• Tidak ada hasil yang ditemukan

PART - 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " PART - 1"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N TA H U N A N

(2)

D A F T A R I S I

C o n t e n t s

VISI DAN MISI

SEJARAH PERSEROAN

PERJALANAN PERSEROAN

PERKEMBANGAN HARGA SAHAM SDRA 2008 IKHTISAR KEUANGAN

INDIKATOR KEUANGAN

WILAYAH KERJA

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN ATAS LAPORAN TAHUNAN

STRUKTUR ORGANISASI

TREASURY DAN TRANSAKSI LUAR NEGERI

LAPORAN TUGAS PENGAWASAN

MANAJEMEN RISIKO

TATA KELOLA PERUSAHAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

TANGGUNG JAWAB SOSIAL & LINGKUNGAN

LAPORAN KEUANGAN

REPORT FROM BOARD OF COMMISSIONERS REPORT FROM BOARD OF DIRECTORS

TREASURY AND INTERNATIONAL TRANSACTION

RISK MANAGEMENT

CORPORATE SOCIAL AND ENVIRONMENT RESPONSIBILITY

FINANCIAL REPORT

TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN

JARINGAN DAN LAYANAN

CORPORATE HISTORY

SDRA STOCK PRICE DEVELOPMENT IN 2008

AWARD

SUPERVISION REPORT

NETWORK AND SERVICES

DIVISION AND SENIOR EXECUTIVE BRANCH MANAGER

(3)

Visi

Misi

Mission

Vision

Pelopor institusi keuangan yang menjadi bank berkinerja baik dan sehat

Memenuhi harapan stakeholder dalam usaha perbankan dengan 5 (lima) pilar :

Menjaga kepercayaan masyarakat

Memberikan pelayanan secara personal

Provide personalized services

Melestarikan usaha perbankan dengan nilai-nilai tata kelola

perusahaan (good corporate governance) yang baik

Preserve the banking industry through good corporate governance values

Pelopor jasa keuangan yang berkembang dan inovatif

A Pioneer in financial services that continues to grow and innovate

Bank Saudara

Annual Report

2008

·“A pioneering financial institution has now become a well performing and healthy bank”

To fulfill the stakeholders hopes for the banking business through the following 5 (five) pillars”

“Safeguard public trust”

Peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan

(4)

Sejarah Perseroan

Corporate History

PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906, Tbk pertama kali

didirikan pada tahun 1906 dengan nama Vereeniging

Himpoenan Soedara oleh para saudagar batik dan kulit di Bandung dan sekitarnya, dengan tujuan utama untuk menyalurkan usaha jasa keuangan secara simpan pinjam. Perkumpulan ini berdiri atas prakarsa 3 orang kaum saudagar saat itu, H. Basoeni, T.H. Damiri dan H. Badjoeri yang saat itu berkeinginan untuk mengadakan satu perkumpulan dalam kalangan kaum saudagar, karena memiliki persamaan atas keinginan tersebut maka dicarinya beberapa saudagar lainnya hingga terkumpul sebanyak 10 orang saudagar.

Pada tahun 1908, perkumpulan ini juga aktif berperan dalam pergerakan nasional sebagai mitra dari perkumpulan Boedi Oetomo di daerah Jawa Barat yang bergerak di bidang perekonomian. Perkumpulan ini semakin berkembang dan pada tahun 1912 yang saat itu usahanya terbatas pada simpan pinjam, mengajukan permohonan untuk mendapat pengesahan sebagai badan hukum dan dikabulkannya permohonan tersebut dengan pengesahan Anggaran Dasarnya berdasarkan

Goverment Besluit No.33 tanggal 04 Oktober 1913.

Seiring dengan Kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1955 dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1955 Lembaran Negara No. 2, tentang Pengawasan Terhadap Urusan Kredit, yang menetapkan bahwa semua perusahaan dan badan yang mengadakan usaha-usaha untuk memberikan kredit atas tanggungan pendiri adalah Bank Tabungan, maka pada tanggal 11 Nopember 1955 Menteri Keuangan memberi izin kepada Himpunan Saudara untuk melakukan usaha bank tabungan dengan daya laku surut mulai tanggal 04 Februari 1955.

Pada tahun 1967, dengan berlakunya Undang-Undang No. 14 tentang Pokok-Pokok Perbankan beserta peraturan pelaksanaannya, dalam hal ini Keputusan Menteri Keuangan tertanggal 18 Desember 1968, Himpunan Saudara diwajibkan mengubah bentuk hukumnya dari Perkumpulan menjadi Perseroan Terbatas. Pada tanggal 15 Juni 1974, Perkumpulan Himpunan Saudara secara formil dibubarkan dan pada saat bersamaan itu pula didirikannya Himpunan Saudara dalam bentuk hukumnya yang baru dengan nama PT. Bank Tabungan Himpunan Saudara (HS) 1906.

Dengan semakin berkembangnya usaha, maka pada bulan April 1992 PT Bank Tabungan Himpunan Saudara (HS) 1906 berubah menjadi PT. Bank HS 1906 dengan adanya penyertaan modal serta manajemen / kepengurusan oleh MEDCO Group (perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang perminyakan dan gas bumi serta kontraktor) dan pada bulan Juli 1993 dengan berlakunya Undang-Undang Perbankan No. 7/92 b e r d a s a r k a n S K M e n t e r i K e u a n g a n N o . providing access to financial services through taking deposits and providing loans. This association was formed through the initiative of 3 entrepreneurs: H. Basoeni, T.H. Damiri, and H. Badjoeri who at the time wanted to forma merchant association. Driven with a common purpose and goal, the number of Founders eventually became 10 merchants.

In 1908, the association also played an active role in the national movement as partner to the Boedi Oetomo movement in West Java which focused on the economic field. The association's growth continued until 1912 when the associati sought to expand its business, which at that time was limited taking deposits and providing loans, by seeking permit to be recognized as a legal entity which was subsequently obtained through the legalization of its Articles of Association by virtue of Goverment Besluit

(Government Decision) No. 33 dated 04 October 1913.

With the Republic of Indonesia's Independence, in 1955 upon the effectivity of Government Regulation No.1 of 1955 State Gazette No.2, in relation to Supervision concerning Loan Activity that states that all companies and entities in which its activities are to provide loan at the founder's expense are deemed as Savings Banks (Bank Tabungan), thus on 11 November 1955, the Minister of Finance issued a permit to Himpunan Saudara to operate as savings bank effective 4 February 1955.

In 1967, by virtue of Law No. 14 concerning the Main Aspects of Banking along with its operational regulations, in this respect the Minister of Finance's Decree dated 18 December 1968, Himpunan Saudara was required to change its legal status from being an Association (perkumpulan) to a Limited Liability Company. On 15 June 1974, Perkumpulan Himpunan Saudara was formally disbanded and at the same time Himpunan Saudara was formed under the legally recognized new name, PT Bank Tabungan Himpunan Saudara (Hq 1906.

(5)

PT Bank Himpunan Saudara 1906 beroperasi sebagai Bank Umum yang peresmiannya dilakukan oleh Drs. Mar'ie Muhammad yang saat itu menjabat Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Pada tahun 2006 bertepatan dengan 100 tahun usianya, PT. Bank Himpunan Saudara 1906 mengubah nama panggilan/call name menjadi BANK SAUDARA tetapi dengan bentuk hukum tetap atau tidak berubah, dan bersamaan itu pula diikuti dengan perubahan logo perusahaan. Pada tahun yang sama, dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan serta menjadi perusahaan yang terbuka dan dimiliki oleh publik, pada tanggal 15 Desember 2006 melakukan penawaran harga saham perdana perseroan kepada masyarakat umum

(Initial Public Offering) dan menjadi salah satu perusahaan terbuka yang tercatat pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan sandi/kode SDRA.

PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (BANK SAUDARA) berusaha meningkatkan kinerja perseroan serta pelayanan kepada masyarakat umum. Selain meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM nya yang secara berkala melaksanakan pelatihan baik intern maupun ekstern, di dalam negeri maupun luar negeri, perseroan pun berusaha lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dan hal itu direalisasikan dalam bentuk penambahan kantor di beberapa wilayah seperti Subang, Sumedang, Semarang dan Surabaya selain peningkatan status kantor juga pendirian Kantor Cabang baru, menjadi Bank Kustodian serta perseroan pun melakukan perombakan struktur organisasi.

Saat ini, PT. Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk (BANK SAUDARA) dipimpin oleh Dewan Komisaris dan Manajemen yang memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang perbankan. Komisaris Utama saat ini dijabat oleh R. Maulana Ibrahim, SE AK., MA., serta Maskan Iskandar, SH dan DR. H. Uce Karna Suganda, MM menjabat sebagai Komisaris (Komisaris Independen), sedangkan untuk jajaran Direksi saat ini Direktur Utama dijabat oleh

Farid Rahman, SE. MBA serta Madyantoro Purbo, MBA

menjabat Direktur Bisnis dan Operasi dan Ir. Arief Budiman menjabat Direktur SDM dan Kepatuhan. Adapun mayoritas kepemilikan saham saat ini didominasi oleh Ir. Arifin Panigoro dan PT. Medco Intidinamika.

Bank Saudara

Annual Report

2008

In 2006, coinciding with the bank's 100th anniversary, PT Bank Himpunan Saudara 1906 changed its call name to BANK SAUDARA and launched its new company logo while its legal entity remained the same or unchanged. During the same year, in its effort to boost its performance and become a public company, on 15 December 2006, the Bank offered its shares to the public through an Initial Public Offering. The Bank became one of the public companies listed on the Jakarta Stock Exchange (JSX) under the code SDRA.

Currently, PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk (BANK SAUDARA) is headed by a Board of Commisioners and Management which are competent and experienced in the field of banking. The current President Commisioner is R. Maulana Ibrahim, SEAK., MA., with Maskan Iskandar, SH and DR. H. Uce Kama Suganda, MM as Independent Commissioners, while the Bank's Board of Directors, namely Farid Rahman, SE. MBA holds the position of President Director, Madyantoro Purbo, MBA as Business and Operations Director and Ir. Arief Budiman as HR and Compliance Director. The Bank's current majority shareholders are Ir. Arifin Panigoro and PT Medco Intidinamika.

PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (BANK SAUDARA) strives to improve company performance, and its service to the general public. Aside from enhancing its Human Resources capabilities and professionalism by periodically conducting internal and external training, both within and outside of Indonesia, the Company also strives to have a closer relations with the public by establishing additional offices in areas such as Subang, Sumedang, Semarang and Surabaya. In addition, the company upgraded the status of its offices, established new Branch Offices, has become a Custodian Bank, while the company carried out changes to its organization structure.

(6)

Disahkan sebagai Badan Hukum berstatus

Vereeniging” “

Himpoenan Soedara berdiri atas prakarsa 10 saudagar

Pasar Baru Bandung

Menjadi Badan Hukum dengan nama

Himpunan Saudara 1906” ”PT. Bank Tabungan

Medco Group masuk menjadi

Saham Pengendali Pemegang

Beroperasi sebagai Bank Umum dengan nama ” PT. Bank Himpunan Saudara 1906 ”

yang diikuti perubahan logo

Iden dari

menjadi Bank Saudara sekaligus menjadi Perusahaan publik/terbuka

titas Korporat berubah Bank HS 1906

Perubahan susunan Pengurus Perseroan serta

penambahan layanan

menjadi salah satu Bank

Kustodian

Perjalanan Perseroan

Izin beroperasi menjadi

Bank Devisa

Bank Saudara

Annual Report

2008

Corporate Timeline

in Pasar Baru Bandung Was established by 10 merchants

Legalized as “Vereeniging”

Changed the

the Bank’s management as well as introduction of Custodian Banking Service

composition of

Operated as

and changed its name to “PT Bank Himpunan Saudara 1906” followed by changed in company logo”

Commercial Bank

Changed its Corporate identity from Bank HS 1906 to Bank Saudara & became

a Public Company “PT. Bank Tabungan Himpunan Saudara 1906”

Became a Limited Liability Company (Savings Bank) “Medco Group became

its Controlling Shareholder”

(7)

Komposisi Kepemilikan Saham

Selama tahun 2008 perseroan melakukan perombakan struktur organisasi baru dengan penambahan Divisi baru yaitu Divisi International dan Transactional Banking. Selama tahun 2008 perseroan terus melakukan penyempurnaan jasa pelayanan, salah satunya meningkatkan statusnya menjadi Bank Devisa serta pendirian beberapa kantor cabang baru di beberapa wilayah selain Bandung dan Jakarta antara lain Tasikmalaya, Yogyakarta dan Denpasar serta beberapa lainnya seperti Serang, Cikarang dengan demikian nantinya kantor Bank Saudara akan tersebar di beberapa wilayah yaitu Serang, Tangerang, Jakarta, Bogor, Cibinong, Sukabumi, Subang, Bandung, Garut, Sumedang, Kuningan, Majalengka, Cirebon, Semarang, Surabaya, Tasikmalaya, Yogyakarta dan Denpasar. Guna memenuhi ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk telah mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 11 Agustus 2008 yang memutuskan dan menyetujui perubahan seluruh Anggaran Dasar Perseroan dalam rangka penyesuaian terhadap Undang-Undang tersebut. Dalam Anggaran Dasar Baru tersebut diputuskan pula untuk meningkatkan Modal Dasar Perseroan dari Rp. 400 miliar menjadi Rp. 600 miliar, yang tentunya hal ini menunjukan komitmen pemegang saham pengendali serta manajemen perseroan secara bertahap meningkatkan modal disetor serta terus berupaya meningkatkan kinerja perseroan yang semakin lebih baik dimasa yang akan datang.

Dalam upaya peningkatan pelayanan serta lebih mendekatkan diri dengan masyarakat, PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk selain meningkatkan kemampuan SDM yang lebih profesional, sistem teknologi yang semakin baik serta produk-produk yang inovatif serta menarik bagi masyarakat, jaringan kantor kelak akan semakin diperluas, tidak hanya di wilayah pulau Jawa, tetapi juga akan merambah ke luar pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Public

In 2008, the Company had made changes to its organization structure by adding a new Division, the International and Transactional Banking Division. Throughout 2008, the company continued to improve its services by enhancing its status to that of a Foreign Exchange Bank as well as established new branch offices in a number of areas outside Bandung and Jakarta, among others, in Tasikmalaya, Yogyakarta and Denpasar as well as in several other places such as in Serang and Cikarang. Eventually the offices of Bank Saudara will spread in a number of areas such as: Serang, Tangerang, Jakarta, Bogor, Cibinong, Sukabumi, Subang, Bandung, Garut, Sumedang,Kuningan, Majalengka, Cirebon, Semarang, Surabaya, Tasikmalaya, Yogyakarta and Denpasar.

In order to fulfill Law No. 40 - 2007 concerning Limited Liability Company, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk conducted an Extraordinary General Shareholder Meeting (RUPSLB) on 11 August 2008 which decided and approved changes of all Company's Articles of Association to conform with the said Law. In the New Articles of Association, it was also decided to increase the Company's Authorized Capital from Rp. 400 billion to Rp. 600 billion. This increase indicated the commitment of the controlling shareholder and the company's management towards increasing paid-in capital in stages as well as continuing its efforts to improve the company's performance.

In its efforts to improve its services and to place itself closer to the public, PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk improved not only the capability of its Human Resources to be more professional, but also improved its technology system, developed innovative and attractive products for the public and expanded its network of offices not only in Java, but also in islands outside Java such as Sumatra, Kalimantan, Sulawesi and Irian Jaya.

(8)

Ikhtisar Keuangan

Operating Expenses to Operat. Revenues

Loans to Deposit Ratio

Capital Adequacy Ratio With Credit Risk STATEMENT OF INCOME

Non Performing Loan - Gross

Non Performing Loan - Net

0,46% Capital Adequacy Ratio With Credit Risk

and Market Risk

Rasio Laba Bersih terhadap Aktiva

Rasio Laba Bersih terhadap Modal

Marjin Bunga Bersih

Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional

Rasio Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga

Rasio Kecukupan Modal dengan memperhitungkan Risiko Kredit

(9)

Indikator Keuangan

Financial Indicators

JUMLAH AKTIVA Total Assets LABA BERSIH Net Income

KREDIT Credit SIMPANAN NASABAH Deposits from Customers

Dalam miliar rupiah Dalam miliar rupiah

Dalam miliar rupiah Dalam miliar rupiah

In Billion of Rupiah In Billion of Rupiah

In Billion of Rupiah In Billion of Rupiah

Bank Saudara

Annual Report

(10)

Tinjauan Perekonomian Indonesia

Secara umum, perekonomian Indonesia tahun 2008 berada dalam trend yang menurun akibat tekanan pada pertumbuhan ekonomi global sebagai dampak krisis keuangan di Amerika Serikat (AS). Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di kisaran 6% masih lebih baik di kawasan regional. Sementara itu, menurunnya harga minyak dunia menjadi dibawah 45 US dollar per barel memberikan pengaruh terhadap penurunan laju imported inflation dan harga-harga di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut sebesar 6,11% atau turun dibanding periode 2007 yaitu sebesar 6,33% masih dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga dengan pangsa lebih dari 50% terhadap produk domestik bruto (PDB). Adapun kegiatan investasi dan ekspor menunjukan kinerja yang sedikit menurun dengan pertumbuhan rata-rata hanya sebesar 11,99% dan 14,33% sepanjang tahun 2008.

Pengaruh kebijakan moneter yang ketat dan penurunan daya beli masyarakat sangat mempengaruhi perlambatan konsumsi swasta. Tingkat suku bunga kredit yang masih tinggi mengakibatkan sumber pembiayaan konsumsi dari perbankan mengalami penurunan. Pertumbuhan investasi juga mengalami penurunan seiring kondisi likuiditas yang masih ketat di perbankan nasional. Likuiditas perbankan nasional mengalami pengetatan seiring pertumbuhan kredit yang sangat agresif pada awal tahun 2008 yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang cenderung melambat.

Sementara itu, turunnya harga komoditas primer di pasar dunia berdampak buruk terhadap kinerja ekspor selama tahun 2008. Pertumbuhan ekspor yang melambat terutama terjadi pada barang tambang dan pertanian. Beberapa produk tambang yang mengalami penurunan antara lain crude palm oil (CPO), batubara, dan nikel. Sedangkan ekspor migas juga belum optimal akibat terbatasnya kenaikan produksi dan harga minyak dunia yang berada pada level terendah.

Nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2008 secara umum cenderung melemah dengan volatilitas yang meningkat. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara rata-rata melemah 18,38% dari Rp 9.420 per dolar pada akhir 2007 menjadi Rp 11.150 per dolar pada akhir 2008. Perlemahan nilai tukar rupiah selama 2008 didorong oleh kondisi ekonomi global yang secara umum kurang kondusif. Perlemahan nilai tukar rupiah terhadap US dollar sangat dalam yang sempat di level Rp. 12.200-an karena kebutuhan US dollar untuk kewajiban pembayaran utang korporasi yang meningkat pada akhir tahun dan penarikan dana oleh pelaku pasar asing sebagai pemenuhan likuiditas. Pasokan US dollar mengalami penurunan secara signifikan seiring dengan penurunan dana hasil ekspor yang masuk ke Indonesia dan ditempatkan di luar negeri seperti Singapura dan aliran modal keluar atas portofolio asing dari pasar keuangan Indonesia.

In general, the 2008 Indonesian economic situation was in a declining trend due to pressures on the global economic growth arising from the financial crisis in the United States (US). However, the economic growth of Indonesia was still in the range of 6%, which was better compared to the regional economic growth. Meanwhile, the reduced world oil price to below 45 US dollar per barrel also led to decreased imported inflation rates and prices in Indonesia. The economic growth during that period was 6.11% or lower than the 2007 economic growth of 6.33%, a growth rate which was still affected by household consumption that accounted for more than 50% of the gross domestic product (GDP). Investment and export activities showed a slightly declining performance with an average growth of only 11.9% and 14.33%, respectively, during 2008.

The impact of the tight monetary policy and public's reduced purchasing power very much affected the slowing down of private consumption. Continuing high loan interest rate led to decreased banking sector's source of consumption loan funding. The investment growth also declined in line with the national banking sector's still tight liquidity condition. The national banking sector's liquidity became tighter along with a very aggressive loan growth in early 2008 which was not offset by third party fund (TPF) growth as its growth inclined to be slower.

Meanwhile, the decreased primary commodity prices in the world market badly affected export performance during 2008. The slower export growth was especially apparent in mining and agricultural products. A decline occurred in several mining products, among others coal and nickel while in the agricultural products, crude palm oil (CPO). Meanwhile the oil and gas export was also not optimal yet due to the fact that production increase was limited, and that the world oil price was then at the lowest level.

The rupiah exchange rate at the end of 2008 was in general weakened with increased volatility. The rupiah exchange rate against US dollar in average declined 18.38% from IDR9,420 per dollar at the end of 2007 to IDR11,150 per dollar at the end of 2008. The weakening of rupiah exchange rate value in 2008 was attributable to the generally unfavourable global economic condition. A very sharp decrease of rupiah exchange rate value against the US dollar was seen when the rate touched the level of around IDR12,200 which arose from the increased need of US dollar for corporation loan payment at the end of the year and withdrawal of fund by foreign market players to meet liquidity requirement. The US dollar supply was reduced significantly together with the drop of export income into Indonesia and the placement of funds to other countries such as Singapore as well as capital outflow of foreign portfolio from the Indonesian financial market.

KONDISI MAKRO EKONOMI MACRO ECONOMIC CONDITION

Bank Saudara

Annual Report

2008

(11)

Upaya pencairan pinjaman lembaga keuangan international untuk memperkuat cadangan devisa hingga mencapai US$ 50,58 milyar pada akhir 2008 menjaga nilai tukar rupiah tidak jatuh lebih dalam.

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada tahun 2008 naik menjadi 11,77% dibanding tahun 2007 sebesar 6,59%. Tingkat inflasi tersebut berada jauh di atas target Bank Indonesia (BI) sebesar 5% plus minus 1%. Berdasarkan faktor fundamental, peningkatan tingkat inflasi pada 2008 tercermin pada inflasi inti. Peningkatan laju inflasi disebabkan oleh naiknya tekanan inflasi terutama berasal dari tingginya tekanan inflasi administrated price. Tekanan inflasi administrated price meningkat terkait dengan peningkatan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk kendaraan bermotor. Adapun pencapaian sasaran inflasi telah ditetapkan sebagai berikut sebesar 5,5% plus minus 1% pada tahun 2009, 5% plus minus 1% pada tahun 2010 dan 4.5% plus minus 1% pada tahun 2011.

Sejalan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, BI pada tahun 2008 mulai menerapkan kebijakan kenaikan suku bunga secara bertahap. Kondisi perekonomian pada awal 2008 ditandai dengan mulai meningkatnya tekanan terhadap inflasi dan pada paro kedua 2008 dihadapkan pada kondisi nilai tukar rupiah yang rentan terhadap gejolak eksternal. Sementara itu, kebijakan moneter yang longgar diterapkan sejumlah bank sentral di luar negeri yang bertujuan meningkatan stimulus ekonomi masih belum berdampak pada likuiditas perekonomian Indonesia. Hal tersebut memberi peluang bagi BI untuk menurunkan BI rate menjadi 9.25% di akhir tahun 2008. Sampai dengan akhir 2008 BI rate mencapai 9.25% baru mengalami penurunan kali pertama sebesar 25 basis points (bps) pada periode Desember 2008. Kebijakan moneter yang ditempuh belum direspon positif oleh pasar keuangan dan belum menumbuhkan optimisme pelaku ekonomi di sektor riil. Di pasar keuangan, pasar keuangan tercermin dari penurunan aktivitas perdagangan di Bursa Efek Intonesia dan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara signifikan. Di akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.345,46 atau turun 51% dibanding tahun sebelumnya. Investor asing masih mencatatkan nett beli di pasar saham sebesar Rp 180 milyar perhari pada periode November 2008. Sementara itu kapitalisasi asing turun sangat signifikan menjadi sebesar Rp 404 trilyun dari sebesar Rp 771,4 trilyun pada periode tahun sebelumnya.

Secara prosentase porsi kapitalisasi asing terhadap seluruh kapitalisasi pasar saham juga mengalami penurunan hingga mencapai 64,1%. Selain itu, perdagangan di pasar Surat Utang Negara (SUN) juga semakin menurun dengan yield yang cenderung naik. Secara rata-rata harian volume perdagangan SUN turun menjadi Rp 3,2 trilyun dari sebelumnya sebesar Rp 5,52 trilyun.

Bank Saudara

Annual Report

2008

Efforts to strengthen the foreign exchange reserve to reach US$50.50 billion through loan from international monetary organization at the end of 2008 was aimed at preventing further downslide of rupiah exchange rate.

The consumer price index (CPI) inflation in 2008 increased to 11.77% compared to inflation in 2007, which was 6.59%. The inflation rate was far above Bank Indonesia's target, which was set at 5% plus minus 1%. Based on the fundamental factors, the increased inflation rate in 2008 was reflected in the core inflation. Inflation rate escalated as the high inflation pressure was triggered mainly by the high administrated price inflation pressure. The rise in administrated price inflation pressure was related to rising subsidized fuel price for motor vehicles. Meanwhile, inflation target is projected at 5.5% plus minus 1% in 2009, 5% plus minus I % in 2010 and 4.5% plus minus I % in 2011.

Along with the increase in the price of subsidized fuel, in in 2008 Bank Indonesia commenced to gradually raise the interest rate. The economic condition in early 2008 was characterized by increasing pressure to inflation and in the second half of the year, rupiah was vulnerable to external factors. Furthermore, loose monetary policy with the purpose of increasing economic stimulus applied by some foreign central banks had not yet affected the liquidity of the Indonesian economy. This gave Bank Indonesia an opportunity to reduce BI rate to 9.25% at the end of 2008. Until the end of 2008, BI rate reached 9.25%, which means that it only had one reduction of 25 base points (bps) in the period of December 2008.

The monetary policy taken has not yet positively received by the financial market and has yet to foster optimism among economic players in the real sector. In the financial market, the market condition was obviously reflected by the slowing down of trading activities in the stock exchange market and the significant reduction of Stock Exchange Composite Index (SECI). At the end of 2008, the SECI was closed at 1,345.46 or a decrease of 51% as compared to the figure of the previous year. Foreign investors still recorded a net buy of 1DR 180 billion per day at the stock market during the period of November 2008. Whereas, the foreign capitalization significantly declined to Rp 404 trillion from Rp 771.4 trillion during the same period of the previous year.

(12)

Surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih berasal dari sisi neraca transaksi berjalan, sementara neraca modal dan financial mencatat surplus namun lebih rendah. Penurunan volume dan nilai ekspor yang signifikan terjadi pada produk unggulan seperti kelapa sawit mentah (CPO) dan batubara. Berdasarkan negara tujuan ekspor, konsentrasi negara tujuan ekspor kepada lima negara mulai sedikit berubah. Negara-negara tersebut adalah China, Singapura, Jepang, AS dan Malaysia. Nilai ekspor Indonesia sampai November 2008 berada pada kisaran USD 136 milyar dengan peningkatan sebesar 13% Year on Year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Di sisi lain nilai impor sampai dengan November 2008 mencapai pada kisaran USD 90 milyar atau meningkat 6% dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan negara asalnya pangsa impor diantara lima negara utama adalah Jepang, Singapura, China, AS dan Thailand. Perkembangan ekspor dan impor menciptakan surplus perdagangan sebesar USD 16 milyar sehingga NPI sampai dengan triwulan III 2008 mencatat surplus sekitar US$ 2,6 miliar. Jumlah cadangan devisa pada akhir periode tersebut stabil di posisi US$ 50,58 miliar atau setara kebutuhan pembiayaan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4 bulan.

PERBANKAN NASIONAL NATIONAL BANKING SECTOR

Secara umum, kondisi perbankan pada 2008 menunjukan kinerja yang cukup baik walaupun masih melekat persepsi risiko bank terhadap kondisi sektor riil dan kegagalan kegiatan kliring oleh Bank Century. Kesulitan likuiditas di Bank Century berdampak gagal kliring pada bulan November 2008. Namun demikian pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akhirnya mengambil alih Bank Century dengan pertimbangan untuk memberikan kepastian kepada nasabah. Tindakan cepat pemerintah tersebut telah menghindari risiko penarikan dana secara besar-besaran oleh masyarakat dari sistem perbankan nasional. Adapun guna meningkatkan kinerja keuangan Bank Century, ke depan proses akuisisi masih tetap terus berjalan.

Pada 2008, kredit perbankan tumbuh 37,1% menjadi Rp 1.343,5 trilyun yang berarti lebih tinggi dari sasaran awal tahun sebesar 25% maupun pertumbuhan kredit pada 2007. Dari sisi permintaan, kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2008 berakibat pada peningkatan

ongkos produksi dan modal kerja perusahaan Bank Saudara

Annual Report

2008

The surplus of Indonesia Balance of Payment (BOP) still came from the balance of ongoing transactions while the capital and financial balance recorded a lower surplus. A significant reduction in export volume and value wereapparent in the core products such as crude palm oil (CPO) and coal. Based on destination countries, the concentration of destination countries of exported goods which consisted of five countries has started to slightly change. The said countries were China, Singapore, Japan, US and Malaysia. The Indonesian export value until November 2008 was around Rp 136 billion with an increase of 13% Year on Year (yoy) as compared to the previous year. On the other hand, the import value up to November 2008 reached around USD 90 billion or an increase of 6% as compared to the previous year. On importation, the five main countries based on origin were Japan, Singapore, China, US and Thailand. The development of export and import created a trading surplus of USD 16 billion, as such, until the 3rd quarter of 2008, BOP recorded a surplus of around USD 2.6 billion. The amount of foreign currency reserve at the end of that period was stable at USD 50.58 billions or an equivalent of 4 months of import cost and government's foreign loan payment requirements.

NATIONAL BANKING SECTOR

In general, the banking condition in 2008 showed a satisfactory performance although the perception of bank risk over the real sector and the failure by Century Bank over its clearing activity still lingered. Liquidity difficulties at Century Bank resulted in clearing failure as much as Rp 15 billion in the month of November 2008. Yet, the government through Deposit Insurance Agency or known as LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) finally took over Century Bank to provide a sense of certainty to the customers. Swift action done by the government succeeded in avoiding the risk of huge fund withdrawals from the national banking system by the public. To improve the financial performance of Century Bank, its acquisition is still an ongoing process.

(13)

merupakan faktor penyebab meningkatnya permintaan kredit. Tingginya realisasi kredit tersebut diikuti oleh membaiknya kualitas kredit seperti tercermin pada menurunnya rasio NPL baik secara gross maupun nett menjadi masing-masing sebesar 3,9% dan 1,4%.

Cukup baiknya perkembangan kredit dibandingkan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga telah mendorong naiknya Loan To Deposit Ratio (LDR) perbankan mencapai tingkat tertinggi yaitu 80,2%. Kenaikan posisi kredit ditopang oleh seluruh jenis kredit dengan kenaikan tertinggi terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK). Alokasi dana perbankan sebagian besar masih pada kredit diikuti oleh penempatan antarbank dan SBI. Pangsa kredit dalam aktiva produktif mencapai 75,7%, sedangkan penempatan antarbank dan SBI mencapai 11,61% dan 7,01%. Pergerakan pangsa kredit tersebut cenderung semakin membaik, meningkat dibandingkan akhir tahun 2007 yang mencapai 55,7%. Penempatan dana perbankan pada surat berharga umumnya sebagian besar dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dengan pangsa yang relatif stabil sejak tahun 2007. Sementara itu, pangsa penempatan dana perbankan pada SBI cenderung terus menurun dari akhir tahun 2007 sebesar 13,15% menjadi 7,01% pada tahun 2007.

Pada tahun 2008, DPK mengalami peningkatan lebih dari Rp 165 trilyun atau tumbuh sekitar 10,82% menjadi Rp 1.674,2 trilyun. Jumlah tersebut membiayai sekitar 74,9% dari total asset perbankan. Berdasarkan komposisinya, deposito masih merupakan bentuk DPK yang terbesar dengan pangsa 46%, dengan kecenderungan meningkat. Adapun tabungan dan giro lebih stabil dengan pangsa m a s i n g - m a s i n g s e b e s a r 2 7 , 4 % d a n 2 6 , 6 % . Perkembangan ini terjadi karena terdapat kecenderungan peningkatan suku bunga sehingga investasi masyarakat cenderung dialihkan pada simpanan perbankan.

Profitabilitas perbankan masih cukup baik yang tercermin dari ROA sebesar 2,64%, meskipun pendapatan bunga bersih/ NII cenderung menurun namun masih diimbangi dengan kenaikan pendapatan non operasional. Menurunnya biaya operasional perbankan mendorong membaiknya tingkat efesiensi yang tercermin oleh BOPO menjadi 83,72%. Permodalan perbankan nasional masih memiliki daya tahan yang tinggi. Kenaikan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko), terutama dari kenaikan kredit yang prosentase lebih tinggi dari kenaikan modal menyebabkan rasio permodalan (CAR) perbankan sedikit menurun menjadi 17.26%.

Bank Saudara

Annual Report

2008

has become the factor in the rising credit demand. The high credit realization was followed by a better credit quality as reflected by the decrease in NPL ratios, both gross and net, to 3.9% and 1.4%, respectively.

The reasonably good credit development as compared to the third party fund (TPF) had also pushed the banking Loan to Deposit Ratio (LDR) up to its highest level of 80.2%. The rising credit position was supported by all types of credit with the highest increase occurring in the working capital credit (WCC). Most of banking fund allocation was still in the credit area followed by inter-bank placement and Bank Indonesia Certificates (SBI). The credit portion in the earning asset reached 75.7% while the inter-bank placement and SBI attained 11.61 % and 7.01 %,

respectively. Movement of the said credit portion was better and it rose compared to its position at the end of 2007, which reached 55.7%. In general, the placement of banking funds in marketable securities was mostly into Government Securities (SUN) with a relatively stable portion since 2007. Meanwhile portion of banking funds placed in SBI at the end of 2007 fell continually

from 13.15% to 7.01 % for the year 2008.

In 2008, TPF increased by more than Rp165 trillion or a growth of about 10.82% to Rp 1, 674.2 trillion. This amount funded about 74.9% of the banking's total assets. Composition wise, time deposits remained the biggest form of TPF of 46% with a tendency to increase.The savings deposits and demand deposits accounts were more stable at 27.4% and 26.6%, respectively. This development occurred because of the increase in interest rate thus public investment flow was directed to banking deposits.

(14)

KONDISI PEREKONOMIAN DUNIA WORLD ECONOMIC CONDITION

Perlambatan ekonomi merata di semua kawasan, baik di negara maju maupun berkembang. Pertumbuhan ekonomi dunia semakin melambat dimana hanya tumbuh 3,5% Year on Year (yoy), lebih rendah dari 4% (yoy) periode sebelumnya. Selain perlambatan ekonomi Amerika Serikat, kinerja ekonomi dunia semakin tertekan oleh krisis keuangan sejumlah lembaga keuangan Wall Street terkemuka sejak pertengahan September 2008. Pasar keuangan global masih bergejolak sebagai akibat berlanjutnya tekanan penjualan aset, dan penarikan dana investor.

Pertumbuhan ekonomi negara maju makin memburuk sebagai dampak konsumsi dan investasi yang menurun terutama akibat ketatnya pasar keuangan dan jatuhnya tingkat kepercayaan konsumen dan produsen. Kinerja ekspor makin tertahan oleh perlambatan permintaan dunia. Ekonomi AS semakin tertekan oleh krisis keuangan yang memburuk menyusul krisis keuangan perusahaan Wall Street terkemuka, termasuk Bearn Stern, Fannie Mae, Freddie Mac, Lehman Brothers, dan American Insurance Group (AIG). Perlambatan aktivitas konsumsi dan investasi di negara maju melemahkan permintaan impor dari negara berkembang. Ekonomi negara berkembang juga terancam melambat akibat pengetatan pasar keuangan sebagai akibat perilaku flight to quality dari investor global yang menarik penempatan dana pada aset negara berkembang yang masih dianggap berisiko.

Inflasi dunia mencapai 6,3% (yoy) dengan kecenderungan melemah seiring dengan tren penurunan harga komoditi. Secara keseluruhan, inflasi di negara berkembang relatif lebih tinggi daripada negara maju karena besarnya bobot makanan dalam keranjang Indeks Harga Konsumen dan masih solidnya permintaan domestik di negara berkembang. Bank sentral negara maju cenderung menurunkan suku bunga di tengah perekonomian yang memburuk dan penurunan permintaan domestik. Sementara itu, bank sentral negara berkembang cenderung menahan dan bahkan sebagian menaikan suku bunga karena tekanan inflasi yang relatif lebih besar. Pasar keuangan khususnya di negara maju makin ketat dan volatile seiring dengan tingginya risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global meski bank sentral negara maju telah berupaya melonggarkan likuiditas pasar. Suku bunga LIBOR di Jepang, AS, dan Kawasan Euro cenderung mendekati suku bunga kebijakan bank sentral. Selain ketat, volatilitas di pasar keuangan global juga terus and developing countries. World economic growth was slower with a growth of only 3.5% Year on Year (yoy), which was lower than 4% (yoy) in the previous period. In addition to the slowing down of the US economy, the world's economic performance was further pressured by financial crisis experienced by a number of well-known Wall Street financial institutions since mid-September 2008. Gloabal financial market is still volatile as a result of asset selling and withdrawal of funds by investors.

The economic growth of developed countries has worsened as impacted by the declining consumption and investment, which in particularly were caused by the tight financial market and the diminishing consumer and producer confidence level. Export performance was held back by slower world demand. US economy received further pressure caused by deepening financial crisis following the financial crisis in well-known Wall Street companies such as Fannie Mae, Beam Stem, Freddie Mac, Lehman Brothers, and American Insurance Group (AIG). The slower consumption and investment activities in developed countries weakened import demand from developing countries. The economies of developing countries were also slowing down due to tighter financial market resulting from "flight to quality" behaviour of global investors who withdrew their funds placed in developing countries perceived to be still risky.

(15)

Prospek ekonomi Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan akan melemah. Perekonomian tumbuh diperkirakan pada kisaran 4,5% - 5,5%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2008 sebesar 6,11%. Adapun konsumsi rumah tangga dan investasi tetap berperan besar sebagai komponen utama penyumbang pertumbuhan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan stabil di level 6,5%. Daya beli masyarakat yang menurun, pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dan sulitnya pembiayaan seiring dengan meningkatnya risiko yang melekat diperkirakan akan melemahkan konsumsi swasta. Tahun 2009 pemerintah mentargetkan defisit APBN sebesar 2% dari PDB sehingga pangsa konsumsi dan investasi pemerintah diperkirakan akan meningkat. Pertumbuhan investasi tahun 2009 diperkirakan sebesar 11% turun dari periode sebelumnya sejalan dengan penurunan permintaan yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Investasi bangunan masih menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan investasi seiring dengan meningkatnya proyek-proyek infrastruktur yang dibangun di 2009. Dari sisi pembiayaan, defisit pemerintah diperkirakan akan mengalami hambatan karena menurunnya daya serap surat utang negara (SUN). Kegiatan ekspor akan cenderung menurun dengan pertumbuhan diperkirakan hanya sebesar 12%. Menurunnya pertumbuhan ekspor disebabkan oleh volume perdagangan dunia yang diperkirakan mengalami penurunan. Selain itu, kecenderungan penurunan harga komoditas di pasar dunia, dan pelemahan ekonomi dunia memberikan dampak bagi penurunan penyerapan produk eksport Indonesia. Impor barang dan jasa diperkirakan tumbuh 15% yang disebabkan bergesernya pangsa pasar dari Amerika Serikat dan Eropa ke negara-negara berkembang. Dari sisi jenis barang, pertumbuhan impor diperkirakan didorong oleh impor barang konsumsi dan barang modal. Pertumbuhan ekonomi sisi penawaran didukung terutama oleh sektor pengolahan, sektor perdagangan, hotel, restoran, serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor industri pengolahan di 2009 diperkirakan cenderung menurun seiring menurunnya konsumsi swasta.

Nilai tukar rupiah pada 2009 diperkirakan bergerak sedikit melemah yang didorong oleh ketatnya likuiditas US dollar di pasar. Namun demikian, tekanan rupiah diperkirakan tidak terlalu dalam yang terutama ditopang oleh terjaganya faktor fundamental ekonomi domestik. Selain itu, kondisi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang masih surplus berpotensi meningkatkan cadangan devisa sehingga berpengaruh positip terhadap pergerakan nilai tukar rupiah. Dari sisi eksternal, sejalan dengan perkiraan depresiasi dolar AS secara global akibat kecenderungan penurunan suku bunga The Fed juga akan mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. NPI diperkirakan masih akan mencatat surplus yang didorong oleh transaksi berjalan atas kegiatan ekspor. Dengan demikian, posisi devisa diperkirakan mencapai kisaran USD 55 milyar.

PROSPEK EKONOMI 2009 2009 ECONOMIC PROSPECT

Bank Saudara

Annual Report

2008

The prospect of Indonesian economy in 2009 is projected to weaken. The economic growth is projected to be in a range of 4.5% - 5.5%, which is lower than the 2008 growth of 6.11 %. Household consumption and investment will still play a huge role as the main components that will contribute to growth. Household consumption is expected to be stable at 6.5% level. Declining public purchasing power, slow economic growth and difficulty in financing along with mounting attached risk are projected to weaken private consumption. In 2009, the government targets a National Budget (APBN) deficit of 2% of GNP as such, consumption and government investment arepredicted to increase. Investment growth for 2009 is projected to be 11 %, which is lower than the previous period in line with the decreasing demand due to a weaker economic growth. Property investment will still be the main force behind investment growth along with the increase in the number of infrastructure projects that will be built in 2009. From the financing perspective, the government deficit is predicted to face barriers arising from the lower absorption of Government Securities (SUN).

Export activities will tend to fall with a projected growth of only 12%. Decline in the growth of export will be due to the projected decrease in trading volume globally. The reduction in prices of commodities in the global market and weaker global economy will lead to a decrease in the export of Indonesian products. Imported goods and services are expected to grow by 15% due to market shift from US and European countries to developing countries. Import growth is expected to be helped by consumption and capital goods imports. For services, the economic growth will be mainly supported by processing sector, trading sector, hotel, restaurant, transportation and telecommunication sectors. Processing industry sector in 2009 is predicted to decline due to the reduced private consumption.

Rupiah exchange rate in 2009 is projected to slide down a little bit due to tight liquidity of US dollar in the market. Nevertheless, the pressure on rupiah is projected as insignificant since it is supported by strong domestic economic fundamentals. In addition, Indonesia Balance of Payment's surplus has a potential to improve foreign exchange reserve leading to positive influence towards rupiah exchange. From the external factor, with the projected depreciation of US Dollar due to

(16)

Sementara itu, inflasi IHK tahun 2009 berada pada kisaran 7% plus minus 1%. Peningkatan kegiatan ekonomi diperkirakan tidak memberikan tekanan yang berlebihan terhadap harga-harga secara umum. Selain itu, pemerintah diperkirakan akan melakukan penyesuaian harga pada barang strategis seperti BBM sejalan semakin turunnya harga minyak dunia.

Kondisi makroekonomi yang kurang kondusif akan memberikan tekanan bagi perkembangan industri perbankan nasional. Persepsi risiko usaha diperkirakan akan meningkat seiring dengan dampak krisis keuangan global. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus meningkatkan peran perbankan melalui penguatan sendi-sendi perbankan dan peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Indikator-indikator utama seperti ROA, NPL, dan NIM perbankan diperkirakan akan sedikit memburuk. Posisi kredit diperkirakan masih mengalami pertumbuhan hingga maksimal sebesar 20% yang berarti lebih kecil dibanding periode 2008. Total asset perbankan nasional diperkirakan hanya tumbuh sebesar 10% yang masih ditopang terutama oleh pertumbuhan DPK yang berasal dari deposito akibat imbal hasil yang masih cukup tinggi. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) berpotensi meningkat akibat penurunan kinerja keuangan debitur akibat krisis keuangan global. Seiring penurunan pertumbuhan kredit rasio net interest margin/ NIM diperkirakan akan turun dan diikuti penurunan return on asset / ROA menjadi sebesar 2%. Sementara itu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/ CAR) diperkirakan stabil di posisi 16% sebagai dampak berkurangnya agresivitas dalam penyaluran kredit. Ke depan, beberapa risiko dapat menimbulkan potensi perlambatan pada perekonomian domestik dan ketatnya likuiditas keuangan. Dari sisi eksternal, faktor risiko antara lain perlambatan ekonomi di AS, berlanjut pada seluruh kawasan seperti Eropa dan Asia Timur. Penurunan daya serap produk eksport akibat perlambatan ekonomi global berdampak pada penurunan produksi dan pengurangan tenaga kerja. Sementara itu, pengetatan likuiditas di pasar keuangan global sebagai dampak kebutuhan dollar AS yang meningkat untuk kebutuhan penyembuhan ekonomi AS masih akan terus berlangsung. Dari sisi domestik, menurunnya pengeluaran rumah tangga sebagai dampak ketatnya pembiayaan oleh perbankan nasional.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2009 diperkirakan melambat berada pada kisaran 2.2%. sementara pertumbuhan PDB negara berkembang dikoreksi hampir 1% dari proyeksi sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang sampai dengan semester pertama diperkirakan masih akan melambat karena dampak instabilitas pasar keuangan terhadap ekonomi. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi regional yang didorong oleh pertumbuhan China, India, dan Singapura diperkirakan juga akan melemah. Sejalan dengan revisi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah,

Bank Saudara

Annual Report

2008

Meanwhile, CPI inflation in 2009 is about 7% plus minus 1%. The increase in economic activity is not expected to give excessive pressure towards prices in general. Moreover, the government is predicted to exercise price adjustment for strategic goods such as fuel in line with the decrease in oil price in the world market.

Less conducive macro economy condition will create constraints to the development of the national banking industry. Perception of risks towards business is projected to rise along with the impacts of the global financial crisis. Bank Indonesia is expected to continually increase the role of the banking sector through strengthening banking fundamentals and improvement of banking intermediary function. Main indicators of banking performance such as bank's ROA, NPL, and NIM are projected to slightly worsen. The credit position is projected to continue to grow to a maximum of 20%, which is smaller as compared to the percentage in 2008. The national banking total assets are estimated to grow by 10%, the growth of which is still supported by TPF growth originating from time deposits where the yield is sufficiently high. Non-Performing Loan (NPL) ratio has a potential to increase as a result of debtors' declining financial performance due to global financial crisis. With the decrease in credit, Net Interest Margin (NIM) is projected to reduce followed by the reduction in return on asset (ROA) to 2%. Meanwhile, the Capital Adequacy Ratio (CAR) is expected to be stable at 16% as a result of less aggressive credit disbursement.

Moving forward, several risks may potentially slow down the domestic economy and tighten financial liquidity. From the external perspective, the risk factors, among others, the slow down of the US economy will continue to effect other regions including Europe and East MiOdecrease in export due to the slowing down of global economy will cause a decline in production and reduction of work force. In the meantime, the tightening liquidity in the global financial market as a result of the increase in the demand of US dollar to improve US economy will continue. From the domestic perspective, household expenditure will decline due to the national banking tight financing.

(17)

tekanan inflasi di negara maju dan regional cenderung menurun. Dengan laju inflasi dunia yang melambat, stance kebijakan moneter di negara maju dan kawasan regional akan cenderung longgar. Namun demikian, likuiditas pasar keuangan global masih tetap ketat sebagai dampak atas krisis keuangan global.

Kekhawatiran perlambatan ekonomi terus menekan harga komoditas dunia. Penurunan harga komoditas ini membantu meredam tekanan inflasi baik di negara berkembang dan terlebih negara maju. Pasar keuangan global masih bergejolak sebagai akibat berlanjutnya tekanan penjualan aset, jatuhnya harga komoditas, dan penarikan dana investor. Ekonomi dunia diperkirakan akan mampu menahan perlambatan ekonomi lebih lanjut karena relatif solidnya permintaan domestik dan kebijakan makro yang sehat di negara berkembang. Ekonomi dunia diperkirakan baru mulai pulih secara perlahan pada akhir 2009 yang didorong oleh kebijakan bank sentral dunia yang ditempuh melalui kebijakan moneter longgar secara konsisten. Prospek ekonomi yang memburuk dengan cepat dan pasar keuangan yang semakin ketat dan fluktuatif diperkirakan mendorong bank sentral terutama di negara maju untuk terus memangkas suku bunga. Tekanan inflasi yang mereda juga memberi ruang bagi pemangkasan suku bunga tersebut.

Harga saham SDRA mengalami kecenderungan melemah dari rata-rata harian sebesar Rp 168 pada tahun 2007 menjadi Rp 94 pada 2008. Kecenderungan penurunan SDRA periode 2008 tersebut dipengaruhi oleh penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan tingginya volatilitas pada pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham SDRA mencapai posisi tertinggi di posisi Rp 161 pada tanggal 5 Februari 2008. Kenaikan tersebut sejalan dengan peningkatan sebagian besar harga saham sektor perbankan sebagai antisipasi atas kecenderungan penurunan BI rate. Peningkatan laju inflasi sebagai dampak atas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi mendorong BI untuk menaikan suku bunga acuan (BI rate) secara bertahap. Hal tersebut berakibat pada peningkatan biaya bunga dan penurunan kinerja keuangan sektor perbankan dan berlanjut pada penurunan saham sektor tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, saham SDRA terus mengalami kecenderungan penurunan sampai dengan Rp 128 yang merupakan posisi terendah di semester pertama 2008.

Memasuki semester kedua 2008, IHSG mengalami kecenderungan terus menurun mengikuti pergerakan bursa global dan regional. Memburuknya krisis keuangan global yang ditandai dengan penurunan kinerja perusahaan-perusahaan di Wall Street terkemuka, termasuk Bearn Stern, Fannie Mae, Freddie Mac, Lehman Brothers, dan American Insurance Group (AIG) berdampak pada memburuknya indeks di bursa-bursa global.

PERKEMBANGAN HARGA SAHAM SDRA TAHUN 2008

Bank Saudara

Annual Report

2008

Inflation pressure in developed and regional countries will have a tendency to decline. With the rate of inflation slowing down at a global level, monetary policy stance in developed countries and regional areas will tend to loosen. Yet, global financial market liquidity will remain tight because of the global financial crisis.

Concerns for the slowing down of economic growth will continue to pressure commodity prices in the world market. The decrease in commodity prices will help to lessen the effect of inflation in developing countries especially in developed countries. Global financial market will still be volatile as impacted by continuing asset selling pressure, falling commodity prices and withdrawals of funds by investors. The global economy is predicted to be able to hold further slow down of economic growth due to relatively solid domestic demands and good macro policies in developing countries. The global economy is estimated to recover slowly at the end of 2009 driven by world central bank policies applied through consistent loose monetary policies. Economic prospect that quickly worsen, tighter and fluctuating financial market are expected to push central banks, particularly those in the developing countries, to keep lowering interest rate. Slowing inflation pressure also gives way to the said interest rate cut.

SDRA SHARE PRICE MOVEMENT IN 2008

SDRA share price weakened from the daily average of Rp 168 in 2007 to Rp 94 in 2008, which was influenced by reduced Stock Exchange Composite Index (SECI) and the high volatility of SECI movement at the Indonesia Stock Exchange Market (ISM). SDRA shares reached its highest level at Rp 161 on 5 February 2008. The increase is in line with the increase in share price of most banks in anticipation of the decline in BI Rate. The increase in inflation rate as a result of the increase in price of subsidized fuel forces BI to increase BI rate gradually. This resulted to an increase in interest cost and reduced financial performance of the banking sector as well as decreased sector shares. Along with this situation, the SDRA shares continued to decline to Rp 128 which is the lowest level at the first semester of 2008.

(18)

Terendah 141 125 121 95 50 50

Akhir Periode 148 145 130 95 50 50

Rata-Rata 168 146 132 118 58 114

2007 2008

Triwulan 1

Triwulan 2

Triwulan

3 Triwulan

4 Setahun Penuh

Tertinggi 280 161 143 131 88 161

17

Kondisi tersebut diperparah lagi oleh penurunan tajam harga saham di BEI sehingga mendorong otoritas BEI untuk memberhentikan sementara perdagangan saham oleh otoritas BEI pada tanggal 8 Oktober 2008. Adapun saham SDRA mengalami penurunan sangat tajam menjadi Rp 50 pada akhir Oktober 2008.

Masih belum berakhirnya krisis keuangan global berakibat pada ketatnya likuiditas di pasar keuangan dan bursa saham di BEI. Hal tersebut tercermin dari penurunan volume transaksi di BEI, rata-rata volume transaksi harian turun dari semula Rp 4 trilyun menjadi Rp 1 trilyun. Hal tersebut berakibat pada penurunan seluruh harga saham di BEI termasuk saham SDRA yang ditutup di posisi Rp 50.Sementara itu, volume rata-rata harian perdagangan saham SDRA mengalami kecenderungan menurun dari 1,2 juta lembar saham pada periode 2007 menjadi hanya kurang dari 450 ribu lembar pada periode 2008.

Valuasi SDRA masih sangat murah, karena price to earning ratio (PER) periode Desember 2008 sebesar 1,79 kali yang berarti masih berada jauh dibawah rata-rata perbankan nasional sebesar 9,84 kali. Adapun price to book value (PBV) sebesar 0,39 juga masih di bawah rata-rata sebesar 2,96. Dari sisi fundamental, saham PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk (SDRA) masih akan terus menguat. Hal tersebut didasari oleh asset Bank Saudara pada periode 30 September 2008 dibanding periode 2007 naik sebesar 46.21% menjadi sebesar Rp 1,93 trilyun. Sementara itu pada periode yang sama, Bank Saudara telah berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 31,52 milyar naik 22,50%. Peningkatan laba tersebut ditopang oleh penyaluran kredit dan kegiatan treasury bank yang berkesinambungan.

IKHTISAR SAHAM BANK SAUDARA

Harga Penutupan (Rp)

Rp. Ribu GRAFIK HARGA SAHAM SDRA

...

Bank Saudara

Annual Report

2008

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0

The condition worsened when a sharp fall of stock prices at Indonesian Stock Market (ISM) forced the authority to

stop stock trading on 8 October 2008. The SDRA shares experienced a sharp decline and close at Rp. 50 at the end October 2008.

The continuing global financial crisis leads to the tight liquidity in the financial market and stock market at ISM. This is reflected in the reduced transactions volume at ISM from a daily average transactions volume of Rp 4 trillion to Rp 1 trillion. This led to a decline in stock prices at ISM including SDRA stocks that closed at Rp 50. In addition, the average daily volume of SDRA stock trading showed a decrease from 1.2 millions of stocks in 2007 to less than 450 thousands in 2008.

(19)

Sumedang

Maj alengka Bogor

Tangerang

Cimahi

Subang

Soreang

Garut DENPASAR

Work

Area

Kuningan Cirebon Indramayu

BANDUNG JAKARTA

YOGYAKARTA SEMARANG

SURABAYA

Tasikmalaya

Sukabumi Serang

(20)

R. Maulana Ibrahim

Komisaris Utama

President Commissioner

Maskan Iskandar

Komisaris

Commissioner

Uce Karna Suganda

Komisaris

Commissioner

DIREKSI Board of Directors

Farid Rahman

Direktur Utama President Director

Arief Budiman

Direktur

Director

Madyantoro Purbo

Direktur

Director

Laporan Tahunan 2008 ini, berikut laporan keuangan dan informasi yang terkait merupakan tanggung jawab manajemen PT Bank Saudara 1906, Tbk dan ditandatangani oleh seluruh Dewan Komisaris dan Direksi di bawah ini

DEWAN KOMISARIS Board of Commissioners

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

ATAS LAPORAN TAHUNAN

The Annual Report of year 2008, including the Financial Report and other related information is the responsibility of the management of PT Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk and such has been signed by all members of the Board of Commissioners and Board of Directors, whose names are shown below.

(21)

DEWAN KOMISARIS

DIVISI SDM DIVISI INTERNATIONAL &TRANSAKSIONAL BANKING

CORPORATE SECRETARY

SATUAN KERJA MANAJEMEN RISIKO

& KEPATUHAN CHIEF DEALERTREASURY

(22)

DIREKTUR BISNIS & OPERASI

DIVISI OPERASIONAL

& KEUANGAN DIVISI SISTEM DIVISI BISNIS

PEMIMPIN

OPERASI & LOGISTIK DEPARTEMEN TSI

DEPARTEMEN

DIVISION SYSTEM DIVISION BUSINESS DIVISION

(23)

Annual Report

2008

Tipe B

Tipe A

INTERNATIONAL OPEIONAL DEPARTMENT MANAJER UNIT

PENDANAAN KORPORAT

DEPUTY BRANCH MGR CREDIT SUPPORT

LEGAL & CI DEPARTMENT

/

LEGAL & CI DEPARTMENT

/

BRANCH OFFICE

BRANCH OFFICE

(24)

Bank Saudara

Annual Report

(25)

INFO BANK AWARD

2003

Predikat “SANGAT

BAGUS”

atas Kinerja

Keuangan

Tahun 2002

“EXCELLENT” Predicate for Financial Performance

in 2002

INFO BANK AWARD

2004

Predikat “SANGAT BAGUS”

atas Kinerja

Keuangan

Tahun 2003

“EXCELLENT” Predicate for Financial Performance

in 2003

INFO BANK AWARD 2005

Predikat “SANGAT BAGUS”

atas Kinerja

Keuangan

Tahun 2004

“EXCELLENT” Predicate for Financial Performance in 2004

INFO BANK AWARD 2007

Predikat “SANGAT BAGUS”

atas Kinerja Keuangan

Tahun 2006

“EXCELLENT” Predicate for Financial Performance

in 2006

INFO BANK AWARD 2006

Predikat “SANGAT BAGUS”

atas Kinerja Keuangan

Tahun 2005

“EXCELLENT” Predicate for Financial Performance

in 2005

Penghargaan

Awards

INFO BANK AWARD 2008

Predikat “SANGAT BAGUS”

atas Kinerja Keuangan

Tahun 2007

“EXCELLENT” Predicate for Financial Performance

in 2007

Bank Saudara

Annual Report

(26)

Bank Saudara

Annual Report

(27)

R. MAULANA IBRAHIM

Komisaris Utama

President Commissioner

UCE KARNA SUGANDA

Komisaris

Commissioner

Laporan Dewan Komisaris

Bank Saudara

Annual Report

2008

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Maksud dan tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi nanas bubuk dan madu yang tepat dalam pembuatan cokelat

Pendekatan yang ditawarkan pada kelompok tani tanaman hias adalah pelatihan secara simulasi dan penerapan langsung teknologi konservasi ex-situ (stek batang) tanaman hias

Dalam salah satu kasus yang dilakukan perusahaan pembiayaan konsumen di kota malang dimana perusahaan perusahaan pembiayaan konsumen tersebut melakukan penggelapan terhadap

Yang dimaksud dengan Keputusan atas keberatan adalah untuk memberikan kepastian hukum kepada Wajib Pajak maupun fiskus dan dalam rangka tertib administrasi, oleh karena

Karena itu, jika ini terjadi bisa berpotensi timbul “bencana geopolitik.” Ketika di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan terjadi pergolakan bersenjata sehingga menjadi jalur

- Kelebihan dan kekurangan teknologi transportasi tradisional (masa lalu) dan komunikasi modern (masa kini)  Guru bersama siswa merefleksi

Gapoktan II: beranggotakan 4 kelompok petani ikan. 2) Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui dinas perikanan memberikan pelatihan. Demi terlaksananya program pertanian

Dalam hal penjualan kembali Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS PRIMA USD dilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Penjualan Kembali