• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja Pemecah Batu terhadap Penggunaan Masker di Desa Wonokerto Kabupaten Semarang T1 462009066 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja Pemecah Batu terhadap Penggunaan Masker di Desa Wonokerto Kabupaten Semarang T1 462009066 BAB IV"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

42

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan

hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan pada 5 partisipan utama dan partisipan

triangulasi selama kurang lebih 1 bulan yang

dimulai tanggal 1 Desember 2013 sampai 15

Januari 2014. Penyajian data hasil penelitian yang

pertama akan menjelaskan karakteristik partisipan

yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan

masa kerja. Kemudian peneliti akan mengulas

hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang

mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam

semi terstruktur dan catatan lapangan yang

peneliti susun tentang faktor-faktor yang

mepengaruhi perilaku pekerja terhadap

(2)

4.1 Karakteristik Partisipan

Tabel 1 Karakteristik Partisipan utama

Kriteria P1 P2 P3 P4 P5

Pendidikan Tidak sekolah

SD SMP SMP Tidak

sekolah

Table 1 menunjukkan bahwa lama kerja

maupun tingkat pendidikan pada ke lima

responden bervariasi dan termasuk dalam

golongan pendidikan rendah. Pertanyaan kritis

yang muncul adalah apa sesungguhnya yang

membuat mereka tidak menggunakan masker?.

Untuk menjawab pertanyaan ini, dilakukan

wawancara dengan pihak pemilik perusahan dan

seorang warga yang tinggal di sekitar pabrik

sebagai partisipan triangulasi. Menurut kedua

partisipan triangulasi para pekerja memang tidak

ada yang memakai masker saat bekerja

(3)

perasaan tidak nyaman pada pekerja saat mereka

memakai masker. Karakteris dari 2 partisipan

triangulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 karakteristik partisipan triangulasi

Kriteria PT1 PT2

Inisial Ny. T Ny. K

Jenis Kelamin P P

Umur 58 Th 25 Th

Status Pemilik usaha Warga

Status Perkawinan

Sudah menikah

Sudah menikah

Pendidikan SMP SMA

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Gambaran perilaku pekerja

pemecah batu terhadap penggunaan masker.

Hasil wawancara penelitian yang telah

diperoleh peneliti akan dibandingkan dengan hasil

wawancara yang dilakukan pada informan

triangulasi dan teori yang ada, yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini. Lima orang

pekerja dari jumlah total 30 pekerja digunakan

sebagai responden dan diwawancara secara

mendalam. berdasarkan hasil wawancara dengan

(4)

tersebut baik laki-laki maupun perempuan, empat

orang diantaranya tidak pernah memakai masker

dan hanya satu orang saja yang pernah memakai,

itupun hanya kadang-kadang saja. Pernyataan

tersebut di dukung dengan kutipan wawancara

terhadap partisipan berikut.

4.2.2 Alasan pekerja tidak menggunakan

masker.

Dari wawancara mendalam yang dilakukan

dengan ke 5 partisipan diketahui mereka tidak

menggunakan masker karena ada beberapa

alasan, antara lain karena tidak tersedianya

masker ditempat kerja dan ketidak nyamanan

yang dirasakan saat menggunakan masker.

Selain itu, alasan lain yang diungkapkan oleh para

pekerja yang tidak memakai masker adalah Box 1

Apakah anda memakai masker atau yang lainnya? (P1) ora mbak wong ora nduwe, supek men ek mbak. (P2) ora tau nganggo mbak, tur neh aku yo ra biasa mbak supek ek mbak.

P ote ak ra duwe ek.

(P4) saya makainya kalo pas lagi pengen sama lagi batuk mbak.

(5)

ketidaknyamanan saat memakai masker dan tidak

adanya dukungan serta peraturan yang mengatur

mereka untuk memakai masker saat bekerja.

Ketidaknyaman tersebut dikarenakan

mereka merasa pengap dan tidak bebas bernafas

jika memakai masker. Dukungan serta peraturan

untuk memakai masker juga mempengaruhi

perilaku partisipan untuk menggunakan masker

saat bekerja. Hal tersebut dapat mendorong para

pekerja agar mau menggunakan masker.

Pernyataan diatas dapat didukung dengan hasil

wawancara berikut ini.

4.3 Pembahasan

Hasil wawancara diatas jelas bahwa pekerja

tidak menggunakan masker sebagai pelindung Box2

Apakah disini juga menyediakan dan menyuruh

memakai alat pelindung diri seperti masker?

(6)

diri. Berdasarkan (identitas diri partisipan yang

meliputi umur, lama kerja dan tingkat pendidikan)

peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan

yang erat antara status pendidikan formal maupun

lama kerja terhadap perilaku pekerja

menggunakan masker. Lama bekerja tidak

berpengaruh terhadap pengguanaan masker

karena hal itu sudah menjadi kebiasaan. Namun

pengetahuan seseorang tidak dapat diukur

dengan tingkat pendidikan formal, dan lama kerja.

Tingkat pendidikan para pekerja jika

diklasifikasikan di jaman sekarang itu termasuk

dengan pendidikan yang rendah.

Menurut Teori Lawrance Green terdapat tiga

faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja

pemecah batu. Ketiga faktor tersebut adalah

faktor predisposisi, faktor pendorong dan faktor

penguat. Setiap faktor memiliki sub tema

masing-masing, seperti pada faktor predisposisi sub

temanya adalah pengetahuan, sikap, nilai-nilai

dan persepsi. Faktor kua adalah pendorong yang

memiliki sub temanya adalah sarana dan

(7)

yang memiliki sub tema dukungan teman sebaya,

keluarga dan pemilik.

4.3.1. Faktor predisposisi

Sub tema pertama dari faktor predisposisi

adalah pengetahuan. Pengetahuan disini

dimaksudkan hasil dari persepsi objek terhadap

subjek yang terjadi melalui proses sensori

khususnya mata dan telinga terhadap obyek

tertentu. Pengetahuan para pekerja tentang

masker sebenarnya mereka mengetahui fungsi

dari masker sebagai penutup hidung, tetapi para

pekerja lebih memilih tidak memakai masker saat

bekerja. Hal ini di didukung dengan kutipan

wawancara berikut ini.

Pertanyaan. Apa yang anda ketahui tentang alat pengaman?

P sak gertiku ya asker ge utupi iru g ak.

P5 yo opo ak ak pe ga a kie yo ge a a to

Hal ini telah dilakukan pengecekan dengan

pemilik dan warga, bahwa para pekerja megetahui

kegunaan masker sebagi pelindung pernafasan,

akan tetapi para pekerja tetap memilih tidak

(8)

ketidaknyamanan. Pernyataan ini dibuktikan

dengan kutipan di bawah ini.

Pertanyaan. Apakah para pekerja mengetahui tentang peralatan pengamanan masker?

PT : kayak ya a yak ya g gak tau ak soale kan jarang banget ada penyuluhan terus disi i juga gak per ah disuruh ake ak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

triangulasi bahwa para pekerja tidak mengetahui

tentang masker, sedang jawaban dari pekerja

mengatakan bahwa mereka tahu tentang masker.

Asumsi peneliti dari dua pernyataan tersebut

disimpulkan bahwa para pekerja sebenarnya

hanya mengetahui masker sebatas sebagai

penutup hidung dan tidak mengetahui

keseluruhan tentang masker dengan manfaat dan

kerugiannya.

Yulianti, dkk (2010) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan

seseorang tentang segala sesuatu yang dihadapi

tidak lepas dari status pendidikannya, dimana

seseorang mempunyai pengaruh dalam berfikir

dan bertindak dalam menghadapi pekerjaannya,

(9)

pengetahuan sangat terbatas akan berpengaruh

dalam produktifitas hasil kerjanya.

Dari pengetahuan tersebut maka akan

menciptakan persepsi. Persepsi disini merupakan

apa yang di intreprestasikan oleh para pekerja.

Para pekerja pemecah batu menganggap bahwa

penggunaan masker itu tidak penting, karena

selain membuat tidak nyaman masker juga hanya

mengganggu aktivitas mereka untuk mendapatkan

target yang harus diperolehnya. Peneliti

berasumsi bahwa persepsi pekerja yang

menganggap masker tidak penting seharunya

tidak boleh dibiarkan karena dapat merugikan

kesehatan pekerja. Hal ini didukung dengan

kutipan wawancara berikut.

Pertanyaan. Apakah menurut anda memakai alat pengaman penting saat bekerja?

P5 lah ka ggoku ki leh pe ti g kerjo mbak.

Pertanyaan yang sama juga diberikan

(10)

peryataan partisipan. Pemilik dan warga

menyebutkan bahwa masker penting dan harus

digunakan saat bekerja. hal ini berbeda dengan

apa yang di ungkapkan oleh para pekerja.

Pernyataan ini didukung dengan kutipan

wawancara berikut.

Pernyataan. Apakah menurut anda pekerja merasa penting memakai masker saat bekerja?

PT gara ku ki ja e yo pe ti g tha ak wong ge kesehatan kug tapi yo piye mbak wong dikandani ra do ggugu.

Persepsi para pekeja membentuk sikap dan

nilai-nilai. Sikap para pekerja yang mengabaikan

penggunaan masker dan memilih tidak memakai

masker. Menurut mereka hal tersebut merupakan

hal yang biasa saja, sehingga peneliti berasumsi

bahwa para pekerja bersikap tidak peduli terhadap

kesehatannya dengan tidak memakai masker

yang dapat menyebabkan sering mengalami

batuk.

Hasil wawancara mengenai sikap juga telah

di lakukan pengecekan ulang terhadap para

(11)

yang diungkapkan oleh triangulasi jika para

pekerja bersikap tidak peduli terhadap

kesehatannya.

Tinuk, dkk (2006) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa sikap para pekerja terhadap

kesadaran tentang pentingnya keselamatan dan

kesehatan kerja masih kurang akibat sedikitnya

pembinaan atau penyuluhan dari petugas

kesehatan untuk melindungi diri dari bahaya

sehubungan dengan perkerjaan yang sedang

dikerjakan.

Dari faktor predisposisi, subtema yang

terakhir yaitu berkaitan dengan nilai-nilai.

Nilai-nilai disini adalah peraturan yang berlaku di

tempat kerja. Para pekerja mengaku bahwa tidak

ada peraturan yang berlaku ditempat mereka

kerja, sehingga mereka berkerja sesuka hati

mereka dan tidak memakai masker saat bekerja.

Peneliti berasumsi seharusnya ada dan tidak

adanya peraturan pekerja harus memakai masker

untuk kepentingan kesehatannya. Hal ini

(12)

Pertanyaan. Apakah ada peraturan khusus/perjanjian-perjanjian untuk memakai masker di tempat anda bekerja?

P ra eneng mba neng kene kerjone sak karepe kug.

Hasil wawancara terhadap nilai-nilai juga

dilakukan pengecekan ulang dalam wawancara

berikut. Pemilik dan warga juga membenarkan jika

tidak ada peraturan yang mengikat mereka. Oleh

karena itu para pekerja memilih tidak

menggunakan masker saat bekerja. Pernyataan

ini didukung dengan kutipan wawancara berikut

ini.

Pertanyaan. Apakah ada peraturan khusus/perjanjian untuk memakai masker ditempat ini?

(PT1) ora o o ak ek ke e teko kerjo go o wes manggon nggone dewe-dewe ngono mbak karo seng penting isoh entuk watu sak kibek mbak.

Yulianti, dkk (2010) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa sedikitnya para pekerja yang

memakai masker karena tidak adanya peraturan.

Peraturan yang berlaku di tempat kerja dapat

mempengaruhi kepatuhan penggunaan pelindung

(13)

4.3.2 Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin dalam penelitian ini adalah

sarana dan prasarana, yaitu Failitas yang ada

dalam tempat kerja pemecahan batu. Fasilitas ini

dapat berupa jaminan kesehatan, ketersediaan

alat pelindung diri, lahan kerja dan penyuluhan.

Pekerja pemecah batu menyatakan bahwa

fasilitas yang didapatkannya tidak sesuai dengan

apa yang di inginkan karena tidak tersedianya

jaminan kesehatan dan alat pelindung diri. Hal ini

dibuktikan dengan kutipan wawancara berikut.

Pertanyaan1 . Fasilitas apa yang anda dapatkan ditempat kerja anda?

P halah fasilitas opo tha ak dikei ggo e se g ge e ahi watu thok yo wes syukur.

Pertanyaan2. Apakah fasilitas yang anda dapatkan sudah sesuai dengan apa yang anda inginkan?

P ja e ki yo pe ge e tuk ja i a opo se g liyane tapi kene ra ono po meneh sakiki golek kerjo ya ra ga pa g ak.

Pemilik dan warga sebagai partisipan

triangulasi juga memberikan pernyataan yang

sama tentang fasilitas yang ada ditempat

pemecahaan batu. Pemilik pun juga

mengungkapkan jika tidak ada fasilitas yang

(14)

hanya memberikan lahan untuk bekerja. Hal ini

dibuktikan dengan kutipan wawancara berikut.

Pertanyaan 1. Fasilitas apa saja yang tersedia disini?

PT ek ke e ki yo e tuk pa ggo a terus ye loro tenan ngono ki entuk sitik-sitik kanggo

ero at

Pertanyaan 2. Apakah fasilitas yang anda berikan sudah sesuai dengan apa yang diinginkan para pekerja?

PT yo ja e ki duru g ak tapi yo arep piye meneh mbak dana seng entuk seko wong nuku watu yo sitik ak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

partisipan trangulasi peneliti berasumsi bahwa

sebenarnya para pekerja mendapatkan fasilitas

meskipun tidak sesuai dengan yang mereka

harapkan.

Yulianti, dkk (2010) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa sedikitnya para pekerja yang

memakai masker karena tidak adanya peraturan.

peraturan yang berlaku di tempat kerja dapat

mempengaruhi kepatuhan penggunaan pelindung

diri saat bekerja.

4.3.3 Faktor penguat

Salah satu faktor lain alasan para pekerja

(15)

kurangnya dukungan dari teman sebaya, keluarga

dan pemilik untuk selalu memakai masker. Para

pekerja menyatakan bahwa tidak ada yang

mengingatkan untuk selalu memakai masker saat

bekerja, sehingga mereka menjadi merasa tidak

diperhatikan. Dukungan dari keluarga, teman

sebaya dan pemilik juga berperan dalam

pembentuk perilaku pekerja terhadap penggunaan

masker. Pernyataan ini di dukung dengan kutipan

wawancara berikut.

Pertanyaan. Apakah keluarga anda dan teman-teman anda sering mengingatkan untuk memakai APD masker?

(P4) iya ak pali g se g seri g ngingetke kie anakku seng gede mbak kalo bos apa temen-te e ya iasa aja ak.

P5 ora tau ki ak pali g yo do ikir se g penting kerjo ono kegiatan mbak yen konco-konco yo podo wae mbak akeh seng ra do ngenggo kog

ak.

Pertanyaan yang sama di berikan pada

pemilik dan warga untuk mengcrosscheck ulang

data yang didapat dari partisipan utama. Pemilik

dan warga menyatakan jika mereka juga sudah

mengingatkan para pekerja untuk memakai

(16)

memilih tidak memakai masker. Pernyataan

tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut.

Pertanyaan . apakah anda sering memperingatkan para pekerja untuk memakai masker?

PT yo kada g-kadang tak kandani mbak tapi yo gor iyo-iyo go o ak.

PT sudah mbak kalo ibu dah batuk gitu tak kasih tau uat akai asker

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Priyono, dkk menyebutkan bahwa faktor penguat

seperti dukungan keluarga dan teman sebaya

mempengaruhi perilaku seseorang, karena

dengan dukungan orang terdekat yang ada

disekitarnya perilaku perilaku dapat terbentuk.

Dari ketiga faktor yang sudah diteliti, peneliti

menemukan bahwa alasan dari pekerja tidak

memakai masker adalah faktor predisposisi

karena mereka merasa sumpek dan tidak

nyaman, faktor pemungkin karena tidak adanya

sarana dan prasarana serta penyuluhan

sedangkan untuk faktor penguatnya adalah

dukungan dari keluarga, teman sebaya dan

pemilik. Peneliti berasumsi bahwa hal tersebut

merupakan alasan yang sering di ungkapkan

(17)

akan mengalami penetrasi udara, sehingga udara

yang masuk kedalam otak menjadi berkurang dan

menyebabkan pekerja menjadi lebih cepat lelah.

Para pekerja harus mencapai target 1 kibik untuk

mendapatkan upah, oleh sebab itu para pekerja

lebih memilih tidak memakai masker karena

mereka memiliki persepi jika memakai masker

dapat mengganggu kinerja mereka dan

memperlambat pendapatannya.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap 5

partisipan, peneliti mengalami beberapa

keterbatasan yaitu:

a. Partisipan banyak yang tidak dapat

berbahasa Indonesia dengan lancar, selain itu

partisipan juga sangat sibuk untuk bertemu

peneliti harus membuat janji terlebih dahulu.

b. Waktu penelitian yang kurang efektif dan

terbatas karena mereka sangat sibuk. Diharapkan

peneliti selanjutnya lebih baik lagi mengetur waktu

(18)

c. Pemakaian jumlah partisipan yang kurang

banyak. Untuk itu diharapkan peneliti selanjutnya

dapat memakai partisipan yang lebih banyak agar

Gambar

Table 1 menunjukkan bahwa  lama kerja
Tabel 2 karakteristik partisipan triangulasi

Referensi

Dokumen terkait

INDIKATOR Disajikan aturan pakai produk obat, siswa dapat mementukan kalimat yang tidak sesuai dengan aturan pakai produk obat tersebut.. CONTOH SPESIFIKASI

• Aplikasi pengolahan citra untuk biologi biasanya digunakan untuk pengenalan jenis kromosom melalui citra mikroskopik, pengidentifikasian jenis daun dan tumbuhan lainnya.. •

Setelah belajar melempar, kita akan belajar menangkap bola dengan baik. Cara menangkap tentu disesuaikan dengan arah bola yang datang. Arah bola

Hipotesis dalam inferensi statistik di bedakan menjadi hipotesis nol (Ho), yaitu hipotesis yang akan diuji oleh suatu prosedur statistik, biasanya

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Berdasarkan Berta Acara Hasil Pelelangan Nomor: ULP.BYL/B-E/008.06/38 /2012 tanggal 02 Maret 2012 Pokja Pengadaan Barang ULP Kabupaten Boyolali Kegiatan Pengadaan

Pada saat berada dalam keadaan flow , individu akan merasa bahwa kemampuan yang ia miliki mampu menyelesaikan tuntutan aktifitas yang tengah ia lakukan, mengetahui

Untuk menjelaskan pola asuh, Baumrind (dalam Santrock, 2007) membagi tipe-tipe pola asuh menjadi 3, yaitu: 1) Otoriter, adalah gaya yang membatasi dan menghukum,