai Yeyeh, 2012).

Hasil penelitian Hosanah (2010) di SMA 2 Semarang yang mengambil 72 siswi

kelas XI menyimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan deteksi dini fibroadenoma mammae. Penelitian ini dilakukan dipusat kota dengan tingkat ekonomi siswa menengah keatas sehingga, besar kemungkinan siswa untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan cepat saji.

Makanan cepat saji ini biasanya

mengandung lemak yang tinggi dan banyak

bahan pengawet yang merupakan bahan karsinogenik yang diduga sebagai salah satu penyebab tumor payudara (Sarwono,2001). Berdasarkan uraian dan hasil penelitian diatas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian sejenis dengan metode deskriptif

di SMA Masehi Kudus yang juga

merupakan sekolah yang terletak dipusat kota dimana mayoritas siswa mempunyai ekonomi menengah keatas ang kemungkinan juga menyukai olahan cepat saji karena, dari hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara dari 5 siswa dan 1 guru BK di SMA Masehi Kudus menyampaikan bahwa

mayoritas siswa suka mengkonsumsi

masakan cepat saji. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

dituangkan dalam judul “Tingkat

Pengetahuan Remaja Kelas XI Tentang Fibroadenoma Mammae Di SMA Masehi Kudus”.

(28)

20

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tenik pengumpulan data ini adalah data primer menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Subyek penelitian diambil

dari keseluruhan populasi sejumlah 35 siswi kelas XI SMA Masehi Kudus. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.

HASIL DAN BAHASAN A. HASIL

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden menurut umur

Tabel 1.1 Distribusi Menurut Umur

Umur Frekuensi Persentase

16 tahun 23 65,7%

17 tahun 12 34,3%

Jumlah 35 100%

b. Responden berdasarkan sumber informasi.

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Mendapatkan Sumber Informasi tentang Fibroadeanoma Mammae Informasi Tentang Firboadenoma Mammae Frekuensi Persentase Guru/Teman/Keluarga 10 28,6% Koran/Majalah/Internet 6 17,1% Belum Pernah 19 54,3% Jumlah 35 100%

c. Responden menurut pengalaman tentang Fibroadenoma Mammae. Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Pengalaman tentang

Fibroadenoma Mammae Informasi Tentang

Firboadenoma Mammae Frekuensi Persentase

Punya 5 14,3%

Tidak punya 30 85,7%

(29)

21

2. Tingkat pengetahuan remaja tentang Fibroadenoma Mammae

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Fibroadenoma Mammae adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Kriteria Frekuensi Persentase

Baik 10 28,6%

Cukup 14 40%

Kurang 11 31,4%

Jumlah 35 100%

B. BAHASAN

Persentase terbanyak yaitu siswa dengan pengetahuan cukup (40%). Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena berdasarkan karakteristik responden hanya sebagian kecil saja mahasiswa yang sudah mendapat informasi serta pengalaman tentang fibroadenoma karena, seperti kita

ketahui bahwa pengetahuan

seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor informasi dan pengalaman

(wahit, 2010). Selain data penelitian peneliti juga melakukan wawancara terhadap mahasiswa yang sudah pernah mendapat informasi tentang fibroadenoma ternyata didapatkan hasil pengetahuan mereka tentang fibroadenoma hanya secara umum saja yaitu benjolan yang terdapat dipayudara dan dapat membesar lalu harus dilakukan operasi di Rumah sakit.

SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN

Sebagian besar responden

berpengetahuan cukup yaitu 14

responden (40%) tentang

(30)

22

B. SARAN

Diharapkan supaya SMA dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yang

salah satunya fibroadenoma

mammae dengan cara mengadakan

kerjasama dengan institusi kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau tambahan pelajaran melalui mata kuliah.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanthi Hosanah. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Dengan Tindakan

Deteksi Dini Fibroadenoma Mammae Di SMA Negeri 2 Semarang. Semarang:

Universitas Muhammadiyah Semarang; 2012

Hidayat Aziz Alimul.metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika; 2007

Mansyur Herawati. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2009 Mubarak Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2011 Notoatmodjo Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005

Nugroho Taufan. ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011

Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008

Prawirohardjo Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001

Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2012

Widyastuti Yani, Rahmawati Anita, Purnamaningrum Yuliastika Eka. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya; 2009

(31)

23

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG METODE KONTRASEPSI HORMONAL DI RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS

LEVEL OF KNOWLEDGE ABOUT POSTPARTUM MOTHER HORMONAL CONTRACEPTION METHOD IN RB SAYANG IBU UNDAAN LOR KUDUS

Lusiana Dewi 1, Kudarti 2, Reny Siswanti 3 1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus

kudarti13@yahoo.co.id, reny_s80@yahoo.com ABSTRACT

The background of this research is related to the high rate of population growth is not accompanied by peningkatakan quality of the population (Hand, 2011) so that the necessary government program that is able to overcome it. One of the programs the government is planning programs in which the program can not be separated from the involvement of midwife services. One of the existing program is to provide services of hormonal contraception. The purpose of this study to determine the level of knowledge of puerperal women about hormonal contraception in RB Sayang Ibu Undaan Lor Kudus. Using descriptive research design. Collecting data using questionnaires. Samples that there were a number 30 puerperal women with accidental sampling technique sampling. The results, the majority of postpartum mothers less knowledgeable that 18 respondents (60%) of the hormonal contraceptive methods so that, hopefully midwives can improve the quality of services, especially providing counseling on hormonal contraceptive methods starting from third trimester pregnant women.

Keywords: Knowledge ,Postpartum, Hormonal Contraception Methods

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini berkaitan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk tidak diiringi dengan peningkatakan kualitas penduduk (Handayani, 2011) sehingga diperlukan program pemerintah yang mampu mengatasi hal tersebut. Salah satu program pemerintah tersebut adalah program KB yang mana program ini tidak terlepas dari keterlibatan pelayanan bidan. Salah satu program yang ada adalah dengan memberikan pelayanan alat kontrasepsi hormonal. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang alat kontrasepsi hormonal di RB Sayang Ibu Undaan Lor Kudus. Menggunakan desain penelitian deskriptif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Sampel yang ada sejumlah 30 ibu nifas dengan teknik sampling accidental sampling. Hasil penelitian didapatkan Sebagian besar ibu nifas berpengetahuan kurang yaitu 18 responden (60%) tentang metode kontrasepsi hormonal

(32)

24

sehingga, diharapkan bidan dapat meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pemberian konseling tentang metode kontrasepsi hormonal mulai dari ibu hamil trimester III.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu Nifas, Metode Kontrasepsi Hormonal

PENDAHULUAN

Masalah utama yang sedang dihadapi negara yang sedang berkembang termasuk

Indonesia adalah tingginya laju

pertumbuhan penduduk, kurang

seimbangnya penyebaran penduduk dan standart umum penduduk. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 tercatat 237 juta jiwa dan daerah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat 32.380.687 jiwa sedangkan, Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus tahun 2012 data jumlah seluruh penduduk kudus yaitu sebanyak 791,891 jiwa serta data jumlah penduduk di kecamatan undaan sebanyak 70,481 jiwa (BPS Jawa Tengah, 2010). Persentase pertumbuhan penduduk 1, 64 % dan Total Fertility Rate (TFR) 2,6 %. Berdasarkan dari segi kuantitas jumlah penduduk Indonesia

cukup besar tetapi dari sisi kualitas melalui

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

kondisinya sangat memprihatinkan karena dari 117 negara, Indonesia berada pada posisi ke 108 IPM-nya (Handayani, 2011).

Untuk mengatasi hal tersebut

pemerintah mengadakan satu program yaitu program keluarga berencana. Program ini bertujuan untuk menekan jumlah penduduk sehingga, kualitas hidup masyarakat Indonesia dapat meningkat. Data jumlah peserta KB baru dan KB aktif di kecamatan undaan dengan jumlah PUS (pasangan usia subur) sebanyak 5,118 jiwa dari jumlah seluruh PUS kudus sebanyak 137,802 jiwa dengan peserta KB baru sebanyak 1,150 jiwa atau 22,5 % dari 20,943 jiwa dan jumlah KB aktif sebanyak 4,147 jiwa atau 81,0 % dari 112,575 jiwa. Pengguna metode

(33)

25

kontrasepsi hormonal yang meliputi suntik sebanyak 2,160 jiwa atau 52,1 %, pil sebanyak 1,395 jiwa atau 33,8 %, implant 215 jiwa atau 5,2 %, dan IUD sebanyak 117 jiwa atau 2,8 %.

Program pemerintah tersebut tidak terlepas dari keterlibatan pelayanan tenaga kesehatan salah satunya adalah bidan. Dalam hal ini bidan juga ikut berperan dalam mensukseskan program tersebut

dengan memberikan pelayanan KB

hormonal antara lain pil KB, suntik,

kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan kontrasepsi bawah kulit (AKBK). Peran bidan dapat mulai dilakukan pada saat ibu hamil trimester III dan saat nifas dengan

melakukan pendekatan dalam bentuk

konseling.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus keluarga berencana dalam judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Metode Kontrasepsi Hormonal di RB Sayang Ibu Undaan Lor Kudus”.

METODE

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tenik pengumpulan data ini adalah data primer menggunakan kuesioner. Sampel penelitian sejumlah 30

dengan teknik sampling non probability

sampling dengan metode accidental sampling. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa univariat

HASIL DAN BAHASAN A. HASIL

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden menurut umur

Tabel 1.1 Distribusi Menurut Umur

Karakteristik Frekuensi Persentase

< 20 Tahun 20 – 35 Tahun >35 Tahun 4 25 1 13,33% 83,34% 3,33% Jumlah 30 100%

(34)

26

b. Responden berdasarkan jenjang pendidikan.

Tabel 1.2 Distribusi Menurut Jenjang Pendidikan

Karakteristik Frekuensi Persentase

Dasar Menengah Tinggi 14 12 4 46,67% 40% 13,33% Jumlah 30 100%

c. Responden berdasarkan jenis pekerjaaan.

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Pekerjaan

Karakteristik Frekuensi Persentase

IRT (tidak bekerja) Buruh Wiraswasta Swasta Guru 11 8 5 3 3 36,66% 26,67% 16,67% 10% 10% Jumlah 30 100%

d. Responden berdasarkan paritas

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Menurut Paritas

Paritas Frekuensi Persentase

Primipara Multipara 13 17 43,33% 56,67% Jumlah 30 100%

e. Responden berdasarkan sumber informasi

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Menurut Sumber Informasi

Karakteristik Frekuensi Persentase

Bidan / tenaga kesehatan Orang tua / keluarga

Media masa Teman / tetangga 24 4 1 1 80% 13,34% 3,33% 3,33% Jumlah 30 100%

2. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang metode kontrasepsi hormonal

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik Cukup Kurang 8 4 18 26,67% 13,33% 60% Jumlah 30 100% B. BAHASAN

Persentase terbanyak yaitu ibu nifas dengan pengetahuan kurang (60%). Hal tersebut dikarenakan oleh

beberapa hal antara lain: 1. Tingkat pendidikan ibu terbanyak adalah dasar (46,67%) karena tidak dapat

(35)

27

dipungkiri bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak (Mubarak, 2011), 2. Berdasarkan umur rata-rata ibu nifas tersebut sudah berada pada rentang usia yang disebut dewasa (20-35 tahun) dan juga sebagian besar adalah multipara sehingga dapat diasumsikan bahwa sudah memiliki pengalaman yang baik tentang alat kontrasepsi hormonal akan tetapi kenapa hasil

pengetahuannya masih rendah

mungkin karena ibu sebagian besar juga ibu rumah tangga yang jarang sekali untuk mengakses informasi tentang kesehatan (khususnya alat kontrasepsi hormonal), mereka sebagian besar hanya mengandalkan informasi yang diberikan oleh bidan sehingga hal tersebut sesuai dengan teori Mubarak (2011) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah informasi

dimana kemudahan memperoleh

informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan baru.

SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN

Sebagian besar ibu nifas berpengetahuan kurang yaitu 18

responden (60%) tentang metode kontrasepsi hormonal.

B. SARAN

Diharapkan profesi bidan dalam menjalankan tugas dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pemberian konseling

tentang metode kontrasepsi

hormonal mulai dari ibu hamil trimester III dan mengajarkan masyarakat untuk lebih proaktif

dalam menerima pengetahuan

(36)

28

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eny, dkk. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia

Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Hidayat, Asri dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: MITRA CENDIKIA

Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman

Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Wiknojosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP KEPMENKES NO. 369/ MENKES/ SK/ III/ 2007 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN

(37)

29

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN

(JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIL ORAL KOMBINASI DI BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS

LEVEL OF KNOWLEDGE POSTPARTUM ABOUT PIL ORAL COMBINATION IN BPS SUMIATI GRIBIG KUDUS

Oktorida Muktianingsih 1, Kudarti 2 , Ika Sari Kristiani 3 1,2,3 Akbid Mardi Rahayu Kudus

kudarti13@yahoo.co.id, ikasari_05@yahoo.com

ABSTRACT

Family planning is an action to help individuals or couples to get certain objectives such as setting the interval between pregnancies, birth control current time in relation to the age of husband and wife, determine the number of children in the family. One type of effective contraception is a pill Oral Combination. At BPS Sumiati Oral Combination Pill was ranked third with the highest number of respondents so Counseling about Oral Contraceptive Pill Combination particularly crucial given the postpartum mother especially regarding indications and contraindications Oral pill combination. One contraindication is a nursing mother. In addition, knowledge of mothers about Oral pill combination is necessary to avoid the incidence of drop out or failure to use Oral pill combination of not knowing the side effects. The purpose of this study was to determine the level of knowledge of postpartum mothers about Oral pill combination.

The research uses descriptive method with cross sectional approach. The sampling technique used is total sampling, with a sample of 22 respondents.The results showed the level of knowledge of postpartum mothers about Oral combination pills in a category quite as many as 14 respondents (70%).

Advice given to the health service is to increase knowledge by providing health education on contraceptive services for women. Postpartum mothers can increase their knowledge of ways berkontrasepsi is right for him or for her baby through the mass media or actively ask health professionals.

(38)

30 ABSTRAK

Keluarga Berencana adalah suatu tindakan untuk membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu seperti mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. Salah satu jenis kontrasepsi efektif adalah Pil Oral Kombinasi. Di BPS Sumiati Pil Oral Kombinasi menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah responden terbanyak sehingga Konseling tentang cara Kontrasepsi khususnya Pil Oral Kombinasi sangat penting diberikan pada ibu nifas terutama mengenai indikasi dan kontraindikasi Pil Oral Kombinasi. Salah satu kontraindikasi adalah ibu yang menyusui. Selain itu, pengetahuan ibu tentang Pil Oral Kombinasi sangat diperlukan untuk menghindari kejadian drop out ataupun kegagalan menggunakan Pil Oral Kombinasi akibat tidak mengetahui efek sampingnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Pil Oral Kombinasi.

Penelitian yang digunakan menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan

Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan secara total sampling, dengan

sampel sebanyak 22 responden.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Pil Oral Kombinasi dalam kategori cukup yaitu sebanyak 14 responden (70%).

Saran yang diberikan untuk tempat pelayanan kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan dengan memberikan Pendidikan kesehatan tentang pelayanan kontrasepsi bagi ibu nifas. Ibu nifas dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang macam cara berkontrasepsi yang tepat untuk dirinya maupun bagi bayinya melalui media massa atau aktif bertanya pada tenaga kesehatan.

Kata kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu nifas, Pil Oral Kombinasi.

PENDAHULUAN

Keluarga Berencana adalah suatu tindakan untuk membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam

keluarga (Hartanto, 2004; h. 27). Dengan KB ibu dapat terhindar dari 4 terlalu yaitu : terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak dan terlalu dekat jaraknya. Secara umum tujuan KB adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera

melalui pengendalian kelahiran dan

Gambar

Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Paritas

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi ditemukan fenotipe baru pada lili dimana terjadi perubahan sempurna dari benang sari menjadi kelopak bunga tapi tetap mempertahankan identitas bunga awalnya (wild-type) yaitu

KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DALAM PEMASANGAN LISTRIK PRABAYAR PT PLN (PERSERO) WS2JB RAYON SUKARAMI PALEMBANG (Studi Kasus Pelanggan di Wilayah

Jika kalorimetri berisi 6 L air dan diketahui kalor jenis air = 4,2 J/g°C serta kapasitas kalorimetri = 2740 J/g°C, tentukan kalor pembakaran gas

Untuk mendapatkan sel Leydig diperlukan proses purifikasi dan yang umum digunakan adalah gradien Percoll, namun dilaporkan bahwa Percoll dapat dimetabolisme oleh sel Leydig

[r]

Permainan diatas pada intinya para pelaku sangat kompetitif dan selalu memiliki rasa ketegangan, hal ini karena sifat dari permianan di atas tersebut adalah

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan hukuman mati ke masa depan adalah dengan mematuhi secara konsisten dan

Hidroponik berasal dari bahasa latin (hydro = air; ponos = kerja) yaitu suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan