BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1. Bahan Perpustakaan
2.1.1. Pengertian Bahan Perpustakaan
Bahan perpustakaan merupakan faktor utama dalam mendirikan suatu perpustakaan dan mempengaruhi perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak oleh penggunanya. Koleksi sebagai sumber informasi yang disajikan oleh setiap perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna, sehingga suatu koleksi perpustakaan menjadi alasan pengguna untuk berkunjung ke perpustakaan. Sutarno N.S (2006, 69) menyatakan bahwa :
Koleksi perpustakaaan harus mencakup bahan pustaka yang terpilih, informasi yang terkandung cocok dengan keperluan dan mampu dimengerti oleh pemakainya. Dan setiap koleksi yang ditempatkan di ruang koleksi adalah bahan pustaka yang sudah siap pakai dalam arti sudah mengalami pengolahan dan penyiapan.
Sedangkan menurut Hermawan (2006, 17) koleksi perpustakaan sangat beraneka ragam. Dari segi isi (subjek) terdapat koleksi fiksi dan nonfiksi :
1. Koleksi non-fiksi adalah koleksi yang bersifat ilmiah atau mengandung ilmu pengetahuan yang tertulis berdasarkan data dan fakta.
2. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi pengarangnya.
3. Koleksi fiksi ilmiah adalah gabungan antara kedua jenisnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa bahan perpustakaan merupakan peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan pengguna yang mempunyai kebutuhan informasi yang bervariasi. Bahan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan tidak hanya bahan perpustakaan tercetak tetapi dalam bentuk terekam atau elektronik. Bahan perpustakaan juga menentukan kelayakan suatu perpustakaan untuk sering digunakan ketika bahan perpustakaan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan infomasi pengguna.
2.1.2. Fungsi Koleksi Perpustakaan
Koleksi berfungsi untuk memberikan pelayanan terhadap pengguna perpustakaan dengan informasi-informasi yang tersedia didalam sebuah koleksi. Sebaiknya informasi tersebut haruslah disesuaikan dengan kebutuhan informasi pengguna, sehingga dengan adanya bahan pustaka maka informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.
Menurut Siregar (2002, 3) fungsi koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Pendidikan yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang membutuhkan.
2. Fungsi Penelitian yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh masyarakat/pengguna.
3. Fungsi Referensi yaitu menjadi bahan referensi bagi masyarakat/pengguna perpustakaan.
Sedangkan dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2006, 6) dinyatakan bahwa:
1. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan melalui
pembelian, langganan, tukar menukar dan lain–lain. 3. Pengolahan dan peyiapan setiap bahan pustaka. 4. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi. 5. Pendayagunaan koleksi.
6. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang dating langsung keperpustakaan maupun yang menggunakan telepon, faximil, dan lain-lain.
7. Pemasyarakatan perpustakaan.
8. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.
9. Pelaksanaan koordinasi denga pihak pemerintah Daerah, tokoh-tokoh masyarakat mitra kerja lainnya.
10.Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan koleksi bersama dan sarana / prasarana.
11.Pengolahan dan ketatausahaan perpustakaan.
2.1.3. Jenis Bahan Perpustakaan
Perpustakaan umum memiliki bahan perpustakaan yang beranekaragam yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Bahan perpustakaan tidak hanya menyajikan informasi dalam bentuk tercetak, namun juga berbentuk elektronik karena semakin banyaknya variasi informasi yang dibutuhkan oleh setiap pengguna, agar semakin mempermudah pengguna dalam mencari informasi. Menurut Hermawan (2000, 17) dilihat dari segi isinya koleksi perpustakaan dibagi dua yaitu :
1. Koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi pengarangnya.
2. Koleksi non-fiksi adalah koleksi yang bersifat ilmiah atau mengandung ilmu pengetahuan berdasarkan data dan fakta.
Adapun rincian dari bagian koleksi perpustakaan tersebut dikemukakan oleh Yusup (2009, 27) sebagai berikut :
1. Buku-buku Ilmu Pengetahuan
• Buku-buku yang dihubungkan dengan agama • Buku-buku yang tentang perikanan
• Buku-buku tentang ilmu pengetahuan dan teknologi • Buku-buku tentang kewiraswastaan
• Buku-buku tentang lingkungan hidup 2. Buku-buku Referensi
• Kamus • Ensiklopedia • Buku tahunan • Bibliografi • Atlas
• Dokumen pemerintah • Laporan hasil penelitian
• Sumber-sumber informasi geografi, biografi dan petunjuk perjalanan
3. Koleksi media cetak bukan buku • Terbitan berkala
4. Koleksi media elektronik • Komputer
Selain itu, menurut Sutarno (2006, 82) pengelompokkan bahan perpustakaan di perpustakaan terdiri atas :
1. Kelompok bahan pustaka umum.
2. Kelompok bahan pustaka rujukan (referensi).
3. Kelompok bahan pustaka berkala (majalah dan surat kabar). 4. Kelompok bahan pustaka pandang dengar (audio visual).
5. Kelompok bahan pustaka terekam dan elektronik seperti film, kaset, video, dan lain-lain.
6. Kelompok bahan pustaka yang disesuaikan dengan kelompok pembaca, misalnya untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan lain-lain. 7. Kelompok bahan pustaka tertentu, misalnya untuk penelitian dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas bahwa perpustakaan umum memiliki berbagai jenis bahan perpustakaan yang berbeda-beda dari bentuk penyajian informasi, serta isi dari informasi yang terkandung didalamnya, namun tetap dengan tujuan yang sama yaitu perpustakaan umum menyajikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kelompok serta kebutuhan masing-masing, guna untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pengetahuan masyarakat.
2.1.4. Ketersediaan Bahan Perpustakaan
informasi menjadi dasar ketersediaan bahan perpustakaan agar bahan perpustakaan yang dilayankan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Ketersediaan bahan perpustakaan menurut Yulia dan Sujana (2009, 1) sebagai berikut:
Ketersediaan bahan pustaka adalah kesiapan bahan pustaka yang telah dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk kemudian dilayankan dan disebarluaskan informasinya kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi mereka.
Sedangkan menurut Sutarno (2006, 75) hal–hal yang penting diperhatikan dalam memenuhi ketersediaan koleksi suatu perpustakaan adalah :
1. Kerelevanan, koleksi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.
2. Berorientasi kepada pengguna perpustakaan. 3. Kelengkapan koleksi.
4. Kemutakhiran koleksi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa ketersediaan bahan perpustakaan adalah kesiapan perpustakaan dalam mengumpulkan, mengolah dan menyimpan bahan pustaka yang akan dilayankan kepada masyarakat pengguna sesuai dengan kebutuhan informasinya. Kelengkapan jumlah bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan agar dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan.
2.1.5 Pengadaan Bahan Perpustakaan
Proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi. Kegiatan perpustakaan tujuannya untuk menambah dan melengkapi koleksi yang sudah ada, dan menjadi titik tolak kegiatan pembinaan dan pengembangan koleksi selanjutnya.
Selanjutnya Sutarno menjelaskan tentang proses pengadaan ialah pengadaan koleksi bahan perpustakaan dapat dilakukan dengan berberapa cara, antara lain :
1. Pembelian, baik langsung maupun melalui pihak ketiga 2. Melakukan tukar menukar
3. Mendapatkan bantuan atau sumbangan
4. Menggandakan, seperti membuat fotocopy, membuat duplikasi, membuat CD, dan lain sebagainya
5. Menerbitkan, termasuk di dalamnya membuat kliping koran
Sedangkan menurut Winarta (2014, 3) pengembangan bahan perpustakaan adalah:
Pengembangan koleksi (pembelian) bahan perpustakaan dilakukan untuk koleksi yang memiliki kontent Indonesiana (manuskrip, budaya etnis nusantara), umum, anak, remaja, dan lansia, pemustaka berkebutuhan khusus (tuna netra), bidang ilmu perpustakaan, terbitan luar negeri tentang Indonesia, ASEAN, Asia, dan E-resources (e-book dan e-journal).
Ada beberapa tahapan kegiatan yang dilakukan dalam rangka penghimpunan data informasi dalam pengadaan bahan yaitu, yaitu:
1. Hunting adalah kegiatan mencari dan menemukan bahan perpustakaan yang sudah ditetapkan subjek dan topiknya ke penerbit, pameran, yang berada baik di dalam maupun di luar negeri.
2. Survei adalah kegiatan menghimpun informasi bahan perpustakaan melalui penerbit, internet, pameran dan peluncuran bahan perpustakaan baru untuk memperoleh gambaran tentang bahan perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Tata cara pengadaan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pembelian bahan perpustakaan yang dilakukan melalui hunting, survei, seleksi, pembuatan daftar pesanan, memesan, menerima dan pengecekan bahan perpustakaan yang datang.
5. Inventarisasi adalah meregistrasi bahan perpustakaan yang menjadi koleksi yakni mencatat identitas bahan perpustakaan yang diadakan pada buku induk atau sistem simpan elektronis serta pembubuhan nomor induk dan pemberian cap kepemilikan.
6. Pelaporan adalah membuat laporan tertulis yang berisi tentang penjelasan pelaksanaan pengadaan bahan perpustakaan melalui pembelian beserta daftar judul bahan perpustakaan yang dibeli sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban kerja.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui pengadaan bahan perpustakaan merupakan suatu proses kerja yang ada dalam sistem layanan perpustakaan, bertujuan untuk menambah koleksi dengan sumber informasi baru atau yang sudah ada. Proses pengadaan bahan perpustakaan bisa berupa pembelian, hadiah, tukar menukar, dan sebagainya.
2.2. Relevansi
2.2.1. Pengertian Relevansi
Perpustakaan umum sebagai penyedia informasi yang memiliki bahan pustaka yang beraneka ragam dan banyak serta relevan dengan kebutuhan pengguna yang juga bervariasi tergantung dengan kebutuhan masing-masing, sehingga bahan pustakaitersebut dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna.
Menurut Dictionary for Library and information Science (2004, 606) relevansi adalah “Relevance the extent to which information retrieved in a search of a library collection or other resource, such a\us an online catalog or bibliographic database”.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa relevansi adalah kesesuaian antara permintaan informasi pada perpustakaan atau sumber informasi lainnya seperti catalog online atau database bibliografi.
Pengertian relevansi sebagai informasi atau dokumen yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini diperkuat oleh pendapat Purnomo (2006, 9) yang menyatakan bahwa “Dokumen yang relevan artinya dokumen-dokumen yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang sedang dibutuhkan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa relevansi bahan pustaka adalah suatu transaksi temu balik jika suatu dokumen relevan dengan kebutuhan pengguna karena relevansi dapat dijadikan suatu ukuran kefektifitasan antara sumber informasi dengan penerima informasi atau relevansi bahan perpustakaan merupakan suatu tolak ukur bagi pencari informasi untuk mengetahui kesesuaian antara bahan perpustakaan dengan informasi yang dibutuhkan pengguna.
2.2.2. Ukuran Relevansi Bahan Perpustakaam dengan Kebutuhan
Informasi Pengguna
perpustakaan tergantung bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada pengguna.
Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakaan tersebut.
Menurut Putubuku (2008, 2) ukuran relevansi dengan kebutuhan informasi pengguna adalah sebagai berikut :
1. Secara fitrahnya, perpustakaan dan sistem informasi berkutat dengan persoalan relevansi. Memang, kata “relevansi” itu sendiri datang dari “orang-orang sistem”, terutama orang-orang yang mendalami information retrieval, tapi para pustakawan sejak lama juga sudah mengantisipasi isyu ini. Ingat saja salah satu wejangan ‘suhu’ Ranganathan tentang ‘every book its reader‘. Di frasa ini ada keyakinan bahwa setiap orang punya buku yang cocok untuknya. Bahkan kita dapat secara dramatis mengatakan, untuk setiap bayi yang lahir di dunia ini ada sebuah buku terbit. Kelak di suatu masa, bayi itu akan membaca buku yang cocok untuknya.
2. Secara konseptual, maka ukuran relevansi yang eksternal ini punya satu kelemahan penting. Dalam konsep relevansi, sebuah dokumen atau buku dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian ini kemudian ditetapkan sebagai sebuah ukuran kuantitatif yang tetap. Dalam teknik information retrieval cara penetapan ukuran kesesuaian ini seringkali linear (satu arah). Seseorang memasukkan pertanyaan (query) ke sebuah sistem, lalu sistem memberikan jawaban. Berdasarkan jawaban ini dilakukan penghitungan seberapa relevan dokumen yang telah ditemukan oleh sistem.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa suatu informasi akan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan infomasi pengguna. Nilai informasi ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya.
2.3. Kebutuhan Informasi
2.3.1. Pengertian Kebutuhan Informasi
Setiap individu memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh keadaan lingkungan, tingkat intelektualitas, tuntutan pekerjaan, serta banyaknya informasi yang ada sekarang ini. Informasi dibutuhkan pengguna bertujuan untuk menambah pengetahuan, memenuhi tugas dan kebutuhan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari dan juga meningkatkan keterampilan yang pada akhirnya dapat merubah sikap dam prilakunya. Informasi menjadi kebutuhan pokok pengguna tertentu, sehingga jika kebutuhan informasinya tidak terpenuhi akan menjadi masalah bagi pengguna, informasi yang akurat, relevan, cepat, tepat, serta mudah mendapatkannya menjadi keinginan setiap pengguna dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
Menurut Line yang dikutip oleh Laloo (2002, 12) “kebutuhan informasi adalah sesuatu yang sebaiknya dimiliki oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya, penelitian, pendidikan, dan juga sebagai hiburan”.
mengembangkan pemikirannya dan agar dia bisa mengatasi berbagai kesenjangan dan permasalahan yang dihadapi”.
Sedangkan Wilson yang dikutip oleh Harissanty (2007, 5) mengemukakan bahwa kebutuhan informasi manusia terbagi kedalam tiga konteks yaitu :
1. Kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang (person’s environment), Kebutuhan terkait dengan lingkungan seseorang dapat menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang lingkungannya misalnya informasi tentang lingkungan tempat tinggal, lingkungan sekolah, peristiwa-peristiwa terkini dan kebijakan pemerintah.
2. Peran sosial yang disandang (social roles), Kebutuhan terkait dengan peran sosial yaitu mengenai peran seseorang dalam lingkungan masyarakat misalnya sebagai pelajar membutuhkan informasi tentang pelajaran atau tugas-tugas di sekolah dan kebutuhan pemahaman baru tentang materi pelajaran di sekolah.
3. Karakteristik personal (personal characteristics). Kebutuhan terkait dengan karakteristik personal yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan, gaya hidup dan kebutuhan untuk mendapatkan hiburan.
2.3.2. Jenis Kebutuhan Informasi
Informasi tak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari karena kita akan selalu membutuhkan informasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Sementara itu Nicholas yang dikutip oleh ishak (2000) menyatakan bahwa kebutuhan informasi memiliki sebelas karaktersitik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi tersebut. Berikut uraian singkat dari kesebelas karakteristik kebutuhan informasi.
1. Pokok Masalah (Subject)
Subjek yang terkandung dalam suatu informasi merupakan karakteristik kebutuhan informasi yang paling jelas dan segera terlihat. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam menguraikan pokok masalah, yaitu: 1) berapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam suatu informasi, 2) seberapa jauh kedalaman pokok masalah itu, dan 3) apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih rinci.
2. Fungsi (Function)
Setiap pemakai informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam memanfaatkan informasi, tergantung pada kegiatan dan hasil kegiatan dari pemakai informasi. Pada dasarnya pemakai membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu: 1) fungsi temuan (fact-finding), 2) fungsi aktualisasi informasi (current awareness), 3) fungsi penelitian (research), 4) fungsi penyegaran (briefing), dan 5) fungsi pendorong (stimulus).
3. Sifat (Nature)
Sifat informasi merujuk pada ciri esensial yang ada pada suatu informasi, yaitu apakah informasi itu memiliki salah satu sifat berikut, seperti: berubah pada periode tertentu, atau kebutuhan informasi berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
4. Tingkat Intelektual (Intellectual Level)
Informasi baru dapat dipahami secara efektif oleh pemakai bila memiliki prasyarat keluasan pengetahuan minimum atau tingkat kecerdasan tertentu. Sehingga dalam konsep kebutuhan informasi terkandung karakteristik yang berkaitan dengan tingkat intelektual pemakai.
5. Titik Pandang (Viewpoint)
pendekatan positif – negatif, dan orientasi disiplin ilmu. 6. Kuantitas (Quantity)
Pemakai informasi membutuhkan jumlah atau kuantitas yang berbeda dalam memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau dalam memecahkan suatu permasalahan. Jumlah informasi yang dibutuhkan sangat tergantung pada sifat individu pemakai, artinya setiap pemakai dianggap mampu menentukan batasan kebutuhan informasi masing-masing.
7. Kualitas (Quality)
Kualitas kebutuhan informasi sangat tergantung pada sifat individu pemakai informasi. Sehingga keputusan penggunaan informasi berdasarkan pada kualitas ini bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap pemakai informasi.
8. Batas Waktu Informasi (Date)
Untuk memahami kebutuhan informasi pemakai berdasarkan karakteristik batas waktu informasi, ada dua pertanyaan yang harus diajukan. Pertanyaan tersebut adalah: 1) seberapa lama informasi masa lampau yang diperlukan? dan 2) seberapa baru informasi yang diperoleh? Pertimbangan utama yang menentukan ialah berapa lama umur informasi dalam simpanan berkas yang ada. Informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas informasi berbeda-beda.
9. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)
Informasi diupayakan secepatnya sampai pada pemakai, dan diharapkan tidak terhenti dalam masa transit atau penyebarannya, sehingga aktualitas informasi dapat dijaga. Hal ini berarti informasi jangan sampai tidak up-to-date kemanfaatannya.
10.Tempat Asal Publikasi (Place)
Bagi pemakai informasi, tempat asal publikasi bisa menjadi masalah. Masalah tersebut berhubungan dengan tiga hal utama, yaitu: 1) pokok masalah dalam informasi, 2) posisi pengguna, dan 3) kelancaran bahasa.
11.Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging)
Berhubungan dengan tugas pekerjaan, Javerlin dalam ishak (2003, 23) memberi klasifikasi terhadap jenis kebutuhan informasi, yaitu:
1. Informasi yang berkaitan dengan masalah (problem information), menggambarkan struktur, sifat dan syarat masalah yang sedang dihadapi, misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, konstruksi jalan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenal jenis, tujuan dan masalah yang dihadapi dalam membangun konstruksi jembatan atau jalan. Pada kasus ini kemungkinan telah ada sumber informasi yang telah membahas hal yang sama.
2. Informasi yang berkaitan dengan wilayah (domain information), terdiri dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah permasalahan. Misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, wilayah informasi yang diperlukan adalah kekuatan dan tingkat pemuaian besi. Jenis informasi yang dibutuhkan berupa uji ilmiah dan teknologi informasi. Informasi tersebut terdapat dalam terbitan jurnal ilmiah dan buku teks.
3. Informasi sebagai pemecahan masalah (problem-solving information), menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah, apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi jembatan, insinyur perencana akan mengahadapi pro dan kontra mengenai berbagai informasi tentang desain jenis jembatan. Ini hanya dapat dipecahkan pada keahlian (experts) seseorang dan pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan menurut Katz, Gurevitch dan Haas dalam Yusup (2006, 338) kebutuhan itu terbagi pada:
1. Kebutuhan Kognitif
Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungan.
2. Kebutuhan Afektif
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional.
3. Kebutuhan Integrasi Personal (Personal Intergrative Needs)
Kebutuhan ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu.
4. Kebutuhan Integrasi Sosial (Social Intergrative Needs)
5. Kebutuhan Berkhayal (Escapist Needs)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (Diversion).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya informasi merupakan hal yang penting dalam setiap kebutuhan semua orang, dimulai dari kebutuhan dasar sampai pada kebutuhan penunjang lainnya. Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan informasi disesuaikan dengan tugas, pemecahan masalah, kehidupan, wilayah dan tuntutan kebutuhan pengguna yang selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya zaman.
2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi
Kebutuhan informasi pengguna dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Menurut Nicholas (2000, 33) ada lima faktor yang memperngaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:
1. Jenis pekerjaan
2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi: kecepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan
3. Waktu
4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi)
Selanjutnya menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006, ) menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti digambarkan pada
Gambar – 1: Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi (Sumber: Wilson, 1994)
Pada Gambar tersebut di atas terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:
1. Kebutuhan individu (person)
Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs).
2. Peran sosial (social role)
Peran soaial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.
3. Lingkungan (environment) LINGKUNGAN
Lingkungan kerja
Lingkungan Sosial-budaya Lingkungan politik-ekonomi Lingkungan fisik
PERAN SOSIAL
Peran Kerja Peran Kinerja
INDIVIDU
Kebutuhan Psikologi Kebutuhan Afektif Kebutuhan Kognitif
Faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial budaya (socio-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi (politic-economic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu, sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.
Sedangkan menurut Chen dan Hernon yang dikutip oleh Yulianah (2009, 19) faktor-faktor yang mempengaruhi informasi seseorang adalah:
1. Karakteristik pemustaka: pengalaman, usia, latar belakang pendidikan dan cara berpikir.
2. Faktor minat seseorang 3. Faktor pekerjaan dan profesi 4. Faktor koleksi
5. Faktor kesukaan
6. Sistem pelayanan informasi: akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber informasi yang ada di lingkungan pemustaka informasi.
2.3.4. Jenis Pengguna Informasi
Pengguna/pemakai informasi merupakan setiap orang yang membutuhkan informasi. Pemakai informasi ialah komponen penting dalam jaringan informasi untuk kelancaran arus informasi diperlukan pengetahuan jenis pemakai informasi, dengan mengetahui kebutuhan, kebiasaan dan bahan yang dipilih pemakai.
Menurut Yusup (2009, 330) pengguna informasi perpustakaan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Pengguna potensial
pengguna yang belum sempat dilayani di perpustakaan disebut dengan pengguna potensial (potential users)
2. Pengguna aktual
pengguna yang sudah datang ke perpustakaan dan sudah memanfaatkan jasa layanan perpustakaan disebut dengan pengguna aktual (actual users)
Oleh sebab itu permintaan mereka atas bahan pustaka perlu dipertimbangkan agar kebutuhan pengguna terpenuhi. Permintaan pengguna akan bahan pustaka dapat dijadikan alat untuk mengukur selera dan minat baca pengguna.
Sedangkan pendapat Wilson menjelaslah bahwa “user” (pemakai/pengguna) sebagai objek penelitian perilaku informasi perlu selalu diletakkan dalam konteks sosialnya. Wilson yang dikutip oleh Putu (2000) memperjelas konsep “pemakai/pengguna” ini dalam 5 sub-konsep berikut:
2. Lalu orang ini berupaya menemukan informasi (information-seeker); di sini dia menjadi komunikator tetapi dalam proses yang lebih spesifik berupa pencarian dan penemuan informasi, berkaitan dengan sebuah kegiatan komunikasi yang terpisah dari kegiatan komunikasi umum, melibatkan tidak saja komunikasi inter-personal, melainkan juga: 3. Pemakaian sistem informasi formal, yang merupakan keseluruhan dari
peralatan, produk, atau sistem yang secara khusus diciptakan untuk menyimpan, memelihara, menemukan kembali, atau mengemas-ulang informasi. Termasuk di sini adalah perpustakaan, berbagai institusi jasa informasi, jurnal dan pangkalan-data terpasang, berkas rekod organisasi, sistem arsip, dan sebagainya. Seringkali, kajian tentang pemakai berkonsentrasi pada satu aspek ini saja, yaitu aspek interaksi antara manusia dan sistem; padahal seseorang juga dapat bertindak sebagai:
4. Seorang penerima jasa informasi (recipient) , sebab tidak semua sistem informasi bersifat pasif. Sebagian besar sistem informasi secara aktif menawarkan jasa mereka, misalnya dalam bentuk jasa kesiagaan informasi (current awareness). Berbagai upaya promosi informasi melalui media massa juga dianggap oleh Wilson sebagai contoh sifat aktif dari sistem informasi;
5. Sehingga akhirnya seseorang adalah pengguna dari informasi yang tersedia di dalam sistem informasi. Wilson mengritik kajian perilaku informasi yang mengabaikan aspek penggunaan atau pemanfaatan informasi yang sudah ditemukan atau disediakan oleh sebuah sistem informasi.
Sedangkan menurut Kosasih (2009, 9) menyatakan bahwa yang termasuk pemakai jasa informasi perpustakaan, terdiri dari:
1. Peneliti dan pengajar
2. Tenaga teknis/laboran dari lembaga tertentu 3. Pengelola
4. Mahasiswa
5. Peminat lainnya/kelompok profesi