BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana
Mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling angkatan 2014 yang
berjumlah 60 mahasiswa.
4.2. Pelaksanaan Penelitian 4.2.1. Perijinan
Untuk persiapan pelaksanaan diawali dengan permohonan ijin
untuk diberikan kepada Dosen Bimbingan dan Konseling oleh Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan selaku penanggung jawab.
4.2.2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai pada tanggal 5 Mei 2017. Selama
berlangsung peneliti masuk ke ruang kelas angkatan 2014 B102 yang
seluruh mahasiswa berjumlah 30 orang dan di ruang kelas B104 pada
tanggal 8 Mei 2017. Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan 2
instrumen yaitu tentang kecerdasan emosi dan perilaku asertif dimana
masing-masing instrumen ini memiliki 35 item dan 35 item pertanyaan.
Diawali dengan siswa mengisi identitas secara lengkap dan benar,
membaca petunjuk pengisian skala, pengisian skala, setelah selesai
diharapkan untuk mengecek kembali skala yang telah diisi dengan teliti
4.3. Analisis Deskriptif
4.3.1. Analisis Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosi
Analisis diskriptif variabel Kecerdasan Emosi Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling telah diklasifiksikan berdasarkan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah, sangat rendah seperti dilaporkan oleh tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.1. Analisis Deskriptif Variabel Kecerdasan Emosi
NO Rentang Skor Kategori Frekuensi Prosentase
1 115-122 Sangat tinggi 29 49%
2 107-114 Tinggi 14 23%
3 99-106 Sedang 9 15%
4 91-98 Rendah 5 8%
5 83-90 Sangat rendah 3 5%
Total 60 100%
Dari data sebaran distribusi frekuensi pada tabel 4.2 menunjukkan
kecerdasan emosi mahasiswa pada kategori sangat tinggi sebanyak 29 mahasiswa
(49%), pada kategori tinggi sebanyak 14 mahasiswa (23%), pada kategori sedang
sebanyak 9 mahasiswa (15%), pada kategori rendah sebanyak 5 mahasiswa (8%),
dan pada kategori sangat rendah sebanyak 3 mahasiswa (5%). Dari uraian diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi 60 Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 didominasi oleh kategori sangat tinggi
4.3.2. Analisis Deskriptif Variabel Perilaku Asertif
Analisis diskriptif variabel Perilaku Asertif Mahasiswa Bimbingan dan
Konseling telah diklasifiksikan berdasarkan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah, sangat rendah seperti dilaporkan oleh tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Analisis Deskriptif Variabel Perilaku Asertif
NO Rentang Skor Kategori Frekuensi Prosentase
1 110-118 Sangat tinggi 25 42%
2 101-109 Tinggi 15 25%
3 92-100 Sedang 9 15%
4 83-91 Rendah 7 11%
5 74-82 Sangat rendah 4 7%
Total 60 100%
Dari data sebaran distribusi frekuensi pada tabel 4.3 menunjukkan perilaku
asertif mahasiswa pada kategori sangat tinggi sebanyak 25 mahasiswa (42%),
pada kategori tinggi sebanyak 15 mahasiswa (25%), pada kategori sedang
sebanyak 9 mahasiswa (15%), pada kategori rendah sebanyak 7 mahasiswa
(11%), dan pada kategori sangat rendah sebanyak 4 mahasiswa (7%). Dari uraian
diatas dapat ditarik kesimpulan perilaku asertif 60 Mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 didominasi oleh kategori sangat tinggi
dengan prosentase (42%) 25 mahasiswa.
4.3.2 Analisis Korelasi
Untuk pengolahan data korelasi antara kecerdasan emosi dengan perilaku
asertif menggunakan teknik analisis Pearson dengan dibantu oleh program SPSS
Tabel 4.3 Hasil Analisis Korelasi Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Asertif
Dari tabel 4.4 tampak bahwa koefisien antara kecerdasan emosi dengan
perilaku asertif sebesar R atau rxy = 0.848 dan p = 0,000 < 0,01. Artinya ada
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku asertif.
4.4Hasil Uji Hipotesis
Dari hipotesis yang sudah diutarakan oleh penulis di bab sebelumnya yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan
perilaku asertif mahasiswa bimbingan dan konseling angkatan 2014. Dari hasil
yang diperoleh pada analisis di atas yaitu koefisien korelasi sebesar 0,848 dengan
signifikansi sebesar p = 0,000 < 0,01 yang menunjukkan bahwa ada hubungan
positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan perilaku asertif yang artinya
bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi semakin tinggi perilaku asertif, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Correlations
Kec.emosi P.asertif
Kec.emosi kendall Tau 1 .848
Sig. (2-tailed) .000
N 60 60
P.asertif kendall Tau .848 1
Sig. (2-tailed) .000
4.5 Pembahasan
Goleman (2007) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,
serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang
dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan
mengatur suasana hati. Kecerdasan emosi memiliki maksud yaitu mampu untuk
mengendalikan emosi sehingga perilaku asertif yang merupakan dampak dari
adanya ketidakmampuan mengendalikan.
Gunarsa (2001) menyatakan bahwa perilaku asertif adalah perilaku antar
pribadi (interpersonal behaviour) yang melibatkan aspek kejujuran, keterbukaan
pikiran dan perasaan. Perilaku asertif ini ditandai dengan adanya kesesuaian sosial
dan seseorang yang mampu berperilaku asertif akan mempertimbangkan perasaan
dan kesejahteraan orang lain. Selain itu, kemampuan dalam perilaku asertif
menunjukkan adanya kemampuan untuk menyelesaikan diri dalam hubungan
antar pribadi.
Kecerdasan emosi memiliki hubungan dengan perilaku asertif, seseorang
yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi tentunya akan mampu untuk
mengendalikan dan mengontrol perilaku asertif atau perasaan positif yang ada
dalam dirinya, dan sebaliknya apabila seseorang memiliki kecerdasan emosi
rendah tentunya tidak dapat atau mengalami kesulitan dalam mengendalikan
emosi yang ada dalam dirinya dan cenderung akan memiliki perilaku asertif atau
perasaan negatif. Perilaku asertif yang bersifat pasif ini biasanya bersifat
emosional, tidak jujur dan tidak langsung, terhambat dan menolak diri sendiri.
Individu yang pasif akan membiarkan orang lain menentukan apa yang harus
dilakukannya dengan sering berakhir dengan perasaan cemas, kecewa terhadap
diri sendiri, bahkan kemungkinan akan berakhir dengan kemarahan dan perasaan
Hasil penelitian didapatkan kecerdasan emosi dalam kategori sangat
tinggi, dan perilaku asertif dalam ketegori sangat tinggi yang sudah dibahas di bab
sebelumnya.
Hasil korelasi koefisien antara kecerdasan emosi dengan perilaku asertif
sebesar R atau rxy = 0.848 dan p = 0,000 < 0,01. Artinya ada hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku asertif. Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori Goleman (1999), mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut
seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan
dan mengatur suasana hati. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
oleh Fransisca (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kecerdasan emosi dan perilaku asertif pada remaja akhir. Koefisien korelasi yang
diperoleh pada penelitian adalah 0.769 dengan probalitas 0.000 (p < 0.01). Hasil
penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Novita (2013) tentang hubungan
kecerdasan emosi dengan perilaku asertif siswa kelas XI SMA N 1 Semarang.
Penelitian ini memiliki sampel 70 siswa kelas XI SMA N 1 Semarang dari
populasi 280 siswa. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif dan
signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku asertif, dibuktikan rxy -0,536